melakukan suatu kegiatan.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.( tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018).
Model -model pembelajaran inovatif. Scolae: jurnal of pedagogy. Vol 1(1), hal 54-64.)
1. Pembelajaran kontekstual
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessment-nya.(Tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018). model-model
pembelajaran inovatif.scolae: jurnal of pedogogy.vol 1 (1), hal 54-64.
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi objek belajar karena
dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran.tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan:
1. Kesaling Tergantungan Positif
2. Tanggung Jawab Perseorangan
3. Tatap Muka
4. Komunikasi Antar Anggota
5. Evaluasi Proses Kelompok.( tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018). Model -model pembelajaran
inovatif. Scolae: jurnal of pedagogy. Vol 1(1), hal 54-64.)
Berikut beberapa tekhnik belajar dalam Cooperative Learning:
a. STAD (Student Team AchievementDevision)STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkin. Guru yangmenggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa setiap minggu menggunakanpresentasi verbal dan teks. Dalam satu kelompoksiswa
terdiri dari 4-5 orang yang heterogen. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau
perangkatpembelajaran yang lain untuk menuntaskan materidan kemudian saling membantu satu sama
lainuntuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
B jigsaw
Dalam satu kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen. Dalam tekhnik ini siswa menjadi “tenaga
ahli” tentang sebuah topik dengan cara bekerjasama denganpara anggota dari kelompok lain yang telah
ditetapkansesuai dengan keahlian dengan topik tersebut. Setelah kembali kepada kelompok mereka
masing-masingsiswa mengajar kelompoknya. Pada akhirnya, semua siswa akan dievaluasi pada semua
aspek yang berhubungan dengan topik tersebut. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh
siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa lainnya. Dalam hal ini, siswa dapat bekerja
sama antar siswa lainnya untuk belajar lebih efektif dan juga untuk memberikan kesempatan pada siswa
lainnyaberinteraksi lebih inten dengan yang lainnya.
Model
5. Membantu siswa mengembagkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab
atas pembelajarannya sendiri.
Kekurangan Model Pembelajaran PBL sebagai berikut:
1. Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa
enggan untuk mencoba lagi.
2. PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan.
3. Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang di pecahkan maka siswa kurang
termotivasi untuk belajar.
( Yulianti, Eka., Gunawan, Indra.(2019). Model pembelajaran problem based learning ( PBL): efeknya
terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis. Indonesian journal of science and mathematics
education. 2(3), 299- 408.)
seringkali disebut dengan metode pengajaran yang menggunakan persoalan masalah dalam sistemnya
dengan tujuan mempermudah siswa dalam proses pemahaman serta penyerapan teori yang diberikan.
Model tersebut menggunakan pendekatan kontekstual serta menumbuhkan keahlian siswa dalam
berpikir kritis. Sehingga mampu mempertimbangkan keputusan paling baik yang diambil sebagai solusi
penyelesaian dalam permasalahan yang diterima. Mempertimbangkan baik buruknya suatu keputusan
yang digunakan sebagai solving juga termasuk dalam teori yang diberikan.Kerja proyek seringkali
diartikan sebagai kerja yang tersusun oleh beberapa tugas dan didasarkan dengan pertanyaan serta
permasalahan yang menuntut siswa cenderung berpikir kritis dalam pencarian solusinya.
tujuan metode PjBL ini memiliki tujuan untuk: 1) memberikan wawasan yang luas terhadap siswa ketika
menghadapi permasalahan secara langsung; 2) mengembangkan keterampilan serta keahlian berpikir
kritis dalam menghadapi permasalahan yang diterima secara langsung.
1) Melatih siswa dalam memperluas pemikirannya mengenai masalah dalam kehidupan yang harus
diterima
2) Memberikan pelatihan langsung kepada siswa dengan cara mengasah serta membiasakan mereka
melakukan berpikir kritis serta keahlian dalam kehidupan sehari-hari;
3) Penyesuaian dengan prinsip modern yang pelaksanaannya harus dilakukan dengan mengasah
keahlian siswa, baik melalui praktek, teori serta pengaplikasiannya.
