Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
BAB 1 ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan kegunaan penuliasan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
KOREKSI KESALAHAN EJAAN ..................................................................................................... 2
A. Koreksi Kesalahan Ejaan................................................................................................ 2
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat .............................................................. 2
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subyek ........................................................ 3
B. Koreksi Kesalahan Anelia .............................................................................................. 6
a. Alinea Yang Efektif .................................................................................................... 6
b. Membuat Tulisan yang Mudah Dipahami ............................................................... 11
C. Pengutipan ...................................................................................................................... 13
a. Hakikat Kutipan .......................................................................................................... 13
b. Teknik Pengutipan ...................................................................................................... 14
c. Prinsip-Prinsip Dasar................................................................................................... 15
D. Koreksi Kesalahan Kalimat ............................................................................................ 18
a. Kesalahan kalimat ....................................................................................................... 18
b. Membetulkan kesalahan kalimat ................................................................................ 18
E. Membuat Ringkasan Teks ........................................................................................... 21
a. Cara membuat ringkasan teks ................................................................................ 21
b. Menentukan panjang ringkasan. ............................................................................ 22
BAB III ...................................................................................................................................... 23
PENUTUP ................................................................................................................................. 23
a. Simpulan ..................................................................................................................... 23
b. Saran ........................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmatnya kami bias menyelesaikan makalah mengenai Analisis
Tentang Ejaan dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Serta kami juga berterimakasih kepada Ibu Dra. Ni Ketut Arniti, S.Sos., MAP selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan untuk
menyelesaikan tugas ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 29 Oktober

Penyusun

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membaca merupakan satu dari keempat keterampilan berbahasa yang dapat


menunjang pelajar dalam memahami teks. Dewasa ini berbagi informasi dapat di
peroleh dengan mudah dan baik melalui media cetak , media elektronik, atau
internet. Informasi yang di peroleh tidak hanya dalam bahasa Indonesia melainkan
juga dalam bahasa asing.

Pemahaman teks merupakan suatu proses yang memiliki tahapan sistematis


dalam dalam rangka mamahami informasi menyeluruh dari suatu sumber bacaan,
informasi dari segi linguistik maupun ekstra linguistiknya. Seringkali pembaca
dalam hal ini pelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu teks
dikarenakan kurangnya pengetahuan dasar tentang bahasa sumber (langue du
depart), pokok pembahasan teks(sujet du texte), latar belakang panulisan teks dan
pemahaman kontek budaya.

Dalam hal memahami teks diharapkan para pelajar mampu menganalisis teks
secara sistematis, memahami tidak hanya konteks bahasanya saja tetapi juga
konteks budaya yang terdapat pada teks dan mengungkapkan kembali isi teks
secara lisan dan tertulis berupa ringkasan (resume).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini rumusan makalah yang dikaji adalah:

a. Bagaimana cara mengoreksi kesalahan ejaan?

b. Bagaimana cara mengoreksi kesalahan alinea?

c. Bagaimana cara mengoreksi kesalahan kalimat?

d. Bagaimana cara membuat ringkasan teks?

1.3 Tujuan dan kegunaan penuliasan

1. 3.1 Tujuan penulisan diantaranya

a. Untuk mengetahui pengertian analisis teks .

b. Untuk memahami dan mengoreksi kesalahan ejaan .

c. Untuk memahami dan mengetahui cara mengoreksi kesalahan alinea.

1. 3.2 Kegunaan penulisan.

a. Sebagai referensi untuk kajian yang berkaitan dengan analisis teks.

b. sebagai mediator dalam pembelajaran.

1
BAB II PEMBAHASAN

KOREKSI KESALAHAN EJAAN

A. Koreksi Kesalahan Ejaan

Di dalam kenyataan penggunaan bahasa, masih banyak kesalahan yang


disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya,
antara lain ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam
ejaan sebelumnya yaitu tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana
seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat
perhentian sebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan intonasi naik.

Di dalam konsep pengertian lama tanda baca berhubungan dengan


bagaimana melisankan bahasa tulis, sedangkan dalam ejaan sekarang tanda baca
berhubungan dengan bagaimana memahami tulisan (bagi pembaca) atau
bagaimana memperjelas isi pikiran (bagi penulis) dalam ragam bahasa tulis. Jadi,
bagi pembaca, tanda baca berfungsi untuk membantu pembaca dalam
memahami jalan pemikiran penulis; sedangkan bagi penulis, tanda baca berfungsi
untuk membantu menjelaskan jalan bagi penulis supaya tulisannya (karangannya)
dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Beberapa kesalahan bahasa yang
disebabkan oleh kesalahan penggunaan tanda baca, khususnya tanda koma.

a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat

Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subyek


dan predikat kalimat, jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang.
Penggunaan tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh
tanda koma dari predikat, kecuali pasangan tanda koma yang mengapit
keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Contoh : Rudi Hartono, yang
pernah menjuarai All England delapan kali, menjadi pelatih PBSI. Penggunaan
tanda koma dalam contoh-contoh berikut tidak benar :

a. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharapkan


mendaftarkan diri di sekretariat.

b. Kesediaan negara itu untuk membeli gas alam cair (LNG) Indonesia
sebesar dua juta ton setiap tahun, tentu merupakan suatu penambahan
baru yang tidak sedikit artinya dalam penerimaan devisa negara.

