Anda di halaman 1dari 22

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

Materi Diskusi Kuliah Pendidikan


Pendidikan Pancasila Rabu, Pukul 14.20
Ruang 08 Gd. Soejarwo
Oleh :
Kelompok 10
1. Afifah Salshabilla
2. Syavira Kurnia Dewi

150710101601
150710101602

3. Riska Rahmawati
4. Nurul Khayyud D.
5. Ana Masfurotin N.

152110101165
152110101231
152110101260

UNIT PELAKSANA TEKNIS


BIDANG STUDI MATAKULIAH UMUM
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GASAL 2015-2016

HALAMAN JUDUL

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

Materi Diskusi Kuliah Pendidikan


Pendidikan Pancasila Rabu, Pukul 14.20
Ruang 08 Gd. Soejarwo
Oleh :
Kelompok 10
1. Afifah Salshabilla
2. Syavira Kurnia Dewi

150710101601
150710101602

3. Riska Rahmawati
4. Nurul Khayyud D.
5. Ana Masfurotin N.

152110101165
152110101231
152110101260

UNIT PELAKSANA TEKNIS


BIDANG STUDI MATAKULIAH UMUM
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GASAL 2015-2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
KATA PENGANTAR...............................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Paradigma Secara Umum...........................................................2
2.2 Pengertian Pancasila Sebagai Paradigma.....................................................2
PENUTUP..............................................................................................................15
Simpulan.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi atau pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 13 November 2015


Penyusun
Kelompok 10

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan
kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung
menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau
penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya
kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan
atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang
menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
yaitu sila pancasila.
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersama-sama batang tubuh UUD 1945. Sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai
dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan
direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat
itu.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus
kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya diantaranya bidang politik,
bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum, bidang kehidupan antar
umat beragama, dan bidang IPTEK. Selain itu, Pancasila juga dimaksudkan
sebagai paradigma global, paradigma reformasi, dan paradigma kehidupan
kampus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma pengembangan IPTEK?
2. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma pembangunan
POLEKSOSBUD?
3. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma global?
4. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma reformasi?
5. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus?

1.3. Tujuan Penulisan


1) Mengetahui pengertian paradigma.
2) Mengetahui pancasila sebagai paradigma kehidupan Bangsa Indonesia
ditinjau dari bidang ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial
dan budaya.

3) Mengetahui pancasila sebagai paradigma global, reformasi dan kehidupan


kampus.

1.4. Manfaat Penulisan


Bagi penyusun, manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyelesaikan tugas mandiri kelompok secara terstruktur
2. Dapat memenuhi tuntutan studi mandiri dalam mempelajari materi mata
kuliah pendidikan pancasila tentang Pancasila sebagai paradigma
kehidupan berbangsa dan bernegara serta paradigma reformasi, global dan
kehidupan kampus.
3. Dapat menambah pengetahuan mengenai materi Pancasila sebagai
paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara serta paradigma reformasi,
global dan kehidupan kampus.
Bagi pembaca :
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai materi Pancasila sebagai
paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara serta paradigma reformasi,
global dan kehidupan kampus.
2. Dapat menjadi sumber rujukan bagi studi pustaka mengenai materi
Pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara serta
paradigma reformasi, global dan kehidupan kampus.

3.

4. PEMBAHASAN
5.

6. 2.1 Pengertian Paradigma Secara Umum


7. Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia dunia
ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengn filsafat ilmu pengetahuan.
Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir untuk
melihat suatu permasalahan. Pengertian paradigma berkembang dari definisi
paradigma pengetahuan yang dikembangkan oleh Thomas Kuhn dalam
rangka menjelaskan cara kerja dan mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu alam. Paradigma pengetahuan merupakan perspektif
intelektual yang dalam kondisi normal memberikan pedoman kerja terhadap
ilmuwan yang membentuk masyarakat ilmiah dalam disiplin tertentu.
8. Secara terminologis, tokoh yang mengembangkan istilah tersebut
dalam dunia ilm pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang
berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970 : 49). Intisari pengertian
paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis
yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu
sumbr hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.
9.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis. Hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam
perkembangannya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar
ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada. Jika
demikian, maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta
asumsi teoritis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan
kembali mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu sendiri.
10.
Istilah paradigma kemudian berkembang dalam berbagai
bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain. Dalam masalah yang
populer, istilah paradigma berkembang menjadi terminology yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka piker, orientasi
dasar, sumber asas, serta tujuan dari suatu perkembangan dan perubahan
dalam bidang pembangunan, reformasi, dan pendidikan

