Anda di halaman 1dari 18

DOSEN PENGASUH TUGAS BERSTRUKTUR

Muhammad Fajaruddin Atsnan, M.Pd Strategi Pembelajaran Matematika

Strategi, Model, Metode, dan Pendekatan dalam


Pembelajaran Matematika

Disusun oleh :

Asih Yaumil Akhir : 1301250937

Mariatul Qibtiah : 1301250978

Muhammad Saleh : 1301251068

Norbaiti : 1301251001

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANJARMASIN
2014/2015
1
MATERI
A. Strategi Belajar Mengajar
Strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribaian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru.
4. menetapkan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar.
Menurut tabrani Rusyan dkk., terdapat berbagai masalah dalam strategi
belajar mengajar yang diklasifikasikan menjadi:
konsep dasar strategi belajar mengajar
konsep dasar tersebut adalah seperti yang sebelumnya diatas
Sasaran kegiatan belajar mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.
Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat
operasional dan konkret.
Belajar mengajar sebagai suatu system
Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu system meliputi suatu
kompunen antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan
evaluasi.
Hakikat proses belajar mengajar

2
Hakikat proses belajar adalah agar terjadinya perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, keterampilan atau bahkan
keaspek yang lebih pribadi.
Entering behavior siswa
Entering behavior dapat membantu guru dalam mengetahui berbagai
hal tentang siswa, missal mengenai kesiapan siswa, kematangan atau
hal lainnya.
Pola-pola belajar siswa
Pola-pola belajar siswa menurut Robert M.Gagne dibagi menjadi
delapan tipe yaitu: 1) signal learning (belajar isyarat), 2) Stimulus-
response learning (belajar stimulus-respons), 3) Chaining (rantai atau
rangkaian), 4) verbal association learning (asosiasi verbal), 5)
Discrimination learning (belajar kriminasi), 6) Consept learning (belajar
konsep), 7) Rule learning (belajar aturan), dan 8) Problem solving
(memecahkan masalah).
Memilih system belajar mengajar
Berbagai system pengajaran yang menarik perhatian pada akhir-akhir
ini yaitu: Enquiry-Discovery Learning, Expository approach, Mastery
learning, dan humanistic education.
Pengorganisasian kelompok belajar
Pengorganisasian kelompok belajar dengan memperhatikan berbagai
cara pendekatan atau belajar adalah sebagai berikut:
- Pada situasi yang ekstrim, kelompok belajar itu cukup seorang,
metode yang sesuai adalah belajar individual.
- Untuk kelompok kecil sekitar dua sampai dua puluh orang metode
belajarnya diskusi atau seminar
- Untuk lebih dari empat puluh orang peserta nya digabung biasanya
disebut audience. Metode belajarnya dengan kuliah atau ceramah.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran matematika adalah kerangka kerja konseptual
tentang pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika dimaksud
adalah peserta didik belajar matematika dan pengajar menstransformasi
pengetahuan matematika serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Model

3
pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan, sintaksnya dan sifat
lingkungannya.
Macam Model Pembelajaran Matematika
1. Model Colaboratif
Dua orang atau lebih bekerja sama memecahkan masalah bersama
untuk mencapai tujuan tertentu dikatakan model belajar kolaboratif.
Dalam mencapai tujuan tertentu peserta didik bekerja sama untuk
memecahkan masalah yang ditugaskan oleh guru. Mereka berdiskusi
mencari jalan keluar menetapkan keputusan bersama, karena
berkeyakinan bahwa masalahnya adalah milik bersama. Setiap anggota
mengutarakan ide dan saling menanggapi yang pada akhirnya dapat
mengembangkan pengetahuan bersama maupun pengetahuan masing-
masing individu.
2. Model Kuantum
Model belajar kuantum secara garis besar adalah kualitas sesuatu,
mekanis yakni yang berkenaan dengan gerak. Pembelajaran kuantum
adalah seperangkat metode dan falsafah di mana peserta didik belajar
diibaratkan suatu eletron yang ada di dalam atom, bergerak meloncat-
loncat dari satu orbit ke orbit lain pada lintasan kulitnya. Peserta didik
belajar secara individual di mana ia dapat pindah kepada modul
berikutnya bila telah memahami secara keilmuan dan praktiknya. Di sini
dikenal dengan istilah ada kecepatan belajar yang berbeda-beda antar
peserta didik.
3. Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana
siswa dikelompokkan dalam tim kecil dengan tingkat kemampuan yang
berbeda-beda untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pokok
bahasan, di mana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
untuk belajar apa yang diajarkan dan membantu temannya untuk belajar
sehingga tercipta suatu atmosfer prestasi. Belajar dikatakan belum selesai
bila masih ada anggota kelompok yang belum menguasai materi. Saling
bekerja sama dan saling mengoreksi antar anggota kelompok dengan

