Anda di halaman 1dari 2

Hukuman mati menurut pandangan agama islam

Hukum mati menurut Islam terbukti ada dan dilegalkan, namun harus dipahami bahwa hukuman mati
bukanlah sesuatu yang mudah dijatuhkan. Meskipun dalam ajaran islam memberlakukan hukuman
mati, namun masih ada batasan dan juga ketentuan mendetail untuk orang yang akan mendapatkan
hukuman mati tersebut sehingga seseorang tidak dihukum sembarangan dengan hukum mati
menurut agama Islam. Apabila hukum mati yang sudah ditetapkan memiliki manfaat untuk
kepentingan masyarakat luas, maka hukum mati tersebut akan dilaksanakan. Namun, apabila
hukuman mati lebih bermanfaat untuk terdakwa dan juga keluarga atau saksi korban, maka hukum
mati itu bisa diganti dengan hukuman denda yang akan dibayarkan pada keluarga terbunuh dan asas
ini ditarik dari Al Quran Surat Al Baqarah [2] ayat 178. Pada intinya hukuman mati ini lebih bermanfaat
diberlakukan atau tidak jika dijatuhkan pada terdakwa apabila menyangkut kepentingan masyarakat.
Contohnya, hukuman mati yang dijatuhkan akan membuat masyarakat luas lebih merasa damai dan
tenteram. Dalam Islam sendiri juga tidak memperbolehkan menjatuhkan hukuman mati untuk orang
lain jika tidak berlandaskan firman Allah dan juga sunnah Rasul-Nya, sehingga akan menjadi pendapat
yang salah jika ada seseorang yang berpendapat jika hukum Islam adalah kejam sebab tidak
memperbolehkan qishash pada pembunuh.

Dalam Islam memperbolehkan hukum mati untuk tiga jenis manusia yakni manusia pembunuh,
manusia pezina muhshan dan juga manusia murtad. Tiga jenis manusia yang berhak dihukum ini
sejalan dengan hadits Rasullulah SAW yakni, “Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya adalah Rasul-Nya, kecuali disebabkan oleh salah satu dari
tiga hal, yaitu orang yang telah kawin kemudian berzina (pezina muhshan), orang yang dihukum mati
karena membunuh, dan orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama’ah
(murtad)”. (HR Bukhari dan Muslim).

Adapun beberapa dalil yang mengatur mengenai hukum mati pada orang yang tersangkut masalah
hukum gishash dan hudud serta kasus tertentu yang masuk ke dalam hukuman ta’zir. Beberapa dalil
ini didasari dari Al Quran dan juga As Sunnah yang dijadikan sebagai sumber hukum pertama dan
terutama dalam Islam. Dengan ini, maka tidak boleh ada satu orang pun yang bisa atau berhak untuk
melawan dalil dan jika dilakukan maka orang tersebut akan masuk ke dalam neraka.

 QS Al-Baqarah: 178

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang
memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan
kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih.

 QS Al-Maidah: 45

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-
luka (pun) ada qishashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash) nya, maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

 QS Al-Israk: 33
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

Anda mungkin juga menyukai