Anda di halaman 1dari 24

EJAAN BAHASA INDONESIA

1. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353). Penjelasan itu
mengandung pengertian bahwa ejaan hanya terkait dengan tata tulis yang
meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah
serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah
pemilihan kata atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami ejaan,
dalam hubungan ini Ejaan Bahasa Indonesia. Jika orang ditanya apakah Anda
tahu arti slogan yang berbunyi, “Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar,” kebanyakan jawaban yang terlontar adalah bahasa Indonesia yang
sesuai dengan EYD. Jawaban itu tidak tepat karena EYD hanya sebagian kecil
dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam slogan di atas terdapat dua hal penting,
yaitu (1) bahasa Indonesia yang baik dan (2) bahasa Indonesia yang benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya
sesuai dengan situasi komunikasi, sedangkan bahasa Indonesia yang benar
adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata bentuk kata,
tata kalimat, dan tata tulis. Tata tulis itulah yang disebut ejaan.

2. Ejaan yang Pernah Berlaku dalam Bahasa Indonesia


Tahukah Anda apa nama ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini?
Anda betul jika jawaban Anda adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
atau dikenal dengan singkatan PUEBI. Namun, jika ditanya sejak kapan ejaan
tersebut berlaku, Anda mungkin ragu-ragu menjawabnya. Lalu, jika ditanya lagi
apa nama ejaan yang berlaku sebelum PUEBI, Anda mungkin juga tidak dapat
menjawab dengan cepat dan tepat. Walaupun begitu, Anda yakin bahwa ada
ejaan yang pernah berlaku sebelum PUEBI. Dengan kata lain, ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia lebih dari satu.
Sejak bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu sudah ada ejaan
yang berlaku. Sesuai dengan nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada zaman
Belanda itu bernama Ejaan van Ophujsen. Ejaan yang mulai berlaku sejak tahun
1901 itu terdapat dalam Kitab Logat Melajoe. Setelah Indonesia merdeka,
disusunlah ejaan baru yang merupakan perbaikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan
itu diberi nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Tampaknya pemilihan
nama Ejaan Republik dikaitkan dengan peristiwa sejarah kemerdekaan negara
kita dan pemilihan nama Ejaan Soewandi dikaitkan de-ngan nama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, yaitu Mr. Soewandi. Ejaan Soewandi
mulai berlaku tahun 1947. Setelah lebih dari dua dasawarsa Ejaan Soewandi
berlaku, diberlakukan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Orang
sering menyingkatnya menjadi EYD. Ejaan itu diresmikan pemberlakuannya
oleh Presiden Soeharto berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 57
Tahun 1972. Pada tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis
Baswedan, menerbitkan Permendikbud nomor 50 Tahun 2015, tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Setiap pergantian ejaan tentu ada perubahan. Di bawah ini diberikan
beberapa contoh perubahan dari za-man Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Republik,
sampai Ejaan Bahasa Indonesia.
Ophuijsen Republik EBI
djoedjoer djudjur jujur
setoedjoe setudju setuju
tjoetjoe tjutju cucu
setjertjah setjertjah secercah
chawatir chawatir khawatir
choesoes chusus khusus
njanji njanji nyanyi
menjoeroeh menjuruh menyuruh
sjarat sjarat syarat
moesjawarah musjawarah musyawarah
sajang sajang sayang
bajang bajang bayang
bapa’ bapak bapak
tida’ tidak tidak
ma’mur makmur makmur
ra’yat rakyat rakyat
‘ilmu ilmu ilmu
‘akal akal akal
jum’at jumat jumat
do’a doa doa
ma’af maaf maaf
ta’at taat taat
poera2 pura2 pura-pura
koera2 kura2 kura-kura
Dari contoh di atas dapat kita catat bahwa terdapat perubahan huruf
seperti berikut.
Ophuijsen Republik EBI
tj tj c
dj dj j
j j y
nj nj ny
ch ch kh
sj sj sy
oe u u

