Anda di halaman 1dari 18

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

A. Sejarah Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
instruktional yang sudah di gunakan secara sukses selama lebih dari 30
tahun dan terus berlanjut untuk mendapatkan penerimaan di berbagai
disiplin ilmu. Semenjak 1980an dan 1990an pendekatan Problem Based
Learning (PBL) telah di adopsi dari sekolah kedokteran lain dan menjadi
pendekatan instruksi yang di terima sepanjang Amerika Utara dan juga
Eropa. Ia adalah pendekatan yang berpusat pada instruksi pembelajaran dan
kurikulum yang memfasilitasi pelajar untuk melakukan penelitian,
menghubungkan teori dan praktek, serta mengaplikasikan keterampilan dan
pengetahuan untuk mengembangkan penyelesaian terhadap masalah yang
berkaitan.
Problem Based Learning (PBL) seperti apa yang diketahui pada
saat ini adalah berevolusi dari inovasi kurikulum sains kesehatan yang di
perkenalkan di Amerika Utara 30 tahun yang lalu. Pendidikan kedokteran,
dengan corak intensif dari pembelajaran sains dasar yang di ikuti dengan
program pengajaran klinik yang setara, karena sistem yang lama telah
menjadi cara yang tidak efektif untuk persiapan pelajar, sehingga
memberikan sebuah ledakan tentang informasi tentang kedokteran dan
informasi baru serta telah merubah tuntunan pratek di waktu yang akan
datang.

B. Defenisi dari Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang
dihasilkan daripada proses kerja untuk memahami sebuah penyelesaian
masalah. Masalah ditemui pertama kali dalam proses pembelajaran. Problem
Based Learning (PBL) fokus terhadap pembelajaran pelajar bukan pada
bagaimana guru mengajar. Seringkali ia di katakan sebagai pendekatan total,
tidak hanya teknik atau alat untuk mengajar (Terry & Moore 2011).
Barrow mendefinisikan Problem Based Learning (PBL) sebagai
pembelajaran yang dihasilkan daripada proses pekerjaan untuk mencari
penyelesaian dari suatu masalah. Dimana, permasalahan ditemukan pertama
kali melalui proses pembelajaran (Barrow 1980). Watson (2004)
menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL), pada tingkat yang
paling dasar adalah dengan menggunakan masalah-masalah dunia nyata
untuk menyelesaikan masalah dan juga untuk meraih konsep esensial yang
terdapat di dalam kursus tersebut. Kemahiran berfikir kritis termasuk;
menerjemahkan, menganalisa, mengevaluasi informasi dan ide-ide dan
mengembangkan opini dan keputusan yang diasaskan pada bukti yang tepat
dan mandiri.

C. Hal-hal Penting dalam Mengaplikasikan Problem Based Learning


(PBL) dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)
Hal-hal yang penting diketahui berkaitan dengan pelaksanaan
proses belajar mengajar menggunakan Problem Based Learning (PBL),
yaitu:
1. Desain masalah Problem Based Learning (PBL)
Hal ini sngat penting untuk secara berkelanjutan
mendapatkan ide untuk menyelesaikan atau mendesain sesuatu yang
berhubungan, memotivasi, menarik, masalah tebaru. Untuk itu ada tiga
kunci utama dalam mendesain Problem Based Learning (PBL), yaitu:
a. Meningkatnya tingkat keingintahuan dalam mata pelajaran yang
dijalankan.
b. Mengalami bagaimana kurikulum sebagai masalah yang di
hubungkan kepada profesi di masa depan.
c. Mengintegrasi pembelajaran berdasarkan semua komponen
kurikulum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mendesain suatu
masalah, yaitu:
a. Desain masalah yang realistik serta mencapai hasil pembelajaran
akademik.
b. Desain masalah yang realistik yang mencapai syarat-syarat
keterampilan yang boleh ditransfer dan sesuai bidang ilmu.
c. Memilih tingkat kesukaran masalah.
d. Melibatkan pelajar-pelajar.

2. Tutorial Problem Based Learning (PBL) dalam Grup Kecil


Di dalam tutorial Problem Based Learning (PBL),
pengetahuan bukanlah proses dari penyerapan otak tetapi adalah
sebuah proses pembangunan, dimana pelajar mengeneralisikan
pengetahuan bersama seperti mereka menghubung pengetahuan dan
pengalaman di masa lampau dengan pengetahuan dan pengalaman
dimasa kini. Kegunaan dari tutorial Problem Based Learning (PBL)
digeneralisasikan menjadi 3 prinsip dari pembangunan sosial yang
menghubungkan teori pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
yaitu:
a. Salah satu pengembangan daripada masa pembelajaran yang
boleh meningkatkan kemampuan ketika kemampuan itu di
perlukan.
b. Pelajar boleh mengkaji lebih dengan kemampuan yang lebih
daripada kemampuan yang dimiliki sebelumnya.
c. Mengkaji adalah proses berdialog daripada bahasa yang terpikir.

3. Pengukuran yang sesuai


Pengukuran mendorong tujuan pembelajaran pada pelajar,
seperti halnya mendesain pembelajar yang menantang dan
mempersiapkan tutorial proses belajar mengajar.
4. Pembangunan atau Pengembangan Kurikulum Problem Based
Learning (PBL)
Kurikulum Problem Based Learning (PBL) mempunyai
perkembangan yang utama dalam perubahan multidimensi
menghasilkan sebuah produk manajemen. Inti dari kurikulum Problem
Based Learning (PBL) adalah pelajar menggunakan masalah Problem
Based Learning (PBL) dalam kelas-kelas tutorial proses belajar
mengajar.

5. Mengembangkan Pengetahuan dan Kemahiran


Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan pelajar. Dalam kurikulum Problem
Based Learning (PBL) pelajar membangun pengetahuan mereka
berdasarkan konsep kunci dalam disiplin dengan cara menyelesaikan
sebuah masalah yang di desain melalui konsep. Bersama membangun
pengetahuan yang dibangun berasaskan konsep ini melalui dialog
dalam tutorial yang mencakup pembelajaran mandiri dan bersama-
sama mengembangkan konsep dan tutorial Problem Based Learning
(PBL).
Sebagai tambahan kepada pengembangan pengetahuan,
Problem Based Learning (PBL) secara tersurat bertujuan untuk
mengembangkan kemahiran pelajar yang boleh di transfer serta
diperlukan dalam lingkungan kerja dan masyarakat. Pendidik secara
teratur menandai kepentingan dari kemahiran-kemahiran kunci yang
mencakup: komunikasi, jaringan, bekerja secara berkelompok,
interaksi informasi, berfikir kritis, kritikal dan kreatif, berfikir dan
menyelesaikan masalah.

6. Filosofi daripada Problem Based Learning (PBL)


Dengan menjelajahi berbagai dimensi di Problem Based
Learning (PBL), juga mengalamatkan sebuah lingkungan filosofi yang
berguna untuk semua guru yang perlu dikembangkan, maka perlu
menjawab beberapa pertanyaan yang mencakup:
a. Apakah tujuan daripada pendidikan lanjutan?
b. Apa itu pendidikan?
c. Apa yang dimaksud dengan seorang guru?
d. Apa yang dimaksud berperaktek secara professional?
e. Apa isu -isu yang etik yang di berikan kepada pelajar?
f. Bagaimana bisa pendidikan lanjutan pemikiran kritis dan kreatif?
g. Apa itu Problem Based Learning (PBL)?
h. Apakah jenis jenis masalah yang terdapat pada kurikulum
Problem Based Learning (PBL)?
i. Apa rasionalitas penggunaan Problem Based Learning (PBL)?
j. Apa tujuan daripada tutorial Problem Based Learning (PBL)?
k. Apa pengenalan, bentuk, aliansi yang baru di dalam penggunaan
Problem Based Learning (PBL) pada waktu ini?