11. 2.2 Pengertian Pancasila Sebagai Paradigma


12. 2. 2. 1 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
13.
Bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional
untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Hal ini sebagai perwujudan praktis dalam meningkatkan harkat
dan martabatnya. Tujuan Negara yang tertuang pada Pembukaan UUD
1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

14.
Hal ini dalam kapasitansnya tujuan Negara hukum formal
adapun rumusan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa hal ini dalam pengertian Negara hukum material, yang
secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional.
Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum)
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
15.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa
dalam segala aspek pembangunan nasional harus mendasarkan pada
hakikat nilai-nilai Pancasila. Kemudian, pada gilirannya, pembangunan
nasional dijabarkan dalam berbagai bida pembangunan, antara lain bidang
politik, eonomi, social, budaya, hukum, kehidupan antar ummat beragama
dan ipteks
16. 2.2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
17.
Sistem politik Negara harus didasarkan pada tuntutan hak
dasar kemanusiaan (hak asasi manusia). Pembangunan dan pengembangan
bidang politik harus berdasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini
didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
negara. Oleh karena itu kehidupan politik dalam Negara harus benar-benar
untuk merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
18.
Sila-sila dalam Pancasila tersusun atas urut-urutan
sistematis. Dalam politik, negara harus berdasarkan pada kerakyatan (Sila
IV). Adapun pengembangan dan aktualisasi politik Negara secara berturutturut berdasarkan pada moral ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (Sila
II), dan moral persatuan (Sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan
politik Negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama harus
berdasarkan moral keadilan (Sila V).
19. 2.2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Ekonomi
20.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada Sila Keempat Pancasila, sementara pengembangan ekonomi
lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan
demikian subjudul ini menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan
atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar kemakmuran/
kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian
nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi
yang seperti selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi
besar/konglomerat).
21.
Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup

koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama


pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan
yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
22.
Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan
program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang
lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu
memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil,
demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan,
Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan
pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau
meningkatkan kepastian hukum.
23. 2.2.4 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Sosial
Budaya
24.
Pembangunan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya
yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Prinsip etika Pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistis, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua Pancasila
yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam rangka pengembangan
sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran dapat mendorong untuk
universalitas (melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur) dan
transedentalisasi (meningkatkan derajat kemerdekaan manusia kebebasan
spiritual). Dengan demikian, proses humanisasi universal akan dehumanisasi
serta aktualisas nilai hanya demi kepentingan kelompok sosial tertentu
sehingga menciptakan system sosial budaya yang beradab.
25.
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi
harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di
seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan
kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka
merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian,
pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
26.
Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi
dengan berpikir tentang masalah persatuan dan kesatuan bangsa. Negara
harus menjalankan pemerintahan yang serba efektif harus menghilangkan

mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma
maupun pengembangan iptek dengan melalukan pemberdayaan kebudayaan
lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan
setiap insan harus dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala
tantangan dan hambatan serta dapat membangun dirinya sendiri menjadi
masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif, dan mencapai kemajuan
kehidupan yang beradab
27. 2.2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Hukum
28.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki
sebuah konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok
materi-muatan konstitusi, yaitu:
a. adanya perlindungan terhadap HAM,
b. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan
yang juga mendasar.
29.
Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat
rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD
1945 atau merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang
demikian, ia mengandung segipositif dan segi negatif. Segi positifnya,
Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara), segi negatifnya,
Pembukaan dapat diubah oleh MPRsesuai dengan ketentuan Pasal 37
UUD 1945.
30.
Hukum tertulis seperti UUDtermasuk perubahannya,
demikian juga UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus
mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara). Dalam
kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum,
hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk
tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
31.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan
harus merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter
produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan
perwujuan aspirasi rakyat).
32. 2.2.6
Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang
Kehidupan Antar Umat Beragama
33.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa wajb
untuk beribadah kepada-Nya. Namun demikian, Tuhan enghendaki manusia

