Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MENGEMBANGKAN MODEL PEMBELAJARAN DI SD


Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen pengampu:

Di susun oleh:
kelompok 8
1. NURUL HIDAYATI (200102105)
2. WISNI ARTIKA
3. INDAH PERMATA AULIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2022
DAFTAR ISI

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama,
sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat
dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model Pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran Kooperatif?
3. Apa itu model pembelajaran Inquiri
4. Model pembelajaran berbsis proyek?
5. Model pembelajaran berbasis masalah?
6. Model pembelajaran Kuantum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Model pembelajaran
2. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui model pembelajaran Inquiri
4. Untuk mengetahui model pembelajaran Berbasis proyek
5. Untuk mengetahui model pembelajaran Berbasis masalah
6. Untuk mengetahui model pembelajaran kuantum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain.
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.[1]
Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan
parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri
khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
ialah:
1. Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3. Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu
dapat tercapai.
Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk

2
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk
melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di
kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif
siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam
pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak
kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di
harapkan.

B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif adalah susunan aktivitas belajar siswa pada
ruang lingkup grup untuk memenuhi manfaat pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Nilai yang dituju dari metode pembelajaran kooperatif yakni:
a. Menambah pengetahuan untuk prestasi belajar akademik
Ini merupakan tujuan utama dari model pembelajaran kooperatif karena dengan
metode ini pembelajaran akan semakin efisien dan efektif untuk menambah
prestasi akademik siswa.
b. Perasaan siswa menjadi halus sehingga menerima keragaman dan perbedaan
Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk bisa berfikir secara mandiri
dan menciptakan pendapat sehingga melahirkan perbedaan pendapat yang harus
diolah menjadi kesimpulan yang sama. Pada prakteknya ini akan menciptakan
untuk saling menghormati antar siswa.
c. Meningkatkan kecakapan sosial
Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk aktif bersosial sehingga timbul
interaksi yang dinamis.
d. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah penekanan aktivitas belajar dengan
meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan berinteraksi. Siswa diharap bisa
menjadi pribadi yang menjunjung keberagaman sehingga tercipta rasa baik budi
dan halus hati karena saling sepaham dan pengertian dengan orang lain.
e. Pembelajaran kooperatif juga bisa menghindarkan siswa dari dampak negatif

3
seperti permusuhan dan perselisihan.

3. Ciri Ciri Model Pembelajaran Kooperatif


Pakar pendidikan Lie, 2004 menjelaskan bahwa terdapat beberapa komponen
dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif, yakni:
a. Antar siswa memiliki rasa membutuhkan yang positif
Ketiga pembelajaran kooperatif dilaksanakan, guru menjelaskan kepada siswa
untuk saling bersosial secara aktif untuk menciptakan rasa saling
ketergantungan dan membutuhkan namun positif. Misalnya ketika siswa saling
membutuhkan ketika mengerjakan soal, untuk saling mengelompokan tugas
agar bisa tepat waktu dalam menyelesaikan persoalan.
b. Rasa tanggung jawab individu akan muncul
Tujuan dari pembelajaran kooperatif salah satunya adalah agar siswa tahu
dengan kemampuan individu mereka ketika menangkap dan memahami sebuah
materi.
c. Kemudian nilai yang didapat diutarakan oleh guru kepada masing-masing
anggota grup, sehingga tiap anggota bisa tahu kemampuan mereka dan
bagaimana cara mengatasi masalah siswa yang harus dibantu dalam belajar.
d. Seluruh hasil yang diambil adalah hasil setiap anggota grup yang dirata-rata
secara menyeluruh. Sehingga hasil yang diperoleh grup tersebut merupakan titik
temu kemampuan individu setiap siswa.