D. Peranan dalam Proses Belajar Mengajar yang menggunakan Problem


Based Learning (PBL)
Dalam pelaksanaan belajar mengajar maka akan terjadi interkasi
antara komponen pelaksana pendidikan baik itu guru maupun pelajar. Untuk
memudahkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, maka harus
diketahui terlebih dahulu peranan untuk setiap komponen tersebut.
Pada proses Problem Based Learning (PBL), peranan guru yaitu untuk:
1. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang terbuka dan menantang.
2. Memfasilitasi proses Problem Based Learning (PBL) dan memberikan
pengajaran kecil.
3. Mendengar secara aktif dan perhatian pada apa yang di ucapkan oleh
pelajar dan meneliti apa yang mereka katakan tentang pembelajaran,
kesukaran, dan kesenangan yang dihadapi dalam kelompok pelajar.
4. Intervensi, harus digunakan secara tepat, dengan proses intervensi
dalam proses pembelajaran dan observasi.
5. Memberikan pertanyaan yang memunculkan pemikiran kreatif dan
kritis.
6. Menanyakan pelajar untuk menunjukkan bukti tentang bagaimana
bahasa mereka dan sumber-sumber yang mereka miliki.
7. Menantang pelajar untuk membuat hubungan antara teori dan praktek.
8. Mensimulasikan debat tentang isu-isu utama.
9. Mengharapkan pelajar untuk bertanggungjawab dalam menyelesaikan
pembelajaran mandiri dengan kualiti yang tinggi.
10. Memudahkan pelajar untuk merefleksi diri berdasarkan pembelajaran
mereka, perkembangan keterampilan-keterampilan utama dan
penampilan kelompok.
11. Memfasilitasi untuk mereview perbahagian-bahagian dalam tutorial.

Sedangkan peran daripada ketua kelompok yaitu:


1. Memberanikan pelajar untuk berpartisipasi dalam kelompok.
2. Memudahkan kelompok untuk membuat dan mengerjakan peraturan-
peraturan asas yang disepakati.
3. Menghentikan sesorang pelajar yang mendominasi dalam kelompok
dan mengajak ahli lain dalam kelompok untuk ikut berkontribusi.
4. Tidak selamanya untuk berbicara duluan dan tidak berbicara terlalu
panjang.
5. Mengajak diskusi dalam sudut pandang yang berbeda.
6. Menggunakan petunjuk proses Problem Based Learning (PBL) sebagai
pedoman kelompok dalam menyelesaikan masalah.
7. Memeriksa adanya seseorang yang menyimpulkan segala sesuatunya
pada akhir tutorial.
8. Memeriksa bahwa semua orang telah paham tentang isu-isu
pembelajaran atau masalah.
9. Meyakinkan bahwa kelompok tersebut mempunyai perancangan
tindakan yang jelas.
10. Berkordinasi dengan kelompok untuk menyelesaikan perancangan
tindakan mereka. dan memproduksi berbagai produk untuk
menyelesaikan masalah ini.

Peranan dari pada perekam atau notulen yaitu:


1. Merekam ide-ide dari setiap kelompok pada papan tulis sehingga
informasi ini boleh digunakan di dalam persekitaran pembelajaran
bersama.
2. Menuliskan secara jelas isu-isu pembelajaran yang telah ditentukan
untuk diselesaikan.
3. Bekerja secara verbal dan visual di papan tulis dan mengajak pelajar
untuk menbentuk sebuah poin.
4. Menyimpulkan dan mensintesis pembelajaran yang ada dari papan
tulis dan semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi pada
sintesis ini.
5. Berkordinasi dengan menggunakan komunikasi elektronik.

