Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Problem Based Learning


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Rusmining, M.Pd.

Disusun oleh :

Mahsa Savira Raihana 1900006039


Rahila Andini Salsabila 1900006041

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
PROBLEM BASED LEARNING

PENGERTIAN

Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan
yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem based learning (PLB) dikembangkan
untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran
ilmu media di McMaster University Canada (Amir, 2009,h.124). Model pembelajaran ini
menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian
diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL):

1. Menurut Barbara J. Duch (1996), Problem Based Learning (PBL) adalah satu model
yang ditandai dengan penggunaan masalah yang ada di dunia nyata untuk melatih
siswa berfikir kritis dan terampil memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan
tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari
2. Menurut Arends Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah auntentik (nyata) sehingga
diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan
kembangkan keterampilan tinggat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan
meningkatkan kepercayaan dirinya.
3. Menurut Glazer mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu strategi
pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam
situasi nyata.

Dari beberapa uraian mengenai pengerian Problem Based Learnign dapat disimpulkan
bahwa Problem Based Learning merupkan model pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan
yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Model Problem Based learning bercirikan penggunaan masalah kehidupna nyata sebagai
suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa
mendapat lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan
memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan ekerja dalam kelompok,
kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan
informasi .

Savery, Duffy, thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan pedoman dalam
menyajikan permasalahan. Pertama, permasalahan harus sesuai dengan konsep dan prinsip
yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya
masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam Problem Based Learning pembelajarannya lebih
mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu
siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai
penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi
fasilitas pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan
pertumbukan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

Landasan teori PMB adalah kolaborativisme, suatu pandangan yang berpendapat bahwa
siswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua
pengerahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan
berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses
pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator siswa ke proses konstruksi
pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia
hanya dapat memahami melalui segara sesuatu yang dikonstruksinya sendiri.

PMB memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan
dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan
dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa memiliki pengalaman sebagaimana
nantinya mereka hadapi di kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting
karena pembelajaran yang efektif dimulai dari pengalaman yang konkrit. Pertanyaan,
pengalaman, formulasi, serta penyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka
ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran.

Karaktaristik Model Problem Based Learning

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu
dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Menurut Arend, berbagai
pengembangan pengajaran beersasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu
memiliki karakteristik sebagai berikut ;

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah


1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari
pada berakar pada prinsip-prinsip ilmu tertentu.
2. Jelas,yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami
siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus
mencakup seluruh mteri pembelajaran yang akan diajarkan sesuai denga
waktu, ruang, dan sumber yang tersedia
5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah
masalah dan guru sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik (nyata)
Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan
dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil
karyanya.
e. Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan
bersama-sama antar siswa

Adapun beberapa karaktristik proses Problem Based Learning menurut Tan diantaranya :

1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran


2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang.
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntuk siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah
diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru
5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self direced learning)
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengjarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning dapat
disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based Learning yaitu
adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok
kecil.

TAHAPAN – TAHAPAN DALAM PROBLEM BASED LEARNING

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu :

Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta
didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.

Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik
kedalam kelompok, membantu peserta duduk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan indormasi yang dibutuhkan, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan
membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.

Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada
tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Kelima tahap yang dilakukan dalam
pelaksanaan model Problem Based Learning ini selengkapnya dapat disimpulkan melalui
tabel 2.1 yang dapat dilihat di bawah ini :

Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
Tahap 1 mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
Orientasi peserta didik pada masalah cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah
Guru membagi siswa ke dalam kelompok,
Tahap 2 membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
Guru mendorong peserta didik untuk
Tahap 3 mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
Membimbing penyelidikan individu maupun melaksanakan eksperimen dan penyelidikan
kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam merancang dan
Tahap 4 menyiapkan laporan, dokumentasi, atau
Mengembangkan dan menyajikan hasil model, dan membantu mereka berbagi tugas
dengan sesama
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan
hasil pemecahan masalah hasil penyelidikan yang mereka lakukan
Tabel 2.1

Adapun menurut Barret (2005) langkah langkah pelaksanaan PMB (Pembelajaran Berbasis
Masalah) adalah :

1. Siswa diberi masalah oleh guru (atau permasalahan diungkapkan dari pengalaman
siswa)
2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut :
 Mengklarifikasikan kasus permasalahan yang diberikan
 Mendefinisikan masalah
 Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
 Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
 Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus
diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di
perpustakaan, database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
4. Siswa kembali ke kelompok PBM semula untuk melakukan tukar informasi,
pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
5. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6. Siswa dibantu guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan
pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh
siswa serta bagaimana peran masing-masing siswa dalam kelompok.

