DAFTAR ISI.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
BAB 1 ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan kegunaan penuliasan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
KOREKSI KESALAHAN EJAAN ..................................................................................................... 2
A. Koreksi Kesalahan Ejaan................................................................................................ 2
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat .............................................................. 2
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subyek ........................................................ 3
B. Koreksi Kesalahan Anelia .............................................................................................. 6
a. Alinea Yang Efektif .................................................................................................... 6
b. Membuat Tulisan yang Mudah Dipahami ............................................................... 11
C. Pengutipan ...................................................................................................................... 13
a. Hakikat Kutipan .......................................................................................................... 13
b. Teknik Pengutipan ...................................................................................................... 14
c. Prinsip-Prinsip Dasar................................................................................................... 15
D. Koreksi Kesalahan Kalimat ............................................................................................ 18
a. Kesalahan kalimat ....................................................................................................... 18
b. Membetulkan kesalahan kalimat ................................................................................ 18
E. Membuat Ringkasan Teks ........................................................................................... 21
a. Cara membuat ringkasan teks ................................................................................ 21
b. Menentukan panjang ringkasan. ............................................................................ 22
BAB III ...................................................................................................................................... 23
PENUTUP ................................................................................................................................. 23
a. Simpulan ..................................................................................................................... 23
b. Saran ........................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmatnya kami bias menyelesaikan makalah mengenai Analisis
Tentang Ejaan dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Serta kami juga berterimakasih kepada Ibu Dra. Ni Ketut Arniti, S.Sos., MAP selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan untuk
menyelesaikan tugas ini.
Denpasar, 29 Oktober
Penyusun
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam hal memahami teks diharapkan para pelajar mampu menganalisis teks
secara sistematis, memahami tidak hanya konteks bahasanya saja tetapi juga
konteks budaya yang terdapat pada teks dan mengungkapkan kembali isi teks
secara lisan dan tertulis berupa ringkasan (resume).
1
BAB II PEMBAHASAN
b. Kesediaan negara itu untuk membeli gas alam cair (LNG) Indonesia
sebesar dua juta ton setiap tahun, tentu merupakan suatu penambahan
baru yang tidak sedikit artinya dalam penerimaan devisa negara.
Unsur kalimat yang mendahului tanda koma dalam kedua contoh di atas adalah
subyek, dan unsur kalimat yang mengiringi tanda koma itu (secara berturut-turut
2
3
Contoh:
Unsur kalimat yang mendahului tanda koma itu adalah keterangan yang
bukan merupakan anak kalimat meskipun panjang. Oleh karena itu, tanda koma
tersebut dihilangkan, kecuali jika penghilangan tanda koma itu akan
menimbulkan ketidakjelasan batas antara keterangan dan subyek. Contoh:
Dalam pemecahan masalah kenakalan anak kita memerlukan data dari berbagai
pihak, antara lain dari pihak orangtua, sekolah, dan masyarakat tempat
tinggalnya.
Objek yang berupa anak kalimat juga sering dipisahkan dengan tanda
koma dari predikat. Pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar karena
obyek tidak dipisahkan dengan tanda koma dari predikat.
Contoh:
a. Ibu tidak menceritakan, bagaimana si Kancil keluar dari sumur jebakan itu
b. Kami belum mengetahui, kapan penelitian itu akan membuahkan hasil.
Di antara obyek dan predikat tidak digunakan tanda koma, kecuali tanda koma
yang mengapit keterangan yang berupa anak kalimat atau tanda koma yang
memisahkan kutipan dari predikat induk kalimat.
Contoh:
Penggunaan tanda koma tidak dibenarkan jika obyek kalimat itu bukan kutipan
langsung, seperti dalam contoh berikut. Contoh:
7. Di hasilkan, di Dihasilkan, ?
harapkan Diharapkan
1. Huruf “ f, “ v “, dan “ p “
5
Kesalahan penuisan seperti itu tentu saja terjadi karena orang tak tahu pasti
dengan huruf mana seharusnya digunakan. Ada juga orang menggunakan huruf
P ditulis dengan P bukan dengan F atau V yang bisa digunakan untuk menuliskan
kata Asing saja.
Dalam ejaan baru, huruf F,V sudah masuk dalam sistem ejaan kita, maksudnya,
huruf-huruf itu tidak lagi dianggap sebagai huruf asing
misalnya :
Dalam bahasa belanda, ada kata fakulteit. Dalam bahasa belanda semuanya
berakhir dengan teit misalnya : faculteit, univerteit, ativiteit. Dalam bahasa inggris,
kata-kata yang sama berakhiran ty : university, faculty, activity
Jika kita mnyerap kepada bahasa Asalnya kita akan menjadikan kata-kata itu
universiteit, fakulteit, aktiviteit.
