Anda di halaman 1dari 32

BAB 3

BENTUK DAN KEDAULATAN NEGARA


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tapi lebih cinta akan kemerdekaan.
Kecintaan akan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia sejatinya merupakan harga mati,
karena menyangkut bentuk dan kedaulatan NKRI, yang artinya menyangkut hargi diri,
harkat dan martabat serta marwah sebagai bangsa.
Sebagai bagian dari generasi penerus bangsa dan bagian tak terpisahkan dari anak di
negeri ini sudah seharusnya selalu membela,menjaga dan memepertahankan bentuk dan
kedaulatan NKRI dari Sabang sampai Merauke dengn mengisi kemerdekaan sesuai dengan
fungsinya masing-masing bahkan bila perlu turutserta dalam upaya bela negara, bila Negara
menghendakinya. Untuk dapat membela,menjaga dan mempertahankan bentuk dan
kedaulatan negara terlebih dahulu kita harus mengenal bentuk dan kedaulatan negara
Indonesia melalui UUD NRI Tahun 1945. Mari kita pelajari bentuk dan kedaulatan NRI !

PETA KONSEP

Mari kita amati gambar dan foto di bawah ini !

Gambar : Peta Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara

Amatilah gambar di atas dengan seksama ! Apakah yang muncul dalam benak kalian? Tentu
tentang wilayah NKRI yang begitu luas yang menggambarkan betapa kedaultan RI yang
meliputi darat, laut dan udara merupakan tantangan bagi setiap warga negara Indonesia
untuk membela, menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI. Menjaga wilayah terluar
pulau-pulau Indonesia merupakan tantangan yang harus dihadapi. Dengan demikian
pantaskah NKRI merupakan harga mati bagi bangsa Indonesia, sesuaikah bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik adalah paling cocok atau sesuai dengan kondisi
Indonesia. Itulah yang akan kita bahsa dalam bab ini

A. Bentuk Negara dan Pemerintahan


Bentuk dan kedaulatan serta sistem kekuasaan suatu negara, antara satu negara dengan
negara lainnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh konstusi yang dianut oleh masing-masing
negara juga berbeda-beda. Dan setiap negara mempunyai kekhususan sendiri yang biasanya
konstitusi negaranya didasarkan pada ideologi bangsa masing-masing negara.