untuk hidup saling menghormati karena Tuhan menciptakan manusia lakilaki dan perempuan yang kemudian berkelompok-kelompok tadak lain untuk
saling hidup damai yang berkemansiaan. Negara telah menjamin kebebasan
warganya untuk memluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan
kepercayaan masing-masing. Dalam pengertian inilah Negara menegaskan
dalam Pokok Pikiran ke IV bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini berarti
bahwa kehidupan dalam Negara berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
34.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang
fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Idonesia, Dalam pengertian ini maka negara
menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa "Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa", atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab".
Ini berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara
Indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain
perkataan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Oleh karena itu
kehidupan beragama dalam Negara Indonesia harus dikembangkan ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai
berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
35. 2.2.7 Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Iptek
36.
Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabatnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani)
meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah
manusia yang berhubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis,
dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensial dari Iptek
adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakikatnya
terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilainilai bagi pengembangan Iptek.
37.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemausiaan yang adil dan beradab.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengkomplemntasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa, dan
kehendak. Berdasarkan sila ini, Iptek tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan tetapi juga mempertimbangkan
maksudnya dan akibatnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila ini
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan
seebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.

38.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasardasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat
beradab. Sila persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Sila Kerakyatan
yang dpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakian
mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Sila Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pengembangan Iptek harus
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, dengan
Tuhannya, dengan manusia lainnya, dengan masyarakat bangsa dan Negara,
serta dengan alam lingkungannya. Jadi, pada hakikatnya sila-sila Pancasila
harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir, serta basis moralitas bagi
pengembang Iptek.
39. 2.2.8 Pancasila Sebagai Paradigma Global
40.
Globalisasi berasal dari kata Global yang artinya secara
umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar bersangkut paut dan
meliputi seluruh dunia. Mengglobal berarti meluas ke seluruh dunia atau
mendunia, dan akhirnya menjadi globalisasi yang artinya proses masuknya
ke ruang lingkup dunia.
41.
Globalisasi adalah meningkatnya saling keterkaitan di
antara berbagai belahan dunia melalui terciptanya proses ekonomi,
lingkungan, politik, dan perubahan kebudayaan. Globalisasi merupakan
salah satu hal yang harus dihadapi oleh berbagai bangsa di dunia, termasuk
Indonesia. Sebagai anggota masyarakat dunia, Indonesia pasti tidak dapat
dan tidak akan menutupi diri dari pergaulan internasional, karena antara
negara satu dan negara lainnya pasti terjadi saling ketergantungan.
42.
Adapun peristiwa-peristiwa dalam sejarah dunia yang
meningkatkan proses globalisasi antara lain:
1. Ekspansi negara-negara Eropa ke belahan dunia lain.
2. Munculnya kolonialisme dan imperialisme.
3. Revolusi industri yang dapat mendorong pencarian barang hasil produksi.
4. Pertumbuhan kapitalisme, yaitu sistem dan paham ekonomi yang
modalnya bersumber dari modal pribadi atau modal perusahaan swasta
dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas.
5. Meningkatnya telekomunikasi dan transportasi berkat ditemukannya
telepon genggam dan alat transportasi yang canggih pasca Perang Dunia
II.
43.
Faktor-faktor pendorong globalisasi antara lain :
1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Diterapkannya perdagangan bebas.
3. Meningkatnya hubungan antar negara
4. Tujuan globalisasi ada tiga macam, yaitu:
5. Mempercepat penyebaran informasi.