Namun karena bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu itu tidak
ada bunyi ei, maka bunyi kata akhiran itu di ubah menjadi tet, timbulah bentuk
fakultet disamping ada fakulti.
Seorang guru besar ketika itu berpengaruh mengusulkan agar bentuk itu
sebaiknya mengacu kepada asal kata-kata itu dalam bahasa lain, bunyi akhiran
tas, fakultas dan universitas, usulan itu diterima lalu jadilah usulan itu dengan
akhiran tas, Fakultas, universitas, realitas, aktivitas. Bentuk-bentuk lain yang
berakhiran teit harus dijadikan akhiran tas, bukan teit, tet, tit atau ta.
Yang akan kita bicarakan disini ialah ada yang menulis Istri, namun ada
yang menulis Isteri Dalam suku kata bahasa melayu tidak ada suku kata tra, sla,
kla, sta, kra, pra. Dalam bahasa sangsakerta kita pungut kata stri kata ini
6
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa
jumlah kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada
jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa
sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak
dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga ide pokoknya
berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa alinea
terpisah.
1. Kalimat Topik
Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung
tiga unsur: subjek, verba, dan ide pengendali ( controlling idea). Subjek dalam
kalimat topik berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali
merupakan sebuah kata atau frasa yang mengendalikan informasi-informasi
dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut. Subjek bisa diletakkan di
awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah verba). Lihat contoh
1 berikut.
Contoh 1
S V IP
IP V S
Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas,
lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut.
Contoh 2
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki
unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah
kalimat topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide
pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang indah”.
Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya lebih
dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut timbul?
Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya
secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan
berpenghasilan rendah.
2. Kalimat Pendukung
Contoh 3
Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2)
merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung
menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan
menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat
pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi
dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2)
yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5)
adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil
kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung
mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi
bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang
secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa.
3. Kalimat Simpulan
Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat
kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat
sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara
umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide
pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut.
Contoh 4
Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat
ini merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK
ini juga mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik,
meskipun dengan cara yang tidak sama persis.
Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah
mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat
dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok”
tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah
tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka,
moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?”
terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan
dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada hakikatnya
berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan
keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya
tulis itu akan mudah dipahami.
Contoh 5
Contoh 6
C. Pengutipan
a. Hakikat Kutipan
Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan
pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa
frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan
langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung
yang lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para
ahli yang dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali
apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara
kedua jenis kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah
kutipan tidak langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1)
ungkapan yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2)
ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atau (3) ungkapan yang
dikutip sangat sulit diparafrase.
b. Teknik Pengutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks;
(ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan
memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun
terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di
akhir kutipan.
15
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis
dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional);
(iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal
kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga),
tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau
di akhir kutipan.
c. Prinsip-Prinsip Dasar
b. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu
berdekatan
Contoh:
Contoh:
f. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.
g. Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan
huruf kapital.
Contoh:
i. Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu
ditulis.
Contoh:
j. Jika pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama
yang ditulis dan diikuti dkk.
Contoh:
k. Jika dalam dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari
sumber berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan
diterbitkan dalam tahun yang sama juga, data tahun penerbitan diikuti
lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad judul buku-buku tersebut.
Contoh:
l. Jika kutipan diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis,
nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
o. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam
penulisan karya ilmiah karena dirasakan tidak efektif.
p. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat
jarang dipakai sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah
karena kebenarannya sulit dipercaya karena harus diketahui oleh orang
yang bersangkutan (rawan kesalahan kutipan). Jika terpaksa
menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke dalam
transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara.
Contoh:
Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is, ..., not possible to have action without
character and character is also defined by plot.”
s. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah
orang lain, bentuk penyajiannya adalah.
Contoh:
t. Penulisan kutipan dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama
dengan sumber bahan tertulis, bila data tentang nama penulis, judul
artikel, dan nomor halaman tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia,
sebutkan dari alinea berapa kutipan tersebut diambil.
Contoh:
Menurut Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria
adalah ...
18
a. Kesalahan kalimat
a. Kesalahan intrernal
b.Kesalahan Eksternal
Kesalahan eksternal adalah kesalahan yang diukur dari unsur luar kalimat
yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal di ukur dari kalimat-kalimat lain
yang menjadi konteks atau lingkungannya.Contoh :
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberejo, desa Kalisungo yang termasuk
dalam daerah Kabupaten Malang.Daerah Malang yang sejuk terdiri dari
pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat paragraf tersebut benar secara internal, tetapi salah secara
eksternal, karena tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam
paragraf.