4. Langkah-Langkah atau Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Dengan memanfaatkan model ini siswa bisa berpartisipasi & terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Berikut adalah Langkah-langkah atau sintaks dari model
pembelajaran kooperatif:
a. Guru menyampaikan informasi tentang visi dan misi pembelajaran untuk
menyiapkan siswa.
Menyampaikan penjelasan ringkas dari bahan ajar yang akan dilakukan.
Mengutarakan informasi tentang perumusan grup dan cara pembelajaran
berlangsung agar bisa dilakukan dengan tepat.
b. Menyediakan data dan pengetahuan untuk proses belajar siswa dalam
menemukan solusi dari tugas dan diskusi.
c. Membuat semacam tes kepada siswa untuk menguji kemampuan yang telah
didapat dari pembelajaran individu dan kelompok.
e. Lakukan evaluasi setelah proses pembelajaran dan apresiasi setiap usaha
siswa dalam menemukan solusi dari tugas yang dikerjakan.
5. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pada bagian unsur dari pembelajaran kooperatif menurut David dan Roger ada
lima yakni:

a. Face to face promotive interaction: Ciri khusus dari unsur ini adalah rasa
saling percaya, berbagi, membantu, mengingatkan, percaya dan menyemangati.
1). Personal responsibility: Ini adalah terciptanya tanggung jawab dari individu
siswa, ini merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Hal ini terbangun karena
adanya pembentukan grup untuk berdiskusi dan belajar.

4
2). Interpersonal skill: Peran dari unsur ini berfungsi untuk peningkatan
keterampilan mengenal dan menerima diri sendiri untuk saling mendukung satu
dan lainnya sehingga proses kerjasama akan tercipta.
3). Group processing: Prose ini merupakan hasil dari aktivitas dari kerja antara
individu dan grup. Sehingga proses belajar lebih efektif dalam berkontribusi
dalam setiap individu.
4). Positive interdependence: Peran ini adalah tanggung jawab setiap bahan
yang diterima setiap individu dalam grup dituntut untuk dipahami lebih
mendalam.
6. Macam Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Berikut beberapa teknik dan macam-macam model pembelajaran kooperatif
beserta langkah-langkahnya yang bisa diterapkan dalam lingkungan belajar,
yakni:

1. Model STAD (Student Achievement Divisions)


STAD adalah metode yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Dengan metode
ini, guru bisa memberikan segala ilmu pengetahuan dan informasi setiap pekan
kepada pembelajar secara berkala. Simak tautan ini Model Pembelajaran STAD
disini.

2. Model Jigsaw
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai langkah dan model pembelajaran
kooperatif tipe (Jigsaw) lihat di tautan:

3. Metode GI (Group Investigation)


Dalam metode GI ini, guru membimbing siswa untuk terlibat dalam strategi
dalam konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya bahan ajar difungsikan sebagai
alat investigasi. Dalam metode GI, pembelajar akan dilatih untuk berpikir kritis
dan kreatif dalam komunikasi ketika proses diskusi.

Sintak dari metode GI adalah:

 Pemilihan topik
 Menciptakan perencanaan
 Pelaksanaan
 Sintesis dan Analisis
 Pelaporan nilai dari diskusi
 Evaluasi
 Metode Struktural
 Metode ini dibentuk oleh Spencer Kagan, dengan tujuan untuk mempelajari
pola interaksi pada peserta didik dalam kerja kelompok atau grup. Dalam
metode struktural memiliki beberapa cara dan macam model pembelajaran
kooperatif, yakni:

4. Numbered Heads Together (NHT)


Sintak dan penjelasan secara detail bisa dilihat di tautan ini Model pembelajaran

5
NHT

5. The Power of Two


Sintak dari The power of two adalah
Guru memicu siswa dengan mengajukan pertanyaan kritis.
Selanjutnya siswa diharap untuk menjawab pertanyaan tersebut secara
perseorangan.
Selanjutnya guru membuat siswa berpasangan untuk membahas ulang
pertanyaan, selanjutnya mempresentasikan hasil bahasan tersebut.
Kemudian guru memberikan sudut pandang lain dengan cara memperlihatkan
jawaban siswa lain.
Guru membuat ringkasan dari setiap jawaban dari siswa untuk ditampilkan di
kelas sehingga siswa bisa memiliki sudut pandang luas terhadap suatu
permasalahan
Berkirim Salam dan Soal
Langkah langkahnya sebagai berikut:

Guru membagi kelompok siswa dalam kelompok kecil, kemudian kelompok


ditugaskan untuk membuat pertanyaan yang nantinya diajukan pada kelompok
lain
Kemudian masing masing kelompok mengirim perwakilan untuk mengucapkan
salam dan menyampaikan pertanyaannya
Setiap kelompok mengerjakan soal atau pertanyaan dari kelompok lain
Setelah jawaban selesai, dicocokkan dengan jawaban kelompok pemberi soal.