4
tujuan mencapai hasil belajar yang tinggi. Istilah kooperatif berbeda
dengan kolaboratif dilihat dari kedudukan formal proses pembelajaran.
Pada kooperatif berlaku di sekolah dengan fokus di kelas-kelas menurut
satuan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas..
belajar kolaboratif berlaku pada kegiatan diklat atau pendidikan dan
latihan dengan para pesertanya umumnya sudah dewasa dan mempunyai
profesi. Ditinjau dari sisi kerja sama atau belajar kelompok tidak ada beda
dari keduanya.
4. Model Tematik
Kegiatan model pembelajaran tematik dirancang berawal dari ide
pokok atau tema dengan melibatkan beberapa bidang studi yang
berkaitan dengan tema, guru berupaya melakukan pendekatan konteks
dengan pengajian secara utuh menyeluruh bukan parsial. Pembelajaran ini
mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan-kegiatan yang
difokuskan pada suatu topik. Tema ini dipilih benar-benar atas dasar apa
yang disukai peserta didik dan dipilh untuk belajar.
5. Model Sosial
Belajar sosial adalah bagaimana kemampuan individu untuk
mengambil sari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan
tingkah laku mana yang akan diambil dan nanti untuk melaksanakan
tingkah laku tersebut. Model belajar sosial memberi kesempatan kepada
individu untuk memperoleh keterampilan yang kompleks dan kemampuan
melalui pengamatan terhadap tingkah laku model dan konsekuensi-
konsekuensinya. Model belajar sosial perlu memerhatikan ciri-ciri peserta
didik, perbedaan perseorangan dan pengembangan motivasi.
6. Model Perilaku
Kata perilaku berhubungan dengan tindakan, kegiatan, aktivitas
ataupun praktek. Model pembelajaran perilaku berarti proses
pembelajaran yang menekankan dan berorientasi kepada perubahan sikap
motorik yang terjadi pada anak didik. Kemampuan yang diharapkan dalam
pembelajaran model ini adalah terampil menggunakan atau melakukan
sesuatu, bukan cerdas mengatasi masalah.
7. Model Behaviourisme

5
Model behaviourisme menganggap faktor lingkungan sebagai
rangsangan dan respons peserta didik terhadap rangsangan itu ialah
responnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat thorndike yang
menyatakan bahwa hubungan di antara stimulus dan respons akan
diperkuat apabila responsnya positif diberikan reward yang positif dan
tingkah laku negatif tidak diberi apa-apa (hukuman).
8. Model Cognitivisme
Model belajar cognitivisme adalah belajar sebagai suatu rangkaian
pase, menggunakan step-step kognitif: pengkodean (cooding),
penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving) dan pemindahan
informasi (transferring information). Model pemrosesan pengetahuan ini
dengan menyatakan bahwa pengetahuan yang diterima itu akan terlebih
dahulu disimpan pada pendaftar sensor. Pengetahuan yang baru diterima
akan dibandingkan dengan kognitif yang telah dulu ada. Pengetahuan
yang telah ada tersebut dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan dan
digabungkan dengan pengetahuan yang baru.
9. Model Konstruktivisme
Model pembelajaran konstruktivisme merupakan proses pembelajaran
yang menerangkan bagaimana pengetahuam disusun dalam diri manusia.
Penerapan model belajar konstruktivisme adalah pengetahuan yang
dibentuk melalui pengalaman. Pembelajaran adalah intepretasi seseorang
terhadap lingkungan sekitarnya. Pembelajaran merupakan satu proses
aktif yang dibina dari pengalaman seseorang.
C. Metode Pembelajaran
Kedudukan pemilihan dan metode dalam pengajaran
a. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
Kegiatan belajr mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adAlah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut
ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
b. Macam-macam metode mengajar
1. Metode proyek

6
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang
bertitik tolak dari suatu masalah,kemudian dibahas dari berbagai
segi yang berhubungan sehingga pemecahanya keseluuhan
bermakna
2. Metode eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian
pelajaran,dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
3. Metode tugas dan resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan
dimana ruang guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Maslah tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakuka di dalam kelas,di halaman
sekolah,laboratorium,perpustakaan,bengkel,di rumah siswa,dimana
saja asal tugas itu dikerjakan.
Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada bebagai jenis.
Karena itu,tugas sangat banyak macamnya,bergantung pada tujuan
yang akan dicapai,seperti tugas meneliti,tugas menyusun laporan
(lisan/tulisan),tugas motoric (pekerjaan motoric),tugas laboratorium
dan lain-lain.

