Anda di halaman 1dari 10

SUMBER HUKUM

Sebelum memasuki tentang sumber hukum marilah mengetahui dahulu pengertian Hukum Tata Negara (HTN). Istilah HTN di Inggris adalah Constitutional Law and State Law, Constitutional Law : unsur konstitusi lebih menonjol, State Law : Negara lebih menonjol. Di Perancis dikenal dengan Droit Constittutionel yang dibedakan dengan Droit Administrative. Di Jerman dikenal dengan Verfassungsrecht dan Verwalltungsrecht atau HAN. Definisi HTN : Menurut Van Vollenhoven, HTN mengatur masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya, dan dari masing-masing itu menentukan wilayah tingkatan rakyat dan akhirnya menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu, serta menentukan susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut. Menurut Scholten, HTN adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungannya satu dengan yang lain dan hubunganya denga individu-individu(dalam kegiatanya). Menurut Logeman, HTN adalah hukum yang mengatur organisasi Negara. Jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi, sedangkan fungsi adalah pengertian bersifat sosiologis, karena Negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-fungsi dalam hubungannya satu sama yang lainnya serta keseluruhanya, maka dalam arti yuridis Negara merupakan organisasi dari jabatan-jabatan. Menurut Apeldron, Hukum Negara dalam arti sempit menunjukkan orang-orang yang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas kekuasaanya. Menurut Wolhoff, HTN adalah norma-norma hukum yang mengatur bentuk negara dan organisasi pemerintahannya, susunan dan hak kewajiban organisasi-orgaisasi pemerintahannya. Menurut Kusumadi Pudjo Sewojo, HTN adalah hukum yang mengatur bentuk negara (kesatuan atau federal), dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau republic) yang menunjukkan masyarakat hukum yang atasan maupun yang bawahan beserta tingkatan imbangnya (hirarchie) yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat perlengkapan (yang memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat hukum itu beserta susunan (terdiri dari seorang atau sejumlah orang) dari wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat-alat perlengkapan itu.

SUMBER HUKUM
Di dalam lap. Ilmu pengetahuan Hukum (law Science) yang erat hubunganya dengan membagian hukum (Law Making) dan pelaksanaan hukum (Law enforcement) maka sumber hukum merupakan hal yang penting, harus dipahami, dianalisism jika ada problem bagaimana pemecahannya, sehingga ada keserasian dengan perkembangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Istilah sumber hukum dipakai dalam beberapa pengertian : 1. Menurut Soedirno Mertokusumo. 2. Menurut Mochtar Kusumaatmadja dan Arief Sidharta. 3. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 4. Menurut Joeniarto. a) Sumber hukum sebagai asalnya hukum positif. Wujud konkritnya berupa : Keputusan dari yang berwenang. Untuk mengambil keputusan tentang sesuatu hal. Keputusan dari yang berwenang tadi harus di dasarkan pada adanya kewenangan hukum yang diberikan dalam tata hukum positif ybs. Yang berasal dari kewenangan yang lebih tinggi, demikian seterusnya seperti kepada kewenangan yang tertinggi di dalam tata hukum ybs. Yang berwewenang disini meliputi, Penguasa Negara (Presiden, MA) (hukum public) dan Organisasi atau badan Swasta (Hukum privat), Contoh : P.T. Jika ada keputusan yang berasal dari yang tidak berwenang maka hali ini akan menimbulkan apa yang disebut Penyalah gunaan wewenang (Abus de Poovoir). Hal ini terdiri dari : I. Penyalah gunaan wewenang itu sendiri (detournement de poovoir). Contoh : Mentri Departemen Sosial mendanai untuk social seperti panti asuhan dan panti jompo tapi menyalah gunakan untuk mendanai pertandingan sepak bola. II. Penyalah gunaan wewenang yang menyerobot kewenangan badan lain (Exes de poovoir). Contoh : Mentri Sosial membuat obat sendiri padahal itu adalah kewenangan mentri kesehatan. Kemudian : - Pada dasarnya organisasi atau badan itu mememang memiliki wewenang, tapi dia menggunakan wewenang tersebut menyimpang dari batas-batas wewnang yang diberikan oleh hukum yang berlaku. - Pada dasarnya organisai atau badan tersebut tidak memiliki wewenang itu. b) Sumber hukum sebagai tempat diketemukannya aturan dan ketentuan-ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis. c) Sumber hukum sebagai hal yang seharusnya menjadi isi hukum positif, artinya : hal-hal yang harus dijadikan pengertian oleh penguasa yang berwenang dalam menentukan isi hukum positif yaitu faktor-faktor :

I.

