Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

“TEORI DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM


BASED LEARNING”

Dosen Pengampu: Dr. Almaydza Pratama, S.S., M.Pd. I.

Oleh: Christina Anjani (02009007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAIS ASY-SYUKRIYYAH TANGERANG

2023
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL)


Model pembelajaran berbasis Problem Based Learning
(PBL) atau disebut juga sebagai pembelajaran berbasis masalah adalah
model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada
permasalahan yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan dan
kemandirian siswa, serta meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Nurhadi mendefisinikan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based -Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk 56). Terdapat hubungan
antara pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kreatif karena
berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika
mendatangkan (memunculkan) suatu ide baru dengan menggabungkan
ide-ide yang sebelumnya dilakukan.1 Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa model ini mengacu pada suatu
masalah yang fokus dalam konteks tertentu saja, tidak bercabang
kemana-mana. Sehingga dari masalah tersebut, siswa akan
mengembangkan teori atau informasi berdasarkan pemikiran mereka
yang tentu saja akan berbeda dari setiap individu.
Model pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan
pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antardisiplin,
penyelidikan autentik, kerja sama dan menghasilkan
karya.12Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada
siswa, tetapi justru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir
sesuai kemampuan mereka.

B. Tujuan Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL)


Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran berbasis
masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan
pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak hanya cukup
dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang
dihasilkan oleh siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan
mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama – sama.2
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa
tersebut. Pembelajaran berbasis masalah juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta
didik . Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk
ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi,
strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan
masalah.

C. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL)


1) Pengajuan Masalah atau Pertanyaan

1
Siswono, Tatag Yuli Eko. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, 2009
2
Ibrahim, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2014) hal 15-16.
Pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan
yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan
masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik,
jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
2) Keterkaitan Dengan Berbagai Macam Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah
hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3) Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis
masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan
untuk mencari penyelesain masalah yang bersifat nyata. Siswa
menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan
meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan
menggambarakan hasil akhir.
4) Menghasilkan Karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun
hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil
karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa
ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
5) Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah
harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik
dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama anatar
siswa dengan guru.
Terdapat beberapa kriteria masalah pada Pembelajaran
Berbasis Problem Based Learning (PBL). Menurut Arends,
pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan
dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip – prinsip
disiplin ilmu tertentu.
2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya
menyulitkan penyelesaian siswa.
3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya
mudah dipahami siswa selain itu masalah disusun dan dibuat
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah
yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas artinya
masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang
akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang
tersedia. Selain itu masalah yang telah disususn tersebut
harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
5) Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan
dirumuskan haruslah bermanfaat baik siswa sebagai pemecah
masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah
yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir memecahkan masalah siswa serta
membangkitkan motivasi belajar siswa.3
Setelah didapat masalah yang merujuk kepada kriteria
yang sudah disebutkan3 dan menetapkannya sebagai bahan ajar,

3
Arends, Belajar dan Pembelajaran.(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal 13
terdapat pula beberapa tahapan pemecahan masalah. Menurut
Lepinski (2005), tahap-tahap pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Penyampaian ide
Pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat
(brainstorming). Pembelajar merekam semua daftar masalah
(gagasan/ide) yang akan dipecahkan. Mereka kemudian di
ajak untuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang
dikemukakan atau mengkaji pentingnya relevansi ide
berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan (masalah
aktual, atau masalah yang relevan dengan kurikulum), dan
menentukan validitas masalah untuk melakukan proses kerja
melalui masalah.
2) Penyajian fakta yang diketahui (known facts)
Pada tahap ini, mereka diajak mendata sejumlah fakta
pendukung sesuai dengan masalah yang telah diajukan.
Tahap ini membantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat
dalam masalah. Tahap ini mungkin juga mencakup
pengetahuan yang telah dimiliki oleh mereka berkenaan
dengan isu-isu khusus, misalnya pelanggaran kode etik,
teknik pemecahan konflik, dan sebagainya.
3) Mempelajari masalah (learning issues)
Pembelajar diajak menjawab pertanyaan tentang,’’ Apa yang
perlu kita ketahui untuk memecahkan masalah yang kita
hadapi?’’ Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, mereka
melakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan
informasi. Pembelajar melihat kembali ide –ide awal untuk
menentukan mana yang masih dapat dipakai. Sering kali,
pada saat para pebelajar menyampaikan masalah – masalah,
mereka menemukan cara – cara baru untuk memecahkan
masalah.
Dengan demikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau
tindakan untuk mengeliminasi ide – ide yang tidak dapat
dipecahkan atau sebaliknya ide – ide yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah.
4) Menyusun rencana tindakan (action plan)
Pada tahap ini, pembelajar diajak mengembangkan sebuah
rencana tindakan yang didasarkan atas hasil temuan mereka.
Rencana tindakan ini berupa sesuatu ( rencana ) apa yang
akan mereka lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran –
saran untuk memecahkan masalah.
5) Evaluasi ( evaluation)
Tahap evaluasi ini terdiri atas tiga hal : (1) bagaimana
pebelajar dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses,
(2) bagaimana mereka menerapkan tahapan pembelajaran
berbasis masalah untuk bekerja melalui masalah, dan (3)
bagaimana pembelajar akan menyampaikan pengetahuan
hasil pemecahan masalah atau sebagai bentuk pertanggung
jawaban mereka. Belajar menyampaikan hasil – hasil
penilaian atau respons-respons mereka dalam berbagai
bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal,
laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal
lainnya.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning
(PBL)
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima
langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa
dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis
hasil kerja siswa.
1) Orientasi siswa pada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlihat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalahnya.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai, seperti laporan, video dan model serta membantu
berbagai tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan dan proses – proses yang mereka
gunakan.
Tentunya semua model pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan
dan kekurangan saat diterapkan secara langsung. Berikut beberapa
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem Based-Learning).
Kelebihan:
1) Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3) Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4) Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan
situasi baru
5) Mendorong mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan:
1) Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah (teacher
centered learning).
2) Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBL terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang
memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan.
Sementara, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban
kurikulum.
3) Mahasiswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin
penting bagi mereka untuk belajar, terutama didomain yang mereka
tidak memiliki pengalaman sebelumnya.

KESIMPULAN
Problem Based Learning (PBL) atau disebut juga Pembelajaran
berbasis masalah, merupakan salah satu model pembelajaran yang
menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep
pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal
pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa menganalisis sebuah
masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Arends. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa.
Abbas, N. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika Di
SMU.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai