Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Problem Based Learning


Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik
belajar dalam kelompok untuk memecahkan masalah dari permasalahan
dunia nyata dan mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap
pembelajaran, sehingga mereka memiliki model belajar sendiri
(Kemendikbud, 2014). Problem Based Learning dikenal dengan sebutan
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu bentuk model yang
dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme Piaget dan Vygotsky.
Konstruktivisme menekankan pada pengetahuan sebagai hasil konstruksi
manusia melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman,
dan lingkungan mereka. PBL mengembangkan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi karena melalui pembelajaran berbasis masalah peserta didik
belajar menyelesaikan permasalahan dalam dunia nyata (real world
problem) secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan peserta
didik. Masalah sebagai titik awal pembelajaran, yang dirancang dan dipilih
hendaknya memiliki kualitas dan berhubungan dengan dunia nyata peserta
didik, menstimulus kemampuan kognitif, afektif, dan pskomotorik serta
memungkinkan peserta didik menemukan solusi dalam diskusi kelompok
bersama teman sebaya.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan
dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang autentik dan
bermakna yang mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri, dengan menghindari jawaban sederhana serta memungkinkan
adanya berbagai macam solusi dari situasi tersebut (Krisna, 2013).
Problem Based Learning ditandai dengan adanya kelompok-kelompok
kecil, kolaboratif, proses pembelajaran dengan pendekatan ini dilakukan
dengan menghadirkan masalah nyata yang kritis dan menantang dan
pendekatan yang tidak hanya memfasilitasi akuisisi pengetahuan, tetapi
juga meningkatkan ketrampilan komunikasi, teamwork, pemecahan
masalah, kebebasan belajar, berbagi informasi, dan menghormati orang
lain (Wood, 2003). Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk
memotivasi peserta didik mengidentifikasi, meneliti konsep, dan prinsip-
prinsip yang perlu mereka ketahui untuk belajar melalui masalah tersebut.
Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil, membawa ketrampilan
bersama-sama kolektif, berkomunikasi dan mengintegrasikan informasi
(Duch et al, 2001).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai langkah awal bagi peserta
didik untuk belajar dalam mendapatkan pengetahuan dan konsep yang
esensi dari setiap materi pembelajaran yang telah dimiliki peserta didik
sebelumnya, sehingga terbentuklah pengetahuan yang baru. Tiga prinsip
dalam pembelajaran PBL, yaitu:
a. Pembelajaran merupakan suatu proses konstruktif
(learning should be a constructive process). Peserta didik aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri, memahami suatu teori
berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan juga interaksi dengan
lingkungan sekitar.
b. Pembelajaran merupakan suatu proses yang
dimotori oleh keinginan dari dalam diri sendiri (learning should be a
self directed process). Peserta didik menentukan tujuan belajar mereka,
kemudian mencari cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
belajar tersebut termasuk di dalamnya strategi belajar yang harus
diterapkan, sumber belajar yang digunakan, apa saja kemungkinan
kelemahan yang dapat menghambat dalam mencapai tujuan belajar.
c. Pembelajaran merupakan suatu proses kolaborasi
(learning should be a collaborative process). Peserta didik didorong
untuk berinteraksi satu sama lain, sesama anggota kelompok, peserta
didik mampu membentuk suatu pemahaman baru tentang suatu
permasalahan.
B. Tujuan dan Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Tujuan utama problem based learning bukanlah penyampaian sejumlah
besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan
sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif
membangun pengetahuan sendiri (Duch, et.al, 2001). Dalam pendekatan
berbasis masalah, kompleks, masalah dunia nyata digunakan untuk
memotivasi peserta didik mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip-
prinsip yang mereka perlu tahu untuk bekerja melalui masalah tersebut
(Santika, 2018). Peserta didik bekerja dalam tim belajar yang kecil,
menyatukan kemampuan kolektif yang didapat, berkomunikasi dan
mengintegrasikan informasi, khususnya, kemampuan untuk melakukan hal
berikut : a) berpikir kritis dan mampu menganalisa dan memecahkan
masalah kompleks, dunia nyata, b) menemukan, mengevaluasi dan
menggunakan sumber belajar yang tepat, c) bekerja sama dalam tim dan
kelompok-kelompok kecil , d) menunjukkan ketrampilan komunikasi yang
fleksibel dan efektif, lisan, dan tulisan, dan e) menggunakan konten
pengetahuan dan kecerdasan ketrampilan yang diperoleh. Karakteristik dari
problem based learning yaitu :
a. Masalah atau isu-isu : titik awal pembelajaran dan aktivitas problem
based learning adalah masalah atau isu yang menarik. Bidang kajian
diarahkan pada masalah yang ada di lingkungan sekitar peserta didik
daripada masalah yang ada dalam disiplin akademik.
b. Otentik : peserta didik mencari solusi yang realistik dengan dunia nyata
dan masalah yang autentik. Masalah yang fokus pada peserta didik dan
menjadi pertanyaan sosial yang penting dan nantinya peserta didik akan
mendapatkan masalah yang sama dalam kehidupan.
c. Penyelidikan dan pemecahan masalah. Peserta didik dalam pembelajaran
problem based learning secara aktif terlibat dalam belajar melalui
penyelidikan dan pemecahan masalah daripada memproleh pengetahuan
dan ketrampilan melalui mendengarkan atau membaca.
d. Pandangan interdisipliner. Peserta didik mengeksplorasi berbagai
disiplin ilmu dan memberikan gambaran dari beberapa perspektif
mereka ketika terlibat dalam penyelidikan problem based learning.
e. Kolaborasi kelompok kecil. Pembelajaran terjadi dalam kelompok yang
terdiri dari 5-6 orang anggota kelompok.
f. Produk, artefak, exhibitions, dan presentasi. Peserta didik
menunjukkan hasil pembelajaran mereka dengan menciptakan produk,
artefak, dan pameran. Dalam banyak kasus, mereka mempresentasikan
hasil pekerjaan mereka untuk teman-teman dan tamu undangan dari
kelas lain atau masyarakat.
C. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Keunggulan model pembelajaran problem based learning adalah : 1)
merupakan teknik yang baik untuk lebih memahami isi pelajaran, 2) menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi peserta didik, 3) meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik, 4) membantu peserta didik mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata, 5) membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
Kelemahan model problem based learning adalah : 1) ketika peserta didik
tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba, 2) keberhasilan
pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup banyak waktu
untuk mempersiapkan, 3) tanpa adanya pemahaman dari masalah yang dipelajari
maka peserta didik tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Hamruni,
2012).
D. Pengertian Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam
pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan
secara bersama. Metode diskusi sering digunakan dalam pembelajaran
kelompok, umpamanya kalau menggunakan pendekatan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif ) dan keterampilan proses dalam pembelajaran metode
diskusi cenderung akan digunakan.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang
keberhasilan diskusi diantaranya sebagai berikut.
1. Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
2. Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi
permasalahan serta menarik kesimpulan.
3. Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan
dan pengembangan kemampuan siswa.
4. Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi.
5. Menguasai permasalahan yang didiskusikan.

Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk


menunjang pelaksanaan diskusi diantaranya sebagai berikut.
1. Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi.
2. Mampu melaksanakan diskusi.
3. Mampu belajar secara bersama.
4. Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat / ide.
5. Mampu memahami pendapat orang lain.

E. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slaum dalam
Chatarina, 2004:111). Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi
dapat bervariasi. Menurut Berliner (dalam Chatarina, 2004:111)
memandankan motivasi dengan mesin mobil sebagai pengarahnya
(direction).
Motivasi belajar sangat penting. Apabila motivasi siswa rendah,
umumnya diasumsikan bahwa prestasi siswa yang bersangkutan akan
rendah. Penelitian tentang hubungan antara motivasi siswa dengan belajar
telah banyak dilakukan. Uguroglu dan Walberg (1979) menganalisis 292
korelasi tentang motivasi dengan belajar akademik yang dilaporkan di dalam
40 penelitian dengan ukuran sampel terkombinasi sebanyak 637.000 siswa
kelas 1 sampai kelas 12. Keduanya menemukan 98% korelasi positif antara
motivasi dan prestasi akademik. Keduanya juga menyatakan pendapatnya
tentang kekuatan hubungan motivasi siswa yang akhir-akhir ini kurang
diperhatikan karena alasan teoritik, teknis, dan historik (Walberg dan
Uguroglu dalam Chatarina, 2004:112).
Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar,
namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar, secara historik, guru
selalu mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi selama proses belajar,
sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus
komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan
kreativitas dan aktivitas belajar.

F. Pengertian Hasil Belajar


Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Menurut
Gagne dan Berliner (1983:312) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman (Chatarina, 2004:2).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus
dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan
perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa
belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980).