6. Mempermudah setiap orang memenuhi kebutuhan hidup.


7. Memberi kenyamanan dalam beraktifitas.
44.
Globalisasi memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia,
yaitu kita dapat mengambil manfaat dari globalisasi dan menerapkannya di
Indonesia. Manfaat globalisasi antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, mempermudah arus modal dari negara lain, dan meningkatkan
perdagangan internasional.
45.
Globalisasi memiliki nilai-nilai positif namun juga
memiliki nilai-nilai negatif. Untuk menyaring nilai-nilai negatif maka kita
harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila
sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia. Jika kita mengambil
nilai-nilai negatif globalisasi, maka yang akan terjadi adalah kaburnya jati
diri bangsa Indonesia dan masuknya kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
46.
Pancasila sangat mungkin mampu menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian faktor
manusia baik penguasa maupun rakyatnya, sangat menentukan dalam
mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam menyekesaikan berbagai
masalah. Sebaik apapun sebuah ideologi tanpa didukung oleh sumber daya
manusia yang baik, hanyalah angan-angan belaka.
47.
Pancasila sekarang dan dimasa-masa yang akan datang
penting bagi paradigma kearah pembangunan yang baik di segala bidang
kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius,
ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidaritas yang tinggi,
akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasannya.
48. 2.2.8.1 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nilai Pancasila
49.
Perkembangan paradigma global dunia dipengaruhi oleh
dua paradigma besar yaitu liberalisme dan komunisme. Liberalisme adalah
paham yangmenitikberatkan pada individu yang berarti memberikan
kebebasan seluas-luasnya bagi individu dan tidak boleh ada yang
membatasi kebebasan tersebut. Sedangkan komunisme adalah paham yang
menitikberatkan pada negara yang berarti negara diberikan kekuasaan
untuk mengatur kehidupan negara.
50.
Dalam perkembangannya pancasila mengalami beberapa
tantangan serius dari kedua ideologi besar ini. Paradigma pancasila
merupakan jawaban terbaik atas perseteruan kedua ideologi tersebut
dimana tujuan utamanya adalah welfare state yang bertujuan untuk
terciptanya welfare society.
51.
Seperti yang telah kita ketahui saat ini, Pancasila telah
berkurang kesakralannya. Berbagai pengaruh budaya asing telah
menggeser nilai-nilai dari Pancasila. Saat ini Pancasila semakin terlihat
sebagai simbol saja. Seharusnya pada era baru dan globalisasi ini

Pancasila menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia. Apabila


Pancasila semakin luntur, maka hilanglah pula jati diri bangsa kita ini.
52.
Globalisasi juga berkaitan erat dengan perkembangan
IPTEK. Dalam pancasila mengandug hal-hal yang penting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Berkaitan dengan sila ketuhanan yang
maha esa mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk yang
mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup
maupun yang tidak hidup tantangan yang muncul adalah kekerasan agama
yang akhir-akhir ini terjadi sekularisme yang muncul di kalangan
masyarakat. Tantangan terhadap Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah mulai maraknya kekerasan yang muncul di kalangan masyarakat
seperti geng motor di banyak daerah. Sila Persatuan Indonesia
mengingatkan kita untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
namun dengan munculnya hedonisme, individualisme mengakibatkan
persatuan kita terancam. konflik Aceh, Papua yang sering terjadi
mengancam disintergrasi bangsa dan harus segera diseleseikan. Sila
Keadilan Sosial memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan
perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan, perolehan hasil dan pemikulan
risiko dengan memaksimalkan kelompok-kelompok minimum.
53.
Contoh lainnya yaitu lunturnya sila keempat Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Maraknya korupsi di Indonesia merupakan bukti lunturnya
sila keempat tersebut. Salah satu arti dari sila tersebut bahwa pemerintah
harusnya mendahulukan kepentingan rakyat dan negara. Akan tetapi
pemerintah sekarang justru mengutamakan kepentingan pribadi. Memakai
dana dari negara yang seharusnya untuk rakyat dipakai untuk kepentingan
pribadi masing-masing sehingga merugikan rakyat.seharusnya pemerintah
harus menjadi good Goverance yang artinya terjadi hubungan timbal balik
antara negara dan rakyat bukan hubungan ekspoloitatif.
54.
Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat yang
sangat penting artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan
taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar
Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di
Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara
disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi
mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat
dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan
kesejahteraan dalam kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.
55.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan
fungsinya sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan bagi bangsa

Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapat disebut pula sebagai


ideologi nasional atau ideologi Negara. Jika terjadi kesenjangan dalam
kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, rakyat Indonesia harus
kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan
keluarnya dan menyelesaikan permasalahannya. Pancasila diharapkan
dapat menjadi tumpuan dan referensi untuk membangun tatanan
masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan sosial budaya.
56. 2.2.8.2 Mempertahankan Nilai Pancasila di Era Globalisasi
57.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah
ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai
tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Pancasila
harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar
negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati
untuk bangsa Indonesia.
58.
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa adalah dengan adanya bangsa
Indonesia yang berada di pusaran arus globalisasi dunia. Yang terpenting
bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak boleh kehilangan jati diri,
meskipun hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di
atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,
tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing
dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah
jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
59.
Dalam arus globalisasi saat ini tidak ada lagi batasanbatasan yang jelas dalam rakyat dan bangsa Indonesia untuk membuka diri
terhadap dunia. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sikap bangsa Indonesia
yang dengan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu, islam,
serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme pada
jaman dahulu. Sehingga bukan tidak mungkin apabila wujud kolonialisme
saat ini dapat berupa penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak
berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi
60. 2.2.9 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
61.
Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu
menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya
masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat
kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang
demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral
kemanusiaan dan beradab. Pada hakikatnya reformasi adalah
mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber nilai yang merupakan
platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini

diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama
maupun orde baru.
62.
Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan
merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta
platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah
yang merupakan paradigma reformasi total tersebut.
63. 2.2.9.1. Gerakan Reformasi
64.
Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka
Panjang II Pelita ke tujuh bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat,
yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga
menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Sistem politik
dikembangkan kearah sistem Birokratik Otoritarian dan suatu sistem
Korporatik. Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan
partisipasi didalam pembuatan keputusan-keputusan nasional yang berada
hampir seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer,
kelompok cerdik cendikiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik dan
bekerjasama dengan mayarakat bisnis internasional.
65.
Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai
dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang
kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan
pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie
inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan
rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama
perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan
reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih
mendasar reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi
negara yaitu pada susunan DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus
dilakukan melalui Pemilu secepatnya.
66. 2.2.9.2 Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
67.
Arti Reformasi secara etimologis berasal dari kata
reformation dengan akar kata reform yang artinya make or become better
by removing or putting right what is bad or wrong. Secara harfiah
reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicitacitakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi

nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan
semangat UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara Indonesia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan
reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan
kesatuan bangsa.
68. 2.2.9.3 Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi
69.
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus
tetap diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan
cita-cita dan ideologi sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka
suatu reformasi akan mengarah pada
suatu disintegrasi,
anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan
negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif Pancasila pada
hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
70.
Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang
reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu
menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat. Dalam mengantisipasi
perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali kebijaksanaankebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat.
71. 2.2.10 Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
72. 2.2.10.1 Pengertian Perguruan Tinggi
73.
Perguruan tinggi adalah tempat hunian atau perkampungan
masyarakat ilmiah atau masyarakat intelektual, maka harus mengamalkan
budaya akademik ,tidak terjebak dalam politik peraktis atau legitimasi
kepentingan penguasa. Masyarakat kampus harus berpegang pada
komitmen moral yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan,
bertanggungjawab secara moral, bertanggungjawab terhadap bangsa dan
negara era-an serta mengabdi untuk kesejahteraan kemanusiaan.
74.
a. Tugas Pokok Perguruan Tinggi
75.
Perguruan tinggi sebagai institusi dalam masyarakat
bukanlah menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat

melainkan, senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat.