Peran pembaca, ialah:


1. Membaca masalah di depan kelas untuk tutorial.
2. Membaca ulang masalah ketika belum jelas.
3. Menarik perhatian kelompok untuk melihat komponen inti pada
masalah tersebut.

E. Mendesain Masalah Problem Based Learning (PBL) dalam Proses


Belajar Mengajar
Sebagai praktisi Problem Based Learning (PBL) kita telah di
untungkan dari beberapa hal yang kita dapatkan dari beberapa literatur dan
masalah. Untuk mendesain masalah yang berkualiti ada beberapa hal harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Menantang dan memotivasi.
2. Auntentik, nyata dari kehidupan sosial dan profesional.
3. Terbuka untuk berbagai ide dan hipotesis.
4. Multidimensi dengan fisik, kognitif, sosial, etika serta dimensi lainnya.
5. Sebuah stimulus untuk generasi dengan kolaborasi WEB.
6. Menantang pelajar untuk dapat meraih hasil belajar melalui
pembelajaran konsep-konsep inti dan meraih konsep untuk bekerja
dalam meraih praktisi yang umum.
7. Fokus terhadap sifat-sifat lulusan seperti meningkatkan pengembanagn
daripada ilmu-ilmu yang boleh ditransfer, contoh: bekerja secara
kelompok, literasi informasi, berfikir secara kritis dan penyelesaian
masalah.

F. Perfektif dalam Inisiatif Problem Based Learning (PBL)


Konsep iluminatif Problem Based Learning (PBL) dalam perfektif, yaitu:
1. Kemahiran atau keterampilan yang dapat di transfer.
2. Efektifitas daripada program Problem Based Learning (PBL).
3. Desain masalah yang realistik.
a. Menggunakan masalah masalah yang didapatkan secara langsung
daripada industri teknologi informasi.
b. Mengembangkan masalah-masalah baru dari petunjuk yang di
publikasikan:
1) Kelaziman karakteristik Problem Based Learning (PBL)
dalam masalah teknologi informasi di industri.
2) Masalah mempunyai beberapa penyelesaian yang tepat.
3) Permasalahan lengkap.
4) Permasalah terstruktur.
5) Permasalahan berada dalam beberapa disiplin ilmu.
6) Permasalahan memerlukan kalaborasi untuk
menyelesaikannya.
7) Rancangan pendekatan yang exsplinsif untuk
menyelesaikan masalah.
8) Rujukan untuk masalah-masalah yang sama sebagai
bantuan.
9) Identifikasi isu-isu pembelajaran.
10) Refleksi terhadap penyelesaian.