II.

III.

Filosofis, agar penguasa yang berwenang didalam menentukan isi hukum positif memperhatikan faktor filosofis. Misalnya : Pandangan tentang kebenaran, rasa keadilan, rasa keinginan dan sebagainya yang tumbuh dikalangan masyarakat atau para penguasa itu sendiri. Historis, agar penguasa memperhatikan faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan masyarakatnya yang nanti akan dijadikan daerah berlakunya hukum positif (yurisdiksi). Sosiologis, agar memperhatikan faktor-faktor politik,ekonomi, sosial, budaya, agama, hubungan Internasionali dan sebagainya.

Menurut Usep Ranawidjaya :


Sumber hukum dalam arti formil (kenborn) adalah sumber hukum yang dikenal dari bentuknya, karena bentuknya secara umum menyebabkan hukum berlaku secara umum, mengikat dan ditaati. Disini suatu kaidah mendapatkan kwalifikasi sebagai kaidah hukum dan oleh yang berwenang ia merupakan pertunjuk hidup dan harus diberi perlindungan. Untuk menetapkan suatu kaidah hukum diperlukan suati badan yang berwenang, kewenangan ini diperoleh dari kewenangan dan yang lebih tinggi. Maka sumber hukum dalam arti formil, merupakan suatu penyelenggara yang bertahap pada tingkatan badan mana suatu kaidah hukum itu dibuat. Sumber hukum dalam arti materiil (wellborn) adalah sumber hukum sebagai penyebab adanya hukum yang menentukan isi hukum dan mengandung arti sebagai hal yang seharusnya dijadikan pertimbangan oleh yang berwenang dalam menentukan isi hukum. Bagi bangsa Indonesia inti dari segala faktor-faktor tersebut adalah Pancasila yang merupakan Staat Fundamental Norm (dasar negara yang fundamental).

Sumber Hukum Tata Negara :


Sumber HTN adalah sumber (asal-muasal) dari mana HTN itu berasal, apa berasal dari bahan tertulis atau tidak tertulis. Menurut Bagir Manan, sumber HTN meliputi : 1) Sumber hukum materiil HTN yaitu, sumber yang menentukan isi kaidah HTN meliputi : - Dasar dan pandangan hidup bernegara. - Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah HTN 2) Sumber hukum formil HTN yaitu, sumber yang dikenal dari bentuknya, meliputi : - Hukum Perundang-undangan ketata negaraan. - Hukum adat ketata negaraan. - Hukum kebiasaan ketata negaraan, (konvensi)/ convention. - Yurispudensi ketata negaran.

- Hukum perjanjian Internasional ketata negaraan (traktat)/ treaty. - Doktir (paham/ajaran) ketata negaraan. Bagi bangsa Indonesia, hukum perundang-undangan ketata negaraan berdasarkan pada tata urut peraturan perundang-undangan yang merupakan hukum formil HTN Indonesia.

