KAJIAN PUSTAKA
E. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slaum dalam
Chatarina, 2004:111). Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi
dapat bervariasi. Menurut Berliner (dalam Chatarina, 2004:111)
memandankan motivasi dengan mesin mobil sebagai pengarahnya
(direction).
Motivasi belajar sangat penting. Apabila motivasi siswa rendah,
umumnya diasumsikan bahwa prestasi siswa yang bersangkutan akan
rendah. Penelitian tentang hubungan antara motivasi siswa dengan belajar
telah banyak dilakukan. Uguroglu dan Walberg (1979) menganalisis 292
korelasi tentang motivasi dengan belajar akademik yang dilaporkan di dalam
40 penelitian dengan ukuran sampel terkombinasi sebanyak 637.000 siswa
kelas 1 sampai kelas 12. Keduanya menemukan 98% korelasi positif antara
motivasi dan prestasi akademik. Keduanya juga menyatakan pendapatnya
tentang kekuatan hubungan motivasi siswa yang akhir-akhir ini kurang
diperhatikan karena alasan teoritik, teknis, dan historik (Walberg dan
Uguroglu dalam Chatarina, 2004:112).
Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar,
namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar, secara historik, guru
selalu mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi selama proses belajar,
sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus
komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan
kreativitas dan aktivitas belajar.
I. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka kerangka berfikir
penelitiannya adalah sebagai berikut.
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran sehingga
siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru. Penggunaan
metode ceramah yang dominan sehingga pembelajaran terkesan monoton
yang menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak antusias dalam menerima
pelajaran. Akibatnya, ada 29 siswa (92 %) dari 31 siswa yang tidak
mencapai ketuntasan (mendapat nilai di bawah 75). Dengan demikian, para
guru perlu berusaha secara kolaboratif untuk mencari cara pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran. Cara yang dipilih adalah dengan
menggunakan model Problem Based Learning.
Berikut adalah kegiatan pemanfaatan model problem based learning
yang terdiri dari tahapan pendahuluan, inti dan penutup.
a. Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan tahap I dalam sintaks PBL, yaitu
mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut dapat
disajikan dalam bentuk gambar, film pendek, atau dalam tampilan power
point. Dalam hal ini, peserta didik mencermati sajian masalah, guru
mengajukan pertanyaan untuk mendorong peserta didik memprediksi atau
mengajukan dugaan/ hipotesis dari kasus atau masalah yang diberikan.
b. Inti
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (tahap 2) melalui
kegiatan tanya jawab (menanya) dengan dosen/guru mengingatkan kembali
langkah-langkah atau metode ilmiah. Dosen/guru mengorganisasi peserta
didik untuk belajar dalam kegiatan diskusi kecil. Membimbing peserta
didik secara individual atau kelompok dalam merancang eksperimen untuk
menguji hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapatkan saran
dari kelompok lain. Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok (tahap 3) dengan memberikan bimbingan kepada peserta didik
untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen. Bimbingan tersebut
meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan materi yang
diangkat dalam permasalahan. Kemudian kelompok peserta didik
melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat
dengan bimbingan guru. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(tahap 4). Peserta didik hasil penelitian sesuai format yang telah disepakati.
Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen dan kelompok lain
menanggapi. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(tahap 5).
c. Penutup
Dengan bimbingan dosen/guru, peserta didik menyimpulkan hasil
diskusi. Dosen/guru dapat melakukan kegiatan pengayaan dan remidi.