Peran guru sebagai fasilitator sangat penting karena berpengaruh kepada proses belajar siswa.
Walaupun siswa lebih banyak belajar sendiri tetapi guru juga memiliki peranan yang sangat
penting. Peran guru sebagai tutor adalah memantau aktivitas siswa, memfasilitasi proses
belajar dan menstimulansi siswa dengan bertanya. Guru harus mengetahui dengan baik
tahapan kerja siswa baik aktivitas fisik ataupun tahapan berpikir siswa.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


a. Kelebihan

Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa


kelebihan, diantaranya :

1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan


pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat
mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun
proses belajarnya.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia.

b. Kelemahan

Disamping kebihan di atas, Problem based learning juga memiliki kelemahan,


diantaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
Selain itu ada beberapa pendapat yang menjelaskan bahwa beberapa kelebihan dalam
penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain:

a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalahmasalah


menurutcara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui
gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan
dengan pendekatan yang kitapakai dalam pembelajaran.
b. Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).

c. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery),


bertanya(questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau
mendeskripsikan (describing)mempertimbangkan atau membuat pertimbangan
(considering), dan membuat keputusan (decisionmaking).
Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi
bermasalah yang mengandung masalah.

Selanjutnya adalah kelemahan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based


Learning antara lain:

a. Pembelajaran model Problem Based Learning membutuhksn waktu yang lama.


b. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar
terutama membuat soal.

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa kelebihan dan kelemahan model


pembelajaran problem based learning ini di peroleh beberapa nilai pokok yang harus
dikembangkan oleh guru dalam menghidupkan suasana pembelajaran ,disini guru tidak
hanya berperan sebagai subjek utama dalam pembelajaran tapi disisi lain guru harus
melibatkan siswa agar kemampuan berfikir kritis siswa dapat berkembang.

PENGAPLIKASIAN DALAM PEMBELAJARAN

Tahapan dalam penerapan model PBL.


1. Tahap ke-1 (Fase 1): orientasi peserta didik pada masalah.

Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini sangat penting untuk memberikan
motivasi agar peserta didik dapat mengetahui pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Berdasarkan kompetensi dasar yang


dipilih, tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Peserta didik dapat:

• memahami pola dan menggunakannya untuk menduga dan membuat generalisasi


(kesimpulan) serta untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
• Memiliki rasa ingin tahu

• Menunjukkan sikap tanggung jawab, kerjasama, dan tidak mudah menyerah


dalam memecahkan masalah.
b. Guru mengajukan fenomena atau cerita untuk memunculkan masalah terkait pola,
memotivasi peserta didik dengan menyampaikan kegunaan praktis dari pemahaman
peserta didik terhadap penerapan pola yang dapat dipergunakan untuk menduga atau
membuat suatu generalisasi atau kesimpulan.
c. Guru memberikan masalah terkait penerapan pola bilangan yaitu peserta didik
diminta untuk memperkirakan berapa banyak kursi yang dibutuhkan dalam suatu
gedung pertunjukan jika susunan kursi yang dirancang dalam suatu gedung
pertunjukan tersebut berbentuk trapesium samakaki seperti gambar berikut.

(i) (ii)

i. Jika pada susunan kursi baris pertama akan diisi 4 kursi, baris kedua diisi 6 kursi,
baris ketiga diisi 8 kursi, dan seterusnya setiap baris ke belakang bertambah 2
kursi, berapakah banyaknya kursi yang dibutuhkan jika susunan kursi yang
dibentuk ada 12 baris, 15 baris, dan 20 baris? Dapatkah kamu membuat rumus
untuk memprediksikan banyak kursi yang dibutuhkan dalam gedung
pertunjukkan tersebut jika terdapat n baris?
ii. Jika pada susunan kursi baris pertama akan diisi 7 kursi, baris kedua diisi 9 kursi,
baris ketiga diisi 11 kursi, dan seterusnya setiap baris ke belakang bertambah 2
kursi, berapakah banyaknya kursi yang dibutuhkan jika susunan kursi yang
dibentuk ada 10 baris, 12 baris, dan 15 baris? Dapatkah kamu membuat rumus
untuk memprediksikan banyak kursi yang dibutuhkan dalam gedung
pertunjukkan tersebut jika terdapat n baris?

d. Guru selanjutnya menjelaskan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan berikutnya


yaitu melalui penyelidikan, kerja kelompok, dan presentasi hasil.