G. Implikasi dari pada Pratek Problem Based Learning (PBL)


Kemahiran yang
Karakteristi Saran untuk menggunakan PBL
berpotensi untuk
masalah PBL dalam sekanario
dikembangkan
Pelajar harus memeriksa berbagai
penyelesaian yang mungkin Pembuatan
Permasalahan digunakan untuk keputusan,
harus menyumbangkan kriteria kemahiran untuk
mempunyai termasuk sumber, batasan waktu, menaikan nilai,
suatu biaya, standar dan efisiensi. kontrol kualitas,
penyelesaian Pelajar harus menggunakan kemahiran untuk
yang tepat. penyelesaian yang benar-benar menenggok gambar
memenuhi kriteria-kriteria yang lebih besar.
tersebut.
Karena di waktu yang sama Fleksibilitas dan
Masalah
permasalah-permasalah keterampilan untuk
seharusnya
profesional itu kompleks, memenyebarkan
kompleks
penyelesaian masalah yang masalah yaitu
bukan
dikembangkan untuk digunakan menjadi masalah
sederhana.
didalam kelas tidaklah mudah. yang lebih spesifik.
Karena informasi yang
dikumpulkan di anggap sebagai
satu daripada langkah-langkah
Kemahiran
yang penting dalam
investigasi,
menyelesaikan masalah yang
kemahiran
profesional, maka pelajar tidak
komunikasi yang
mendapatkan syarat-syarat untuk
Masalah harus telah meningkat
menyelesaikan masalah tersebut
terstruktur. oleh pengguna non
dengan mudah. Ini akan
teknik, perubahan
memerlukan investigasi yang
keperluan bisnis
besar, sama hal nya dengan
menjadi syarat-
komunikasi diantaranya: orang
syarat teknikal.
yang berperan sebagai pelayan
dan pelajar yang di tugasakan
untuk menyelesaikan masalah.
Permasalahan Masalah harus melewati batasan Pengetahuan
seharusnya terhadap disiplin-disiplin ilmu diberbagai disiplin
berada dalam ilmu dalam konteks
beberapa yang lain. disiplin ilmu yang
disiplin ilmu. sekarang dipelajari.
Tiap-tiap masalah harus
mendapatkan beberapa pelajar Kemahiran untuk
Permasalahan
yang ditugaskan untuknya. berkolaborasi, kerja
harus fokus
Permasalahan seharusnya kelompok,
pada kerja
meningkatkan fokus terhadap kemahiran
berkelompok
kerja berkelompok. Terdapat interpersonal, dan
dan
tugasan lebih dalam kerja pengurusan
berkalaborasi.
kelompok untuk menjadi lebih terhadap konflik.
baik.
Perencanaan untuk sebuah
pendekatan masalah yang
berkontribusi kepada masalah
Pengurusan waktu,
penyelesaian tugasan tugas yang
Permasalahan delegasi,
sukses dan lengkap. perencanaan
memerlukan perencanaan dan
tidak lah penting untuk tugsan
perencanaan. kemahiran untuk
yang sederhana tetapi untuk
berorganisasi.
pekerjaan yang besar karena
memerlukan kerja daripada
kelompok.
Pembelajaran
secara mandiri,
Identifikasi isu isu pembelajaran
ilmu-ilmu
Permasalahan memerlukan pelajar untuk
investigasi,
memerlukan menuliskan apa yang mereka
kemampuan untuk
identifikasi tahu, dan apa yang mereka tidak
melihat gambaran
daripada isu- tahu terhadap masalah tersebut.
secara lebih besar,
isu Tiap tiap pembelajaran
pemahaman
pembelajaran. memerlukan untuk
terhadap
menyelesaikan masalah.
pengetahuan dan
batasan-batasan.
Praktisi secara umum tidak
merefleksikan solusi mereka
kerana batasan waktu dan
Tiap pelajar tekanan kerja. Tetapi jika suatu
Kemahiran untuk
atau kelompok kondisi berlaku maka kebanyakan
menaikan nialai,
perlu dari mereka akan melakukan.
sudut pandang
menrefleksikan pratiksi yang menggunakan
perorangan,
efektifitas dari refleksi akan mendapatkan
pemikiran yang
sebuah keuntungan. Refleksi sangat
analitis dan kritis.
penyelesaian. penting ketika mempelajari PBL,
ia harus di lakukan secara
individu yang berasaskan
kelompok didalam kelas.
H. Fokus proses Problem Based Learning (PBL) dalam Literasi Informasi
Pelajar
Langkah-langkah untuk memperlihatkan bagaimana
pengembangan literasi informasi di dalam Problem Based Learning (PBL),
yaitu:
1. Mengidentifikasi keperluan dalam menyelesaikan masalah dan isu-isu
pembelajaran.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang paling sesuai untuk digunakan
dalam penyelesaian isu-isu pembelajaran.
3. Mencari informasi secara efektif.
4. Mengidentifikasi, mengevaluasi, serta mendapatkan informasi.
5. Mengintegrasikan informasi dan mengaplikasikannya ke dalam
masalah.
6. Mengerakan pertanyaan yang lebih lanjut.