7. Kegunaan Pelaksanaan
Berikut adalah kegunaan dari metode pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Mengembangkan kapabilitas siswa dalam interaksi sosial


2. Menurunkan kadar perilaku egois pada siswa.
3. Mengajarkan siswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Mengembangkan kekompakan dalam pertemanan.
5. Dapat menemukan dan mengutarakan ide dan menghormati ide orang lain.
6. Meningkatkan rasa percaya pada sesama teman.
7. Menanamkan kesadaran sosial bahwa manusia saling membutuhkan.
8. Bisa melihat sudut pandang yang berbeda dan luas.
9. Menegaskan nilai sosial kepada siswa.
10. Pembelajaran bagi siswa tentang sikap saling menghargai perbedaan
pendapat, keterampilan, kecakapan sosial dan mengutarakan informasi.
11. Mempererat persaudaraan dan tidak pandang bulu terhadap teman dari segi
agama, jenis kelamin, ras, suku dan sebagainya.
12. Baca juga: Strategi Pembelajaran
13. Keunggulan atau Kelebihan
14. Keunggulan dari Metode pembelajaran kooperatif adalah

6
15. Menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa peduli, solidaritas sehingga
hubungan pertemanan bisa terikat secara solid dan kompak.
16. Perbedaan dari setiap siswa dalam grup bisa memicu pemikiran yang
beragam sehingga permasalah bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.
17. Bisa membuat siswa untuk mengutarakan informasi dengan lebih bebas dan
metode ini siswa bisa saling mendukung untuk menjawab solusi dari tugas
dan materi yang diberikan oleh guru, sehingga tugas menjadi lebih mudah
dikerjakan.
18. Model ini sangat tepat guna untuk mendapatkan solusi dari persoalan yang
membutuhkan pendapat banyak orang
19. Materi bahan ajar bisa dipahami oleh siswa dengan lebih cepat, karena
bahasa yang digunakan adalah bahasa pertemanan.

8. Keunggulan dan Kelemahan dari Metode pembelajaran kooperatif


 Keunggulan

1. Menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa peduli, solidaritas sehingga


hubungan pertemanan bisa terikat secara solid dan kompak.
2. Perbedaan dari setiap siswa dalam grup bisa memicu pemikiran yang
beragam sehingga permasalah bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.
3. Bisa membuat siswa untuk mengutarakan informasi dengan lebih bebas dan
metode ini siswa bisa saling mendukung untuk menjawab solusi dari tugas
dan materi yang diberikan oleh guru, sehingga tugas menjadi lebih mudah
dikerjakan.
4. Model ini sangat tepat guna untuk mendapatkan solusi dari persoalan yang
membutuhkan pendapat banyak orang
5. Materi bahan ajar bisa dipahami oleh siswa dengan lebih cepat, karena bahasa
yang digunakan adalah bahasa pertemanan.
 Kelemahan
Model kooperatif ini juga tidak luput dari kekurangan, berikut diantaranya:

1. Informasi bahan ajar yang ada akan sulit dipahami bila ada sedikit
penyampain pendapat, pengutaraan pendapat bisa disalah mengertikan oleh
antar siswa.
2. Terdapat siswa yang cenderung memiliki sifat mendominasi dan ada siswa
yang bersifat pendiam. Ini bisa terpicu sebuah ketimpangan pada grup,
sehingga pada siswa pendiam akan cenderung mengalah.
3. Pembelajaran ini memiliki rentan waktu yang cukup panjang dan lama,
sehingga proses pengutaraan pendapat dan bantahan akan memicu perdebatan
maupun persetujuan.
4. Metode ini bisa ada kegagalan dalam kolaborasi dalam setiap grup. Bila grup
tidak dapat kerja sama dengan solid, maka akan ada perdebatan yang akan
memecah pertemanan yang sudah terjalin.

C. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning

7
Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan
atau pencarian, eksperimen atau penelitian secara mandiri untuk mendapatkan
pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam model ini, peserta didik diarahkan agar
dapat mencari tahu sendiri materi yang disajikan dalam pembelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan dan investigasi mandiri.