Sumber Hukum Formil HTN Indonesia


Dalam tata urutan peraturan perundang-undangan. MEN TAP MPRS XX/ MPRS/1966 UUD 1945 Ketetapan-ketetapan MPR UU/PERPU PP KEPRES Peraturan pelaksanaan lainya : - INPRES - PERMEN - KEPMEN - INSTRUMEN MEN TAP MPR III/MPR/2000 UUD 1945 Ketetapan MPR UU PERPU PP KEPRES MEN UU No. 10 th 2004 UUD 1945 UU/PERP U PP PERPRES PERDA MEN UU No. 12 th 2011

UUD 1945 Ketetapam MPR UU/PERPU (Ps 22) PP(Ps 5(2)) PERPRES PERDA(Provinsi)

PERDA

PERDA Kabupaten/Kota)

UUD
UUD sering disebut juga konstitusi (constitution) = Ground Wet. Menurut Herman Heller pengertian konstitusi lebih luas dari pada UUD karena kosntitusi bersifat, yuridis, sosiologis dan politis. Berbentuk tertulis dan tidak tertulis. UUD hanya merupakan sebagian dari konstitusi yaitu hukum dasar yang tertulis. Sifat UUD adalah : 1. Kumpulan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang pokok-pokok atau dasar-dasar dari pada ketata negaraan suatu negara. 2. Yang dikemas dalam suatu dokumen (kitab hukum). 3. Jika akan mengadakan perubahan, tambahanan-tambahan penyempurnaan dilakukan dengan cara-cara istimewa/berat dibandingkan dengan cara perubahan peraturan lainnya. Jadi UUD merupakan Sumber utama dari norma-norma HTN memuat aturan tentang norma-norma yang mengangkat struktur pemerintahan negara. UUD atau konstitusi harus memenuhi dua syarat (dalam arti yuridis) : - Bentuknya sebagai naskah tertulis, form yang merupakan UUD tertinggi, formil yang berlaku dalam suatu negara.

Isi meruakam peraturan yang bersifat muatan fundamental, yang dikuatkan materiil pokok/asas.

Menurut Kusumadi Pudjosewojo, UUD adalah : 1. Induk dari segala peraturan perundang-undangan dalam negara. 2. Merupakan aturan-aturan pokok yang menentukan : a) Jenis aparat yang seharusnya ada. b) Instansi mana yang berwenang membuatnya. c) Mengubahnya. d) Landasan hukum pembangun peraturan dan berlakunya. UUD sebagai sumber hukum : 1. Mengatur bentuk dan susunan negara. 2. Mengatur alat-alat perlengkapan negara. 3. Mengatur hubungan perlengkapan negara satu sama lain. 4. Mengatur struktur pemerintahan negara(forma regimenis). 5. Mengatur system pemerintahan. 6. Mengatur antara warga negara dengan negara.

KETETAPAN MPR
TAP MPR merupakan konvensi, bentuk TAP MPR didasarkan pada surat Presiden kepada DPR no : 2262/HK/1959, Tanggal 20 Agustus 1959. Surat tersebut berdasarkan Pasal 3 UUD 1945 (sebelum amandemen) MPR menetapkan UUD dan GBHN. Ketetapan MPR terdiri dari 2 jenis : 1. TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislative dilaksanakan dengan UU. 2. TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang exekutif dilaksanakan dengan kepres.

UU/PERATURAN PEMERINTAHAN PENGGANTI UU


UU mengandung 2 pengertian : 1. Dalam arti materiil, merupakan isi semua peraturan yang mempunyai kekuatan mengikat tanpa memperhatikan bentuk dan prosedur pembuatnya. 2. Dalam arti formil, merupakan peraturan menunjuk pada suatu bentuk peraturan atau ketentuan tertentu yang dibua oleh pembentuk uu dengan prosedur tersebut. 3. Dalam arti UU organik, merupakan UU yang melaksanakan perintah langsung dari UUD. Contoh : UU no. 23 th 2003 tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Ps 6 ayat 5) amandemen.

4. UU pokok adalah UU yang hanya mengatur atau membuat pokok-pokoknya saja dari materi yang sebelumnya. Fungsi UU : 1. Melaksanakan UUD. 2. Melaksanakan TAP MPR dibidang legislatif. 3. Mengatur hal-hal yang tidak diatur oleh UUD dan TAP MPR. Contoh UU yang bukan melaksanakan UUD dan TAP MPR adalah UU no.1 th 1974 tentang perkawinan. UU adalah produk hukum yang dibuat oleh DPR bersama dengan Presiden. Dasar Pasal 20 ayat 1 UUD, Pasal 3 ayat 3 TAP MPR III/2000 dan Pasal 5 ayat 1. Berikut kekuatan UU : Kekuatan Hukum : Dengan pengesahan UU oleh Presiden. Kekuatan mengikat : Supaya setiap orang yang mengetahui diundangkanlah UU tersebut dengan menentapkan pada lembaran negara Republik Indonesia oleh seketariat negara dan fiksi(setiap orang dianggap tau). Kekuatan berlaku : pada saat diundangkan kecuali ditentukan lain oleh UU.

