1. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353). Penjelasan itu
mengandung pengertian bahwa ejaan hanya terkait dengan tata tulis yang
meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah
serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah
pemilihan kata atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami ejaan,
dalam hubungan ini Ejaan Bahasa Indonesia. Jika orang ditanya apakah Anda
tahu arti slogan yang berbunyi, “Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar,” kebanyakan jawaban yang terlontar adalah bahasa Indonesia yang
sesuai dengan EYD. Jawaban itu tidak tepat karena EYD hanya sebagian kecil
dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam slogan di atas terdapat dua hal penting,
yaitu (1) bahasa Indonesia yang baik dan (2) bahasa Indonesia yang benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya
sesuai dengan situasi komunikasi, sedangkan bahasa Indonesia yang benar
adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata bentuk kata,
tata kalimat, dan tata tulis. Tata tulis itulah yang disebut ejaan.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Jokowi
Laksamana Muda Adi Sucipto
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dayak
bahasa Ngaju
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Mei hari Senin hari Natal hari Pahlawan
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Komisi Pemberantasan Korupsi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
Perserikatan Bangsa-Bangsa
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah.
Misalnya:
Dia agen surat kabar Kalteng Pos.
Kakak membaca buku Siti Nurbaya.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. S.Pd. M.Sc. Sdr. Ny.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Parto.
Adik bertanya, ”Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan dan penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
Semua adik dan kakak saya sudah berkeluarga.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Misalnya:
Surat Anda telah kami terima.
Terima kasih atas perhatian Anda.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya:
anak-anak kupu-kupu porak-poranda
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar surat-surat kabar
rak nbuku rak-rak buku
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah-istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar simpang empat rumah sakit umum
persegi panjang kambing hitam orang tua
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur-unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar media audio-visual
anak-istri saya mesin hitung-tangan
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan beri tahukan
menganak sungai sebar luaskan
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai
Misalnya:
menggarisbawahi mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan penghancurleburan
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
adakalanya manakala matahari
olahraga peribahasa radioaktif
belasungkawa kacamata kasatmata
saputangan sebagaimana sukarela
5. Kata Depan di, ke, dan dari
Ketiga kata depan tersebut ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adik meletakkan buku di atas meja.
Ia ikut terjun ke dunia politik.
Paman datang dari Palangka Raya kemarin.
Ibu berdiri di depanku.
Kata-kata yang dicetak miring berikut ditulis serangkai.
Andi lebih pandai daripada Imam.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang kurang penting.
Film itu diproduksi di Jakarta.
g. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
pemilukada pemilihan umum kepala daerah
c. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atas kesalahan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar telah dicetak beberapa
kali.