150710101601
150710101602
3. Riska Rahmawati
4. Nurul Khayyud D.
5. Ana Masfurotin N.
152110101165
152110101231
152110101260
HALAMAN JUDUL
150710101601
150710101602
3. Riska Rahmawati
4. Nurul Khayyud D.
5. Ana Masfurotin N.
152110101165
152110101231
152110101260
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Paradigma Secara Umum...........................................................2
2.2 Pengertian Pancasila Sebagai Paradigma.....................................................2
PENUTUP..............................................................................................................15
Simpulan.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi atau pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan
kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung
menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau
penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya
kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan
atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang
menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
yaitu sila pancasila.
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersama-sama batang tubuh UUD 1945. Sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai
dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan
direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat
itu.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya diantaranya bidang politik,
bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum, bidang kehidupan antar
umat beragama, dan bidang IPTEK. Selain itu, Pancasila juga dimaksudkan
sebagai paradigma global, paradigma reformasi, dan paradigma kehidupan
kampus.
3.
4. PEMBAHASAN
5.
14.
Hal ini dalam kapasitansnya tujuan Negara hukum formal
adapun rumusan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa hal ini dalam pengertian Negara hukum material, yang
secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional.
Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum)
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
15.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa
dalam segala aspek pembangunan nasional harus mendasarkan pada
hakikat nilai-nilai Pancasila. Kemudian, pada gilirannya, pembangunan
nasional dijabarkan dalam berbagai bida pembangunan, antara lain bidang
politik, eonomi, social, budaya, hukum, kehidupan antar ummat beragama
dan ipteks
16. 2.2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
17.
Sistem politik Negara harus didasarkan pada tuntutan hak
dasar kemanusiaan (hak asasi manusia). Pembangunan dan pengembangan
bidang politik harus berdasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini
didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
negara. Oleh karena itu kehidupan politik dalam Negara harus benar-benar
untuk merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
18.
Sila-sila dalam Pancasila tersusun atas urut-urutan
sistematis. Dalam politik, negara harus berdasarkan pada kerakyatan (Sila
IV). Adapun pengembangan dan aktualisasi politik Negara secara berturutturut berdasarkan pada moral ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (Sila
II), dan moral persatuan (Sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan
politik Negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama harus
berdasarkan moral keadilan (Sila V).
19. 2.2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Ekonomi
20.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada Sila Keempat Pancasila, sementara pengembangan ekonomi
lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan
demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan
atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar kemakmuran/
kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian
nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi
yang seperti selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi
besar/konglomerat).
21.
Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma
maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan kebudayaan
lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan
setiap insan harus dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala
tantangan dan hambatan serta dapat membangun dirinya sendiri menjadi
masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif, dan mencapai kemajuan
kehidupan yang beradab
27. 2.2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Hukum
28.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki
sebuah konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok
materi-muatan konstitusi, yaitu:
a. adanya perlindungan terhadap HAM,
b. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan
yang juga mendasar.
29.
Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat
rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD
1945 atau merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang
demikian, ia mengandung segipositif dan segi negatif. Segi positifnya,
Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara), segi negatifnya,
Pembukaan dapat diubah oleh MPRsesuai dengan ketentuan Pasal 37
UUD 1945.
30.
Hukum tertulis seperti UUDtermasuk perubahannya,
demikian juga UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus
mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara). Dalam
kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum,
hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk
tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
31.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan
harus merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter
produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan
perwujuan aspirasi rakyat).
32. 2.2.6
Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang
Kehidupan Antar Umat Beragama
33.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa wajb
untuk beribadah kepada-Nya. Namun demikian, Tuhan enghendaki manusia
untuk hidup saling menghormati karena Tuhan menciptakan manusia lakilaki dan perempuan yang kemudian berkelompok-kelompok tadak lain untuk
saling hidup damai yang berkemansiaan. Negara telah menjamin kebebasan
warganya untuk memluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan
kepercayaan masing-masing. Dalam pengertian inilah Negara menegaskan
dalam Pokok Pikiran ke IV bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini berarti
bahwa kehidupan dalam Negara berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
34.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang
fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Idonesia, Dalam pengertian ini maka negara
menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa "Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa", atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab".
