Anda di halaman 1dari 8

Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung.

Untuk pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk
retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi.
Jadi pajak dapat diartikan biaya yang harus dikeluarkan seseorang atau suatu badan untuk
menghasilkan pendapatan disuatu negara, karena ketersediaan berbagai sarana dan prasarana
publik yang dinikmati semua orang tidak mungkin ada tanpa adanya biaya yang dikeluarkan
dalam bentuk pajak tersebut. Pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku sedangkan retribusi lebih spesifik kepada orang-orang
tertentu yang mendapatkan pelayanan tertentu.

Artikel Ekonomi. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Perbedaan Pajak dan
Retribusi, kemudian menjelaskan tetang prinsip, fungsi dan pentarifannya. Secara definisi
perbedaan pajak dan retribusi adalah sebagai berikut :

Definisi Pajak :

Kontribusi wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat
dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Contohnya adalah PPh dan PPN.

Definisi Retribusi :

Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Contohnya adalah retribusi parkir dan retribusi sampah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
umum. Meskipun pajak dan retribusi berbeda namun keduanya mempunyai fungsi yang
sama, yaitu sebagai sumber pendapatan. Contoh retribusi antara lain karcis parkir kendaraan,
karcis pasar, karcis masuk terminal, dan lain-lain.

Ciri-Ciri Pajak dan Retribusi

Berdasarkan pengertian di atas, maka ciri-ciri pajak dapat diuraikan berikut ini.
Pajak merupakan iuran wajib yang bersifat dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.
Artinya jika wajib pajak tidak membayar pajak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan, wajib pajak tersebut dapat dikenakan sanksi atau hukuman.
Contoh : Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib membayar
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) bila kita tidak membayar, maka kendaraan kita bisa disita
oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita tidak membayar retribusi sampah, maka dinas
kebersihan tidak akan memaksakan,hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan
pengangkutan sampah dari mereka.

Sumbangan
Sumbangan adalah pungutan yang dilakukan pemerintah kepada segolongan orang
tertentu untuk pengumpulan dana dalam mencapai suatu tujuan dan hasilnya dimasukkan ke
dalam kas negara atau daerah.1[5] Jadi, yang mendapatkan fasilitas dari sumbangan adalah
golongan tertentu saja yang terkait dalam pembayaran sumbangan.
Adapun contoh dari sumbangan yaitu Sumbangan Wajib Perbaikan Jalan atau
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan undang-undang. Seperti halnya yang tercantum


dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (2) menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undangundang. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjaga ketertiban perpajakan dan untuk melindungi warga negara dari
pemungutan yang sewenang-wenang atau melampaui batas kewajaran.
Wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung, sedangkan pemabayar retribusi
mendapat balas jasa secara langsung. Artinya para wajib pajak yang telah membayar pajak
tidak akan mendapatkan balas jasa berupa barang maupun uang akan tetapi, dengan
pembayaran pajak tersebut para wajib pajak akan memperoleh manfaat secara tidak langsung,
yaitu berupa tersedianya fasilitas-fasilitas umum dari pemerintah, seperti jalan, pasar,
sekolah, dan sebagainya. Contoh : Bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak
mendapatkan apapun, namun secara tidak langsung kita telah membantu pembangunan di
negara kita, sedangkan bila kita membayar retribusi sampah maka secara langsung sampah
kita akan diangkut oleh dinas kebersihan.

Pajak dan retribusi digunakan untuk kepentingan umum. Pajak yang dipungut pemerintah
digunakan untuk membiayai pengeluaran yang bersifat umum, seperti penyediaan sarana dan
prasarana jalan, pelayanan pemerintah berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan, dan lain
sebagainya.

Dasar Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak tidak asal pungut, tetapi ada aturan-aturan yang mendasarinya. Pajak
merupakan sumber pendapatan negara dan memungutnya harus berdasarkan undang-undang.
Undang-undang yang mengatur tentang perpajakan harus berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, undang-undang perpajakan harus disesuaikan
dengan kepentingan pembangunan sekarang. Berikut ini dasar-dasar dalam pemungutan
pajak.

a. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
c. UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).
d. UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

1
e. UU No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).

