PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat hak dan martabat manusia seutuhnya. Anak merupakan generasi
penerus cita-cita dan masa depan Bangsa. Di dalam masyarakat banyak anak yang
belum tercukupi kebutuhan hidupnya. Hambatan-hambatan tersebut di antara lain
belum terpenuhinya kesejahteraan jasmani, sosial, dan ekonomi. Orang tua yang
seharusnya melindungi, mencukupi, dan menjamin terpenuhinya hak-hak anak
justru memanfaatkan anaknya. Orang tua berdalih sibuk mencari nafkah,
kemiskinan, dan faktor-faktor struktural mereka memanfaatkan anaknya. Anak
mempunyai hak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan perlindungan.
Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan
memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak
semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, pergaulan, pelarian,
tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.
Anak jalanan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan
anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup
dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan
keluarga. Sementara itu anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang
hidup dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan
keluarganya.1
1 Asmawati. 2001. Anak Jalanan Dan Upaya Penanganannya Di Kota Surabaya, Jurnal Hakiki Vol
1/No 2/Nov 1999
2 Tata Sudrajat. 1999. Isu Prioritas Dan Program Intervensi Untuk Menangani Anak. Jalanan,
Jurnal Hakiki Vol 1/No 2/Nov
Yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro, seperti peluang
kerja pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan
keahlian yang besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku
guru yang diskriminatif, belum adanya kesamaan persepsi instansi
pemerintah terhadap anak jalanan.
Eksploitasi anak merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk memanfaatkan atau memeras tenaga kerja orang lain
demi kepentingan bersama maupun pribadi. Bagi keluarga miskin, anak pada
umumnya memiliki fungsi ekonomis, menjadi salah satu sumber pendapatan atau
penghasilan keluarga, sehingga anak sudah terbiasa sejak usia dini dilatih,
dipersiapkan untuk menghasilkan uang di jalanan. Eksploitasi anak jalanan sangat
beragam, mulai dari anak-anak yang dijadikan sebagai pengemis, pengamen,
bahkan berjualan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Hadi Supeno yang
merupakan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menyatakan bahwa
eksploitasi anak-anak sangat tinggi dan bervariasi, seakan-akan eksploitasi sudah
menjadi budaya. Akar permasalahan sosial anak jalanan sebenarnya bukan hanya
bentuk perlakuan salah/penyimpangan dari orang tua, Pemerintah juga menjadi
salah satu faktor penyebab permasalahan sosial ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor orang tua mengekploitasi anak untuk bekerja di jalanan ?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan
tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor orang tua memerintahkan anaknya untuk
mencari uang dengan turun ke jalan
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menangani masalah anak
jalanan tersebut
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian : Empiris
2. Pendekatan Penelitian : Yuridis Sosiologis
3. Lokasi Penelitian : Kota Malang
4. Jenis dan Sumber Data :
1. Data Primer : data yang diperoleh langsung dari responden diambil
dari hasil wawancara bebas
2. Data Sekunder : data penunjang dan pendukung data utama,
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945, Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002,
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis, hasil
penelitian orang lain, artikel-artikel dari internet,surat kabar dan
literatur-literatur.
5. Teknik Memperoleh Data :
1. Wawanacara bebas
2. Studi Dokumentasi /arsip
6. Populasi dan Sampel
- Populasi : Seluruh anak jalanan kota Malang
- Sampel :
1. Anak jalanan yang turun ke jalan karena faktor perintah orang
tua
2. Orang tua yang memerintahkan anak turun ke jalan
7. Teknik Analisa Data
Dilakukan secara kualitatif yaitu dari data yangng diperoleh kemudian
disusun secara sitematis, kemudian dianalisis dan disajikan secara
deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
BAB II
PEMBAHASAN
Kehidupan di kota besar yang sangat keras dan persaingannya yang kuat
membuat orang orang yang tidak mampu melalui hal tersebut akan tereliminasi
dari proses seleksi sosial. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kehidupan yang berat
di kota-kota menjadi alasan lemahnya kehidupan ekonomi. Hal ini mengakibatkan
timbulnya masalah masalah bagi pihak yang tidak mampu melalui proses seleksi
tersebut. Salah satunya adalah anak jalanan dan para orang tua yang melakukan
eksploitasi terhadap anak itu sendiri.
Disisi lain perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh orangtua ini juga
tidak bisa dihindari. Tuntutan ekonomi bisa membuat orang lain melakukan apa
saja yang bisa dilakukan demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka. Hal ini
merupakan suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi. Meskipun menurut defenisi
masyarakat kegiatan eksploitasi terhadap anak anak ini tidak pantas dilakukan,
tapi kegiatan ini dilakukan oleh pihak yang terkait dengan alasan yang sangat jelas
menurut mereka.
Fakta lain terungkap di sudut lain di kota Malang, yaitu di bawah fly over
Arjosari. Pada malam hari, sekitar pukul 19.00 WIB terdapat beberapa anak
perempuan berumur 5-7 tahun. Mereka adalah adik dan kakak dari orang tua yang
sama. Mereka turun ke jalan lantaran perintah dari orang tua, padahal setelah
ditelisik lebih dalam ternyata kedua orang tua mereka tergolong orang yang
mampu. Orang tuanya memiliki rumah dengan 2 lantai yang layak huni, bukan
hanya rumah yang hanya terbuat dari bilik.4
Miris memang melihat kejadian ini, peran orang tua sangat jauh
melenceng dari kenyataanya. Ia memanfaatkan kepolosan si anak demi meraih
keuntungan dan keuntungan. Padahal kenyataanya ekonomi mereka tidak terlalu
sulit dari yang di perkirakan. Faktanya orang tua itu masih mampu berjalan dan
seharusnya masih mampu mempekerjakan dirinya untuk mendapatkan uang.
