Anda di halaman 1dari 6

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam

melakukan suatu kegiatan.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.( tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018).
Model -model pembelajaran inovatif. Scolae: jurnal of pedagogy. Vol 1(1), hal 54-64.)

1. Pembelajaran kontekstual

Elaine B. Johnson mendefinisikan pengertian pembelajaran kontekstual sebagai berikut: Contextual


Teaching and Learning(CTL) atau disebut secara lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya mereka. Untuk mencapai tujuan model ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut:
membuat keterkaitan- keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan
pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk
mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.

Langkah- langkah pembelajaran kontekstual:

1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessment-nya.(Tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018). model-model
pembelajaran inovatif.scolae: jurnal of pedogogy.vol 1 (1), hal 54-64.

2. Model pembelajaran kooperatif

pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi objek belajar karena
dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran.tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan:
1. Kesaling Tergantungan Positif
2. Tanggung Jawab Perseorangan
3. Tatap Muka
4. Komunikasi Antar Anggota

5. Evaluasi Proses Kelompok.( tibahary, Abdul Rahman., Muliana.(2018). Model -model pembelajaran
inovatif. Scolae: jurnal of pedagogy. Vol 1(1), hal 54-64.)
Berikut beberapa tekhnik belajar dalam Cooperative Learning:
a. STAD (Student Team AchievementDevision)STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkin. Guru yangmenggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa setiap minggu menggunakanpresentasi verbal dan teks. Dalam satu kelompoksiswa
terdiri dari 4-5 orang yang heterogen. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau
perangkatpembelajaran yang lain untuk menuntaskan materidan kemudian saling membantu satu sama
lainuntuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.

B jigsaw

Dalam satu kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen. Dalam tekhnik ini siswa menjadi “tenaga
ahli” tentang sebuah topik dengan cara bekerjasama denganpara anggota dari kelompok lain yang telah
ditetapkansesuai dengan keahlian dengan topik tersebut. Setelah kembali kepada kelompok mereka
masing-masingsiswa mengajar kelompoknya. Pada akhirnya, semua siswa akan dievaluasi pada semua
aspek yang berhubungan dengan topik tersebut. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh
siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa lainnya. Dalam hal ini, siswa dapat bekerja
sama antar siswa lainnya untuk belajar lebih efektif dan juga untuk memberikan kesempatan pada siswa
lainnyaberinteraksi lebih inten dengan yang lainnya.

C. Group Investigation (Investigasi Kelompok)


Strategi model ini merupakan suatu strategi yangmemberikan keleluasan pada siswa untuk berkelompok
dan berkomunikasi antar sesama kelompok untuk memunculkan kreasi, ide-ide dan juga solusi yang
lebih mengena terhadappermasalahan yang dihadapi kelompok tersebut.Teknik ini memerlukan norma
dan struktur kelas yang lebih rumit serta mengajarkan siswa ketrampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik. DalamInvestigasi kelompok guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
anggotanya heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dankemudian menyiapkan serta
mempresentasikanlaporannya kepada seluruh kelas.

d. Numbered Head Together


Tehnik ini dikembangkan oleh Spenser Kagan untukmelibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran danmengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajarantersebut. Guru melempar pertanyaan, lalu para siswa berkonsultasi sekedar untuk meyakinkan
apakah setiapsiswa tersebut telah mengetahui jawaban dari soal tersebut. Setelah itu, seorang siswa
dipanggil untukmenjawab pertanyaan.
e. Think-Pair-Share (Berfikir-Berpasangan-Berempat)
Tehnik ini merupakan tekhnik yang sederhana,namun sangat bermanfaat. Telah dikembangkan oleh
Frank Lyman di University of Maryland. Sesuaidengan namanya, tekhnik ini dilakukan dalam tiga
tahapan. Guru memberikan pelajaran untuk seluruh kelas, siswa berada pada teamnya masing-
masing.Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelas, siswa memikirkan jawabannya
sendiri- sendiri (think). Kemudian siswa berpasangan dengan temansebayanya untuk saling
mencocokkan jawabannya (pair). Dan akhirnya, guru meminta siswa untukberbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah dibahas.

( Ali, Ismun.(2021). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam pembelajaran pendidikan


agama Islam. Jurnal mubtadiin. Vol 1(1) , 247-264.)

Model

3. pembelajaran problem based learning


(PBL) merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada kegiatan pemecahan masalah. Dengan
maksud peserta didik secara aktif mampu mencari jawaban atas masalah-masalah yang di berikan
pendidik. Dalam hal ini pendidik lebih banyak sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu peserta
didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif.PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir
kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pelajaran yang sesuai.

Langkah-langkah Problem Based Learning:

1. Orientasi peserta didik pada masalah

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

3. Membimbing pengalaman individual atau kelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses.

Kelebihan Model Pembelajaran PBL sebagai berikut:


1. Pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran
2. Pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan kepada siswa.
3. PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran.
4. Membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5. Membantu siswa mengembagkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab
atas pembelajarannya sendiri.
Kekurangan Model Pembelajaran PBL sebagai berikut:
1. Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa
enggan untuk mencoba lagi.
2. PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan.
3. Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang di pecahkan maka siswa kurang
termotivasi untuk belajar.

( Yulianti, Eka., Gunawan, Indra.(2019). Model pembelajaran problem based learning ( PBL): efeknya
terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis. Indonesian journal of science and mathematics
education. 2(3), 299- 408.)

