Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 12

AL-ISLAM
Islam dan Masalah Harta dan Jabatan

Disusun Oleh:

Dwi Rini Angraini (SNR 19214054)


U. Nurdiantini (SNR 19214055)
Melun (SNR 19214056)

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia–Nya, yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Islam Dan Masalah Harta dan Jabatan ”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah Al-Islam S1 Keperawatan di STIK Muhammadiyah
Pontianak. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan, dorongan, motivasi dan masukan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari semua
pihak makalahini tidak akan terwujud.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Besar harapan
penulis agar makalah ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi para
pembaca terutama mahasiswa/i STIK Muhammadiyah Pontianak sebagai sumber
pengetahuan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Harta dan Jabatan...................................................................................................3
B. Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia Allah..........................................5
C. Kewajiban Mencari Nafkah....................................................................................7
D. Sikap Terhadap Harta Dan Jabatan.........................................................................8
E. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah...................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta dan Jabatan merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Harta dapat membuat orang punya jabatan, sebaliknya
jabatan kadang-kadang dikejar orang untuk memperoleh harta. Sebagai “diin
Allah” yang nenjadi rahmat bagi semesta alam sudah barang tentu Islam
memiliki perhatian yang sangat serius dan mempunyai tata aturan yang jelas
mengenai harta dan jabatan. Harta dan jabatan dapat mengantarkan
seseorang  kepada kemuliaan, tetapi dapat pula membuat seseorang menjadi
hina. Tergantung bagaimana manusia itu memandang dan menyikapinya.
Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak
dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal
sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh
terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat
atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan
berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat. As-
Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki
nilai ekonomis, dapat diperjual belikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang
merusak atau melenyapkannya.
manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus
berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala
kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta
sebanyak-banyaknya..

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian harta
2. Bagaimana harta dan jabatan dikatakan sebagai amanah dan karunia Allah
3. Bagaimana kewajiban dalam mencari harta
4. Bagaimana menyikapi terhadap harta dan jabatan
5. Bagaimana pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian harta
2. Untuk mengetahui harta dan jabatan dikatakan sebagai amanah dan
karunia Allah
3. Untuk mengetahui kewajiban dalam mencari harta
4. Untuk mengetahui menyikapi terhadap harta dan jabatan
5. Untuk mengetahui pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Harta dan Jabatan

1. Pengertian Harta

Menurut Yahaya & Azhar dalam Daud (2015), Harta merupakan


suatu kebutuhan dan yang diinginkan dalam kehidupan manusia oleh
semua orang yang berbentuk daruriyyah, hajiyyat maupun kamaliyyat.

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa


berarati condong, cenderung, atau miring.  Al-mal juga diartikan
sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka
pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun manfaat (Ghazali,2020).

Menurut Muslich (2010), fungsi harta adalah untuk menopang


kehidupan manusia karena tanpa harta kehidupan manusia tidak akan
tegak.
2. Pandangan Islam mengenai harta
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini adalah ALLAH SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat
relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan
memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7). Dalam
sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat
hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa
dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’.
Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah
pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan
benda dari tiada.
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran:
14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan
keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.  (Al-Alaq: 6-7).
3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran
Islam atau tidak (al-Anfal: 28)
4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan
perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama
manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali
Imran:133-134).
Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal)
ataua mata pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan
aturanNya. (al-Baqarah:267) ‘’Sesungguhnya Allah mencintai
hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras mencari
nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di
jalan Allah’’ (HR Ahmad). ‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib
setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani) ‘’jika telah melakukan
sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezki’’ (HR Thabrani).
Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang
melupakan mati (at-Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat
ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37),
dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-
Hasyr: 7).
Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui
kegiatan riba (al-Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang
haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok (al-Maidah :38), curang

4
dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara
yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap
(HR Imam Ahmad).

3. Pengertian jabatan

Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu


tugas yang diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan
tertentu atau terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut
orang yang punya jabatan.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang
jabatan, baik yang menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi
Yusuf maupun yang menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang
Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT
menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu di akhirat kelak akan
mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia
miliki).

D. Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia Allah

Dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Qur’an


surat AL Kahfi: 46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan
manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau
keturunan, maka kebutuhan manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang
mendasar.

Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia


terhadap harta dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban manusia
mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadahlainnya.
Cara-cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran
bersama, pelaksanannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil-
wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat
pemiliknya mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh

5
mengganggu dan melanggar kepentingan pribadi, selama tidak merugikan
orang lain dan mayarakat, karena pemilikan manfaat berhubungan serta
dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak miliknya
kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya dan
sebagainya.

Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia
Allah. Disebut sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut
didapat bukan semata-mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah
dan karunia dari Allah, juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan
pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan orang lain. Karena harta
dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara
dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-jawabkan
di hadapan Allah SWT.

Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa


harta itu juga merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat
Al-Anfal ayat 28:

‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوأَ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر َع ِظي ٌم‬

Dan ketahuilah, bahwahartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai


cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Juga Firman
Allah pada Surat At-Taghabun ayat 15:

‫إِن َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر َع ِظي ٌم‬

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di


sisi Allah-lah pahala yang besar.

Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah karunia
Allah yang sangat baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga dan
dipelihara dengan baik, maka ia akan menjadi fitnah dan bencana.

6
Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan
membawa manfaat dan barokah, sedangkan harta dan jabatan yang
disalahgunakan atau diperoleh dengan tidak halal akan menjadi fitnah bahkan
musibah. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:

‫) من حديث عم}}رو‬17763( " ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فيما رواه اإلمام أحمد في "مسنده‬
َ ‫فقد قال‬
‫بن العاص رفعه "نعم المال الصالح للرجل الصالح" وإسناده صحيح‬.

Rasul bersabda :Sebaikbaik harta yang soleha adalah yang dimiliki oleh
orang yang soleh. HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16
hadits 17763 dan sohih Ibnu Hibban 8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini adalah
sohih.

E. Kewajiban Mencari Nafkah

Tidak dapat diingkari bahwa harta sangat berguna buat manusia, bahkan
bukan hanya untuk kehidupannya di dunia, tetapi juga untuk kepentingan di
akhirat. Kepentingan di dunia maksudnya seperti untuk makan, minum,
pakaian, rumah tempat tinggal, biaya pengobatan, pendidikan dan sebagainya.
Sedangkan kepentingan akhirat maksudnya seperti untuk bisa kita berinfak,
berzakat, berwakaf, menunaikan ibadah haji dan sebagainya.

Menurut Syarifudin & Amir (2003), dalam mencari dan memprolaeh


harta Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan
memperoleh harat selama yang denikian tetap dilakukan dalam prinsip umum
yang berlaku, yaitu halal dan baik. Hal ini berarti Islam tidak melarang
seseorang untuk mencari kekayaan sebanyak mungkin. Karena bagaimanapun
yang menentukan kekayaan yang dapat diperoleh seseorang adalah Allah swt.
sendiri. Di samping itu, dalam pandangan Islam harta itu bukanlah tujuan,
tetapi, merupakan alat untuk menyempurnakan kehidupan dan untuk
mencapai keridhaan Allah.

7
Oleh sebab itu manusia diperintahkan untuk bekerja keras atau berusaha
dalam rangka mencari harta buat kebahagiaannya dunia akhirat. Hal ini antara
lain difahami dari Firman Allah pada Surat Al-Mukminun ayat 3 dan 4 yang
berbunyi:

Artinya:

“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan


perkataan) yang tiada berguna”.“Dan orang-orang yang menunaikan zakat”

Dan Firman Allah pada Surat Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”

F. Sikap Terhadap Harta Dan Jabatan

Harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT, maka
kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib
berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita
sebagai bahagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang
jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus
ambisus untuk memperolehnya.

Menurut Rasyid & Sulaiman (1990), Khalifah itu wajib menjalankan


hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal dirinya sendiri maupun
terhadap jalannya pemerintahan.

Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi


misi yang maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan,

8
dengan ketentuan bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya,
sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yang tidak punya kompetensi
atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh,
sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-
Ahzab ayat 72 :

Artinya:

54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-
cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".

55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);


Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan".

Artinya:

72. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. SesungguhnyamanusiaituAmatzalim dan Amat bodoh”.

G. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan


bahkan didayagunakan di Jalan alah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh
tanggung jawab dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta
misalnya hendaklah digunakan selain untuk kemaslahatan kehidupan duniawi,
juga harus digunakan sebagai infak atau belanja untuk akhirat.
Sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Munafiqun ayat 10 :”dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya

9
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk
orang-orang yang saleh?"

Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka


kebaikan/pahalanya akan mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset
yang permanen, terutama bila yang dibelanjakan itubertahan lama zatnya atau
yang disebut sebagai wakaf, ini sesuai dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi:

َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


َ َ‫ ا ْنق‬، ُ‫ " إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َسان‬:‫ال‬
‫ط َع‬ َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
‫ح يَ} ْدعُو لَ}هُ "[تعلي}}ق المحق}}ق] إس}}ناده‬ َ ‫ أَوْ َولَ ٍد‬،ُ‫ص َدقَ ٍة تَجْ ِري لَه‬
ٍ ِ‫ص}ال‬ َ ْ‫ أَو‬،‫ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬:‫ث‬ٍ ‫َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل‬
‫صحيح‬

Artinya:

Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia


telah meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal,
yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak
soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi.
(SunanDarimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di
hari akhirat kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:

13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya


(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya
pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.

34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta


pertanggunganjawabnya.

10
11

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan
jabatan adalah hal yang menjadi prioritas manusia disunia, namun kembali
pada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat.
Bekerjalah untuk tetap dapat hidup didunia menambah amalan diakhirat
kelak. Karena harta dan jabatan adalah amanah dari yang maha kuasa.

H. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk


menunjang pembelajaran menganai harta dan jabatan dalam konteks Islam
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, M.Z. (2015). Perancang Pembahagian Harta Semassa Hidup dalam Islam :
Konsep dan Kepentingannya. Jurnal GJAT. Vol.5 ISSUE 1.

Ghazaly, dkk. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana. Hlm 17

Muslich, Ahmad Wardi. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 67

Rasjid, Sulaiman. 1990. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru

Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh, Bogor:Kencana. Hlm 182.

12

Anda mungkin juga menyukai