I. Kriteria Penilaian dalam Problem Based Learning (PBL)


Penilaian sebaiknya di dasarkan pada:
1. Konteks secara pratek.
2. Mengukur aktiviti profesional yang berasaskan proses.
3. Merefleksikan pengembangan pelajar.
4. Memberikan pelajar sebuah pengalaman yang boleh diukur.
5. Mencakup pengukuran pribadi pelajar dan refleksinya.
6. Sesuai dengan modul yang ada.

Kriteria penilaian yang baik, yaitu:


1. Menetapkan harapan yang tepat.
2. Memberikan alasan yang logis.
3. Memperkenalkan pendekatan yang dalam kepada pembelajaran.
4. Memberikan kesempatan pada pelajar dalam tugas.
5. Memberanikan pelajar untuk melihat hasil belajarnya.
6. Memfasilitasi aduan balas yang meningkatkan kompetensi pelajar.
Mengapa perlu Mendesain Masalah dan Pergerak dalam berbagai Media?
Media merupakan hal yang mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar untuk itu, penggunaan media sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Untuk itu perlu seorang guru atau praktisi Problem Based
Learning (PBL) menggunakan berbagai media dalam proses belajar mengajar,
diantaranya hal ini dikarenakan oleh:
1. Masalah dunia nyata yang hadir dalam berbagai media.
2. Keragaman dan tantangan adalah penting untuk di pelajari.
3. Pelajar mempunyai cara kemunikasi dan pembelajaran yang berbeda-beda.
4. Belajar dalam berbagai media adalah penting untuk mengembangkan
intelektualitas dan kreatifitas ganda.
5. Bentuk modelitas yang berbeda.
6. Masalah boleh dikerjakan secara kritikal dan kreatif dengan menggunakan
berbagai media.
7. Banyak pelajar yang tidak asing dengan bekerja dan berkomunikasi dalam
berbagai media dan tehknologi.
8. Bekerja secara efektif dalam berbagai media merupakan kemahiran kunci
untuk bekerja.

Media Seperti Apa yang Boleh digunakan untuk Mendesain Masalah?


Dalam Problem Based Learning (PBL), ide akan berkembang
disebabkan oleh masalah yang ada ketika pelajar berusaha memahami konsep inti.
Dalam pelaksanaan PBL ini, terdapat beberapa media yang boleh digunakan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Pengalaman hidup.
2. Pengalaman yang di stimulasikan.
3. Pengalaman yang berkaitan dengan teknologi.
Bagaimanakah cara Mengembangkan secara Efektif Media yang Berbeda?
Ada lima pendekatan asas yaitu:
1. Brainstorming dan penulisan cerita.
2. Merujuk kepada sumber-sumber yang ada.
3. Mengecek hak cipta.
4. Menggunakan ulang sumber-sumber.
5. Mengembangkan sumber-sumber tersendiri.
6. Mengimplementasikan masalah.

Autentik Desain Masalah


Watson (2004), Problem Based Learning (PBL) pada tingkat yang paling
dasar adalah dengan menggunakan masalah-masalah dunia nyata untuk
menyelesaikan masalah dan juga untuk meraih konsep esensial yang terdapat
didalam kursus tersebut. Kemahiran berfikir kritis termasuk; menerjemahkan,
menganalisa, mengevaluasi informasi dan ide-ide dan mengembangkan opini dan
keputusan yang diasakan kepada bukti yang tepat dan mandiri. Petunjuk untuk
memfasilitasi desain masalah dalam jangkauan penyelesaian dalam proses desain
kurikulum. Strategi inti adalah untuk mengajak kelompok penyelesaian masalah
dari berbagai disiplin ilmu menuliskan sesuatu yang autentik dan memberikan
tantangan untuk mensimulasikan pembelajaran. Kunci untuk membuat masalah
yang efektif, yaitu:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen dasar yang diperlukan dalam membuat
masalah dalam program atau kursus.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang didalam dan diluar organisasi yang
boleh membantu menyelesaikan masalah pada elemen-elemen masalah
tersebut.
3. Membangun paket persiapan.
4. Mengatur kesesuaian.
5. Menyajikan alamat.
6. Mengambarkan konteks.
7. Menjelaskan karakteristik inti dari masalah Problem Based Learning (PBL).
8. Memeilih kelompok multidisplin yang kecil.
9. Pengurusan kelompok.
10. Menyajikan kesmpatan untuk memberikan maklumbalas kelompok yang
kecil.
11. Memilih dan menandai masalah dan evaluasi.