Dalam praktik berbahasa kita masih sering menemukan tulisan Jum’at,


do’a, da’wah, atau ma’af, Kata-kata itu sering kita temukan, terutama dalam
buku-buku agama Islam. Sudah tentu tulisan seperti itu tidak sesuai dengan
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disem-purnakan. Sebagaimana dapat kita
lihat pada perban-dingan tulisan di atas, tanda apostrof hanya digunakan dalam
penulisan kata pada zaman Ejaan van Ophuijsen. Dengan kata lain, cara
penulisan seperti itu merupakan sisa-sisa aturan lama.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia terdapat tanda apostrof yang sering
disebut tanda koma di atas. Namun, tanda apostrof atau tanda penyingkat itu
hanya dipakai untuk menuliskan kata dalam bahasa seni atau bukan ragam tulis
resmi.
Misalnya, tulisan ‘kan yang berasal dari akan atau ‘lah dari telah hanya ada
dalam bahasa seni seperti puisi atau syair lagu. Penyingkatan tahun 2014
menjadi ‘14 dibenarkan berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disem-
purnakan. Akan tetapi, dalam tulisan resmi, misalnya surat dinas, penyingkatan
tahun seperti itu tidak dibenarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dalam bahasa Indonesia tidak ada kata baku yang ditulis dengan tanda apostrof
atau tanda koma di atas.

3. Ejaan dan Transliterasi


Di atas telah dijelaskan bahwa ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca. Perlu dicatat bahwa ejaan tersebut digunakan untuk
mengatur tata cara penulisan dalam bahasa Indonesia. Selain ejaan, ada
pedoman yang mengatur tata cara alih aksara. Salah satu pedoman alih aksara
itu adalah pedoman alih aksara Arab-Latin. Tata cara alih aksara Arab-Latin itu
diatur dengan Kepuutusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987.
Apa persamaan dan perbedaan antara pedoman ejaan dan pedoman
transliterasi Arab-Latin? Persamaanya adalah bahwa baik pedoman ejaan
maupun pedoman trasliterasi sama-sama mengatur cara penulisan dengan
huruf Latin. Perbedaannya adalah bahwa ejaan bahasa Indonesia mengatur tata
cara penulisan dalam bahasa Indonesia, baik yang menyangkut penggunaan
huruf, penggunaan angka dan lambang bilangan, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, maupun penggunaan tanda baca. Adapun pedoman transliterasi
Arab-Latin hanya mengatur tata cata mengalihaksarakan huruf Arab ke dalam
huruf Latin. Artinya, ejaan bahasa Indonesia mengatur penulisan dalam bahasa
Indonesia, sedangkan pedoman transilterai mengatur penulisan bukan bahasa
Indonesia. Penulisan kata atau istilah yang sudah diserap ke dalam bahasa
Indonesia diatur dengan ejaan. Sebaliknya, kata atau istilah, termasuk kalimat,
bahasa asing (Arab) diatur dengan pedoman transliterasi Arab-Latin. Oleh
karena itu, kata atau istilah asing yang ditulis dengan huruf Latin dalam bahasa
Indonesia ditulis dengan huruf miring. Namun, kata atau istilah yang sudah
diindonesiakan tidak ditulis dengan huruf miring.

4. Ejaan Bahasa Indonesia


4.1 Pemakaian Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Bagaimana kabarmu hari ini?
Sebaiknya kita segera pergi.
Berita tentang Dimas Kanjeng menyita perhatian publik.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Ismail Marzuki
Sheva Jyestafsyana Subagja
Dodit Prasetyo
Cak Lontong
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan.
Misalnya:
100 newton
10 volt
mesin diesel
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bermakna
‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan ayah pulang?”
Bapak menasihati, ”Berhati-hatilah, Nak!”
”Besok pagi”, katanya, ”dia berangkat.”
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
Allah Islam Alkitab
Yang Maha Pengasih Kristen Alquran
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar bagi umat-Nya.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Agung Hanyokrokusumo
Nabi Muhammad
Tubagus Maulana Husin
Haji Sulaiman
Doktor Rahmawati

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Silakan duduk, Yang Mulia
Selamat siang, Kiai

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Jokowi
Laksamana Muda Adi Sucipto
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dayak
bahasa Ngaju

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Mei hari Senin hari Natal hari Pahlawan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama peristiwa sejarah