Dalam menyusun sebuah kalimat, sering kali dengan kata depan atau
preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan me- baik
dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat-kalimat
salah seperti di bawah ini.
1.Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada
tidaknya barang itu.
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa
: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan
mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan pemilik dengan memakai
kata depan dari atau daripada, misalnya :
20
Kontruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku-buku
daripada perpustakaan, ini sering kita dengar perlahan dalam pidato-pidato
(umumnya tanpa teks), misalnya :
Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku sepeti di atas
hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” +
pemilik bersifat implisit.
Dalam kalimat (1) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu
dia dan orang lain, misalnya Joni. Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan
dengan Joni.Demikian pula kalimat (2), di samping pelaku dia diperlukan hadirnya
pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar, sehingga kalimat (2)
menjadi :Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan social masyarakat
pedesaan dengan para pakar.
Bentuk seperti contoh di atas dapat dibentulkan dengan memindahkan kata aspek
ke depan pronominal menjadi :
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana, kata sarana itu dapat
berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam
satu frasa depan, dan kata penghubung pada umumnya terdapat pada kalimat
mejemuk baik yang setara maupun yang bertingkat. Kesalahan pemakaian kata
depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada dan dalam, ketiga
kata depan tersebut sering dikacaukan, misalnya:
dalam membuat ringkasan teks terutama bagi mereka yang baru mulai atau
belum pernah membuatan ringkasan. Berikut ini bebrapa pegangan yang
dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur :
Selain melakukan tiga hal diatas, juga terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan juga agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a) Menyusun kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b) Meringkas kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Dan mengganti rangkaian
gagasan yang panjang menjadi gagasan yang sentral.
c) Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada.
d) Mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah.
Yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu
dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan
yangn harus ditulisnya.Contoh ringkasan teks.
PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis teks, baik dari bentuk analisis ejaan, koreksi kesalahan
alinea koreksi kesalahan kalimat, dan cara tepat membuat ringkasan teks, maka
dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk karangan atau karya tulis sangat
mudah untuk diteliti kesalahannya.
Kesalahan yang terdapat pada karya tulis sangat berpengaruh bagi pembaca,
karena kesalahan tersebut akan membuatkan keracuan dalam memahami
maksud dari karya tulis tersebut. Salah satu contoh pembuatan kalimat atau kata
yang tidak sesuai dengan aturan EYD, akan berdampak penyalahgunaan
pemahaman.
Contoh lain seperti kesalahan dalam pembuatan alinea, yang memiliki arti ide
kecil dari seluruh isi pernyataan yang utuh (BAHASA INDONESIA JURNALISTIK. 131
. RAS SIREGAR). Kesalahan-kesalahan tersebut memang terbilang kecil tapi
dampaknya besar.
Dengan penulisan yang baik, kita bisa lebih mudah menyampaikan ide-ide,
gagasan, tujuan dari apa yang kita maksud dengan benar dan tepat, yang pasti
pembaca akan lebih mudah menyerap, memahami, memaknai karya tulis kita.
Membuat karya tulis yang benar dan tepat sama dengan berbicara yang benar
dan tepat, bila lawan / teman bicara kita dengan mudah memahami pembicaraan
kita, berarti kita sudah baik dan benar dalam berkomunikasi, begitu juga degan
karya tulis, bila pembaca dengan mudah memahami, memaknai karya tulis kita,
berarti kita sudah baik dan benar dalam tulisan kita, yang pasti hal diatas dapat
diperoleh dengan penggunaan ejaan dengan benar, pembuatan alinea dengan
benar, pembuatan kalimat dan ringkasan teksyang benar pula.
Salah satu sarana untuk membantu kita dalam penulisan yang baik dan benar
adalah menganalisis teks yang meliputi koreksi kesalahan ejaan, koreksi kesalahan
alinea, koreksi kesalahan kalmat dan cara benar membuat ringkasan teks, seperti
yang sudah kami paparkan dilampiran depan.
b. Saran
Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk berkarya tulis yang baik dan benar,
karea karya tulis kita memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian ide dan
gagasan kita.
23
24
Sebuah gagasan dan ide adalah simbol kualitas mahasiswa, namun bila gagasan
tersebut dituangkan melalui karya tulis yang kurang tepat justru mahasiswa akan
dinilai kurang berkualitas.
Suryana, Ase dkk. (Ed.). 2007. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah .
Bandung: Bagian Perkuliahan Dasar Umum, Universitas Widyatama.
http://mnurulanwar88.blogspot.com/
25