Pengertian di atas senada dengan pendapat Priansa & Donni (2017, hlm. 258) yang
mengungkapkan bahwa Inquiry learning adalah model pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik simpulan dari
prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman dan kegiatan praktis. Artinya,
pembelajaran ini menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan
yang mereka butuhkan, lewat pertanyaan, meminta keterangan, atau penyelidikan.

Secara makna bahasa, inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yakni inquiry yang
bermakna penyelidikan atau meminta keterangan. Seperti yang diungkapkan Anam
(2016, hlm. 7) bahwa secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan
kata dalam bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan atau meminta keterangan;
terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan
menemukan sendiri”. Istilah inquiry atau “meminta keterangan” ini adalah istilah
yang sering digunakan oleh pihak berwajib seperti detektif untuk memintai
keterangan dari saksi atau tersangka dalam penyelidikannya.

Sementara itu, Bell (dalam Priansa & Donni, 2017, hlm. 258) menyatakan bahwa
pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil kegiatan
peserta didik dalam memanipulasi, membuat struktur, dan mentransformasikan
informasi sedemikian rupa sehingga ia menemukan informasi baru.

Bell lebih memilih untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dibalik
pertanyaan, penyelidikan, atau pemintaan keterangan yang dilakukan oleh siswa
dalam inquiry learning. Para ahli lain juga tentunya memiliki berbagai pendapat yang
berbeda namun dalam medan pengertian yang sama. Untuk itu tidak ada salahnya
jika kita menyelami beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian model
pembelajaran inquiry learning yang akan dibahas di bawah ini.

Model Pembelajaran Inquiry menurut Para Ahli


Berikut adalah beberapa pendapat beberapa ahli lain mengenai pengertian
pembelajaran inkuiri atau inquiry based learning model.

1. W.Gulo
Pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam
Anam, Khoirul, 2017, hlm. 11).

8
2. Coffman
Inquiry learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan
siswa untuk berpikir, mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan eksplorasi
dan eksperimen sehingga siswa mampu menyajikan solusi atau ide yang
bersifat logis dan ilmiah (Coffman dalam Abidin, 2018, hlm. 151).
3. Hanafiah dan Sudjana
Model pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang menuntut
siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Sudjana, 2010
dalam Wardoyo 2015, hlm. 66).
4. Abidin
Menurut Abidin (2018, hlm. 149): Model pembelajaran inkuiri adalah model
pembelajaran yang dikembangkan agar peserta didik menemukan dan
menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang masalah, topik, dan isu tertentu.
Berdasarkan beberapa teori menurut pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa inquiry learning adalah model pembelajaran menuntut
peserta didik untuk melakukan proses dalam menemukan pengetahuannya
secara mandiri lewat serangkaian investigasi, pencarian, eksplorasi dan
mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan atau penelitian untuk
memecahkan suatu masalah atau mengetahui suatu materi pengetahuan yang
sedang dipelajari.

1. Sintaks Inquiry Learning (Langkah)


Menurut Hanafiah dan Sudjana 2010 (dalam Wardoyo 2015, hlm. 68) sintaks atau
acuan dasar langkah pembelajaran inquiry learning adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.


2. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari.
3. Seleksi bagian materi yang akan dipelajari.
4. Menentukan peran yang harus dilakukan masing-masing siswa.
5. Melakukan penjagaan terhadap kemampuan awal siswa terkait materi yang
akan diberikan.
6. Mempersiapkan kelas.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan dan penganalisisan data yang ditemukan dalam rangka
menemukan hal baru dalam pembelajaran.
8. Melakukan tindakan penguatan.

Sementara itu, menurut Clevery 2003 (dalam Wardoyo 2015, hlm. 67) terdapat
beberapa langkah dalam proses pembelajaran menggunakan metode inquiry learning,
yaitu sebagai berikut.