Misalnya:
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Konferensi Asia Afrika
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak
ditulis dengan huruf kapital
Misalnya:
Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
perlombaan senjata membawa dampak pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Sungai Kahayan
Murung Raya
Jalan Tjilik Riwut
Terusan Panama
Kalimantan Tengah
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
mandi di sungai
pergi ke arah hulu
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
petai cina (Laucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula aren, gula
pasir, dan sebagainya.
Kunci inggris dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Solo, batik Pekalongan, dan batik
Bintik Kalteng.
Selain film Mandarin/Hongkong, juga akan diputar film Korea dan film
India.
Para siswa mementaskan tarian Kalimantan Tengah, tarian Papua, dan
tarian Bali.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Komisi Pemberantasan Korupsi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
Perserikatan Bangsa-Bangsa
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah.
Misalnya:
Dia agen surat kabar Kalteng Pos.
Kakak membaca buku Siti Nurbaya.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. S.Pd. M.Sc. Sdr. Ny.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Parto.
Adik bertanya, ”Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan dan penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
Semua adik dan kakak saya sudah berkeluarga.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Misalnya:
Surat Anda telah kami terima.
Terima kasih atas perhatian Anda.

3.2 Pemakaian Huruf Miring


a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, dan nama
surat kabar yang dipakai dalam kutipan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Laskar Pelangi.
Berita itu muncul dalam harian Palangka Pos.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Buatlah kalimat dengan ungkapan lepas tangan.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Ritual tiwah menarik perhatian wisatawan asing.
Nama ilmiah padi adalah Oryza sativa.
Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
Dalam naskah tulisan tangan/mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis miring.
Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

3.3 Pemakaian Huruf Tebal


a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah dicetak
miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti dalam kata Ramadhan, tidak dikenal dalam ejaan
bahasa Indonesia.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, dan subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
3.4 Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Saya pergi ke sekolah.
2. Kata berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
belajar mempermainkan acuan
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti –isme, -man, -wan, atau –wi
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
Sukuisme seniman kamerawan gerejawi
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adipariwara antarkota mahasiswa
ekstrakurikuler infrastruktur pascasarjana
purnawirawan pramuniaga semiprofesional
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia anti-PKI
Bentuk kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
nonkata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Tuhan Yang Maha Pengasih

3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya:
anak-anak kupu-kupu porak-poranda
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar  surat-surat kabar
rak nbuku  rak-rak buku
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah-istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar simpang empat rumah sakit umum
persegi panjang kambing hitam orang tua
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur-unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar media audio-visual
anak-istri saya mesin hitung-tangan
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan beri tahukan
menganak sungai sebar luaskan
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai
Misalnya:
menggarisbawahi mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan penghancurleburan
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
adakalanya manakala matahari
olahraga peribahasa radioaktif
belasungkawa kacamata kasatmata
saputangan sebagaimana sukarela
5. Kata Depan di, ke, dan dari
Ketiga kata depan tersebut ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adik meletakkan buku di atas meja.
Ia ikut terjun ke dunia politik.
Paman datang dari Palangka Raya kemarin.
Ibu berdiri di depanku.
Kata-kata yang dicetak miring berikut ditulis serangkai.
Andi lebih pandai daripada Imam.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang kurang penting.
Film itu diproduksi di Jakarta.

6. Partikel -lah, -kah, -pun, dan per.


a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tidak percaya.
Hendak pulang pun sudah tidak ada kendaraan.
Jika ayah pergi, adik pun ingin ikut.
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, ataupun,
bagaimanapun, meskipun, sungguhpun, maupun, dan walaupun ditulis
serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Walaupun miskin, Wati tetap gembira.
b. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari 2015.
Mereka memasuki ruangan satu per satu.
Harga mobil itu Rp200.000.000,00 per unit.

7. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan nama orang, gelar, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution
Suman Hs.
H. Muhammad
M.B.A. Master of Bussiness Administration
Sp.O.G. Spesialis Obstetri dan Ginekologi
S.Sos. Sarjana Sosial
S.K.M Sarjana Kesehatan Masyarakat
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha
BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.
Misalnya:
dsb. dll. Yth. Wks. dst.
Penulisan bentuk singkatan berikut dipisahkan oleh tanda titik.
a.n. atas nama
u.b. untuk beliau
d.a. dengan alamat
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Ne neon
kg kilogram
Rp rupiah
e. Akronim nama diri yang berupa huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
BEM Badan Eksekutif Mahasiswa
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Korpri Korps Pegawai Republik Indonesia
Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal

g. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
pemilukada pemilihan umum kepala daerah

8. Angka dan Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2, 3—9, dan seterusnya.
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, dst.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas atau jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit tahun 2016
5 kilogram US$500 Rp200.000,00
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tingang Km 3,5, Palangka Raya
Hotel Indonesia, Kamar 155
4. Angka juga digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab V, Pasal 23
Surah Yusuf: 5
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
32 tiga puluh dua
76 tujuh puluh enam
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
3 tiga perempat
4
1 seperseratus
100
32 tiga dua pertiga
3
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Hari Ulang Tahun ke-71 Republik Indonesia
lantai keenam
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut.
Misalnya:
uang 1000-an atau uang seribuan
tahun ’60-an atau tahun enam puluhan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya:
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Kendaraan yang dibeli kantor terdiri atas 5 mobil dan 10 sepeda
motor.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Sepuluh orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Harto mengundang 2.000 orang tamu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
agar lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Anggaran kantor itu mencapai 900 miliar rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 240 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks,
kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami memiliki tiga puluh lima pegawai.
Di lemari itu tersimpan 1.000 buah buku.
12. Jika bilangan ditulis dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp1.905.000,00 (satu juta
sembilan ratus lima ribu rupiah).

3.6 Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ibu kota Kabupaten Murung Raya adalah Puruk Cahu.
Hari ini tanggal 18 Oktober 2016.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
b. I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Metode Penelitian
1.2.1 Metode Pengumpulan Data
1.2.2 Metode Analisis Data
Tanda titik tidak dipakai di belakang suatu angka atau huruf dalam suatu
bagian jika angka atau huruf tersebut merupakan yang terakhir dalam
deretan.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik.
Misalnya:
pukul 9.45.20 (pukul 9 lewat 45 menit 20 detik)
d. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik. Jakarta: Obor.
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Kota Palangka Raya berpenduduk 200.000 jiwa.
Tebal buku itu 1.444 halaman.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Bung Karno lahir pada tahun 1901.
Nomor rekeningnya 9786245600.
Makna kata zat tercantum di halaman 1301 KBBI.
f. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Sikap Bahasa Pengusaha di Kota Nanga Bulik
g. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Rajawali 105
Palangka Raya

Yth. Kepala Balai Bahasa Kalimantan Tengah


Jalan Tingang Km 3,5, Palangka Raya
Kalimantan Tengah

2. Tanda Koma (,)


a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Ayah membeli kertas, pensil, dan rautan.
Satu, dua, ... tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Dia bukan seorang dokter, melainkan perawat.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Jika hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena malas belajar, ia tidak naik kelas.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang jika hari hujan.
Ia tidak naik kelas karena malas belajar.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
...Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
...Jadi, kita harus menghadapinya.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dan
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimatt.
Misalnya:
O, begitu?
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, ”Saya senang sekali.”
”Saya senang sekali,” kata Ibu, ”karena kamu lulus ujian.”
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (2) bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Lestari 10, Palangka Raya.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta:
Gramedia.
i. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A. Dr. Abdullah Amin S., M.A.
j. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m Rp150,50
k. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Di mana Saudara tinggal?” tanya Ahmad.
”Rapatkan barisan!” perintahnya.

3. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang: hidup atau mati.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Subarjo
Sekretaris : Siti Handayani
Bendahara : Imam Santosa
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan barang-barangnya)
”Bawa masuk barang-barang ini, Mir!”
Amir : ”Baik, Bu.”
d. Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor dan halaman, (2) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (3) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, dan (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Surah Muhammad: 5
Buku karyanya Antropologi: Sebuah Pengantar sudah terbit.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik. Jakarta: Obor.

