ض فَتَكُونَْ لَ ُهمْ قُلُوبْ يَع ِقلُونَْ بِ َها أَوْ آ َذانْ يَس َمعُونَْ بِ َها ْۖ فَ ِإنَّ َها َْل تَع َمى
ْ ِ ْيروا فِي اْلَر ُ س ِ َأَفَلَمْ ي
ِْ صد
ُور ُّ وب الَّتِي فِي الُْ ُار َو َٰلَ ِكنْ تَع َمى القُل
ُْ صَ اْلَب
” Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada “.
Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena,
seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu
dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka
tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud
dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena
ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan
katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd.
Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak, akan tetapi
daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya untuk memperoleh
pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal
yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri
manusia, yakni dari Allah SWT.
2. Wahyu
Wahyu adalah sabda Tuhan yang mengandung ajaran, petunjuk dan
pedoman yang diperlukan umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik di
dunia maupun akhirat yaitu yang sudah tertulis di dalam Al-Qur;an Dalam
Islam wahyu atau sabda yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw,
terkumpul semuanya dalam Al-Qur‟an. Penjelasan tentang cara terjadinya
komunikasi antara Tuhan dan nabi-nabiNya, yang diberikan oleh Alqur‟an
sendiri. Salah satu di dalam Alqur‟an surat An-Nahl ayat 102 yang berbunyi :
ْق ِليُثَبِتَْ الَّذِينَْ آ َمنُوا َو ُهدًى َوبُش َر َٰى ُْ قُلْ نَ َّزلَ ْهُ ُرو
ْ ِ ح القُد
ِْ ُس ِمنْ َربِكَْ بِال َح
َِْلل ُمس ِل ِمين
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"
Wahyu turun juga untuk memberi penjelasan tentang perincian
hukuman dan balasan yang akan diterima manusia di akhirat kelak. Al-Qodi
„Abd Al-Jabbar menegaskan bahwa akal tidak dapat mengetahui besar
kecilnya pahala di surga dan hukuman di neraka nanti. Menurut Al-Jubba‟I
wahyulah yang menjelaskan semua itu. Wahyu akan datang untuk
memperkuat apa yang telah diketahu akal. Rasul-rasul datang untuk
memperkuat apa yang telah ditempatkan Tuhan dalam akal manusia dan
untuk menerangkan perincian apa yang telah diketahui akal. Jelas kiranya
bahwa wahyu yang memberi daya yang kuat kepada akal, tidak
membelakangkan wahyu, tetapi tetap berpegang dan berhajat pada wahyu
yang disampaikan oleh Allah Swt
Adapun cara penyampaian wahyu, atau komunikasi Tuhan dengan nabi-nabi
melalui tiga cara: (1) Melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham; (2) Dari
belakang tabir, seperti yang terjadi pada Nabi Musa dan (3) Melalui utusan yang
dikirimkan Tuhan dalam bentuk malaikat.
Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera
penglihatan manusia.. Oleh karena itulah, Alloh SWT menurunkan wahyu-Nya untuk
membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia
menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti
bimbingan wahyu maka ia akan tersesat.
Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan
struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk
memahami wahyu, dan wahyu untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan
manusia harus melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis.
Manusian diciptakan oleh tuhan dengan tujuan ang jelas, yakni sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah, dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan wahyu.