1. Exploration tutorial
Dalam tahap ini, siswa akan melakukan kegiatan eksplorasi untuk
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pemahaman awal yang dimiliki

9
mereka.
2. Self directed learning
Selanjutnya, siswa belajar secara mandiri berdasarkan dari perkembangan
pemahaman setelah tahapan eksplorasi didapatkannya. Artinya bahwa setelah
melakukan tahapan eksplorasi maka siswa akan menemukan konsep baru
yang harus dipelajari, dan dipahami secara mandiri.
3. Review tutorial
Merupakan tahapan ketiga dimana pada tahapan ini siswa mempresentasikan
hasil temuan yang didapatkannya dari proses self directed learning.
4. Consolidation tutorial
siswa bersama-sama dengan anggota kelompoknya melakukan konsolidasi
terhadap hal-hal yang mereka temukan. Konsolidasi dilakukan dengan diskusi
kelompok maupun presentasi.
5. Plenary tutorial
yaitu siswa merefleksikan pembelajaran individu dan kelompok dengan
fasilitator. Dalam tahapan ini penguatan diberikan oleh fasilitator pendamping
yang memberikan pembimbingan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Ada bebeapa hal yang menjadi ciri utama dalam model pembelajaran inquiry yaitu
sebagai berikut.

1. Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk


mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri yang artinya dalam pendekatan
inkuiri guru ditempatkan bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
2. Karakteristik Inquiry
Berikut adalah karakteristik pembelajaran inquiry menurut Anam, Khoirul (2017,
hlm. 13).

1. Menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan yang artinya menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu hal yang dipertanyakan, sehingga
hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan
menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
perkembangan mental. Dengan demikian, peserta didik tak hanya dituntut
untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan

10
pemahamannya terhadap materi pelajaran tertentu.
3. Kelebihan dan Kekurangan Inquiry Learning
Tentunya, sebagai salah satu model pembelajaran yang merupakan alternatif dari
model lain, inquiry learning memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri pula.
Keunggulan strategi pembelajaran inquiry menurut Roestiyah (2012, hlm. 76)
dikemukakan sebagai berikut.

1. Dapat membentuk dan mengembangkan (self-concept) pada diri siswa,


sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide pokok
dengan lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses


belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya
sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. ‘
9. Dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
11. Selain memiliki keunggulan model pembelajaran inquiry juga memiliki
beberapa kelemahan. Menurut Suherti dan Rohimah (2016, hlm. 53) kelemahan
model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.

1. Kesulitan pengontrolan kegiatan dan keberhasilan peserta didik


2. Model pembelajaran inkuiri sulit dilaksanakan karena terbentur dengan
kebiasaan peserta didik dalam belajar
3. Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap pendidik.

C. Pengertian Project Based Learning


Project based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta
didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan proses belajar yang
memiliki hasil akhir berupa produk. Artinya, peserta didik diberi kebebasan untuk
menentukan aktivitas belajarnya sendiri, mengerjakan proyek pembelajaran secara
kolaboratif sampai diperoleh hasil berupa suatu produk. Itulah mengapa kesuksesan
pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik.

11
1. Pengertian Project Based Learning Menurut Para Ahli

Para ahli boleh saja memiliki penafsiran arti yang berbeda-beda, namun inti dasarnya
tetap sama. Project based learning adalah model pembelajaran berupa tugas nyata
seperti kerja proyek, berkelompok, dan mendalam untuk mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna.

Adapun pengertian project based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.

a. Menurut Goodman dan Stivers, yaitu pendekatan pengajaran yang dibangun di


atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi
peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara
berkelompok.
b. Menurut Made Wena, yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan
kerja proyek.
c. Menurut Grant, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.
d. Menurut Afriana, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
dan memberikan pengalaman belajar bermakna bagi peserta didik.
e. Menurut Fathurrohman, yaitu model pembelajaran yang menggunakan proyek
atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
2. Tujuan Project Based Learning

Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran tentu mengandung


tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan project based learning adalah
sebagai berikut.

a. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.


b. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di
kelas.
c. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan
permasalahan yang kompleks sampai diperoleh hasil nyata.
d. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di
kelas guna menunjang aktivitas belajarnya.
e. Melatih sifat kolaboratif peserta didik.

3. Sintak Model Pembelajaran

Sintak pembelajaran merupakan tahapan atau fase yang harus dikerjakan


pada pembelajaran. Dengan adanya sintak, alur kegiatan pembelajaran
menjadi jelas dan terstruktur. Adapun sintak model pembelajaran project
based learning adalah sebagai berikut.

