Kedua, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya,
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara
fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Bern & Erickson (2001:5) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil
dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar.
Terdapat jenis-jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Setiap model memiliki karakteristik masing-masing yang bisa disesuaikan dalam
pembelajaran atau situasi tertentu. Pemilihan model pembelajaran ini juga harus disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan.
1. Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen. Pada pembelajaran jigsaw ini
terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyampaikan tugas-tugas yang berhubungan
dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.
Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu jenis kooperatif yang
menekankan adanya aktivitas serta interaksi antara siswa agar saling memotivasi dan membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Jenis model pembelajaran kooperatif TGT ini dilakukan dengan menempatkan siswa ke dalam
kelompok belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen. Permainan tersebut akan
menggunakan kartu berisi soal dan kunci jawabannya.
4. GI (Group Investigation)
Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran kooperatif yang kompleks. Model
pembelajaran ini memadukan antara prinsip belajar kooperatif dan pembelajaran berbasis
konstruktivisme serta proses pembelajaran demokrasi.
Model pembelajaran ini juga mengharapkan agar siswa mampu terlibat aktif dari tahap awal
sampai akhir pembelajaran. Pembelajaran kooperatif model ini menjadikan siswa mampu
berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif.
Model pembelajaran kooperatife tipe NHT (kepala bernomor) merupakan pengembangan dari
model kooperatif tipe TGT. Ciri khususnya adalah pembelajaran kelompok melalui penyelesaian
tugas dengan saling membagi ide. Setiap kelompok harus memastikan bahwa anggotanya
memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa memahami konsep bersamaan.
Tipe pembelajaran model ini dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981) dan memungkinkan
setiap anggota pasangan siswa mampu berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang
diajukan. Siswa bersama kelompoknya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan.
Setelah diskusi selesai, selanjutnya guru mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan
yang diajukan dari seluruh kelas.
Demikian informasi terkait model pembelajaran kooperatif yang bisa dibagikan. Apakah
bapak/ibu tertarik untuk menggunakan model pembelajaran ini di kelas? Atau justru bapak/ibu
guru sudah menggunakan model pembelajaran ini? Mana jenis pembelajaran kooperatif yang
paling disukai siswa?
Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan besar di semua bidang kehidupan,
terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Perubahan ini membawa dampak
terhadap orientasi pendidikan di Indonesia yang menjadi bagian penting dalam upaya
perwujudan daya saing secara global. Pendidikan mempunyai peran dalam pembentukan
karakter siswa dalam proses menggali pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Selain itu guru
diharapkan mampu melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yang dapat membantu siswa
dalam mengembangkan cara berpikirnya secara kritis dan inovatif, serta mampu mempelajari dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pada era globalisasi saat ini. Pembelajara berbasis
masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yang menuntut siswa untuk terampil dan peka terhadap pemecahan masalah yang
ada di lingkungan riil sosialnya secara kolaboratif. PBL merupakan model pembelajaran
konstruktivisme, dimana fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih yang mengandung
isu-iso atau permasalahan global yang saat ini terjadi.
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam
bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam
menemukan konsep. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined
as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final
form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery
Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.
Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lainnya
4. Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru,
audiens yang lainnya
7. Pendekatan saintifik
Model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 dengan menggunakan metode ilmiah
dalam kegiatan pembelajarannya. Pendekatan yang berpusat pada siswa atau (student centered
approach) ini, bertujuan supaya siswa nantinya mampu memiliki kapabilitas dalam berpikir
(thinking skill) kritis, ilmiah, dan analitis.
Dalam model ini, dirancang agar peserta didik diberikan ruang untuk bereksplorasi terhadap
materi pembelajaran. Mereka pun secara aktif dapat membangun konsep, prinsip serta hukum
dengan melalui kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya, mengajukan (hipotesis), menghimpun
data dengan beberapa cara dan teknik, menganalisa, serta membuat kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep atau prinsip yang telah ditemukan.
Melalui model ini, siswa akan mendapatkan manfaat, seperti mulai bisa menginvestigasi suatu
permasalahan, penasaran (curiosity) atau ingin tahu dan juga bisa menyusun konsep dari suatu
pengalaman atau pengetahuan belajar yang telah dilakukan. Hal-hal tersebut bisa menjadikan
kegiatan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan, bermakna, dan menantang.