Di susun oleh:
kelompok 8
1. NURUL HIDAYATI (200102105)
2. WISNI ARTIKA
3. INDAH PERMATA AULIA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama,
sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat
dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model Pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran Kooperatif?
3. Apa itu model pembelajaran Inquiri
4. Model pembelajaran berbsis proyek?
5. Model pembelajaran berbasis masalah?
6. Model pembelajaran Kuantum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Model pembelajaran
2. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui model pembelajaran Inquiri
4. Untuk mengetahui model pembelajaran Berbasis proyek
5. Untuk mengetahui model pembelajaran Berbasis masalah
6. Untuk mengetahui model pembelajaran kuantum
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk
melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di
kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif
siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam
pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak
kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di
harapkan.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif adalah susunan aktivitas belajar siswa pada
ruang lingkup grup untuk memenuhi manfaat pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Nilai yang dituju dari metode pembelajaran kooperatif yakni:
a. Menambah pengetahuan untuk prestasi belajar akademik
Ini merupakan tujuan utama dari model pembelajaran kooperatif karena dengan
metode ini pembelajaran akan semakin efisien dan efektif untuk menambah
prestasi akademik siswa.
b. Perasaan siswa menjadi halus sehingga menerima keragaman dan perbedaan
Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk bisa berfikir secara mandiri
dan menciptakan pendapat sehingga melahirkan perbedaan pendapat yang harus
diolah menjadi kesimpulan yang sama. Pada prakteknya ini akan menciptakan
untuk saling menghormati antar siswa.
c. Meningkatkan kecakapan sosial
Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk aktif bersosial sehingga timbul
interaksi yang dinamis.
d. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah penekanan aktivitas belajar dengan
meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan berinteraksi. Siswa diharap bisa
menjadi pribadi yang menjunjung keberagaman sehingga tercipta rasa baik budi
dan halus hati karena saling sepaham dan pengertian dengan orang lain.
e. Pembelajaran kooperatif juga bisa menghindarkan siswa dari dampak negatif
3
seperti permusuhan dan perselisihan.
a. Face to face promotive interaction: Ciri khusus dari unsur ini adalah rasa
saling percaya, berbagi, membantu, mengingatkan, percaya dan menyemangati.
1). Personal responsibility: Ini adalah terciptanya tanggung jawab dari individu
siswa, ini merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Hal ini terbangun karena
adanya pembentukan grup untuk berdiskusi dan belajar.
4
2). Interpersonal skill: Peran dari unsur ini berfungsi untuk peningkatan
keterampilan mengenal dan menerima diri sendiri untuk saling mendukung satu
dan lainnya sehingga proses kerjasama akan tercipta.
3). Group processing: Prose ini merupakan hasil dari aktivitas dari kerja antara
individu dan grup. Sehingga proses belajar lebih efektif dalam berkontribusi
dalam setiap individu.
4). Positive interdependence: Peran ini adalah tanggung jawab setiap bahan
yang diterima setiap individu dalam grup dituntut untuk dipahami lebih
mendalam.
6. Macam Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Berikut beberapa teknik dan macam-macam model pembelajaran kooperatif
beserta langkah-langkahnya yang bisa diterapkan dalam lingkungan belajar,
yakni:
2. Model Jigsaw
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai langkah dan model pembelajaran
kooperatif tipe (Jigsaw) lihat di tautan:
Pemilihan topik
Menciptakan perencanaan
Pelaksanaan
Sintesis dan Analisis
Pelaporan nilai dari diskusi
Evaluasi
Metode Struktural
Metode ini dibentuk oleh Spencer Kagan, dengan tujuan untuk mempelajari
pola interaksi pada peserta didik dalam kerja kelompok atau grup. Dalam
metode struktural memiliki beberapa cara dan macam model pembelajaran
kooperatif, yakni:
5
NHT
7. Kegunaan Pelaksanaan
Berikut adalah kegunaan dari metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
6
15. Menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa peduli, solidaritas sehingga
hubungan pertemanan bisa terikat secara solid dan kompak.
