A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk
mengajar.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan
dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
1. Model interaksi sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan
diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik.
untuk berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan
bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt
(field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara
individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses
bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill
dalam bidang akademik.
2. Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa
tanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3. Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
4. Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan
dalam kelompok.
5. Bermain peran bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan
nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
1
6. Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami berbagai kenyataan
sosial serta menguji reaksi mereka.
3. Model personal-humanistik
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini
meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya
sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu
membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan
individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu
membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh
humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb.
Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta
didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual.
Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik
ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik
terhadap perasaanya.
2
Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai
reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran
klasikal.
B. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (studen t centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Salah satu contoh dari pendekatan pembelajaran adalah Pendekatan Konflik Kognitif
C. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Maksudnya, pada dasarnya strategi masih
bersifat konseptual mengenai keputusan yang akan diambil dalam pelaksanaan pembelajaran.
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar untuk bertidak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan, strategi dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi mengenai rangkain kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Variabel strategi pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)
Merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, da kegiatan ini berhubungan dengan
tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembukaan diagram, format dan sejenisnya.
2. Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)
Merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/atau untuk menerima
serta merespon masukan dari siswa.
3. Strategi Pengolahan (Management Strategy)
Merupakan cara untuk menata interaksi antar siswa dan variabel strategi pembelajaran
lainnya.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan
bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Senjaya (2008).
Strategi pembelajaran dibedakan atas 7 jenis yaitu :
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE),
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI).
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM).
4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB),
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).
6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan
7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode ceramah adalah metode yang lebih banyak dilakukan oleh guru sementara anak
didiknya bersifat pasif;
2. Metode demonstrasi adalah suatu metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu
proses, mekanisme, atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran
3. Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan atau menemukan solusi
masalah yang ditemukan dalam mempelajari materi pembelajaran.
4. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk
pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
4
5. Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik baik
perorangan ataupun perkelompok untuk melakukan suatu percobaan di laboratorium atau
lapangan guna membuktikan suatu teori atau menemukan sendiri suatu pengetahuan baru
bagi anak didik.
6. Metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode yang menugaskan kepada anak didik
untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkarya
materi yang sudah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Makmun, A, S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.