Unsur kalimat yang mendahului tanda koma dalam kedua contoh di atas adalah
subyek, dan unsur kalimat yang mengiringi tanda koma itu (secara berturut-turut

2
3

diharapkan, merupakan) adalah predikat. Oleh karena itu, penggunaan tanda


koma itu tidak benar. Kedua kalimat itu dapat diperbaiki dengan menghilangkan
tanda koma itu.

b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subyek

Selain subyek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati


posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subyek kalimat. Padahal,
meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu,
pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar.

Contoh:

a. Dalam rangka peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, kita akan mengadakan


sayembara mengarang tingkat SMA.

b. Dengan kemenangan yang gemilang itu, pemain andalan kita dapat


memboyong piala kembali ke Tanah Air.

Unsur kalimat yang mendahului tanda koma itu adalah keterangan yang
bukan merupakan anak kalimat meskipun panjang. Oleh karena itu, tanda koma
tersebut dihilangkan, kecuali jika penghilangan tanda koma itu akan
menimbulkan ketidakjelasan batas antara keterangan dan subyek. Contoh:

Dalam pemecahan masalah kenakalan anak kita memerlukan data dari berbagai
pihak, antara lain dari pihak orangtua, sekolah, dan masyarakat tempat
tinggalnya.

c. Tanda Koma di antara Predikat dan Objek

Objek yang berupa anak kalimat juga sering dipisahkan dengan tanda
koma dari predikat. Pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar karena
obyek tidak dipisahkan dengan tanda koma dari predikat.

Contoh:

a. Ibu tidak menceritakan, bagaimana si Kancil keluar dari sumur jebakan itu
b. Kami belum mengetahui, kapan penelitian itu akan membuahkan hasil.

Di antara obyek dan predikat tidak digunakan tanda koma, kecuali tanda koma
yang mengapit keterangan yang berupa anak kalimat atau tanda koma yang
memisahkan kutipan dari predikat induk kalimat.

Contoh:

a. Pejabat itu menegaskan, ketika menjawab pertanyaan wartawan, bahwa


kenaikan harga sembilan bahan pokok akan ditekan serendah-rendahnya.
b. Seorang pedagang mengatakan, sambil melayani pelanggannya, bahwa
naiknya harga barang-barang sudah dari agennya.
4

Penggunaan tanda koma tidak dibenarkan jika obyek kalimat itu bukan kutipan
langsung, seperti dalam contoh berikut. Contoh:

Tokoh tiga zaman itu menegaskan, perkembangan teknologi melaju terlalu


cepat dalam dua dasawarsa terakhir ini.

b.Analisis Ketidaksatuan Ejaan

No. Bentuk Salah Bentuk Benar Alasan

1. oleh karena oleh karena kata penghubung antar


itu itu, kalimat

diakhiri dengan tanda koma.


(Bab V, pasal B. ayat 4)

2. non nonbank penulisan non dirangkaikan


bank dengan kata yang mengikutinya
(Bab III , pasal B ayat 4)

3. Nopember November penalaran fonem V tetap V


(Bab IV)

4. Rp. Rp Tanda titk digunakan di


belakang mata uang

5. “Perlakuan “Perlakuan penulisan judul tidak di Akhiri


akutansi selisih akutansi selisih Kurs dengan tanda titk (Bab V Pasal
Kurs Terhadap Terhadap A
penerimaan Hasil penerimaan Hasil
pada PT. pada PT. Telesindo
Telesindo Lestari.” Lestari”

6. Diatas di atas kata depan di terpisah dari


kata tempat yang
mengikutinya

7. Di hasilkan, di Dihasilkan, ?
harapkan Diharapkan

1. Huruf “ f, “ v “, dan “ p “
5

sering kita melihat penulisan kata yang hurufnya bertukar-tukar . Maksudnya,


kata yang seharusnya ditulis dengan huruf F dan V ditulis dengan p atau kata yang
seharusnya ditulis V ditulis dengan F.