4. Model pengajaran project based learning

seringkali disebut dengan metode pengajaran yang menggunakan persoalan masalah dalam sistemnya
dengan tujuan mempermudah siswa dalam proses pemahaman serta penyerapan teori yang diberikan.
Model tersebut menggunakan pendekatan kontekstual serta menumbuhkan keahlian siswa dalam
berpikir kritis. Sehingga mampu mempertimbangkan keputusan paling baik yang diambil sebagai solusi
penyelesaian dalam permasalahan yang diterima. Mempertimbangkan baik buruknya suatu keputusan
yang digunakan sebagai solving juga termasuk dalam teori yang diberikan.Kerja proyek seringkali
diartikan sebagai kerja yang tersusun oleh beberapa tugas dan didasarkan dengan pertanyaan serta
permasalahan yang menuntut siswa cenderung berpikir kritis dalam pencarian solusinya.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning:

Tahap 1: Penentuan Proyek

Tahap 2: Perencanaan Langkah-langkah Penyelesaian Proyek

Tahap 3: Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek

Tahap 4: Penyelesaian Proyek dengan Fasilitas dan Monitoring Guru

Tahap 5: Penyusunan Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Proyek

Tahap 6: Evaluasi Proyek dan Proyek Hasil Proyek

tujuan metode PjBL ini memiliki tujuan untuk: 1) memberikan wawasan yang luas terhadap siswa ketika
menghadapi permasalahan secara langsung; 2) mengembangkan keterampilan serta keahlian berpikir
kritis dalam menghadapi permasalahan yang diterima secara langsung.

Model PjBL memiliki kelebihan, antara lain:

1) Melatih siswa dalam memperluas pemikirannya mengenai masalah dalam kehidupan yang harus
diterima

2) Memberikan pelatihan langsung kepada siswa dengan cara mengasah serta membiasakan mereka
melakukan berpikir kritis serta keahlian dalam kehidupan sehari-hari;
3) Penyesuaian dengan prinsip modern yang pelaksanaannya harus dilakukan dengan mengasah
keahlian siswa, baik melalui praktek, teori serta pengaplikasiannya.

kekurangan PJBL antara lain:

1) Sikap aktif peserta didik dapat menimbulkan situasi kelas yang kurang kondusif, oleh karena itu
memberikan peluang beberapa menit diperlukan untuk membebaskan siswa berdiskusi. Jika dirasa
waktu diskusi mereka sudah cukup maka proses analisa dapat dilakukan dengan tenang; 2) Penerapan
alokasi waktu untuk siswa telah diterapkan namun tetap membuat situasi pengajaran tidak kondusif.
Maka pendidik berhak memberikan waktu tambahan secara bergantian pada tiap kelompok.

( Anggraini, Putri Dewi.(2021). Analisis penggunaan model pembelajaran project based learning dalam
meningkatkan keaktifan siswa. Jurnal pendidikan administrasi perkantoran ( JPAP). 9 (2), 292-299.)

5. Model pembelajaran inkuiri

adalah cara mengajar yang bisa meningkatkan kemandirian belajar murid di sekolah. Model
pembelajaran inkuiri ini memposisikan murid untuk bertamba luas daya fikir secara matang.
Murid yang mampu belajar sendiri ini haruslah mampu percaya diri untuk menyampaikan informasi
yang ditemukan kepada temannya. Guru bisa memberikan motivasi kepada murid agar bisa termotivasi
dengan giat. model inkuiri merupakan sebuah aktivitas dalam proses belajar mengajar yang mampu
menciptakan cara berfikir ilmiah oleh siswa agar dalam kegiatan pembelajaran, mampu memecahkan
masalah yang terjadi saat ini sehingga memperoleh pemahaman yang cukup kuat.

ciri-ciri model pembelajaran inkuiri antara lain : (1) Model inkuiri ini menyertakan seluruh peserta didik
untuk dapat bekerja sampai rajin, produktif dan ada pembaruan maka pendidikan berfokus terhadap
student center. Siswa bisa berfokus pada satu titik. (2) Pendidikan inkuiri ini, guru selaku penyedia dan
memberikan arahan kepada peserta didik untuk selalu meningkatkan perilaku mandiri. Siswa bisa
menambahkan idennya kepada teman yang lain. (3) Pendidikan inkuiri ini dilaksanakan lewat cara
pertanyaan dan jawaban sesama guru dan peserta didik maka akan menyelesaikan persoalan maupun
jalan keluar secara bersama-sama. Siswa bisa memecahkan persoalan tersebut dengan benar.

beberapa langkah dalam model pembelajaran inkuiri antara lain:

(1)Orientasi, adalah tindakan selama membimbing situasi atau keadaan pendidikan yang selalu respon.
Guru mengontrol supaya peserta didik bisa melakukan sistem pendidikan dengan aturan yang berlaku.

(2) Merumuskan Masalah, cara memperoleh peserta didik melalui permasalahan yang berhubungan
dengan tebak-tebakan. Permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan yang merangsang
peserta didik agar berkerja untuk memberikan solusi terhadap persoalan serta peserta didik diarahkan
agar menghasilkan balasan yang benar.

(3) Meringkas Hipotesis, jawaban sementara pada suatu persoalan yang masih diselidiki. Siswa bisa
memiliki daya ingat yang kuat.
(4) Menghimpun Data, kegiatan memilah penjelasan yang diperlukan agar memeriksa hipotesis yang
diusulkan. Siswa bisa menghimpun data dengan benar.

(5) Memeriksa Hipotesis, cara memutuskan jawaban yang sudah cocok melalui data serta penjelasan
yang didapat berlandaskan untuk menggabungkan data

(6) MeringkasKesimpulan, cara menjelaskan kembali yang didapatkan berlandaskan dari memeriksa
hipotesis. Siswa bisa memeriksakan kembali dengan benar.( Sugianto, Irfan, dkk. ( 2020). Efektivitas
model pembelajaran inkuiri terhadap kemandirian belajar siswa dirumah. Jurnal inovasi penelitian. 1(3) ,
159- 170.)

Anda mungkin juga menyukai