PERPU
Dasar hukum perpu adalah pasal 22 ayat 1, 2 dan 3. Istilah lain Perpu adalah noodverordeningsrecht. Kedudukan/status perpu : 1. 2. 3. 4. Dibuat dalam keadaaan/hal ikhwal. Dibuat oleh presiden sendiri, tanpa prosedur seperti UU. Perpu tersebut harus mendapat persetujuan DPR dalam sidang berikutnya. Jika tidak mendapat persetujuan DPR, Perpu tersebut harus dicabut.

Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan tujuan dari Perpu adalah agar supaya keselamatan negara dijamin oleh pemerintah dalam keadaan genting, yang memaksa pemerintah untuk bertindak cepat dan tepat namun pemerintah tidak lepas dari pengawasan DPR. Perpu tersebut harus dimintakan persetujuan pada sidang DPR berikutnya. Perbedaan PERPU dan UU 1. 2. 3. 4. UU Dibuat oleh Presiden bersama DPR. Dibuat dalam keadaan damai (negara dalam normal). Berlaku setelah diundangkan. Berlakunya terus berlanjut sampi ada PERPU 1. Dibuat oleh Presiden sendiri. 2. Dibuat pada saat negara dalam keadaan genting dan memaksa untuk mengetasi masyarakat. 3. Langsung berlaku, meski belum

peraturan (UU) yang mencabutnya.

diundangkan. 4. Jika mau dijadikan UU, maka harus mendapatkan persetujuan DPR, bila tidak disetujui harus dicabut dan tidak dapat diajukan lagi dalam sidang berikutnya.

PERATURAN PEMERINTAH
Dasar: - Pasal 5 ayat 2 UUD 1945 (amandemen) - Pasal 3 ayat 5 TAP MPR no. III/MPR/2000 Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah UU Ciri-ciri PP : 1. PP tidak dapat dibuat tanpa terlebih dahulu ada UU yang jadi induknya. 2. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana jika uu tidak mencantumkan sanksi. 3. Ketetuan PP tdiak dapat menambah/mengurangi ketentuan UU. 4. Untuk menjelaskan, menjabarkan dan merinci ketentuan UU maka PP dapat dibuat meski UU tidak meminta.

KEPRES
1. Dasar : Tidak dikenal dalam UUD. Kepres ada berdasarkan Pasal 4 (1) UUD 1945 (amandemen) Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD - Jadi Presiden adalah penanggung jawab dan pimpinan administrasi negara. - Salah satu fungsi administrasi negara adalah membuat keputusan. 2. Kepres berkembang sesuai dengan keadaan. Bersifat keputusan, penetapan(beschekking). Bersifat peraturan(regeling). 3. Definisi Kepres menurut TAP III/MPR/2000, Pasal 3(6) Kepres yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintah. -

PERPRES
Dasar : - Perpres tidak dikenal dalam UUD 1945. - Ada dalam Pasal 7 UU no. 10 th 2004(jenis dan hirarki peraturan perundanga-undangan). - Pasal 11 UU no 10 tahun 2004.

Definisi Perpres adalah peraturan yang dibuat oleh presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara sebagai atribut pasal 4(1) UUD. Perpres dibuat untuk menyelenggarakan pengatur lebih lanjut perintah UU/PP, baik secara tegas/tidak tegas.

PERDA (PERATURAN DAERAH)


Dasar : - Pasal 7 UU no. 10 tahun 2004 (ayat 2). - Perda provinsi dibuat oleh DPR provinsi dengan Gubernur. - Perda kab/kota dibuat oleh DPRD kab/kota dengan bupati/walikota. - Perda desa/yang setingkat dibuat oleh BPD/yang setingkat diatur oleh perda kab/kota.