Kesalahan penuisan seperti itu tentu saja terjadi karena orang tak tahu pasti
dengan huruf mana seharusnya digunakan. Ada juga orang menggunakan huruf
P ditulis dengan P bukan dengan F atau V yang bisa digunakan untuk menuliskan
kata Asing saja.

Dalam ejaan baru, huruf F,V sudah masuk dalam sistem ejaan kita, maksudnya,
huruf-huruf itu tidak lagi dianggap sebagai huruf asing

misalnya :

Coordinasi menjadi koordinasi

Standardization menjadi standardisasi

2. Bentuk “Efektivitas“ yang dipermasalahkan

Pada awal masa kemerdekaan Republik Indonesia orang mempermasalahkan


bentuk-bentuk seperti fakultet, fakulteit, fakulti yang dipertanyakan ialah mana
bentuk yang betul diantara bentuk itu.

Dalam bahasa belanda, ada kata fakulteit. Dalam bahasa belanda semuanya
berakhir dengan teit misalnya : faculteit, univerteit, ativiteit. Dalam bahasa inggris,
kata-kata yang sama berakhiran ty : university, faculty, activity

Jika kita mnyerap kepada bahasa Asalnya kita akan menjadikan kata-kata itu
universiteit, fakulteit, aktiviteit.

Namun karena bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu itu tidak
ada bunyi ei, maka bunyi kata akhiran itu di ubah menjadi tet, timbulah bentuk
fakultet disamping ada fakulti.

Seorang guru besar ketika itu berpengaruh mengusulkan agar bentuk itu
sebaiknya mengacu kepada asal kata-kata itu dalam bahasa lain, bunyi akhiran
tas, fakultas dan universitas, usulan itu diterima lalu jadilah usulan itu dengan
akhiran tas, Fakultas, universitas, realitas, aktivitas. Bentuk-bentuk lain yang
berakhiran teit harus dijadikan akhiran tas, bukan teit, tet, tit atau ta.

3. Mana yang betul ?

“ Istri “ atau “ Isteri “ ?

Yang akan kita bicarakan disini ialah ada yang menulis Istri, namun ada
yang menulis Isteri Dalam suku kata bahasa melayu tidak ada suku kata tra, sla,
kla, sta, kra, pra. Dalam bahasa sangsakerta kita pungut kata stri kata ini
6

diberikan tambahan i didepannya sehingga menjadi istri. Kemudian diantaranya t


dan r di sisipkan e sehingga menjadi isteri.kalau dipenggal atas sukunya menjadi is
– te – ri. Menurut EYD ditetapkan bahwa kata asing tak usah disisipi huruf e.

B. Koreksi Kesalahan Anelia

Ada satu kecenderungan jelek di dunia pendidikan, yaitu menganggap


kesalahan sebagi sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Selama dua puluh dua
tahun pertama dalam hidupnya, setiap orang diajarkan bahwa kesalahan adalah
hal yang memalukan dan harus dihindari. Padahal, kesalahan sebenarnya
merupakan pedoman untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Winston
Churchil, mantan Perdana Mentri Inggris, pernah berkata: “All men make mistakes,
but only wise men learn from their mistakes.” Pernyataan ini mengungkapkan
bahwa kesalahan merupakan kesempatan untuk membuat sesuatu yang lebih
baik. James Joyce, penulis kenamaan Irlandia, menegaskan: “Mistakes are the
portals of discovery.” Jadi, semakin banyak kesalahan yang bisa diidentifikasi
seseorang (termasuk kesalahan orang lain) semakin banyak dia belajar dan
semakin besar pula kesempatan baginya membuat sesuatu yang lebih berkualitas
pada kesempatan berikutnya.

Paradigma bahwa kesalahan adalah pedoman untuk melakukan sesuatu


lebih baik ini sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam penulisan karya ilmiah.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam membimbing penulisan makalah, artikel,
dan skripsi oleh mahasiswa dan dalam mengedit tulisan ilmiah, terdapat empat
kelompok kesalahan yang sering dilakukan para penulis (pemula): bagaimana
membuat alinea yang efektif, bagaimana membuat tulisan mudah dipahami,
bagaimana cara mengutip dengan benar, dan bagaimana cara menuliskan
referensi. Diharapkan, pemahaman kita akan keempat macam kesalahan tersebut
akan memampukan kita menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik.

a. Alinea Yang Efektif

Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang


membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang
baik adalah persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut
ini merupakan konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka
mengembangkan kemampuan menulis alinea yang efektif.

Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang


membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis.
Kalimat yang tidak berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok
harus dihapus dari alinea. Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus
dihilangkan.
7

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa
jumlah kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada
jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa
sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak
dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga ide pokoknya
berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa alinea
terpisah.

Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat


dibedakan ke dalam tiga jenis: kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat
kesimpulan. Kalimat topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan
apa yang akan dibahas dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi
menghadirkan bukti, fakta, argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide
pokok. Sedangkan kalimat kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea
atau menunjukkan transisi ke alinea berikutnya. Tidak semua alinea
membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena itu, jenis kalimat yang harus ada
dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan pendukung. Tampilan sebuah
alinea dapat digambarkan seperti dalam gambar 2 berikut.

Gambar 1: Tampilan Sebuah Alinea

(Kalimat topik) ………………………………………………………………………………… …..


(Kalimat pendukung)
............................................................................................................ ............ (Kalimat
pendukung) …………………………… ……………......... .............. ............... ............ …… (Kalimat
pendukung) .............................................................. ................................. ............ ...........
……… (Kalimat pendukung) ……………………… …………………… ……… …… ........... ........ .....
……… (Kalimat simpulan).… ……………………………………………………………………………

1. Kalimat Topik

Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di


akhir alinea, tergantung pola berpikir yang digunakan. Jika penulis
menggunakan pola berpikir deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea,
jika induktif, di akhir. Untuk penulis pemula, menempatkan kalimat topik di
awal alinea lebih disarankan, karena mendukung suatu ide yang lebih umum
dengan menghadirkan detil-detil yang spesifik (deduktif) biasanya lebih mudah
8

dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil spesifik menjadi sebuah ide


yang lebih umum.

Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung
tiga unsur: subjek, verba, dan ide pengendali ( controlling idea). Subjek dalam
kalimat topik berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali
merupakan sebuah kata atau frasa yang mengendalikan informasi-informasi
dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut. Subjek bisa diletakkan di
awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah verba). Lihat contoh
1 berikut.

Contoh 1

1. Karya ilmiah memiliki empat ciri khas.

S V IP

2. Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.

IP V S

Berdasarkan penjelasan dia atas, terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat


topik harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus
berbentuk kalimat lengkap (complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur
subjek, predikat, dan objek (ide pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali
harus terbatas (limited), dalam arti tidak lebih dari satu ide karena sebuah
alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara tuntas. Ketiga, ide pengendali
harus spesifik (specific). Hal ini berarti ide tersebut harus relevan dan secara
langsung berhubungan dengan topik.

Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas,
lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut.

Contoh 2

1.a. Kemampuan menulis yang baik

1.b. Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.

2.a. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.

2.b. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah


dan penduduknya yang ramah.
9

3.a. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang


serius.

3.b. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang


serius bagi kalangan berpenghasilan rendah.

Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki
unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah
kalimat topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide
pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang indah”.
Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya lebih
dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut timbul?
Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya
secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan
berpenghasilan rendah.

2. Kalimat Pendukung

Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat


pendukung mayor, yaitu kalimat-kalimat yang secara langsung digunakan
untuk menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan bukti, fakta,
argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung minor, yaitu
kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang lebih terperinci
terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan satu
atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan.
Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada
apakah penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu
diberikan penjelasan yang lebih terperinci atau tidak. Dengan kata lain, tidak
semua alinea memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut.

Contoh 3

(1) Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat


tahapan evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2)
Penelitian antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan
masyarakat manusia sebagai sarana komunikasi antar individu dalam
kelompok kecil sekitar 200.000 tahun lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3)
Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya untuk berbagi informasi dan
perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar tahun 30.000 sebelum
10

masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain dari kelompok


dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis. (5)
Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di
Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6)
Perkembangan ini kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000
tahun SM, yang memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam
bentuk yang lebih permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang
dimulai dengan penemuan telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet
pada abad ke-20 membuat komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa
batasan ruang dan waktu.

Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2)
merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung
menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan
menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat
pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi
dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2)
yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5)
adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil
kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung
mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi
bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang
secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa.

Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung


mayor (KPM) serta kalimat-kalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas
dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan ini.

3. Kalimat Simpulan

Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat
kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat
sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara
umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide
pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut.

Contoh 4

(1) Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI)


sebagai pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2)
Pertama, UKI merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang
11

berpengalaman mengelola pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan


lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap 5678 alumni yang dilaksanakan baru-
baru ini mengungkapkan 95% responden tidak mengalami kesulitan
memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya selama kuliah di
UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah satu lokasi
paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak mengalami
kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas tinggi
dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong
masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.

Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat
ini merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK
ini juga mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik,
meskipun dengan cara yang tidak sama persis.

Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat,


sebuah alinea juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi.
Yang dimaksud dengan koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud.
Koherensi tercipta bila seluruh kalimat pendukung membahas hanya satu hal,
yakni topik, dan jika peristiwa, waktu, ruang, dan proses diurutkan secara logis.
Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan
kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta bila seluruh kalimat yang
membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan menggunakan
konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi
dengan tepat.

b. Membuat Tulisan yang Mudah Dipahami

Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah
mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat
dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok”
tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah
tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka,
moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?”
terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan
dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada hakikatnya
berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan
keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya
tulis itu akan mudah dipahami.

Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan


cenderung menulis karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama,
menggunakan kalimat-kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya
12

menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah dipahami hanya


cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam. Oleh karena itu mereka
menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa dengan
‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal
kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman
karena tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu.
Kecenderungan seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan
gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif
akan membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh
berikut. Mana yang lebih mudah dipahami?

Contoh 5

a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran


bahasa yang dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya
untuk mengetahui penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu
dengan cara mengidentifikasi kesalahan apa yang dilakukan secara
sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong, alias lapses dalam
pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia melakukan kesalahan,
diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian
menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan
teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan
perbaikan terhadap kesalahan itu.

c. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa


yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan
kompetensi bahasa tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu,
mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan secara sistematis, seperti salah
omong dalam pembelajaran berbicara; dua, melihat seberapa sering kesalahan
dilakukan; tiga, menentukan dan mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat,
menginterpretasikan penyebab kesalahan; dan terakhir, mengadakan
perbaikan terhadap kesalahan itu berdasarkan teori-teori dan prosedur-
prosedur linguistik.

Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap


keilmiahan identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah
asing. Contoh 6 di bawah ini memperlihatkan fenomena ini dengan cukup baik.
Anda dapat memahaminya?
13

Contoh 6

Sekarang, aplikasikan sebuah sistem kalkulus proposional. Akumulasikan


pada sistem itu sebuah logika modal yang lemah yang di dalamnya kondisional
yang eksisting dan anteseden yang dibutuhkan mengakibatkan konsekuensi
yang dibutuhkan (aksioma Godel) dan kebutuhan akan teorema juga
merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui
maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin (‘ ’) diketahui p’ dapat
diketahui, p_ Kp:

Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa


Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang
lazim terdapat dalam karya tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi
juga dalam bahasa lain. Tidak ada satu bahasa pun yang memiliki kosa kata
lengkap hingga tidak lagi memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau
konsep baru. Solusi terhadap permasalahan apakah istilah-istilah asing tersebut
harus diterjemahkan, dibiarkan, atau dikombinasikan dengan istilah Indonesia
sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat Bahasa (2007). Jadi, untuk
menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan pedoman pembentukan
istilah tersebut merupakan keharusan.

Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan


tulisan yang efektif. Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai
contoh, kalimat “Tiga ahli di bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih
efektif daripada “Tiga tokoh berpengetahuan spesifik dalam bidang
perpindahan penduduk hadir di seminar itu”, meskipun keduanya
mengungkapkan ide yang sama. Kedua, cegah kata-kata yang berlebihan
(redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan kata
yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya
kalimat itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, kunakan kalimat
yang efektif (pendek dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis. Tono
berteriak.

C. Pengutipan

a. Hakikat Kutipan

Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai kutipan—


pinjaman pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung,
menjelaskan, membuktikan, atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan
suatu hal yang wajar dan bahkan sangat efektif untuk menghemat waktu.
Adalah suatu pemborosan waktu bila seorang penulis harus menyelediki
kembali suatu kebenaran yang telah diteliti, dibuktikan dan dimuat secara
luas dalam sebuah buku, majalah, dan lain-lain, untuk tiba pada kesimpulan
yang sama. Jadi, untuk mendukung tulisannya, penulis bisa mengutip
14

pendapat yang sudah teruji dengan menyebutkan sumbernya agar pembaca


dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.

Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu hal


yang wajar, hal itu tidak berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri dari
kutipan-kutipan saja. Membuat tulisan dengan menggunakan terlalu
banyak kutipan dapat menimbulkan kesan bahwa karya itu hanya suatu
koleksi kutipan belaka. Sebagai patokan, panjang kutipan tidak boleh
melebihi sepertiga panjang tulisan. Secara ilmiah, ide-ide pokok dan
kesimpulan-kesimpulan harus merupakan pendapat penulis. Kutipan-
kutipan hanya berfungsi sebagai bukti-bukti pendukung pendapat penulis
tersebut.

Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan dengan


bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau
media tempat tulisan diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya
menganut sistem American Psychological Association (APA), sangat
disarankan untuk menguasai sistem ini dan menggunakannya secara
konsisten. Berikut ini adalah pedoman pokok yang diadaptasi dari Suryana
dkk. (2007).

Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan
pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa
frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan
langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung
yang lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para
ahli yang dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali
apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara
kedua jenis kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah
kutipan tidak langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1)
ungkapan yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2)
ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atau (3) ungkapan yang
dikutip sangat sulit diparafrase.

b. Teknik Pengutipan

a. Kutipan Langsung

Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks;
(ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan
memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun
terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di
akhir kutipan.
15

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis
dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional);
(iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal
kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga),
tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau
di akhir kutipan.

b. Kutipan Tidak Langsung

Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan disatukan


(inklusif) dengan teks; (ii) tidak memakai tanda petik dua; (iii) Menggunakan
ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa, mengemukakan
bahwa, berpendapat bahwa dll; (iv) Mencantumkan nama akhir
pengarang (marga), tahun, dan halaman.

c. Prinsip-Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.

a. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.

b. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu
berdekatan

Contoh:

Norman (2004: 56) menyatakan bahwa ……………………

c. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan.

d. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata)


dalam kutipan. Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan
enjelasan.

e. Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun


ketatabahasaan, tidak diperkenankan mengadakan perubahan. Namun
penulis boleh memberikan pendapat atau komentarnya mengenai kesalahan
atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung segi empat [...]. Jika penulis
menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata tertentu, dia hanya
diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan tersebut dengan
menambahkan kata [sic!] dibelakang kata itu. Kata ini menunjukkan bahwa
penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan itu. Dia hanya sekedar
mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah aslinya. Kemudian, jika
penulis memandang perlu untuk memberikan penekanan dengan cara
merubah teknik penulisan, seperti menggarisbawahi, mencetak miring, atau
mencetak tebal, hal itu harus dijelaskan dalam tanda kurung segi empat [...].
16

Contoh:

Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini [huruf miring


dari saya, Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!] akan
semakin baik hasilnya dan semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris
[sic!] maka taraf penguasaan pembelajar terhadap bahasa itu akan
semakin baik.”

f. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.

g. Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan
huruf kapital.

Contoh:

Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional intelligence is …”

h. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal,


tengah, atau akhir teks.

i. Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu
ditulis.

Contoh:

Pardede dan Simanjuntak (2007: 34) berpendapat ……

j. Jika pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama
yang ditulis dan diikuti dkk.

Contoh:

Pardede dkk. (2007: 34) menyatakan ……

k. Jika dalam dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari
sumber berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan
diterbitkan dalam tahun yang sama juga, data tahun penerbitan diikuti
lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad judul buku-buku tersebut.

Contoh:

Garcia (2009a: 34) menjelaskan ……

l. Jika kutipan diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis,
nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber.

Contoh:

Kompas (2009: 34) menyatakan ……

m. Jika kutipan diperoleh dari dokumen yang diterbitkan oleh suatu


lembaga, nama lembaga tersebut dituliskan sebagai sumber.

Contoh:

Pusat Bahasa (2007: 25) menjelaskan ……


17

n. Jika kutipan diperoleh dari dokumen resmi pemerintah yang


diterbitkan tanpa identitas penulis, judul atau nama majalah atau koran
tersebut dituliskan sebagai sumber

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (2004) menyatakan ……

o. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam
penulisan karya ilmiah karena dirasakan tidak efektif.

p. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat
jarang dipakai sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah
karena kebenarannya sulit dipercaya karena harus diketahui oleh orang
yang bersangkutan (rawan kesalahan kutipan). Jika terpaksa
menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke dalam
transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara.

q. Pengutipan pendapat orang lain sebaiknya dilakukan secara variatif


(jangan monoton). Padukanlah kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.

r. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil


bagian intinya saja dengan teknik memakai tiga tanda titik […], tetapi
tidak boleh mengubah atau menggeserkan makna atau pesannya.

Contoh:

Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is, ..., not possible to have action without
character and character is also defined by plot.”

s. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah
orang lain, bentuk penyajiannya adalah.

Contoh:

Menurut Chomsky (dalam Purba, 2009: 56), makna ujaran adalah …

t. Penulisan kutipan dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama
dengan sumber bahan tertulis, bila data tentang nama penulis, judul
artikel, dan nomor halaman tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia,
sebutkan dari alinea berapa kutipan tersebut diambil.

Contoh:

Menurut Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria
adalah ...
18

D. Koreksi Kesalahan Kalimat

a. Kesalahan kalimat

a. Kesalahan intrernal

Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur


dalam kalimat. Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe.
Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat
menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh berikut:

1.Dengan pemakaian pupuk urera pil dapat menyuburkan tanaman dan

meningkatkan produksi pertanian.