Ini berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara
Indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain
perkataan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Oleh karena itu
kehidupan beragama dalam Negara Indonesia harus dikembangkan ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai
berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
35. 2.2.7 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Iptek
36.
Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabatnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani)
meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah
manusia yang berhubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis,
dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensial dari Iptek
adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakikatnya
terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilainilai bagi pengembangan Iptek.
37.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemausiaan yang adil dan beradab.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengkomplemntasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa, dan
kehendak. Berdasarkan sila ini, Iptek tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan tetapi juga mempertimbangkan
maksudnya dan akibatnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila ini
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan
seebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.
38.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasardasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat
beradab. Sila persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Sila Kerakyatan
yang dpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakian
mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Sila Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pengembangan Iptek harus
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, dengan
Tuhannya, dengan manusia lainnya, dengan masyarakat bangsa dan Negara,
serta dengan alam lingkungannya. Jadi, pada hakikatnya sila-sila Pancasila
harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir, serta basis moralitas bagi
pengembang Iptek.
39. 2.2.8 Pancasila Sebagai Paradigma Global
40.
Globalisasi berasal dari kata Global yang artinya secara
umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar bersangkut paut dan
meliputi seluruh dunia. Mengglobal berarti meluas ke seluruh dunia atau
mendunia, dan akhirnya menjadi globalisasi yang artinya proses masuknya
ke ruang lingkup dunia.
41.
Globalisasi adalah meningkatnya saling keterkaitan di
antara berbagai belahan dunia melalui terciptanya proses ekonomi,
lingkungan, politik, dan perubahan kebudayaan. Globalisasi merupakan
salah satu hal yang harus dihadapi oleh berbagai bangsa di dunia, termasuk
Indonesia. Sebagai anggota masyarakat dunia, Indonesia pasti tidak dapat
dan tidak akan menutupi diri dari pergaulan internasional, karena antara
negara satu dan negara lainnya pasti terjadi saling ketergantungan.
42.
Adapun peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia yang
meningkatkan proses globalisasi antara lain:
1. Ekspansi negara-negara Eropa ke belahan dunia lain.
2. Munculnya kolonialisme dan imperialisme.
3. Revolusi industri yang dapat mendorong pencarian barang hasil produksi.
4. Pertumbuhan kapitalisme, yaitu sistem dan paham ekonomi yang
modalnya bersumber dari modal pribadi atau modal perusahaan swasta
dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas.
5. Meningkatnya telekomunikasi dan transportasi berkat ditemukannya
telepon genggam dan alat transportasi yang canggih pasca Perang Dunia
II.
43.
Faktor-faktor pendorong globalisasi antara lain :
1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Diterapkannya perdagangan bebas.
3. Meningkatnya hubungan antar negara
4. Tujuan globalisasi ada tiga macam, yaitu:
5. Mempercepat penyebaran informasi.
diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama
maupun orde baru.
62.
Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan
merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta
platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah
yang merupakan paradigma reformasi total tersebut.
63. 2.2.9.1. Gerakan Reformasi
64.
Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka
Panjang II Pelita ke tujuh bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat,
yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Sistem politik
dikembangkan kearah sistem Birokratik Otoritarian dan suatu sistem
Korporatik. Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan
partisipasi didalam pembuatan keputusan-keputusan nasional yang berada
hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer,
kelompok cerdik cendikiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik dan
bekerjasama dengan mayarakat bisnis internasional.
65.
Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai
dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang
kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan
pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie
inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan
rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama
perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan
reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih
mendasar reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi
negara yaitu pada susunan DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus
dilakukan melalui Pemilu secepatnya.