1. Bentuk Negara Indonesia Berdasarkan UUD NKRI Tahun 1945


Bentuk negara (staatsvorm) pada umumnya berkaitan dengan dua pilihan, yaitu bentuk
kerajaan monaki dan bentuk republik. Bentuk negara merupakan peninjauan secara
sosiologis, yaitu suatu sistem yang berlaku, yang menentukan bagaimana hubungan antara
alat perelengkapan negara yang diatur oleh konstitusinya. Jadi bentuk negara adalah
pengelompokan negara berdasarkan kriteria distribusi kekuasaan (resmi) antar berbagai
tingkat pemerintahan dalam suatu negara.
Ketika UUD 1945 dirumuskan dalam sidang BPUPKI, terdapat berbagai aspirasi dan
pendapat tentang bentuk negara Indonesia merdeka. Selain bentuk republik (respublica = res
dan publicea) yang mengandung arti hak atau kepentingan rakyat,terdapat gagasan lain yang
mengusung sistem kerajaan.Pada akhirnya persoalan bentuk negara pada sidang BPUPKI
pada tanggal 10 Juli 1945 diputuskan melalui pemungutan suara atau distem. Hasilnya 55
suara dari 64 orang mengusulkan bentuk republik, 6 mendukung ide kerajaan, dua lain-lain.
Bentuk Negara Republik Indonesia terdapat dalam UUD NRI Tahun 1945, yaitu dalam:
1. BAB I, tetang Bentuk dan Kedaulatan, pasal 1 yang menyebutkan :
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik
(2)Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum
2. Bab IXA, tentang Wilayah Negara pasal 25A, yang menyebutkan : “Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.
Dari rumuan pasal 1 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa : “Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”, dapat diketahui bahwa teks UUD 1945
menganut pengertian tentang bentuk negara yang dikaitkan dengn bentuk republik versus
monarki. Namun dalam Penjelasan UUD 195 pasal ini, dinyatakan, bahwa “Pasal 1
menetapkan bentuk dan isi pokok pikiran kedaulatan rakayat”. Artinya perumus penjelasan
tentang UUD 1945 juga memperlakukan Negara Kesatuan dan Republik sama-sama konsepi
tentang Bentuk Negara. Tidak konsistennya semacam ini, sering terjadi di antara para ahli
sampai saat ini. Oleh karena itu, dengan mengikuti apa yang dirumuskan dalam teks pasal 1
atar (1) tersebut, dapat disimpulkan bahawa negara Indonesia adalah negara yang berbentuk
republik dengan susunan organisasinya berbentuk kesatuan (unitary staat, eenheidsstaat).
Dari pasal 1 ayat (1) UUD NRI tahun 1945 tersebut, terdapat beberapa pengertian,
yaitu :
a. Pertama, Negara yang diatur dalam UUD ini bernama Negara Indonesia;
b. Kedua, Negara Indonesia berbentuk Kesatuan; Ketiga,Negara Indonesia berbentuk
republik. karena itu, Negara Indonesia dari Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat
dilepaskan dari eksistensi NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 mengandung berbagai konsep-konsep ketatanegaraan RI yang
menjadi asas dan norma dasar dalam mengelola kehidupan berbagangsa dan bernegara.
Untuk itu pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 sebagai landasan hukum ketatanegaraan RI,
sehingga praktik penyelenggaraan negara tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan
UUD 1945.
Menurut Prof. Dr. Mr. Soepomo, bahwa suatu sistem pemerintahan tergantung pada
staatsidee atau cita hukum yang dijadikan dasar pemerintahan tersebut. Ia berpendapat,
bahwa suatu sistem pemerintahan tergantung pada staatsidee atau cita hukum yang dijadikan
dasar pemerintahan tersebut. Mr. Soepomo menterjemahkan staatsidee ini dengan istilah
dasar pengertian negara atau aliran pikiran negara. J. Oppenheim memberikan makna
staatsidee ini sebagai hakekat yang paling dalam dari negara (de staats diepste wezen),
kekuatan yang membentuk negara.
Rudolf Stammler berpendapat bahwa cita hukum ini ialah konstruksi pikiran yang
merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum kepada cita-cita yang diinginkan
masyarakat. Cita hukum ini terletak di luar atau di atas sistem perundang-undangan suatu
negara tetapi bersifat regulatif dan konstitutif terhadap peraturan perundang-undangan
dimaksud. Prof. Dr. Hamid S. Attamimi menerangkan tanpa dasar cita hukum atau staatsidee
ini, suatu tatanan hukum yang akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum, dan
apakah hukum positif yang berlaku adil atau tidak adil.
Cita hukum ini akan terwujud dalam bentuk norma hukum negara yang tertinggi
(staatsgrundnorm) yang oleh Hans Nawiasky disebut norma fundamental negara, atau
Staatsfundamentalnorm. Prof. Mr. Drs. Notonagoro menyebutnya dengan istilah pokok kaidah
fundamentil negara. Begitu penting kedudukan staatsfundamentalnorm ini bagi eksistensi
suatu negara, karena akan menjadi jatidiri suatu negara. Perubahan staatsfundamentalnorm
akan merubah jatidiri suatu negara yang akan berakibat terwujudnya suatu negara yang lain,
seperti dijelaskan dalam Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, bahwa,
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
mewujudkan cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang
tertulis Undang-Undang Dasar maupun hukum yang tidak tertulis. Dengan demikian tidak
merubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah tepat sekali
ditinjau dari teori ketatanegaraan, karena tidak membubarkan suatu negara dan membentuk
negara baru.

