1 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal 89.
2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 175.
3 Dewi Salma prawiradilaga, Prinsip Dasar Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2009),
hal 33.
4 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal 269.
5 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), hal 19.
6 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), hal 110.
belajar dalam seting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan member pengalaman belajar
peserta didik untuk mengenal ,memahami menghayati dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari.
Model pembelajaran memiliki 8 ciri – cirri sebagai berikut :
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh
model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thellen dan berdasarkan teori John
Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara
demokratis.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.Misalnya model berfikir induktif,
dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
3. Dapat disajikan pedoman untuk perbaikan belajar mengajar dikelas. Misalnya model
Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
4. Memiliki bagian – bagian model dalam pelaksanaan , yaitu urutan langkah – langkah
pembelajaran, adanya prinsip – prinsip reaksi, sistem sosial, dan siistem pendukung,
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan
suatu model pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pemmbelajaran .Dampak tersebut
meliputi: Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan dampak
penggiring,yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (Desain instruksional).
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berupa aktivitas belajar bersama dalam sebuah
a.
kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif untuk mengasah sikap sosial seperti tenggang rasa,
bersikap sopan dalam mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran, dan berbagai
keterampilan yang lainnya. Indikator keberhasilan pembelajaran model kooperatif ditentukan oleh
peran serta anggota dalam kelompoknya (Sani, 2014). Pelaksanaan model kooperatif dengan
menentukan anggota dengan tingkat kemampuan yang berbeda, sehingga akan terjadi kerja sama
yang intensif antar anggota untuk memahami materi yang dipelajari (Amir & Ahmadi, 2010);
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu pembelajaran yang memotivasi siswa
b.
untuk terlibat dalam penyelesaian suatu masalah. Pelaksanaan pembelajaran ini dengan cara
Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara
c.
maksimal untuk berpikir secara kritis dan analitis dalam suatu penyelidikan sehingga mendapat
jawaban yang meyakinkan. Tujuan utama model pembelajaran ini adalah untuk membantu siswa
Pembelajaran ekspositori yaitu model pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian
d.
materi secara verbal oleh guru. Pembelajaran dilakukan secara direct (langsung) tentang fakta,
prinsip, konsep, gagasan-gagasan dan informasi lain kepada siswa sehingga terbentuk pemahaman
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) yaitu model pembelajaran holistik yang
e.
menuntun siswa untuk melakukan relevansi materi terhadap terhadap konteks kehidupan nyata.
Kontekstualisasi materi terhadap kehidupan sehari-hari siswa akan menjadikan siswa lebih memahami
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yaitu model pembelajaran yang memberi
f.
pengalaman kepada siswa terlibat dalam proyek, sehingga siswa berkesempatan untuk meneliti,
menganalisis, dan mensintesis lalu mempresentasikan hasilnya. Pengalaman yang diperoleh melalui
proyek memacu perkembangan yang besar terhadap potensi siswa. Pelaksanaan proyek bisa
2016).
Pendidikan akidah akhlak di madrasah ibtidaiyah terfokus pada bahan-bahan pelajaran yang dapat
mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan
sederhana serta pengamalan dan pembiasaaan berakhlak islami secara sederhana, untuk dapat dijadikan
landasan perilaku dalam kehidupan sehari – hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Mata
pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang
diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak islam. Pemilihan strategi model
pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran
dikelas .Kecerdasan guru dalam mendesain strategi atau model pembelajaran akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi penumbuhan minat peserta didik. Pemilihan guru pada Model Pembelajaran tertentu tentulah
materi tersebut terdapat karakteristik yang bersifat indoktrinasi. Untuk itu diperlukan model pembelajaran
langsung. Ketika guru harus menjelaskan bahwa Allah itu Esa (Tauhid) guru harus mengerahkan seluruh
keterampilannya agar dapat meyakinkan kepada peserta didik . Namun saat guru harus menjelaskan aspek
akhlak, maka guru dapat memilih antara model kooperatif atau model pembelajaran berbasis masalah,
Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah sebagai landasan yang integral dari pendidian Agama,
salah satu faktor utama yang menentukan dalam pembentukan watak dari kepribadian peserta didik, dan
secara substansial mata pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan ahlaqul karimah dalam
kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Akidah Akhlak bagian dari mata Pelajaran Agama Islam pada Madrasah
Tsanawiyah yang di maksud untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman kemampuan berakhlak atau
bersikap yang baik sehingga dapat mewujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai manifestasi iman dan taqwa
menjelaskan materi pelajaran didepan kelas. Sementara itu di bangku peserta didik juga asyik dengan
kegiatanya sendiri, melamun, mengobrol bahkan mengantuk. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses
pembelajaran, karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi kerja sama. Dalam suatu
peristiwa mengajar dan belajar dikatakan terjadi pembelajaran, manakala guru dan pesert didik secara sadar
bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun peserta didik dalam
suatu proses pembelajaran selamanya memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar.
Oleh karena itulah digunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin dalam Tukiran pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dalam memecahkan
suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi
Pendidikan akidah akhlak di madrasah Aliyah adalah pengembangan keterampilan anak yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Materi Hubbudunya atau kecintaan terhadap duniawi, ajaran sopan
santun menjadi salah satu pemantik dari jalannya praktik belajar mengajar. Dengan diawali penjelasan singkat,
pemberian contoh, perantara media video, kelas diskusi, pemantauan, presentasi, monitoring, brainstorming,
Pada tindakan awal tantangan sekaligus masalah dalam mengajar mata pelajaran aqidah akhlak terbentur
dengan keterbatasan ide untuk mengemas metode pembelajaran menjadi menarik. Oleh sebab itu
pembelajaran diinterpretasi dengan media video edukasi seperti gambaran tentangbahaya hubbudunya yang
berlebihan menjadi pembuka materi pelajaran. Hal-hal yang diajarkan pada anak dalam penerapan model
pembelajaran based learning diawali dengan melatih,menarik perhatian dan ketertarikan anak pada pelajaran
aqidah akhlak, kemudian melatih sopan santun dengan mengikuti arahan guru untuk menganalisis video
tentang hubbbudunya, belajar kerja kelompok, atau melatih keterampilan dan kekompakan, selanjutnya anak
didik berusaha menganalisis video dengan melihat dampak dan pengaruh dari hubbudunya dan menjelaskan
cara menjauhinya. Hasil tersebut kemudian dipaparkan dan dipresentasikan di depan teman-teman kelas.