1. Menentukan pertanyaan mendasar

12
Sebelum masuk ke materi, guru harus memberikan pertanyaan mendasar
terkait materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa dikemas
dalam studi kasus di dunia nyata dilanjutkan dengan penelusuran lebih
mendalam.

2. Menyusun desain perencanaan proyek

Penyusunan desain proyek bersifat kolaboratif. Artinya, kerja sama antara guru dan
peserta didik. Pada desain ini memuat sejumlah poin, misalnya aturan main,
aktivitas, dan presentasi.

3. Membuat jadwal aktivitas

Setelah guru dan peserta didik menyusun desain perencanaan proyek


dilanjutkan dengan membuat jadwal aktivitas. Adapun contoh jadwal
aktivitasnya adalah sebagai berikut.

 Menentukan timeline pengerjaan


 Menentukan deadline pengerjaan
 Menentukan perencanaan baru untuk menyelesaikan proyek
 Memberikan bimbingan bagi peserta didik yang menggunakan cara di luar
proyek.
4. Melakukan monitor pada perkembangan kinerja peserta didik

Selama peserta didik mengerjakan proyek yang ditugaskan, guru harus


aktif memonitor kegiatan mereka. Hal itu bertujuan untuk menjaga agar
suasana belajar tetap kondusif. Kegiatan monitor bisa dilakukan
menggunakan alat perekam atau rubrik.

5. Menguji hasil kinerja peserta didik

Tingkat pencapaian peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang


ditugasnya akan diuji dan dinilai oleh guru. Penilaian ini diharapkan bisa
memberikan umpan balik bagi pemahaman peserta didik. Hasil kinerja
juga bisa digunakan oleh guru untuk menyusun strategi pada
pembelajaran selanjutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman

Evaluasi pengalaman berupa refleksi dari kegiatan yang sudah dijalankan.


Pada tahap ini guru bisa melakukan diskusi ringan dengan peserta didik
terkait pengalaman selama mengerjakan proyek.

3. Kelebihan Dan Kelemahan


Kelebihan sebagai berikut :

13
 Bisa meningkatkan ketekunan peserta didik saat pembelajaran.
 Suasana belajar menjadi lebih menyenangkan karena peserta didiknya aktif.
 Keterampilan peserta didik dalam mengelola suatu proyek semakin terasah.
 Meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik.
 Melatih sifat kolaboratif di dalam kelas.

Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut.

 Membutuhkan peralatan yang lebih kompleks, sehingga dibutuhkan tim


teaching.
 Waktu yang dibutuhkan lebih lama, sehingga guru harus bisa mengondisikan
agar kelas tetap kondusif.
 Perbedaan topik yang diberikan oleh guru bisa menimbulkan ketidakpahaman
peserta didik tentang keseluruhan topik.
 Proyek akan terhambat jika peserta didiknya pasif dan kesulitan dalam
mengumpulkan data.

D. Pengertian Problem Based Learning

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2017, hlm.
129) bahwa problem based learning artinya menciptakan suasana belajar yang
mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017, hlm. 129).

Melengkapi pernyataan tersebut, Panen (dalam Rusmono 2014, hlm. 74) menyatakan
bahwa dalam model pembelajaran dengan pendekatan problem based learning,
peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk melakukan pemecahan masalah.

1. Pengertian Problem Based Learning menurut Para Ahli


Untuk memastikan kesahihan pengertian model PBL, berikut adalah beberapa
pendapat para ahli mengenai definisi problem based learning.

1. Delisle
Delisle dalam Abidin (2014, hlm. 159) menyatakan bahwa problem based
learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi
pembelajaran.

2. Tim Kemdikbud
Tim Kemdikbud (2013b) dalam Abidin (2014, hlm. 159) memandang model

14
PBL sebagai suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.

3. Duch
Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
dalam pembelajaran agar peserta didik dapat belajar berpikir kritis dan
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sekaligus memperoleh
pengetahuan. (Duch, 1995 dalam Shoimin, 2017, hlm. 130).

4. Finkle dan Torp


Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2017, hlm. 130) mengungkapkan bahwa
problem based learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara stimultan strategi pemecahan
masalah, dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan
para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-
hari yang tidak terstruktur dengan baik.