2. Bentuk Pemerintahan dan Kekuasaan Negara RI Berdasarkan UUD


NKRI Tahun 1945.
Karateristik kekuasaan negara atau disebut sistem pemerintahan negara berdasarkan
Pembukukaan dan Pasal-Pasal UUD NRI Tahun 1945 adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Sistem Pemerintahan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
Karakteristik sistem pemerintaan dalam Pembukaan Pembukaan Uud NRI Tahun 1945
terdapat pada :
1) Alinea kedua : “...mengantarkan rakyat Indonesai kedepan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang meredeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
2) Aliea keempat : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia....”, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan Rrakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yanng Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia....”
Berdasarkan amanat Proklamasi yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
tersebut di atas, maka penyelenggaraan atau sistem pemerintahan Indonesia dikehendaki
republik kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sistem
presidensial
b. Karakteristik Sistem Pemerintahan dalam Pasal-Pasal UUD NRI Tahun 1945
Pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 merupakan rangkaian yang tidak terpisah dengan
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, sehingga pokok pikiran Pembukaan UUD 1945
menciptakan pokok-pokok pikiran itu dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945. Ini berarti
pasal-pasal yang terdapat dalam UUD merupakan penjabaran dari keempat pokok pikiran
dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tersebut. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi
suasana kebatinan dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok
pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara,
baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya”
Di bawah ini adalah pasal-pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 yang menunjukan
karakteristik sistem pemerintahan NKRI, yaitu :
a. Pasal 1 :
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndangDasar.
***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)
b. Pasal 4 :
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.
c. Pasal 5 :
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat *)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
Dengan menelaah pasal-pasal tersebut di atas, maka cukup jelas bahwa NKRI adalah
negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial.

1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)


Secara konstitusional kedudukan MPR adalah berdasarkan pasal 2 dan 3 UUD NRI Tahun
1945. Kemudian mengenai Susunan dan Kedudukan MPR dituangkan dalam UU No.22 tahun
2003 yang di ubah dengan UU No. 27 Tahun 2009. Dengan di ubahnya pasal 1 ayat (2) UUD
1945 dalam Amandemen ketiga menjadi : “Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”, dan hilangnya Penjelasan Resmi UUD 1945 dalam
Sistematika Amandemen UUD 1945,maka mempunya dampak terhadap hilangnya Kedudukan
MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
MPR terbentuk sebagai konsekuensi diselenggarakannya Pemilihan umum,karena
keanggotaan MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.
Sejak hasil Pemilu 2004, seluruh anggota MPR dipilih melalui pemilihan umum dan tidak ada
satupun anggota MPR yang diangkat, sebagaimana terjadi pada keanggotaan MPR
sebelumnya. Anggota MPR hasil pemilu 9 April 2009 bejumlah 692 orang terdiri dari anggota
DPR 560 orang, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 132 orang yang mewakili tiap-tiap
provinsi di Indonesia, dengan ketentuan tiap provinsi diwakili 4 (empat) orang anggota DPD.
Tugas dan kewenangan MPR dalam Amandemen UUD 1945 mengalami perubahan yang
mendasar dibandingkan tugas MPR berdasarkan UUD 1945 yang asli. Di bawah ini adalah
tugas MPR berdasarkan pasal 2 dan 3 UUD 1945, yaitu :
1) Mengubah dan menetepkan Undang-Undang Dasar
2) Melantik Presiden dan Wakil Presiden
3) Meutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Pesiden dan Wakil Presiden
diberi kesempatan untuk meyampaiakan penjelasan dalam sidang Paripuna MPR
4) Melantik Wakil Pesiden menjadi Presiden, apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentkan atau tidak dapat menjalankan kewajibannya
5) Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam waktu 60 hari
6) Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya dalam waktu 30 hari
7) Menetepakan Peraturan Tata Tetib dan kode etik MPR.
Berdasarkan amandemen UUD 1945, sejak Sidang MPR 2003, Presiden dan Wakil
Presiden RI dipilih secara langsung oleh seluruh rakyat yang memenuhi ketentuan UU sesuai
dengan pasal 6A ayat (1) UUD 1945 dan UU No.23 tahun 2003,yang di ubah dengan UU No.
42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Masa jabatan Presiden
RI adalah 2 (dua) periode (pasal 7 Amandeman UUD 1945).
Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD, menentukan
sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak protokoler. MPR
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang MPR sah apabila
dihadiri:
1. sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
2. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan UUD
3. sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui oleh :
a. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul
DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
b. sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus
perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Alat kelengkapan MPR terdiri atas Pimpinan, Panitia Ad Hoc, dan Badan Kehormatan.Pimpinan
MPR terdiri atas seorang ketua dan 4 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota
MPR dalam Sidang Paripurna MPR.