Manakala menurut Ali Samsudin (2008) terdapat 12 senarai semak reka


bentuk masalah, yaitu:
1. Memilih isi kandungan yang sesuai.
2. Menentukan sumber informasi yang ada.
3. Menulis pernyataan masalah yang memiliki urutan dan susunan yang jelas.
4. Menulis pernyataan masalah yang dekat dengan pengalaman pelajar.
5. Menulis pernyataan masalah berdasarkan kurikulum.
6. Menulis pernyataan masalah yang membenarkan berlakunya berbagai
strategi belajar mengajar.
7. Menulis pernyataan masalah yang kurang berstruktur.
8. Memilih aktivitas yang dapat memotivasi pelajar.
9. Membina soalan yang berfokus.
10. Menentukan strategi penilaian.
11. Memilih isi kandungan yang sesuai.
12. Menentukan alur penyelesaian masalah dengan alur atau langkah Problem
Based Learning (PBL) yang betul.

Koneksi, Integrasi dan Pemahaman Konseptual


Tujuan daripada Problem Based Learning (PBL) adalah agar pelajar
dapat mencapai, melakukan secara komperhensif, mengaplikasikan, struktur dan
mengintegrasi pengetahuan mereka. Strategi praktek, yaitu:
1. Perhatian terhadap desain masalah
Masalah-masalah Problem Based Learning (PBL) harus di desain
sebelum disajikan dalam hal ini pelajar akan secara alami terlibat dalam
membuat koneksi, konspetual diantara konsep-konsep yang di pelajari dalam
penyelesaian masalah.
2. Peranan dan urutan dari sumber pembelajaran yang berbeda
Dengan adanya perkembangan teknologi maka akan didapatkan
banyak sumber rujukan untuk membantu pelajar dalam memahami
pengetahuan konseptual yang betul.
3. Mengintegrasi pengukuran, menggunakan proses pengukuran yang
terintegrasi dan tugasan pengukuran yang integratif

Alur-alur dalam Konseptualisasi daripada Pembelajaran sebagai bagian


daripada Problem Based Learning (PBL)
1. Menjelajahi masalah (pembikaian masalah).
2. Mencari banyak kemungkinan penyelesaian masalah (diagnosis).
3. Evaluasi daripada penyelesaian yang berpotensi daripada penyelesaian yang
terbaik (investasi dari penyelesaian desain).
4. Belajar untuk menghasilkan produk.
5. Mencoba produk yang baru.
6. Mengevaluasi hasil.

Sebuah Masalah mungkin berbentuk


1. Sekanario
2. Cerita
3. Dilema
4. Tantangan
5. Pengerak dari pada berbagai media
6. Titik mula dari sebuah pembelajaran

Fokus-fokus Utama sebaiknya mencakup:


1. Pemahaman terhadap fenomena.
2. Bekerja atas sebuah tantangan, contohnya; mendesaian dan menciptakan
suatu solusi.
3. Mencari cara yang lebih efektif dan lebih bersahabat dalam mengerjakan
sesuatu.
4. Mempelajari lebih lanjut tentang konsep-konsep inti dengan belajar.
5. Memproduksi sebuah produk penyelesaian masalah terbaik untuk sebuah
kelompok.