16. Perbedaan dari setiap siswa dalam grup bisa memicu pemikiran yang
beragam sehingga permasalah bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.
17. Bisa membuat siswa untuk mengutarakan informasi dengan lebih bebas dan
metode ini siswa bisa saling mendukung untuk menjawab solusi dari tugas
dan materi yang diberikan oleh guru, sehingga tugas menjadi lebih mudah
dikerjakan.
18. Model ini sangat tepat guna untuk mendapatkan solusi dari persoalan yang
membutuhkan pendapat banyak orang
19. Materi bahan ajar bisa dipahami oleh siswa dengan lebih cepat, karena
bahasa yang digunakan adalah bahasa pertemanan.
1. Informasi bahan ajar yang ada akan sulit dipahami bila ada sedikit
penyampain pendapat, pengutaraan pendapat bisa disalah mengertikan oleh
antar siswa.
2. Terdapat siswa yang cenderung memiliki sifat mendominasi dan ada siswa
yang bersifat pendiam. Ini bisa terpicu sebuah ketimpangan pada grup,
sehingga pada siswa pendiam akan cenderung mengalah.
3. Pembelajaran ini memiliki rentan waktu yang cukup panjang dan lama,
sehingga proses pengutaraan pendapat dan bantahan akan memicu perdebatan
maupun persetujuan.
4. Metode ini bisa ada kegagalan dalam kolaborasi dalam setiap grup. Bila grup
tidak dapat kerja sama dengan solid, maka akan ada perdebatan yang akan
memecah pertemanan yang sudah terjalin.
7
Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan
atau pencarian, eksperimen atau penelitian secara mandiri untuk mendapatkan
pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam model ini, peserta didik diarahkan agar
dapat mencari tahu sendiri materi yang disajikan dalam pembelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan dan investigasi mandiri.
Pengertian di atas senada dengan pendapat Priansa & Donni (2017, hlm. 258) yang
mengungkapkan bahwa Inquiry learning adalah model pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik simpulan dari
prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman dan kegiatan praktis. Artinya,
pembelajaran ini menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan
yang mereka butuhkan, lewat pertanyaan, meminta keterangan, atau penyelidikan.
Secara makna bahasa, inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yakni inquiry yang
bermakna penyelidikan atau meminta keterangan. Seperti yang diungkapkan Anam
(2016, hlm. 7) bahwa secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan
kata dalam bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan atau meminta keterangan;
terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan
menemukan sendiri”. Istilah inquiry atau “meminta keterangan” ini adalah istilah
yang sering digunakan oleh pihak berwajib seperti detektif untuk memintai
keterangan dari saksi atau tersangka dalam penyelidikannya.
Sementara itu, Bell (dalam Priansa & Donni, 2017, hlm. 258) menyatakan bahwa
pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil kegiatan
peserta didik dalam memanipulasi, membuat struktur, dan mentransformasikan
informasi sedemikian rupa sehingga ia menemukan informasi baru.
Bell lebih memilih untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dibalik
pertanyaan, penyelidikan, atau pemintaan keterangan yang dilakukan oleh siswa
dalam inquiry learning. Para ahli lain juga tentunya memiliki berbagai pendapat yang
berbeda namun dalam medan pengertian yang sama. Untuk itu tidak ada salahnya
jika kita menyelami beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian model
pembelajaran inquiry learning yang akan dibahas di bawah ini.
1. W.Gulo
Pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam
Anam, Khoirul, 2017, hlm. 11).
8
2. Coffman
Inquiry learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan
siswa untuk berpikir, mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan eksplorasi
dan eksperimen sehingga siswa mampu menyajikan solusi atau ide yang
bersifat logis dan ilmiah (Coffman dalam Abidin, 2018, hlm. 151).