2. Tahap ke-2 (fase 2), mengorganisasi peserta didik dalam belajar.

Pada tahap ini aktivitas utama guru adalah membantu peserta didik untuk belajar
(mengorganisasikan peserta didik untuk belajar yang berhubungan dengan masalah
yang diberikan). Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan adalah:

a. Guru mengelompokkan peserta didik dalam kelompok kecil yang terdiri atas 45
orang.
b. Guru memberi tugas kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan melalui diskusi kelompok.
c. Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca buku peserta didik
atau sumber lain atau melakukan penyelidikan guna memperoleh informasi yang
berkaitan dengan masalah yang diberikan.

3. Tahap ke-3 (fase 3), membimbing penyelidikan secara individu maupun


kelompok.

Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah melalui
penyelidikan individu maupun kelompok. Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan
sebagai berikut.

a. Guru meminta peserta didik untuk melakukan penyelidikan dengan


mengumpulkan informasi terkait banyak kursi yang dibutuhkan dalam setiap
baris dan banyak kursi dalam beberapa baris.
b. Guru membimbing peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kritis dalam mencari jawaban terkait dengan masalah yang telah diberikan
(banyak kursi yang dibutuhkan dalam menyusun barisan kursi).

4. Tahap ke-4 (fase 4), mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada tahap ini guru dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan hasil
penyelidikannya dan meminta peserta didik mempresentasikan hasil temuannya.
Kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan sebagai berikut.

a. Guru meminta peserta didk untuk mengembangkan hasil penyelidikan menjadi


bentuk umum (rumus umum) yaitu berapa banyak kursi yang dibutuhkan jika
terdapat n baris.
b. Guru meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil temuannya
(jawaban terhadap masalah yang diberikan) dan memberi kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi dan memberi pendapat terhadap presentasi
kelompok.

5. Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini guru memandu/memfasilitasi peserta didk untuk menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah yang diperolehnya. Kegiatan pembelajaran
yang dimungkinkan sebagai berikut.

a. Guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap pemecahan masalah


terkait pola bilangan yang telah ditemukan siswa.
b. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari
siswa.

KESIMPULAN
Pendidikan seharusnya dapat membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan
yang memungkinkan mereka dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan nanti. Sementara itu, pembelajaran yang dilakukan di sekolah
cenderung hanya sebagai transfer informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh
guru sebagai transfer dominan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
dilakukan adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL).

PBM lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai pembelajar serta terhadap
permasalahan otentik dan relevan untuk dipecahkan dengan menggunakan seluruh
pengetahuan yang dimiliki atau sumber-sumber lainnya. Dalam PBM, siswa dituntut
untuk mampu bekerja secara kelompok untuk mencapai hasil bersama. Dimulai dari
pendefinisian masalah, kemudian siswa melakukan diskusi untuk menyamakan
persepsi tentang permasalahan serta menetapkan tujuan dan target yang harus dicapai.
Setelah itu siswa mencari bahan-bahan dari sumber-sumber di perpustakaan, internet,
atau melalui observasi

Akhirnya, sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, PBM tentunya memiliki


kelebihan dan kekurangan. Tapi selama asumsinya dapat terpenuhi, maka PBM sangat
layak untuk diterapkan dalam rangka menciptakan siswa-siswa yang memiliki pola
pikir yang kritis terhadap permasalahn yang dihadapinya.

DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina (2007). Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. SPs UPI : Bandung
Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :
http://[22–03-2007]
Waters, R and McCracken, M.( -).Assessment and Evaluation In Problem Based
Learning. Georgia Intitute of Technoloy : Georgia. [online]. Tersedia : http:// [22 – 03 -2007]
Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based
Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad.[online]. Tersedia :
http://[22-03-2007]
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas
:Austin.[online].Tersedia:http://[22-03-2007]
Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan
masalah. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online], Vol 2 (2), 6
halaman. Tersedia : http:// [14-12-2007]

http://www.scribd.com/doc/77893287/Metode-Pembelajaran-Problem
Solving-Dan-Problem-Based-Learning, diakses 24 mei 2016)

http://p4tkmatematika.kemdikbud.go.id/artikel/2014/03/25/contoh-penerapan-model-
pembelajaran-berbasis-masalah-matematika-smp-kelas-vii/

Anda mungkin juga menyukai