Alasannya memang sederhana, keuntungan dari mengemis lebih besar daripada
bekerja. Serta keuntungan dari mengemis-lah yang mampu untuk membelikan
anak-anak itu sebuah mainan.
3 Wawancara dengan Tina dilakukan pada Selasa 18 November 2014 pukul 17.00 WIB, lokasi di Jl
Veteran
4 Wawancara dengan Rika dilakukan pada Selasa 18 November 2014 pukul 19.00 WIB, lokasi di
Arjosari
belajar. Manusia itu saling berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Proses
interaksi yang berkelanjutan ini akan membentuk kepribadian seseorang.
Biasanya para pengemis tinggal di suatu kawasan yang sama. Ketika ada
suatu keluarga lapisan bawah yang masuk kedalam kawasan tersebut, secara tidak
langsung mereka pasti akan terpengaruh dengan lingkungan disekitar tempat
tinggal mereka. Menurut salah satu sumber yang penulis wawancarai menyatakan
bahwa ia membiarkan anak anaknya mencari uang dijalanan karena tetangga
tetangganya juga melakukan hal yang sama. Menurut mereka, dengan
membiarkan anak anak mereka mengemis ataupun bekerja dijalanan, mereka
akan mendapat uang yang lebih banyak. Mereka menganggap orang orang
diluar sana akan kasihan melihat seorang anak anak yang masih dibawah umur
meminta minta dijalanan.
3. Kesenjangan Sosial
5 Wawancara dengan Ibu Djum, 45, salah satu orang tua anak jalanan. Lokasi di Sukun, Putrayuda
II
Para orangtua ini tidak memiliki pemikiran yang tepat, mereka mengira
bahwa mobilitas untuk naik kelas social itu tertutup sehingga mereka lebih
memilih untuk membiarkan anak anak mereka turun kejalanan membantu
mencari nafkah. Tidak bisa kita hindari bahwa pemikiran kalangan bawah
cenderung lebih pendek karena factor pendidikan yang mereka terima. Hal inilah
yang menjadi kendala bagi pemerintah untuk menanggulangi kegiatan eksploitasi
anak oleh orang tua ini. Pola pemikiran yang tradisional para orang tua membuat
program program yang akan dilaksanakan pemerintah menjadi tidak berjalan
dengan semestinya
Peran dinas sosial sangat penting dalam hal ini. Dinas soail bertugas
sebagaipelaksana dalam kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah
Kota Malang, salah satu pelaksanaan kebijakan yang menjadi tanggungjawab
Dinas Sosial adalah kebijakan yang menyangkut permaslaahan sosial, termasuk
mengenai kebijakan dalam pemberian perlindunga terhadap anak jalanan.
Mengacu pada Keputusan Walikota Malang Nomor 88 tahun 2011, anak jalanan
dimasukkan sebagai salah satu kategori dalam Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dalam Keputusan Walikota ini menyatakan bahwa
untuk melakukan penangann terhadap PMKS perlu dilakukan upaya koordinasi
secara terpadu dengan mengikutsertakan seluruh komponen, baik dari pihak
pemerintah maupun non pemerintah, juga peran serta masyarakat luas dalam
pelaksanaan kebijaksanaan ini.
Dinas Sosial mengacu pada tiga hal yang disebut dengan 3 fungsi utama
penanganan anak jalanan, antara lain terdiri dari :
A. Kesimpulan
1. Eksploitasi anak bisa meliputi beberapa hal, misalnya menyuruh anak di
bawah umur untuk bekerja, memaksa anak untuk belajar terlalu keras, dan
masih banyak lagi bentuk eksploitasi anak lainnya. Kita tentu sering melihat
anak-anak jalanan yang menjadi pengamen, penjual koran bahkan pengemis.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang tua hingga tega
mengeksploitasi anaknya untuk mendapatkan uang, antara lain :
1) Kemiskinan dan Keuntungan yang besar dari mengamen
2) Pengaruh Lingkungan Sekitar tempat tinggal
3) Kesenjangan sosial
2. Pemerintah dalam hal menangani anak jalanan telah berupaya semaksimal
mungkin antara lain dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penanganan Anak Jalan, Gelandangan dan
Pengemis. Namun pelaksanaan terhadap Perda tersebut belum terlihat
maksimal.
B. Saran
1. Pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial khususnya seharusnya lebih menjalin
kerja sama dengan LSM maupun komunitas-komunitas di kota Malang yang
concern menangani anak jalanan agar tugas berat Dinsos dapat terbantu
dalam menangani masalah anak jalanan dan membenahi segala kekuranga-
kekurangan yang ada dalam Dinsos itu sendiri.
2. Pemerintah lebih meningkatkan sosialisasi Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penanganan Anak Jalan, Gelandangan dan
Pengemis agar para orang tua tidak semena-mena mengeksploitasi anak-
anak. Dan menciptakan Program program yang tepat sasaran harus
diciptakan agar kasus eksploitasi terhadap anak anak ini tidak terus
menerus terjadi.