66. 2.2.9.2 Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
67.
Arti Reformasi secara etimologis berasal dari kata
reformation dengan akar kata reform yang artinya make or become better
by removing or putting right what is bad or wrong. Secara harfiah
reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicitacitakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi
nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan
semangat UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan
reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan
kesatuan bangsa.
68. 2.2.9.3 Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi
69.
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus
tetap diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan
cita-cita dan ideologi sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka
suatu reformasi akan mengarah pada
suatu disintegrasi,
anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan
negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif Pancasila pada
hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
70.
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang
reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu
menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi
perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaankebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat.
71. 2.2.10 Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
72. 2.2.10.1 Pengertian Perguruan Tinggi
73.
Perguruan tinggi adalah tempat hunian atau perkampungan
masyarakat ilmiah atau masyarakat intelektual, maka harus mengamalkan
budaya akademik ,tidak terjebak dalam politik peraktis atau legitimasi
kepentingan penguasa. Masyarakat kampus harus berpegang pada
komitmen moral yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan,
bertanggungjawab secara moral, bertanggungjawab terhadap bangsa dan
negara era-an serta mengabdi untuk kesejahteraan kemanusiaan.
74.
a. Tugas Pokok Perguruan Tinggi
75.
Perguruan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat
bukanlah menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat
institusi dalam masyarakat memiliki ciri khas tersendiri disamping lapisanlapisan masyarakat lainnya. Warga dari perguruan tinggi adalah insaninsan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah.
82. 2.2.10.2 Nilai-Nilai Pancasila yang Harus Ditanamkan dalam
Kehidupan Kampus.
83.
Karena begitu besar peranan kampus dalam perkembangan
bangsa Indonesia ini, maka harus ditanamkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan kampus seperti :
1) Di kampus tersedia sarana dan prasarana untuk beribadah bagi sivitas
akademika, serta adanya kesempatan bagi sivitas akademika unuk
beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Semua mahasiswa
memperoleh hak mereka untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dipeluknya guna mempertebal iman dan ketaqwaan
meraka.
2) Dikembangkan rasa persamaan derajat, persamaan ha dan kewajiban asasi
setap sivitas akademika tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
jenis kelamin, kedudukan social, dan sebagainya
3) Dikembangan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, rasa bangga
terhadap bangsa Indonesia, rasa persatuan Indonesia, dan kerelaan untuk
berkorban untuk bangsa dan Negara.
4) Dikembangkan nilai-nilai demokrasi di ampus, seperti tidak adanya
pemaksaan kehendak, anti kekerasan, konstitusional, perkuliahan yang
demokratis, kebebasan mimbar akademik dan sebagainya.
5) Dikembangkan kewirausahaan bagi mahasiswa, suka bekerja keras,
menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat, suka menolong orang lain dan sebagainya.
84.
85.
86.
PENUTUP
87.
88. Simpulan
89.
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai
paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Karena Pancasila mempunyai peran yang sangat
penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial
budaya, dan juga pembangunan
90.
Pancasila sebagai paradigma bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara
utamanya para penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan
kebijakan, melaksanakan kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam
menghadapi berbagai dinamika perubahan.
91.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di
bidang hukum, politik, ekonomi dan bidang pendidikan tidak mungkin dilakukan
dengan pemikiran secara teori namun haruslah mendasar dan memiliki landasan
yang mana bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
92.
Berdasarkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan individu,
masyarakat dalam pergaulannya berbangsa dan bernegara harus melaksanakan
hak dan kewajibansesuai tugas dan fungsinya. Maka diperlukan aturan yang
menjadi acuan dalam bertingkah laku yaitu Pancasila.
93.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pancasila dalam kehidupan kampus dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di lingkungan kampus. Adapun contoh bentuk
implementasi Pancasila dalam kehidupan kampus seperti kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, otonomi keilmuan, hingga peran mahasiswa di
masyarakat.
94.
95.
DAFTAR PUSTAKA
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.