G. Tinjauan Materi PPKn Kelas IV SD


PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan
membekali siswa untuk mengembangkan aspek nilai dan moral serta untuk
membekali siswa dengan kesadaran bela negara serta kemampuan berfikir
secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional. Sifat materi
mata pelajaran PPKn membawa konsekuensi terhadap proses belajar
mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris. Pendekatan
ekspositoris terutama guru menggunakan menggunakan metode ceramah,
siswa kurang terlibat atau cenderung pasif. Padahal dalam proses belajar
mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan
pikiran, penglihatan pendengaran, dan psikomotor.
Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak
siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi
kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan,
sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar
yang interaktif.
Kaitan hubungan materi dengan tujuan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan seperti berikut.
1. Memahami dan mengenal lingkungan hidup bangsa dan cara pandang
bangsa kita tentang diri dan lingkungan hidup bangsa Indonesia serta
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
merupakan syarat dasar untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
2. Bangsa Indonesia mempunyai konsep kemampuan yang merupakan
derivasi dari pancasila yaitu ”Ketahanan Nasional”.
3. Kemampuan / kekuatan diwujudkan melalui pembangunan Nasional.
4. Cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara dalam rangka
Ketahanan Nasional yang diwujudkan dalam pembangunan Nasional
sesuai dengan arahan GBHN.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang
lebih luas dari pada pengertian mengajar, karna di dalamnya tersirat satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan
guru yang mengajar, yang terjalin dalam bentuk interaksi edukatif. Peran
guru dalam pembelajaran PPKn mempunyai kaitan yang erat dengan
mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses
pengembangan keterampilannya. Menurut Balen (1993:45)
Pengembangan keterampilan tersebut yang harus dimiliki siswa adalah
keterampilan berfikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis.

H. Penerapan Metode Diskusi


Pembelajaran secara diskusi merupakan pembelajaran yang dalam
proses belajarnya siswa dikelompokkan pada beberapa kelompok sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan belajar. Belajar kelompok terutama ditujukan
untuk mengembangkan konsep pokok/sub pokok bahasan yang sekaligus
mengembangkan aktivitas sosial, sikap dan nilai (Depdikbud, 1990 : 39).
Kesempatan siswa untuk membina rasa tanggung jawab, rasa
toleransi mempunyai peluang yang lebih besar untuk dikembangkan melalui
kegiatan belajar kelompok (diskusi ). Melalui diskusi lebih jauh siswa akan
memahami aspek materi pelajaran yang bersifat problematis berdasarkan
pokok bahasan maupun berdasarkan aspek sosial nyata. Secara langsung
siswa akan belajar memberikan alternatif pemecahannya melalui
kesepakatan kelompok (Winataputra, 2004:3.29 ).
Dengan demikian peneliti memilih metode diskusi pada mata
pelajaran PKn dengan materi sistem pemerintahan desa dan kecamatan
sehingga siswa dapat memahami aspek materi pelajaran yang bersifat
problematis secara kelompok.

I. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka kerangka berfikir
penelitiannya adalah sebagai berikut.
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran sehingga
siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru. Penggunaan
metode ceramah yang dominan sehingga pembelajaran terkesan monoton
yang menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak antusias dalam menerima
pelajaran. Akibatnya, ada 29 siswa (92 %) dari 31 siswa yang tidak
mencapai ketuntasan (mendapat nilai di bawah 75). Dengan demikian, para
guru perlu berusaha secara kolaboratif untuk mencari cara pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran. Cara yang dipilih adalah dengan
menggunakan model Problem Based Learning.
Berikut adalah kegiatan pemanfaatan model problem based learning
yang terdiri dari tahapan pendahuluan, inti dan penutup.
a. Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan tahap I dalam sintaks PBL, yaitu
mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut dapat
disajikan dalam bentuk gambar, film pendek, atau dalam tampilan power
point. Dalam hal ini, peserta didik mencermati sajian masalah, guru
mengajukan pertanyaan untuk mendorong peserta didik memprediksi atau
mengajukan dugaan/ hipotesis dari kasus atau masalah yang diberikan.
b. Inti
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (tahap 2) melalui
kegiatan tanya jawab (menanya) dengan dosen/guru mengingatkan kembali
langkah-langkah atau metode ilmiah. Dosen/guru mengorganisasi peserta
didik untuk belajar dalam kegiatan diskusi kecil. Membimbing peserta
didik secara individual atau kelompok dalam merancang eksperimen untuk
menguji hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapatkan saran
dari kelompok lain. Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok (tahap 3) dengan memberikan bimbingan kepada peserta didik
untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen. Bimbingan tersebut
meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan materi yang
diangkat dalam permasalahan. Kemudian kelompok peserta didik
melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat
dengan bimbingan guru. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(tahap 4). Peserta didik hasil penelitian sesuai format yang telah disepakati.
Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen dan kelompok lain
menanggapi. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(tahap 5).
c. Penutup
Dengan bimbingan dosen/guru, peserta didik menyimpulkan hasil
diskusi. Dosen/guru dapat melakukan kegiatan pengayaan dan remidi.

Anda mungkin juga menyukai