3. Hanafiah dan Sudjana
Model pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang menuntut
siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah dan Sudjana, 2010
dalam Wardoyo 2015, hlm. 66).
4. Abidin
Menurut Abidin (2018, hlm. 149): Model pembelajaran inkuiri adalah model
pembelajaran yang dikembangkan agar peserta didik menemukan dan
menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang masalah, topik, dan isu tertentu.
Berdasarkan beberapa teori menurut pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa inquiry learning adalah model pembelajaran menuntut
peserta didik untuk melakukan proses dalam menemukan pengetahuannya
secara mandiri lewat serangkaian investigasi, pencarian, eksplorasi dan
mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan atau penelitian untuk
memecahkan suatu masalah atau mengetahui suatu materi pengetahuan yang
sedang dipelajari.
Sementara itu, menurut Clevery 2003 (dalam Wardoyo 2015, hlm. 67) terdapat
beberapa langkah dalam proses pembelajaran menggunakan metode inquiry learning,
yaitu sebagai berikut.
1. Exploration tutorial
Dalam tahap ini, siswa akan melakukan kegiatan eksplorasi untuk
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pemahaman awal yang dimiliki
9
mereka.
2. Self directed learning
Selanjutnya, siswa belajar secara mandiri berdasarkan dari perkembangan
pemahaman setelah tahapan eksplorasi didapatkannya. Artinya bahwa setelah
melakukan tahapan eksplorasi maka siswa akan menemukan konsep baru
yang harus dipelajari, dan dipahami secara mandiri.
3. Review tutorial
Merupakan tahapan ketiga dimana pada tahapan ini siswa mempresentasikan
hasil temuan yang didapatkannya dari proses self directed learning.
4. Consolidation tutorial
siswa bersama-sama dengan anggota kelompoknya melakukan konsolidasi
terhadap hal-hal yang mereka temukan. Konsolidasi dilakukan dengan diskusi
kelompok maupun presentasi.
5. Plenary tutorial
yaitu siswa merefleksikan pembelajaran individu dan kelompok dengan
fasilitator. Dalam tahapan ini penguatan diberikan oleh fasilitator pendamping
yang memberikan pembimbingan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Ada bebeapa hal yang menjadi ciri utama dalam model pembelajaran inquiry yaitu
sebagai berikut.
1. Menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan yang artinya menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu hal yang dipertanyakan, sehingga
hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan
menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
perkembangan mental. Dengan demikian, peserta didik tak hanya dituntut
untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan
10
pemahamannya terhadap materi pelajaran tertentu.
3. Kelebihan dan Kekurangan Inquiry Learning
Tentunya, sebagai salah satu model pembelajaran yang merupakan alternatif dari
model lain, inquiry learning memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri pula.
Keunggulan strategi pembelajaran inquiry menurut Roestiyah (2012, hlm. 76)
dikemukakan sebagai berikut.
11
1. Pengertian Project Based Learning Menurut Para Ahli
Para ahli boleh saja memiliki penafsiran arti yang berbeda-beda, namun inti dasarnya
tetap sama. Project based learning adalah model pembelajaran berupa tugas nyata
seperti kerja proyek, berkelompok, dan mendalam untuk mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna.
Adapun pengertian project based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.
12
Sebelum masuk ke materi, guru harus memberikan pertanyaan mendasar
terkait materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa dikemas
dalam studi kasus di dunia nyata dilanjutkan dengan penelusuran lebih
mendalam.
Penyusunan desain proyek bersifat kolaboratif. Artinya, kerja sama antara guru dan
peserta didik. Pada desain ini memuat sejumlah poin, misalnya aturan main,
aktivitas, dan presentasi.
6. Mengevaluasi pengalaman
13
Bisa meningkatkan ketekunan peserta didik saat pembelajaran.
Suasana belajar menjadi lebih menyenangkan karena peserta didiknya aktif.
Keterampilan peserta didik dalam mengelola suatu proyek semakin terasah.
Meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik.
Melatih sifat kolaboratif di dalam kelas.
Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2017, hlm.
129) bahwa problem based learning artinya menciptakan suasana belajar yang
mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017, hlm. 129).
Melengkapi pernyataan tersebut, Panen (dalam Rusmono 2014, hlm. 74) menyatakan
bahwa dalam model pembelajaran dengan pendekatan problem based learning,
peserta didik diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang
mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk melakukan pemecahan masalah.
1. Delisle
Delisle dalam Abidin (2014, hlm. 159) menyatakan bahwa problem based
learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi
pembelajaran.
2. Tim Kemdikbud
Tim Kemdikbud (2013b) dalam Abidin (2014, hlm. 159) memandang model
14
PBL sebagai suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.
3. Duch
Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
dalam pembelajaran agar peserta didik dapat belajar berpikir kritis dan
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sekaligus memperoleh
pengetahuan. (Duch, 1995 dalam Shoimin, 2017, hlm. 130).
15
dibutuhkan dan memotivasi siswa dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih,
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut,
mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk penjelasan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan
masalah,
membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan laporan hasil karya
yang sesuai seperti laporan,
guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan
mereka.
3. Kelebihan PBL
Kelebihan atau manfaat model pembelajaran PBL menurut Kurniasih & Sani (2016,
hlm. 48) adalah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar untuk mentransfer
pengetahuan yang baru serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
ketrampilan kreatif.
Selain itu, Shoimin (2017, hlm. 132) mengungkapkan beberapa kelebihan model
pembelajaran berbasis masalah yang meliputi:
5. Kekurangan PBL
16
Sementara itu, kelemahan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
menurut Shoimin (2017, hlm. 132) antara lain:
tidak semua materi pembelajaran dapat menerapkan PBL, guru harus tetap
berperan aktif dalam menyajikan materi (dan akan kesulitan dalam kelas
gemuk);
keragaman siswa yang tinggi dalam suatu kelas akan menyulitkan dalam
pembagian tugas berdasarkan masalah nyata
Selain itu, menurut Abidin (2014, hlm. 163) kekurangan dalam model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut.
Siswa yang terbiasa mendapatkan informasi yang diperoleh dari guru sebagai
narasumber utama akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri
dalam pemecahan masalah.
Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
memecahkan masalahnya.
Tanpa adanya pemahaman siswa terhadap mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Al-Tabany (2017, hlm. 71) yang
menyatakan bahwa model problem based learning berusaha untuk membantu
siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
17
nuansanya, dan berfokus pada nuansa dalam lingkungan kelas interaksi yang
mendasari landasan dan kerangka untuk belajar dan juga mencakup petunjuk spesifik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar .
18
bahwa aku memang tahu ini”.
RAYAKAN,
pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan.
19
3. Menciptakan sugestif positif untuk diberikan kepada siswa.
Tahap Pelaksanaan.
1. Materi presentasi.
2. Menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai bahan pengantar.
3. Adanya interaksi dan umpan balik antara siswa dan guru.
4. Siswa mencatat materi pelajaran.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif.
6. Guru dan siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap Evaluasi.
1. Siswa diberi latihan soal.
2. Guru memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa.
3. Tidak menyalahkan kesalahan kepada siswa.
4. Mengadakan penelitian melalui tes lisan dan tes tertulis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
B. Saran
Saran dari penulis semoga makalah ini dapat membantu para pembaca
dalam mengetahui model pembelajaran dengan baik dan benar, penulis, untuk
para pembaca dimohon untuk kritik dan sarannya mungkin saja ada kesalahan
atau kelebihan dalam berkata-kata, karena penulis juga sedang belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Al-Tabany, Trianto. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontektual. Jakarta: Kencana.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rusmono, R. (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Edisi Kedua). Bogor: Ghalia
Indonesia.
Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Warsono & Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
21