Masalah dalam proses belajar mengajar memiliki peranan (fungsi) yang


sangat baik untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri pelajar, diantara
fungsi masalah dalam proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
sebagai berikut:
1. Masalah sebagai provokasi dalam suatu area tertentu
Teori ilumiti menyatakan bahwa terkadang ketika kita mempelajari
pengetahuan baru maka kita tidak boleh pergi langsung daripada kondisi
lama kepada kondisi yang baru. Peserta dalam program Problem Based
Learning (PBL), berbincang mengenai masalah-masalah Problem Based
Learning (PBL) sebagai provokasi dalam suatu area tertentu. Area ini boleh
dideskripsikan sebagai sebuah jembatan, atau gerbang, atau poin yang
membuka jalan untuk mereka berfikir. Konsep iluminiti ini membuka
peluang mendesains masalah untuk memprovokasi pelajar dalam tiga
dimensi yaitu; pengetahuan, identitas, dan tindakan professional.

2. Masalah sebagai pengerak sebuah konsep


Mengikut pemahaman dari masalah sebagai provokasi, sebuah cara
untuk mensimulasi belajar kepada tingkatan baru sebuah pengetahuan yaitu
untuk mendesain masalah yang terfokus kepada konsep. Konsep ini adalah
konsep yang susah untuk dipahami.

3. Masalah sebagai stimulus dalam mencari sebuah kesenangan


Ketika pelajar belajar berbicara mengenai Problem Based Learning
(PBL), mereka mendeskripsikan suatu proses yang memberikan suatu
kesenangan dan kesukaran pada masa yang sama. Tiga dimensi kesenangan
di difenisikan sebagai:
a. Tertawa dan bercanda.
b. Kebebasan dan kreatifitas.
c. Permainan.

Dalam buku ini, penulis menyusun dan merancang untuk dapat


melaksanakan Problem Based Learning (PBL) secara efektif. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut;
1. Mengatur persekitaran
Menempatkan peranan, membuat review (pengulangan atas
pembelajaran yang telah lepas) dan membuat peraturan asas, serta mereview
suatu proses pembelajaran dan pemikiran.
2. Memperkenalkan masalah
Membaca atau memancing sebuah masalah; mengklarifikasi kunci
fakta yang harus diketahui, mengkontektualisasikan masalah berasaskan
kepada kenyataan dari satu atau dua orang, serta fokus dalam program
spesifik.
3. Brainstorm
Mengumpulkan semua idea atau penjelasan (idea), memberi respon
dan contoh daripada relasi atau pengalaman (menjelajahi).
4. Pengetahuan
Berdiskusi dan mensintesis; berdiskusi tentang satu masalah, dan
menyimpulkan apa yang telah diketahui daripada kunci-kunci dari masalah
tersebut.
5. Pembelajaran isu-isu
Memformulasikan isu-isu dalam pembelajaran; menamai isu-isu
pembelajaran untuk pembelajaran yang berlanjut dan fasa-fasa sebagai
pertanyaan bagi menjana beberapa penyelesaian masalah. Pembelajaran
mandiri; kata-kata dalam isu pembelajaran, mensintesis maklumat dari isu
tersebut.
6. Aksi dan refleksi
Membangun pengetahuan dan mebuat persembahan aksi-aksi
professional; mendefinisikan isu-isu pembelajaran dan praktek, kemudian
menyimpulkan pembelajaran yang terhubung terhadap masalah-masalah
berasaskan pada aspek profesional untuk membawa sebuah aksi yang efektif
dan efektif.

Pelajar memaksimalkan potensi dari tutorial Problem Based Learning


(PBL), yakni memfokuskan tiga prinsip-prinsip yang penting sebagai cara yang
bagus untuk mengembangkan pengetahuan dalam berdiskusi, diantaranya:
1. Menciptakan hubungan sosial yang demokratis.
2. Membangun pengetahuan berdasarkan elaborasi.
3. Mengadopsi kontrol yang dibagikan.

Sumber:

Vebrianto, Rian. 2018. Panduan Aplikasi Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management

Anda mungkin juga menyukai