Prinsip-Prinsip Pemungutan Pajak


Supaya pemungutan pajak benar-benar efektif, terdapat lima prinsip yang harus dijalankan
dalam pelaksanaan pemungutan pajak.
a. Prinsip Keadilan ( Equity Equity)
Keadilan dalam pemungutan pajak artinya pajak dikenakan secara umum dan sesuai
dengan kemampuan wajib pajak atau sebanding dengan tingkat penghasilannya.

b. Prinsip Kepastian (Certainty)


Pemungutan pajak harus dilakukan dengan tegas, jelas, dan ada kepastian hukum. Hal
ini dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh wajib pajak dan memudahkan
administrasi.
c. Prinsip Kecocokan/Kelayakan ( Convience Convience)
Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan wajib pajak. Artinya pemerintah
harus memerhatikan layak atau tidaknya seseorang dikenakan pajak sehingga orang
yang dikenai pajak akan senang hati membayar pajak.
d. Prinsip Ekonomi ( Economy Economy)
Pada saat menetapkan dan memungut pajak harus mempertimbangkan biaya
pemungutan pajak. Jangan sampai biaya pemungutannya lebih tinggi dari pajak yang
dikenakan

Unsur-Unsur Pajak
Berdasarkan pengertian pajak di atas, setiap pajak terdiri atas beberapa unsur. Berikut ini
unsur-unsur pajak :
a. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu, misalnya pegawai,
pengusaha, dan perusahaan. Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak setempat, kemudian wajib pajak akan mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) sebagai tanda pengenal. Wajib pajak harus melaporkan
kekayaan dan jumlah pajak yang menjadi tanggungannya kepada kantor pelayanan
pajak setempat setiap tahun.
b. Objek Pajak
Objek pajak adalah sesuatu yang dikenakan pajak, misalnya penghasilan seseorang
yang melebihi jumlah tertentu, tanah, bangunan, laba perusahaan, kekayaan, mobil.
Apabila setiap tahun ayah kalian membayar pajak bumi dan bangunan (PBB), tanah
dan bangunan yang dimiliki ayah kalian dikatakan sebagai objek pajak.
c. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah ketentuan besar kecilnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Semua jenis pajak mempunyai
tarif yang berbeda-beda. Tarif pajak untuk pajak bumi dan bangunan berbeda dengan
tarif pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Perbedaan tarif pajak disebabkan
oleh karena sistem pajak Indonesia yang menggunakan sistem tarif pajak progresif
sehingga pemerintah menyusun kebijakan-kebijakan yang membedakan tarif pajak
sesuai dengan keadaan ekonomi negara dan program pembangunan. Berikut ini
beberapa bentuk tarif pajak :
1) Tarif pajak progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang
semakin meningkat mengikuti pertambahan jumlah pendapatan yang dikenakan
pajak.
2) Tarif pajak degresif
Tarif pajak degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang
semakin kecil ketika jumlah pendapatan yang dikenakan pajak semakin besar.
3) Tarif pajak proporsional
Tarif pajak proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase tetap,
berapa pun jumlah pendapatan yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.
4) Tarif pajak tetap
Tarif pajak tetap adalah tarif pemungutan pajak dengan besar yang sama untuk
semua jumlah. Dengan demikian, besarnya pajak yang terutang tidak tergantung
pada jumlah yang dikenakan pajak. Contoh tarif pajak tetap adalah bea meterai.

Fungsi Pajak dalam Perekonomian Indonesia


1. Sumber Pendapatan Negara
Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, bahwa pajak merupakan sumber utama
pendapatan negara. Pajak yang dipungut digunakan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran negara seperti pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang bersifat rutin, seperti menggaji pegawai negeri sipil, membeli peralatan kegiatan
pemerintahan, membayar bunga pinjaman, dan sebagainya. Adapun pengeluaran
pembangunan seperti pembangunan jembatan, jalan raya, gedung sekolah, dan
sebagainya.
2. Pengatur Kegiatan Ekonomi
Pajak dapat berfungsi untuk mengatur perekonomian. Sebagai contoh untuk
meningkatkan investasi, pemerintah dapat menurunkan pajak guna merangsang
pengusahapengusaha untuk menanamkan modalnya. Contoh lainnya untuk membatasi
pola hidup konsumtif pemerintah mengenakan pajak atas barang-barang mewah, dan
sebagainya.
3. Pemerataan Pembangunan dan Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lainnya,
sehingga mengakibatkan perbedaan pada pemerataan pembangunan ekonomi. Tarif
pajak yang dikenakan pada masyarakat yang berpenghasilan tinggi lebih tinggi
daripada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Penerimaan pajak dari masyarakat
yang berpenghasilan tinggi digunakan untuk membangun sarana dan prasarana
ekonomi di daerah kurang maju, seperti pembangunan pasar, rumah sakit, sekolah,
dan sebagainya. Oleh karena itu pajak akan dapat memeratakan pembangunan dan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tertinggal.
4. Sarana Stabilitas Ekonomi
Pajak dapat berfungsi sebagai stabilitas ekonomi. Misalnya untuk meningkatkan
kesempatan kerja, pemerintah menurunkan tarif pajak. Tarif pajak yang rendah
memungkinkan masyarakat mengeluarkan uangnya lebih banyak untuk membeli
barang. Banyaknya permintaan akan barang menyebabkan perusahaan harus lebih
banyak memproduksi barang, akibatnya perusahaan akan menuntut tambahan tenaga
kerja. Oleh karena itu, pajak dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Ada beberapa fungsi pajak yaitu:

 Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau penerimaan
(budgetair): pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah
dan bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara
dari sektor perpajakan dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri
pada APBN.
 Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi  mengatur (regulerend) : pajak
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi. Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi
kepada barang mewah dan minuman keras.
 Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas : pajak sebagai
penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan untuk
menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat lewat
pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien dan efektif.
 Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan
negara dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pajak Retribusi Sumbangan


Bentuk pungutan pungutan Pungutan
Sifat Dapat dipaksakan Dapat dipaksakan Dapat dipaksakan
Tujuan Kesejahteraan Kesejahteraan Kesejahteraan

Persamaan dan Perbedaan Pajak, Retribusi dan Sumbangan.


Pajak Retribusi Sumbangan
Dasar Hukum Undang-undang Peraturan pemerintah, Pemerintah daerah
peraturan menteri, atau
pejabat negara yang lebih
rendah
Balas jasa Tidak langsung Langsung dan nyata Langsung kepada
kepada individu tersebut golongan tertentu
Objek Umum (seperti orang-orang tertentu yang golongan tertentu.
penghasilan, menggunakan jasa
kekayaan, laba Pemerintah
perusahaan dan
kendaraan).
Sifat Dapat dipaksakan Dapat dipaksaan. Akan Dapat dipaksakan. Akan
(menurut UU). Jadi, tetapi paksaannya bersifat tetapi paksaan tersebut
wajib dibayar. Kalau ekonomis yang hanya bukan untuk umum.
tidak, maka akan berlaku kepada orang- Paksaan tersebut hanya
mendapatkan sanksi orang yang menggunakan berlaku kepada golongan-
jasa pemerintah. golongan tertentu.
Lembaga Pemerintah pusat Pemerintah daerah. Lembaga-lembaga
Pemungut maupun daerah tertentu.
(negara).
Tujuan Kesejahteraan untuk Kesejahteraan untuk Kesejahteraan hanya untuk
umum. individu tersebut yang suatu golongan tertentu.
menggunakan jasa
pemerintah.
PERSAMAAN