4. metode diskusi
Metode diskusi adlah cara penyajian pelajaran,dimana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bias berupa pertanyaan
yabg bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi,dimana interaksi
anntara dua atau lebih individu terlibat,saling tukar menukar
pengalaman,informasi,memecahkan masalah,dapat terjadi juga
semuanya aktif,tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
5. metode sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playimg dapat dikatakan sama
artinya,dan dalam pemakaiannya sering disalahgunakan pada

7
dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya
dengan masalah social.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan sosiodrama antara
lain adalah:
a. Agar siswa dapat menghayatidan menghargai perasaan orang
lain
b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok secara spontan
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah
6. Metode demonstrasi
Metode demosntrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan meragakan atau mempertujukan kepada siswa
proses,situasi,atau benda tertentu yang sedang dipelajari,baik
sebenarnya ataupun tiruan,yang sering disertai dengan penjelasan
lisan. Dengan metoe demonstrasi,proses penerimaan siswa
terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secaravmendalam.sehingga membentuk pengertian dengan bak
dan sempurna.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan proses mengatur sesuatu,proses membuat sesuatu,proses
bekerja,proses menggunakan/mengerjakan atau denagn cara
lain,untuk lebih mengetahui kebenaran sesuatu.
7. metode problem solving
Metode problem solving(metode pemecahan masalah),bukan hanya
sekedar metode ,mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir,sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-
metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti
langkah-langah sebagai berikut:
- Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan

8
- Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah
- Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
- Menguji kebenaran jawaban sementara
- Menarik kesimpulan
8. Metode karyawisata
Kadang-kadang dalam prose belajar mengajar siswa perlu diajak ke
luar sekolah,untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain.
Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar
sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu.
9. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab,terutama dari guru kepada
siswa,tetapi dapat pula dari siswa kepda guru.
Metode Tanya jawab adalah metode yang tertua dan banyak
digunakan dalam proses pendidikan,baik dilingkungan
keluarga,masyarakat maupun sekolah.
10. metode latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training,merupakan
suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan,ketepatan,kesempatan dan
keterampilan.
11. metode ceramah
Meski metode in lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada
anak didik,tetapi metode ini tetap tidak bias ditiggalkan begitu saja
dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan
pengajaran tradisional seperti di pedesaan yang kekurangan
fasilitas.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode ceramah
adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
D. Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar

9
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara
arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bias merugikan anak didik.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai
anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran.

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda


dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam
segala hal. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan
segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam
pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan
ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai
masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

1. Pendekatan Individual
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk
menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan
memisahkan/memindahkan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat
yang terpiisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara
ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik
di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
mengguanakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan.

2. Pendekatan Kelompok

10
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru
harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah
dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok
didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangakan
hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan
penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan
iindividual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis
dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Perasaan diterima atau disukai teman-teman;
2. Tarikan kelompok;
3. Teknik pengelompokan oleh guru;
4. Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok;
5. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara
mencapainya;
6. Struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompok itu
adalah:
a. Suatu multi personalia dengan tingkat keakraban tertentu;
b. Suatu sistem interaksi;
c. Suatu organisasi atau struktur;
d. Merupakan suatu motif tertentu atau tujuan bersama;
e. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu;
f. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.

Akhirnya, guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk


kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas
pada khususnya.

3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya
bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan
pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak
didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki
pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak

11
didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik
pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain.
Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik
pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan
pendekatan bervariasi.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus
yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga
diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya
pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.

4. Pendekatan Edukatif
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan
di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat
diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau
cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan.
Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan
teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam
pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan
melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang
guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma
sosial dan norma agama.
Berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan
pendekatan individual, ada juga yang dapat didekati dengan pendekatan
kelompok, dan ada pula yang dapat didekati dengan pendekatan bervariasi.
Namun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan individual
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan

12
bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif,
dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marahm
kesal, benci, dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karen
apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan
hati.

5. Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik.
Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah
guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa pun juga. Belajar dari
pengalaman adalah lebih baik daripada sekedar bicara, dan tidak pernah
berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan
kegiatan fisik.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup,
namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (edukative
experience), karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik
(misedukative experience). Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika
guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi
menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya mendidik anak menjadi
pencopet. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat
pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan
kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi
anak. Demikianlah pendapat Witherington.
6. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil,
pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya
suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang
baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula.
Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang
berkepribadian yang buruk pula. Begitulah biasanya yang terlihat dan yang
terjadi pada diri seseorang. Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat,

13
kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi
konflik di antara mereka.
7. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai
perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun
perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual,
perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri.
Menurut Chalijah Hasan (1994; 39) merasa adalah aktualitas kerja dari hati
sebagai materi dalam struktur tubuh manusia, dan merasa sebagai aktifitas
kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subjektif. Hal ini
dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan senang atau tidak senang,
dan umumnya tidak tergantung pada pengamatan yang dilakukan oleh
indra.
8. Pendekatan Rasional
Di sekolah anak didik dididik dengan perbagai ilmu pengetahuan.
Perkembangan berpikir anak dibimbing ke arahyang lebih baik, sesuai
dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai dari yang
abstrak sampai yang konkret. Maka pembuktian suatu kebenaran, dalil,
prinsip, atau hokum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana
menuju ke kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan
dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak.
Kesalahan pembuktian akan berakibat fatal bagi perkembangan jiwa anak.
Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan
kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran
agama, termasuk mencoba memahami hhikmah dan fungsi ajaran agama.
Karena kempuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadkan pendekatan
yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka
metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.

9. Pendekatan Fungsioanal

14
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya
sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan
ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat
menjembatani harapan tersebut. Untuk memperlicin jalan kea rah itu, tentu
saja diperlukan penggunaan metode mengajar. Dalam hal ini ada beberapa
metode mengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah metode
latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.

10.Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau
dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa
agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak
dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati, dan
diamalkan secara hayat siswa di kandung badan.
11.Pendekatan Kebermaknaan
Dalam rangka penguasaan bahasa Inggris tidak bias mengabaikan
masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar.
Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya
adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor
lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu
sendiri. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan
begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang
pendidikan yang dimasukinya. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu
alternative kea rah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan
baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.

Teori-Teori Belajar
Terdapat berbagai teori belajar misalnya yang mendasarkan pada ilmu
jiwa daya, tanggapan, asosiasi, trial & eror, Medan, Gestalt, Behaviorist, dan

15
lain-lain. Namun dalam uraian berikut dibatasi hanya yang sekiranya relevan
dengan kebutuhan kita.
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, dalam
teorinya menjelaskan bahwa dalam belajar yang penting adalah
adanya penyesuaian pentama yaitu memperoleh respons yang tepat
untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting
bukan mengulangi yang harus dipelajari, tetapi mengerti.
Prinsip-Prinsip Belajar menurut Gestalt
Belajar berdasarkan keseluruhan
Belajar adalah suatu proses perkembangan
Siswa sebagai organisme keseluruhan
Terjadi transfer
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Belajar lebih berhasil jika berhubungan dengan minat
Belajar berlangsung terus-menerus

2. Teori Belajar Menurut J. Bruner


Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang
tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
Sebab itu Bruner berpendapat alangkah baiknya jika sekolah dapat
kesempatan kepada siswa untuk maju cepat sesuai kemampuan siswa
dalam mata pelajaran tertentu.

3. Teori Belajar dari Piaget


Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-
anak adalah sebagai berikut:
- Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa, karenanya perlu pelayan tersendiri dalam belajar.
- Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
- Walau tahap-tahapnya sama namun waktu perkembangan
mental itu tidak selalu sama.
- Perkembangan mental dipengaruhi oleh empat factor yaitu
kematangan, pengalaman dan interaksi social.

16
- Ada tiga tahap perkembangan, yaitu: berfikit secara intuitif,
beroperasi secara konkret, dan beroperasi secara formal

KESIMPULAN

Istilah strategi, metode, pendekatan, model dalam pembelajaran


adalah suatu komponen yang sangat penting dikuasai seorang guru agar
dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada siswa. Pendekatan
diartikan dengan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya melatari dalam
memilih metode pembelajaran yang digunakan. Metode adalah suatu cara
atau langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

17
strategi pembelajaran. Strategi atau teknik pembelajaran bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien, didalamnya termuat metode dan
pendekatan.

18

Anda mungkin juga menyukai