5. Torp dan Sage


Problem based learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan
untuk menjembatani siswa agar memperoleh pengalaman belajar dalam
mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan
yang kompleks (Torp dan Sage dalam Abidin, 2014, hlm. 160).

2. Sintaks Problem Based Learning


Langkah, atau tahapan dari model problem based learning. Sintaks model
pembelajaran problem based learning menurut Warsono & Hariyanto (2013, hlm.
151) adalah sebagai berikut.

 Memberikan orientasi masalah kepada siswa dengan menjelaskan tujuan


pembelajaran serta bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
 Membantu mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa dalam
belajar menyelesaikan masalah.
 Guru mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai dan
mecari penjelasan pemecahan masalahnya.
 Mendukung siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
 Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya dan
proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Sementara itu, langkah pembelajaran problem based learning menurut Shoimin


(2017, hlm. 131) adalah:

 menjelaskan tujuan pembelajaran meliputi menjelaskan logistik yang

15
dibutuhkan dan memotivasi siswa dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih,
 membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut,
 mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk penjelasan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan
masalah,
 membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan laporan hasil karya
yang sesuai seperti laporan,
 guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan
mereka.
3. Kelebihan PBL
Kelebihan atau manfaat model pembelajaran PBL menurut Kurniasih & Sani (2016,
hlm. 48) adalah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar untuk mentransfer
pengetahuan yang baru serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
ketrampilan kreatif.

Selain itu, Shoimin (2017, hlm. 132) mengungkapkan beberapa kelebihan model
pembelajaran berbasis masalah yang meliputi:

 mendorong siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah pada


dunia nyata,
 membangun pengetahuan siswa melalui aktivitas belajar,
 mempelajari materi yang sesuai dengan permasalahan,
 terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok pada siswa,
 kemampuan komunikasi akan terbentuk melalui kegiatan diskusi dan
presentasi hasil pekerjaan,
 melalui kerja kelompok siswa yang mengalami kesulitan secara individual
dapat diatasi.

4. Manfaat Problem Based Learning


Selain berbagai kelebihan di atas, Warsono & Hariyanto (2013, hlm. 152)
mengemukakan pendapat bahwa kekuatan atau manfaat utama penerapan model
pembelajaran PBL adalah sebagai berikut.

 Siswa akan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang akan membuat


siswa menjadi terbiasa menghadapi masalah
 Solidaritas sosial akan terpupuk dengan adanya diskusi dengan teman satu
kelompok,
 Guru dengan siswa akan semakin akrab
 Siswa akan terbiasa menerapkan metode eksperimen karena ada
kemungkinan suatu masalah yang harus diselesaikan siswa melalui
eksperimen

5. Kekurangan PBL

16
Sementara itu, kelemahan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
menurut Shoimin (2017, hlm. 132) antara lain:

 tidak semua materi pembelajaran dapat menerapkan PBL, guru harus tetap
berperan aktif dalam menyajikan materi (dan akan kesulitan dalam kelas
gemuk);
 keragaman siswa yang tinggi dalam suatu kelas akan menyulitkan dalam
pembagian tugas berdasarkan masalah nyata

Selain itu, menurut Abidin (2014, hlm. 163) kekurangan dalam model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut.

 Siswa yang terbiasa mendapatkan informasi yang diperoleh dari guru sebagai
narasumber utama akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri
dalam pemecahan masalah.
 Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
memecahkan masalahnya.
 Tanpa adanya pemahaman siswa terhadap mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari.

6. Tujuan Problem Based Learning


 Hosnan (2014, hlm. 298) menjelaskan bahwa tujuan utama dari model PBL
bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswa namun juga
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah serta kemampuan siswa itu sendiri yang secara aktif dapat
memperoleh pengetahuannya sendiri.

 Pendapat serupa juga disampaikan oleh Al-Tabany (2017, hlm. 71) yang
menyatakan bahwa model problem based learning berusaha untuk membantu
siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.

 Melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan


mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa secara tidak
langsung akan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri
dalam hidupnya kelak.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari PBL
adalah agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
memecahkan masalah, mandiri dalam belajar, dan memiliki keterampilan
sosial yang tinggi dalam kehidupan.