PERBEDAAN
PENJABARAN SILA PANCASILA DALAM PERPAJAKAN
Perpajakan nasional itu harus sesuai dengan harkat, hakikat, dan jiwa kehidupan
bangsa Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat berdasarkan falsafah negara, yaitu
pancasila dan UUD 1945.2[6] Pancasila adalah falsafah negara Republik Indonesia. Semua
yang ada di dalam negara Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Pancasila merupakan
landasan suatu negara untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan suatu masyarakat yang adil dan
makmur, serta spiritual dan materill yang yang merata. Untuk mencapai tujuan tersebut
negara memerlukan uang, dan pajak adalah sumber keuangan negara yang paling penting.
Pajak bukan hanya suatu kewajiban yang dipaksakan pemerintah kepada rakyat, tetapi
pajak juga merupakan perwujudan atas kewajiban kenegaraan dan partisipasi masyarakat
dalam memenuhi semua keperluan negara. Pajak juga merupakan penjelmaan
kegotongroyongan rakyat dan kekeluargaan, dengan kesadarannya rakyat memberikan
partisipasi kepada negara yang berupa uang untuk membiayai semua keperluan negara.
Hubungan Sila Pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dengan pajak adalah bahwa pajak
yang dipungut oleh negara merupakan ciptaan manusia, tidak bertentangan dengan
2
ketuhanan, karena dalam alquran atau kitab suci lainnya, Tuhan juga memerintahkan manusia
untuk membayar zakat atau sepersepuluhan untuk digunakan bagi kepentingan orang-orang
yang miskin atau untuk kepentingan masyarakat umum tanpa mendapatkan imbalan secara
langsung.  
Sila Kedua ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’, tersirat dalam segi yuridis dari
pajak. Pajak selain harus memenuhi keadilan juga harus sesuai dengan peradaban manusia.
Keadilan yang merupakan salah satu syarat yuridis dari pajak tercermin dalam prinsip non-
diskriminasi, prinsip daya pikul, artinya bahwa orang dalam keadaan yang sama harus
dikenakan pajak yang sama, dan tidak dibenarkan mengadakan perlakukan yang berlainan
terhadapnya,tidak pandang bangsa, golongan, aliran, ideologi dan lain sebagainya.
Kemanusiaan artinya bahwa perlakukan wajib harus secara manusiawi tidak boleh melanggar
HAM dan harus layak bagi manusia dan tindakan sewenang-wenang terhadap wajib pajak
harus dihindarkan.
Sila Ketiga, ‘Persatuan Indonesia’ dijabarkan dalam pajak-pajak karena pajak
merupakan sumber keuangan utama untuk mempertahankan persatuan yang telah
diproklamairkan, karena hidup suatu bangsa tergantung pada adanya pendapatan negara yang
merupakan jiwa untuk kelangsungan dan kesinambungan hidup bangsa.
Sila Keempat, ‘Kerakyatan Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan’, dimana hal ini tertera dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa semua pajak untuk kegunaan kas Negara berdasarkan UU. Kerakyatan
mengandung arti bahwa rakyat ikut menentukan adanya pungutan yang disebut pajak. Rakyat
dalam ikut menentukan pajak-pajak tidak bertindak secara langsung, melainkan melalui
wakil-wakilnya dalam DPR yang dipimpin secara langsung dan demokratis oleh rakyat
sendiri.
Sila kelima, ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’, sudah terjabar dalam
pajak-pajak. Pajak merupakan suatu alat untuk pembiayaan masyarakat, yaitu untuk
membiayai pengeluaran untuk kepentingan masyarakat umum. Pembangunan yang sebagian
besar dibiayai dari hasil pajak dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, tidak melihat apakah
rakyat itu turut membayar pajak atau tidak. Pemerataan pembangunan yang dibiayai oleh
dengan pajak dilaksankan melalui 8 jalur pemerataan:
1.      Pemerataan kebutuhan pokok rakyat, khususnya pangan, sandang, perumahan.
2.      Pemerataan kesempatan memperoleh
3.      Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya generasi muda dan
kaum wanita
4.      Pemertaan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
5.      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan       
6.      pendidikan dan pelayanan kesehatan
7.      Pemerataan pembagian pendapatan
8.      Pemerataan kesempatan kerja
9.      Pemerataan kesempatan berusaha
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Official Assessment System ; sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada
pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak terhutang wajib pajak. Sistem
pemungutan pajak ini sudah tidak berlaku lagi setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak ini adalah (i) pajak terhutang dihitung oleh petugas pajak,
(ii) wajib pajak bersifat pasif, dan (iii) hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung
pajak yang terhutang dengan diterbitkannya surat ketetapan pajak.

Self Assessment System ; sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada wajib
pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan membayar sendiri pajak yang
terhutang yang seharusnya dibayar. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak ini adalah (i) pajak
terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak, (ii) wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan
dan membayar sendiri pajak terhutang yang seharusnya dibayar, dan (iii) pemerintah tidak
perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setiap saat kecuali oleh kasus-kasus tertentu saja
seperti wajib pajak terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau terdapat pajak
yang seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar.

Withholding System ; sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak lain
atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya pajak yang terhutang oleh wajib
pajak. Pihak ketiga disini adalah pihak lain selain pemerintah dan wajib pajak.

Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak


3.2.1 Teori Asuransi
Bahwa pajak disamakan dengan pembayaran premi untuk perlindungan, sebagaimana
terdapat dalam asuransi pertanggungan.
3.2.2 Teori Kepentingan
Sudah selayaknya apabila biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh negara untuk kepentingan
penduduk (termasuk perlindungan terhadap jiwa dan harta) dibebankan kepada rakyat.
3.2.3 Teori Gaya Pikul
Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh negara
kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa dan harta sehingga wajar apabila biaya
yang telah dikeluarkan oleh negara tersebut dipikulkan kepada yang menikmatinya.
3.2.4 Teori Bakti
Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara mempunyai
kewajiban membayar pajak sebagai bukti tanda baktinya kepada negara.
3.2.5 Teori Gaya Beli
Yang dimaksud dengan teori ini adalah mengambil gaya beli dari rumah tangga-rumah
tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dengan maksud memelihara kehidupan masyarakat. Teori ini tidak
mempersoalkan asal mula negara memungut pajak, tetapi hanya melihat kepada efeknya dan
memandang efek yang baik tersebut sebagai dasar keadilan.

Anda mungkin juga menyukai