Anda di halaman 1dari 13

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(Problem-based Learning)
MAKALAH

Di susun guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran


Dosen Pengampu : Taupik Lubis, B. Sc.Ed, M, Pd.I

Di susun oleh :
Haryati (198610006) PGSD SMT 7
Nurul Rativa (198610064) PGSD SMT 7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
ARRAHMANIYAH DEPOK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang “Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
mata kuliah. Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taupik Lubis, B. Sc.Ed, M, Pd.I
selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia SD yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 06 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I iii
PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah 3
B. Komponen-Komponen Pendukung Pembelajaran Berbasis Masalah 4
C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah 5
D. Langkah-Langkah (Implementasi/Pelaksanaan) Dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah 5
E. Penilaian Serta Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah 6
F. Kelebihan Serta Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah 7
BAB III 9
PENUTUP 9
Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar
yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang
harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta
didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di
depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang
diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan
oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai
masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang
akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus
dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta
didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi
jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu
sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
     Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik
dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta
didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis
melalui masalah yang dihadapi.
     Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.

1
     Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah
ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and
Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah
sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong
guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan
membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.

B.    Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2. Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
3. Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
4. Bagaimanakah langkah-langkah (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah?
5. Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
6. Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?

C.    Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui langkah-langkah (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah.
5. Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Problem Based Learning


Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga
masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya
dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan
pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan
yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki
sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah
petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari
atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis
masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal
ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih
diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh
seorang guru.

3
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat
PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang,
melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari
penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di
kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan
penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran
ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

B.  Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik.
Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab
dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural
dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata.
Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan
menarik kesimpulan.

4
d. Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk
bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
C.    Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan
padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis
masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan.  Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika
Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
a. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
b. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang
dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
d. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

D.     Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah


John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah
dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

5
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan
lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat
dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang
relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan
data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah
dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan
membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang
dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

E.    Penilaian dan Evaluasi


Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang
ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi
penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya
cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist,
reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau
kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi
masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi
tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.

6
F.    Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini
guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba.

7
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

8
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan
baru untuk dapat menyelesaikannya.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan
padaproses penyelesaian masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini

9
DAFTAR PUSTAKA

Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based


Learning. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui
Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.

10

Anda mungkin juga menyukai