E. . Model Pembelajaran Quantum Learning

Quantum learning adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala

17
nuansanya, dan berfokus pada nuansa dalam lingkungan kelas interaksi yang
mendasari landasan dan kerangka untuk belajar dan juga mencakup petunjuk spesifik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar .

Pembelajaran kuantum memiliki tujuan utama yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke


Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya adalah bahwa
memasuki dunia anak penting sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak
mengajar, yaitu mendapatkan izin untuk memimpin, membimbing, dan memudahkan
perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap yang juga biasa
dianggap sebagai struktur chord dasar dari simfoni belajar, prinsip-prinsip tersebut
adalah :
 Segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh,
dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
 Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan memiliki tujuan
mengirim pesan tentang belajar.
 Pengalaman sebelim mempersembahkan nama, otak kita berkembang pesat
dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin
tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi sebelum mereka
mengalami informasi ketika mereka memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari.
 Akui setiap usaha, belajar mengandung resiko, belajar berarti melangkah
keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka
patut mendapat pengakuan atas pengakuan dan kepercayaan diri mereka.
 Jika layak dipelajari, maka layak pula dipelajari, gelaran adalah para pelajar.
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan
asosiasi emosi positif dengan belajar.
1. Kerangka rancangan pembelajaran Model Pembelajaran Quantum (Quantum
Learning)
Pembelajaran kuantum menggunakan prinsip-prinsip komunikasi ampuh, dengan
pendekatan multi sensori, multi kecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan
pembelajaran kuantum teaching yang dikenal sebagai TANDUR, yaitu :
 Tumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah menyenangkan
menyenangkan” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
 ALAMI,
 ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dipahami semua
pelajar.
 NAMAI, menyediakan
kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah "masukan".
 DEMONSTRASIKAN,
sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.
 ULANGI,
tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “aku tahu

18
bahwa aku memang tahu ini”.
 RAYAKAN,
pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan.

2. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran quantum learning

Kelebihan quantum learning


1. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum
dipakai.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empirs,
“hewan-istis”, dan atau nativistis.
3. Pembelajaran quantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris,
behavioristis.
4. Pembelajaran kuantum perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,
bukan transaksi makna.
5. Pembelajran kuantum sangat penting pada pemercepatan pembelajaran dengan
taraf keberhasilan tinggi.
6. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7. Pembelajaran kuantum sangat penting dan kebermutuan proses pembelajaran.
8. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
9. Pembelajaran kuantum perhatian pada pengembangan keterampilan, keterampilan
(dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau materi
10. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran.
11. Pembelajaran kuantum yang mengutamakan keragaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan tepat.
12. Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran quantum learning


1. membutuhkan pengalaman yang nyata.
2. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar.
3.Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum (Quantum Learning)

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep


quantum learning dengan cara :
Tahap persiapan.
1. kondisi belajar siswa dengan cara mengatur ruang kelas agar berbeda dengan kelas
biasa dengan menata kursi berbentuk U untuk memudahkan siswa melakukan kontak
mata.
2. Nikmati musik yang lembut ketika siswa melakukan kontak mata.

19
3. Menciptakan sugestif positif untuk diberikan kepada siswa.
Tahap Pelaksanaan.
1. Materi presentasi.
2. Menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai bahan pengantar.
3. Adanya interaksi dan umpan balik antara siswa dan guru.
4. Siswa mencatat materi pelajaran.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif.
6. Guru dan siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap Evaluasi.
1. Siswa diberi latihan soal.
2. Guru memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa.
3. Tidak menyalahkan kesalahan kepada siswa.
4. Mengadakan penelitian melalui tes lisan dan tes tertulis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di


gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum
dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.[1]

20
B. Saran
Saran dari penulis semoga makalah ini dapat membantu para pembaca
dalam mengetahui model pembelajaran dengan baik dan benar, penulis, untuk
para pembaca dimohon untuk kritik dan sarannya mungkin saja ada kesalahan
atau kelebihan dalam berkata-kata, karena penulis juga sedang belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Al-Tabany, Trianto. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontektual. Jakarta: Kencana.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rusmono, R. (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Edisi Kedua). Bogor: Ghalia
Indonesia.
Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Warsono & Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

21

Anda mungkin juga menyukai