2.Kepada semua informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket


dan catatan kegiatan.

Kedua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk


membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap
kalimat itu.Pada kalimat (1) jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang
menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah
jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian dihilangkan sehingga
kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan
meningkatkan produksi pertanian.Pada kalimat (2) jika dipertanyakan dengan
kalimat siapa yang mendapatkan dua macam instrumen? Maka jawaban tidak
dapat dicari, jawaban terhadap kalimat itu baru dapat diarahkan ke semua
informan jika kalimat di ubah menjadi Semua informan mendapatkan dua macam
instumen, yaitu angket dan catatan kegiatan.

b.Kesalahan Eksternal

Kesalahan eksternal adalah kesalahan yang diukur dari unsur luar kalimat
yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal di ukur dari kalimat-kalimat lain
yang menjadi konteks atau lingkungannya.Contoh :

Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberejo, desa Kalisungo yang termasuk
dalam daerah Kabupaten Malang.Daerah Malang yang sejuk terdiri dari
pegunungan-pegunungan kecil.

Dua buah kalimat paragraf tersebut benar secara internal, tetapi salah secara
eksternal, karena tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam
paragraf.

b. Membetulkan kesalahan kalimat

Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat :


19

a. Kalimat tanpa subjek

Dalam menyusun sebuah kalimat, sering kali dengan kata depan atau
preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan me- baik
dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat-kalimat
salah seperti di bawah ini.

1.Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.

2.Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi


masyarakat pedesaan.
Untuk membetulkan kalimat di atas dapat dilakukan dengan :

1.menghilangkan kata depan pada masing-masing kalimat tersebut, atau


2.mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi pasif.
Jadi kemugkinan pembetulan kalimat di atas adalah :

1. Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.


2. Beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.
Dalam pembetulan kalimat di atas, maka subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu
berturut-turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut dan beredarnya
koran masuk desa.

b.Kalimat dengan objek berkata depan

Kesalahan pemakaian kata depan juga sering ditemui pada objek.Sebagai


contoh:

1.Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada
tidaknya barang itu.

2.Dalam setiap kesempatan mereka tidak bosan-bosannya mendiskusikan tentang


dampak positif pembuatan waduk itu.

Dua kalimat di atas dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan


mengenai pada kalimat (1) dan tentang pada kalimat (2).Perlu dicatat bahwa
dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa verba dan kata depan yang sudah
merupakan paduan, misalnya:Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara
tentang, menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan serupa dengan.

c.Konstruksi pemilik kata depan

Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa
: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan
mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan pemilik dengan memakai
kata depan dari atau daripada, misalnya :
20

Kebersihan lingungkungan adalah kebutuhan dari warga.

Buku-buku daripada perpustakaan perlu


ditambah.

Kontruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku-buku
daripada perpustakaan, ini sering kita dengar perlahan dalam pidato-pidato
(umumnya tanpa teks), misalnya :

Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga-harga barang


elektronik.

Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku sepeti di atas
hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” +
pemilik bersifat implisit.

d.. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian

Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang


menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari
satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah
yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak
tercantumkan.Contoh :

1.Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.

2. Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan social masyarakat pedesaan


sampai berjam-jam

Dalam kalimat (1) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu
dia dan orang lain, misalnya Joni. Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan
dengan Joni.Demikian pula kalimat (2), di samping pelaku dia diperlukan hadirnya
pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar, sehingga kalimat (2)
menjadi :Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan social masyarakat
pedesaan dengan para pakar.

e. Penempatan yang salah kata aspek pada kalimat pasif berpronomina


21

Menurut kaidah, konstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomian


+ verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronominal. Kesalahan
yang sering terjadi adalah penempatan aspek diantara pronominal dengan verba
atau dalam pola : “pronominal + aspek + verba dasar”. Contoh :

Saya sudah katakan bahwa…

Bentuk seperti contoh di atas dapat dibentulkan dengan memindahkan kata aspek
ke depan pronominal menjadi :

sudah saya katakan bahwa…

f. Kesalahan pemakaian kata sarana

Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana, kata sarana itu dapat
berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam
satu frasa depan, dan kata penghubung pada umumnya terdapat pada kalimat
mejemuk baik yang setara maupun yang bertingkat. Kesalahan pemakaian kata
depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada dan dalam, ketiga
kata depan tersebut sering dikacaukan, misalnya:

Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani (pada saat)

Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru (ke dalam)

Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI (di)

Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi karena


ketidaksesuaian antara pemakaian kata penghubung dan makna hubungan
antar klausanya,

Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak memenuhi kuorum

Rapat hari ini ditunda sebab perserta tidak memnuhi kuorum

E. Membuat Ringkasan Teks

a. Cara membuat ringkasan teks

Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah


dalam yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya.
Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan
22

dalam membuat ringkasan teks terutama bagi mereka yang baru mulai atau
belum pernah membuatan ringkasan. Berikut ini bebrapa pegangan yang
dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur :

1. Membaca naskah asli. Bacalah naskah asli agar dapat mengetahui


kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh.