1) Sikap aktif peserta didik dapat menimbulkan situasi kelas yang kurang kondusif, oleh karena itu
memberikan peluang beberapa menit diperlukan untuk membebaskan siswa berdiskusi. Jika dirasa
waktu diskusi mereka sudah cukup maka proses analisa dapat dilakukan dengan tenang; 2) Penerapan
alokasi waktu untuk siswa telah diterapkan namun tetap membuat situasi pengajaran tidak kondusif.
Maka pendidik berhak memberikan waktu tambahan secara bergantian pada tiap kelompok.
( Anggraini, Putri Dewi.(2021). Analisis penggunaan model pembelajaran project based learning dalam
meningkatkan keaktifan siswa. Jurnal pendidikan administrasi perkantoran ( JPAP). 9 (2), 292-299.)
adalah cara mengajar yang bisa meningkatkan kemandirian belajar murid di sekolah. Model
pembelajaran inkuiri ini memposisikan murid untuk bertamba luas daya fikir secara matang.
Murid yang mampu belajar sendiri ini haruslah mampu percaya diri untuk menyampaikan informasi
yang ditemukan kepada temannya. Guru bisa memberikan motivasi kepada murid agar bisa termotivasi
dengan giat. model inkuiri merupakan sebuah aktivitas dalam proses belajar mengajar yang mampu
menciptakan cara berfikir ilmiah oleh siswa agar dalam kegiatan pembelajaran, mampu memecahkan
masalah yang terjadi saat ini sehingga memperoleh pemahaman yang cukup kuat.
ciri-ciri model pembelajaran inkuiri antara lain : (1) Model inkuiri ini menyertakan seluruh peserta didik
untuk dapat bekerja sampai rajin, produktif dan ada pembaruan maka pendidikan berfokus terhadap
student center. Siswa bisa berfokus pada satu titik. (2) Pendidikan inkuiri ini, guru selaku penyedia dan
memberikan arahan kepada peserta didik untuk selalu meningkatkan perilaku mandiri. Siswa bisa
menambahkan idennya kepada teman yang lain. (3) Pendidikan inkuiri ini dilaksanakan lewat cara
pertanyaan dan jawaban sesama guru dan peserta didik maka akan menyelesaikan persoalan maupun
jalan keluar secara bersama-sama. Siswa bisa memecahkan persoalan tersebut dengan benar.
(1)Orientasi, adalah tindakan selama membimbing situasi atau keadaan pendidikan yang selalu respon.
Guru mengontrol supaya peserta didik bisa melakukan sistem pendidikan dengan aturan yang berlaku.
(2) Merumuskan Masalah, cara memperoleh peserta didik melalui permasalahan yang berhubungan
dengan tebak-tebakan. Permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan yang merangsang
peserta didik agar berkerja untuk memberikan solusi terhadap persoalan serta peserta didik diarahkan
agar menghasilkan balasan yang benar.
(3) Meringkas Hipotesis, jawaban sementara pada suatu persoalan yang masih diselidiki. Siswa bisa
memiliki daya ingat yang kuat.
(4) Menghimpun Data, kegiatan memilah penjelasan yang diperlukan agar memeriksa hipotesis yang
diusulkan. Siswa bisa menghimpun data dengan benar.
(5) Memeriksa Hipotesis, cara memutuskan jawaban yang sudah cocok melalui data serta penjelasan
yang didapat berlandaskan untuk menggabungkan data
(6) MeringkasKesimpulan, cara menjelaskan kembali yang didapatkan berlandaskan dari memeriksa
hipotesis. Siswa bisa memeriksakan kembali dengan benar.( Sugianto, Irfan, dkk. ( 2020). Efektivitas
model pembelajaran inkuiri terhadap kemandirian belajar siswa dirumah. Jurnal inovasi penelitian. 1(3) ,
159- 170.)