Pendidikan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut tridharma
perguruan tinggi, yang meliputi:
76.
1) Pendidikan tinggi
77.
Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas
sebagai dharma yang pertama yaitu melaksanakan pendidikan untuk
menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumberdaya manusia yang
berkualitas, maka tugas perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
a. menyiapkan peserta didik menjadi seorang anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
b. Mengembangan dan atau memperluas imu pengetahuan, teknologi
dan kesenian serta mengutamakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional. Sebagai bangsa yang memiliki pandangan
hidup pancasila intelektual produk perguruan tinggi berupaya untuk
mewujudkan sumberdaya intelektual yang bermoral ketuhanan dan
kemanusiaan. Oleh karena itu, pengembangan ilmu di perguruan
tinggi bukanlah value free, melainkan senantiasa terikat nilai yaitu
nilai ketuhanan dan kemanusian.
78. 2) Penelitian
79.
Inovasi yang paling bersifat vital di perguruan tinggi adalah
penelitian ilmiah. Penelitian inilah yang merupakan misi perguruan tinggi
yang merupakan dharma kedua dari perguruan tinggi. Berdasarkan hal
tersebut maka yang dimaksud penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang
taat kaidah, bersifat objektif dalam upaya untuk menemukan kebenaran
dan atau menyelesaikan msalah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dan atau kesenian. Sebagai nilai yang terkandung dalam pancasila bahawa
intelektual yang melakukan penelitian haruslah bermoral ketuhanan dan
kemanusiaan. Hal ini kebih mempertegas bahwa seorang ilmuwan, peneliti
tidak bersifat bebas nilai melainkan senantiasa berpegang dan mengemban
nilai kemanusiaan yang berpegang dan mengemban pada nilai
kemanusiaan yang didasari nilai Ketuhanan. Dasar nilai yang terkandung
dalam pancasila inilah yang menjiwai moral peneliti, sehingga suatu
penelitian harus bersifat objektif dan ilmiah.
80.
3) Pengabdian masyarakat
81.
Berdasarkan pengabdian masyarakat diatas yang dimaksud
adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan illmu pengetahuan dalam upaya
memberikan sumbangan demi kemajuan masayarakat. Realisasi dharma
ketiga dari tridharma ini dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas,
sifat serta karakteristik bidang ilmu yang akan dikembangkan oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan. Perguruan tinggi sebagai suatu

institusi dalam masyarakat memiliki ciri khas tersendiri disamping lapisanlapisan masyarakat lainnya. Warga dari perguruan tinggi adalah insaninsan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah.
82. 2.2.10.2 Nilai-Nilai Pancasila yang Harus Ditanamkan dalam
Kehidupan Kampus.
83.
Karena begitu besar peranan kampus dalam perkembangan
bangsa Indonesia ini, maka harus ditanamkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan kampus seperti :
1) Di kampus tersedia sarana dan prasarana untuk beribadah bagi sivitas
akademika, serta adanya kesempatan bagi sivitas akademika unuk
beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Semua mahasiswa
memperoleh hak mereka untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dipeluknya guna mempertebal iman dan ketaqwaan
meraka.
2) Dikembangkan rasa persamaan derajat, persamaan ha dan kewajiban asasi
setap sivitas akademika tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
jenis kelamin, kedudukan social, dan sebagainya
3) Dikembangan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, rasa bangga
terhadap bangsa Indonesia, rasa persatuan Indonesia, dan kerelaan untuk
berkorban untuk bangsa dan Negara.
4) Dikembangkan nilai-nilai demokrasi di ampus, seperti tidak adanya
pemaksaan kehendak, anti kekerasan, konstitusional, perkuliahan yang
demokratis, kebebasan mimbar akademik dan sebagainya.
5) Dikembangkan kewirausahaan bagi mahasiswa, suka bekerja keras,
menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat, suka menolong orang lain dan sebagainya.
84.

85.

86.

PENUTUP

87.

88. Simpulan
89.
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai
paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Karena Pancasila mempunyai peran yang sangat
penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial
budaya, dan juga pembangunan
90.
Pancasila sebagai paradigma bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara
utamanya para penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan
kebijakan, melaksanakan kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam
menghadapi berbagai dinamika perubahan.
91.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di
bidang hukum, politik, ekonomi dan bidang pendidikan tidak mungkin dilakukan
dengan pemikiran secara teori namun haruslah mendasar dan memiliki landasan
yang mana bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
92.
Berdasarkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan individu,
masyarakat dalam pergaulannya berbangsa dan bernegara harus melaksanakan
hak dan kewajibansesuai tugas dan fungsinya. Maka diperlukan aturan yang
menjadi acuan dalam bertingkah laku yaitu Pancasila.
93.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pancasila dalam kehidupan kampus dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di lingkungan kampus. Adapun contoh bentuk
implementasi Pancasila dalam kehidupan kampus seperti kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, otonomi keilmuan, hingga peran mahasiswa di
masyarakat.
94.

95.

DAFTAR PUSTAKA
96.

97.

Budiono, K. 2012. Pendidikan Pancasial Untuk Perguruan Tinggi.


Bandung: Alfabeta.

98.

Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

99.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

100.
101.
102.
103.
104.

Anda mungkin juga menyukai