2. Mencatat gagasan utama

3. Mengadakan reproduksi yaitu urutan isi disesuaikan dengan naskah


asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-
kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan
aslinya.

Selain melakukan tiga hal diatas, juga terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan juga agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a) Menyusun kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.

b) Meringkas kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Dan mengganti rangkaian
gagasan yang panjang menjadi gagasan yang sentral.

c) Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada.
d) Mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah.

b. Menentukan panjang ringkasan.

Yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu
dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan
yangn harus ditulisnya.Contoh ringkasan teks.

Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus


betul-betul menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena lebih dari
separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus.Sementara hanya 1/3
dari seluruh pemudik dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menggunakan jasa
KA.

teks diatas dapat dirigkas menjadi.

Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus


betul-betul menjadi tulang punggung di saat-saat seperti ini karena lebih dari
separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus. Sementara hanya
1/3 dari seluruh pemudik dari Jakarta.
BAB III

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis teks, baik dari bentuk analisis ejaan, koreksi kesalahan
alinea koreksi kesalahan kalimat, dan cara tepat membuat ringkasan teks, maka
dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk karangan atau karya tulis sangat
mudah untuk diteliti kesalahannya.

Kesalahan yang terdapat pada karya tulis sangat berpengaruh bagi pembaca,
karena kesalahan tersebut akan membuatkan keracuan dalam memahami
maksud dari karya tulis tersebut. Salah satu contoh pembuatan kalimat atau kata
yang tidak sesuai dengan aturan EYD, akan berdampak penyalahgunaan
pemahaman.

Contoh lain seperti kesalahan dalam pembuatan alinea, yang memiliki arti ide
kecil dari seluruh isi pernyataan yang utuh (BAHASA INDONESIA JURNALISTIK. 131
. RAS SIREGAR). Kesalahan-kesalahan tersebut memang terbilang kecil tapi
dampaknya besar.

Dengan penulisan yang baik, kita bisa lebih mudah menyampaikan ide-ide,
gagasan, tujuan dari apa yang kita maksud dengan benar dan tepat, yang pasti
pembaca akan lebih mudah menyerap, memahami, memaknai karya tulis kita.

Membuat karya tulis yang benar dan tepat sama dengan berbicara yang benar
dan tepat, bila lawan / teman bicara kita dengan mudah memahami pembicaraan
kita, berarti kita sudah baik dan benar dalam berkomunikasi, begitu juga degan
karya tulis, bila pembaca dengan mudah memahami, memaknai karya tulis kita,
berarti kita sudah baik dan benar dalam tulisan kita, yang pasti hal diatas dapat
diperoleh dengan penggunaan ejaan dengan benar, pembuatan alinea dengan
benar, pembuatan kalimat dan ringkasan teksyang benar pula.

Salah satu sarana untuk membantu kita dalam penulisan yang baik dan benar
adalah menganalisis teks yang meliputi koreksi kesalahan ejaan, koreksi kesalahan
alinea, koreksi kesalahan kalmat dan cara benar membuat ringkasan teks, seperti
yang sudah kami paparkan dilampiran depan.

b. Saran

Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk berkarya tulis yang baik dan benar,
karea karya tulis kita memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian ide dan
gagasan kita.

23
24

Sebuah gagasan dan ide adalah simbol kualitas mahasiswa, namun bila gagasan
tersebut dituangkan melalui karya tulis yang kurang tepat justru mahasiswa akan
dinilai kurang berkualitas.

Olehkarena itu, penelitian terhadap hasil karaya tulis sangat dibutuhkan


karena dengan meneliti atau menganalisis karya tulis, kita bisa lebih cermat dan
teliti dalam penyajian ide dan gagasan.
DAFTAR PUSTAKA

NikNik M. Kuntarto .Cermat Dalam Berbahasa Teliti Dalam Berfikir.

Badudu JS.Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar

Ras.Seregar.Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Pusat Bahasa. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Suryana, Ase dkk. (Ed.). 2007. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah .
Bandung: Bagian Perkuliahan Dasar Umum, Universitas Widyatama.

http://mnurulanwar88.blogspot.com/

25

Anda mungkin juga menyukai