4. Tanda Pisah (—)


a. Tanda pisah membatasi penyisipan kalimat atau kata yang memberi
penjelasan di luar konstruksi kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menyatakan adanya keterangan-keterangan lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Kemajuan teknologi dewasa ini—komputer, semikonduktor, dan
nanoteknologi—telah mengubah pola hidup manusia.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang
menunjukkan makna ’sampai dengan’.
Misalnya:
1945—2016 tanggal 24—26 Mei 2016

5. Tanda Kurung ((...))


a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Keuangan telah mengesahkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit penjelasan yang bukan merupakan bagian integral
pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan tersebut (lihat halaman 10) menunjukkan kaitan antara
belajar dan perolehan nilai siswa.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Nilai tukar rupiah ditentukan oleh (1) banyaknya ekspor, (2) inflasi,
dan (3) suku bunga acuan Bank Indonesia.

6. Tanda Petik (”...”)


a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaran dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
”Saya belum siap,” kata Mira, ”tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, ”Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Cerpen ”Selebriti” karya Alberthine Endah diterbitkan oleh Kompas.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Chris John menerapkan gaya bertinju “hit and run” sepanjang
pertandingan.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya:
Kata Shinta, ”Saya juga ikut.”

7. Tanda Petik Tunggal (’...’)


a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Kata Basri, ”Kau dengar bunyi ’tok-tok’ tadi?”
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan ungkapan
asing.
Misalnya:
premonition ’pertanda’
money politics ‘politik uang’

8. Tanda Garis Miring (/)


a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor 8/MK/2010
Jalan Rajawali I/10
tahun anggaran 2016/2017
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/lembar

c. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atas kesalahan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar telah dicetak beberapa
kali.

9. Tanda Titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; ayah belum pulang juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik belajar di kamar; sementara saya asyik mendengarkan radio.

10. Tanda Hubung (-)


a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Perangkat lunak itu membantu kita mem-
buat tabel.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
guru-guru
kemerah-merahan
d. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Misalnya:
s-t-r-u-c-t-u-r-e
16-3-2009
e. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (1) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3)
angka dengan –an, (4) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata,
dan (5) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia HUT ke-71 tahun 50-an
mem-PHK-kan sinar-X Presiden-Panglima Tertinggi
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pe-recall-an

11. Tanda Elipsis (...)


a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, mari bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kebocoran ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai bagian yang dihilangkan dan satu untuk
menandai akhir kalimat.
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati....

12. Tanda Apostrof atau Penyingkat (’)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Aku ’kan menyuratimu. (’kan = akan) 16 Maret ’88. (’88 = 1988)

13. Tanda Kurung Siku ([...])


Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan dalam Bab
II [lihat halaman 35—38]) perlu dijelaskan di sini.

3.7 Penulisan Istilah Serapan


Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan
besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan lain-lain. Golongan kedua
yaitu unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
1. aa (Belanda) menjadi a
baal bal
oktaaf oktaf
2. ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerodinamics aerodinamika
aerobic aerobik
3. ae menjadi e jika bervariasi dengan e
haemoglobin hemoglobin
haematit hematit
4. au tetap au
audiogram audiogram
caustic kaustik
5. c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
cubic kubik
calomel kalomel
construction konstruksi
6. c dimuka e, i, dan y menjadi s
central sentral
circulation sirkulasi
7. cc dimuka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclamation aklamasi
8. cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
vaccine vaksin
9. cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
chromosome kromosom
10. ch yang dilafalkan s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
11. ch yang lafalnya c menjadi c
china cina
cheque cek
12. ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
13. kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
14. oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
foetus fetus
15. oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provost
16. oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
pool pul
17. oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
18. q menjadi k
aquarium akuarium
equator ekuator
19. rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhythm ritme
20. sch di muka vokal menjadi sk
scheme skema
schizophrenia skizofrenia
21. x pada awal kata tetap x
xenon xenon
xylophone xilofon
22. x pada posisi lain menjadi ks
extra ekstra
latex lateks
23. y menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
24. ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
25. -ism, -isme (Belanda) menjadi –isme
modernism modernisme
Communisme komunisme
26. -ist menjadi -is
publicist publisis
egoist egois
27. -logue menjadi -log
dialogue dialog
cattalogue katalog
28. –oir (e) menjadi –oar
trottoir trotoar
repertoire repertoar
29. –ty (Inggris) menjadi –tas
commodity komoditas
quality kualitas
30. -ary, -air (Belanda) menjadi –er
complementary komplementer
primair primer

Anda mungkin juga menyukai