KONVENSI
Pengertian konvensi : - Aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktek-praktek ketata negaraan. - Suatu kebiasaan ketata negaraan yaitu, perbuatan dalam kehidupan ketata negaraan yang dilakukan berulang kali dan ditaati dalam praktek-praktek ketata negaraan. Syarat-syarat konvensi : 1. Tidak bertentangan dengan UUD. 2. Justru melengkapi UUD. 3. Terjadi dalam praktek ketata negaraan. 4. Terjadi berulang-ulang. 5. Diteima masyarakat umum.

HUKUM KEBISASAAN
Kebisasaan yang diterima oleh masyarakat akan dianggap sebagai hukum kebiasaan/ Hukum kebiasaan meliputi semua peraturan yang walaupun tidak ditetapkam penguasa, tapi ditaati rakyat karena yakin bahwa peraturan tersebut sebagai hukum.

TRAKTAT (TREATY)
Perjanjian yang diadakan antara negara jika diantara 2 negara disebut bilateral, jika lebih dari 2 disebut multilateral Dasar kekuatan suatu traktat supaya mengikat pada negara-negara yang membuatnya adalah asas facta sunt servanda

Pasal 1338 B.W. Setiap perjanjian/persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya, jadi harus ditaati.

DOKTRIN
Doktrin adalah paham/pendapat para sarjana hukum/pakar hukum. Doktrin tidak punya kekuatan mengikat dasarnya adalah dengan asas Communis opinion doctorum. Jika doktrin dipakai dan dimuat dalam putusan pengadilan maka doktrin itu adalah hukum.

YURISPRUDENSI
Yurisprudensi(peradilan) adalah putusan hakim yang terdahulu, yang diikuti oleh hakim-hakim berikutnya dalam perkara yang sama. Yurisprudensi adalah ajaran hukum yang tersusun dari dan dalam peradilan yang kemudian dipakai sebagai landasan hukum. Yurisprudensi merupakan himpunan putusan-putusan pengadilan yang disusun secara sistematik.

Asas-Asas HTN
1. 2. 3. 4. 5. Asas Demokratis. Asas Kedaulatan Rakyat. Asas Negara Hukum. Asas Negara Kesatuan. Asas Pembagian Kekuasaan.

Demokrasi Pengertian, berasal dari bahasa Yunani, demos(rakyat) dan kratos crataien(pemerintahan). Demokrasi secara harafiah adalah berembug dalam membicarakan program-program pemerintahan(rakyat dikut sertakan). Pada masa modern ini ada dua pengertian unsur formil, ditandai dengan sistem pemungutan suara. Unsur materiil, ditandai dengan keharusan adanya adanya fair play dalam membentuk kesatuan dan pimpinan negara. Cara menerapkan demokrasi : - Demokrasi kuno/langsung, semua rakyat berkumpul bersama-sama untuk menentukan arah kebijakan negara. - Demokrasi modern/perwakilan/tidak langsung, jika secara rakyat yang telah memenuhi syarat/dewasa memilih wakil rakyat yang duduk di Parlement/DPR(Pusat dan daerah) untuk melaksanakan pemerintahan disini diperlukan pemilu. Kriteria-kriteria/ukuran demokrasi : i. Partisipasi dalam pembuatan keputusan. ii. Adanya perlakuan yang sama didepan hukum(pasal 27).

iii. iv. v.

vi. vii. viii. ix. x.

Distribusi pendapatan secara adil. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Adanya 4 kebebasan dasar : a) Kebebasan mengeluarkan pendapat (pasal 28). b) Kebebasan Pers. c) Kebebasan berkumpul. d) Kebebasan beragama. Ketersediaan dan keterbukaan informasi. Ada tata karma politik. Ada kebebasan individu(ditunjukkan didalam yudicial review). Ada semangat kerja sama. Hak untuk protes.

Anda mungkin juga menyukai