2. Kekuasaan Pemerintahan Negara


Pemerintahan menurut etimologi (kebahasaan) berasal dari kata "perintah", yang kita
ketahui berarti suatu individu yang memiliki tugas sebagai pemberi perintah. Definisi dari
Pemerintahan adalah suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang
mengatur suatu negara yang meliliki cara dan sistem yang berbeda-beda dengan tujuan agar
negara tersebut dapat tertata dengan baik. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki
kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.
Pemerintah mempunyai pengertian luas dan sempit. Pemerintah dalam arti luas adalah
segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat
dan kepentingan negara, mulai dari pemerintah pusat sampai daerah, yang terdiri dari
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Adapun dalam pemerintah pengertian sempit adalah segala
aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan eksekutif (Presiden atau Perdana Menteri).
Kekuasaan Pemerintahan Negara dalam UUD NRI Tahun 1945,diatur dalam Bab III, pasal
4 samapai 16. Kekuasaan pemerintahan negara dipegang oleh Presiden, sebagaimana
tercantum dalam pasa 4 ayat (1) dan (2), bahwa : “Presiden memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Dan dalam melakukan kewajibannya dibantu
oleh satu orang Wakil Presiden.
Kemudian dalam menjalankan pemerintahanya Presiden berhak mengajukan RUU, dan
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat
(1) dan (20) UUD NRI tahun 1945.
Hak dan kewenangan konstitusi Presiden lainnya, antara lain :
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU (Pasal 10).
2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain
dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar
bagi Negara (Pasal 11).
3. Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (Pasal
12).
4. Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan
DPR (Pasal 13).
5. Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesty dan
abolisi dengan pertimbangan DPR (Pasal 14).
6. Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU
(Pasal 15).
7. Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan
pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16).
8. Presiden juga berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu Presiden (Pasal
17).
Presiden RI mempunyai kewenangan Non Eksekutif, diataranya :
i. Kewenangan legislatif (pasal 5 ayat (2),20 ayat (4), 22 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)
ii. Kewenangan bersifat Yudiasial, (pasal 14 ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945)
Presiden RI seuai dengan UUD NRI Tahun 1945 yang menganut sistem Presidensial, selain
sebagai kepala pemerintahan atau eksekutif (head of government)) yang memegang
kekuasaan pemerintahan, Presiden Republik Indonesia, juga sebagai Kepala Negara (head of
state). Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif, ia juga memegang kekuasaan
legislatif (pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (2) dan (4) UUD NRI Tahun 1945)
Sebagaiman diatur dalam pasal 4 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, bahwa “Dalam
melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”. Dalam keadaan
teretntu, wakil presiden dapat menjadi penganti presiden atau dapat menjadi pelaku
kewajiban atau pelaksana ugas presiden.
Oleh kerena itu, kualitas wakil presiden sebagai Pembantu presiden dapat dirinci lebih
lanjut dalam beberapa pengertian,yaitu :
iii. Memebantu atau memeberikan bantuan kepada presiden dalam melakukan segala
kewajiban Presiden RI
iv. Mendampingi presiden dalam melaksanakan tugasnya
v. Mewakili presiden sesuai penugasan oleh presiden untuk melakukan tugas teretentu untuk
dan atas nama wakil presiden sendiri
vi. Mewakili presiden sesuai penugasan oleh presiden untuk melakukan tugas tertentu untuk
dan atas nama presiden
vii. Menggantika presiden secara tidak tetap untuk untuk semenetara waktu tertentu
viii. Menggantiakan presiden secara tetap
ix. Melakukan tugas wakil presiden secara mandiri
Presiden dan Wakil Presiden memungkinkan diberhentikan dari jabatannya apabila
melakukan pelanggaran hukum sebagaimana diatur dalam paal 7B ayat (1) Amandemen UUD
1945, yaitu :
1) Melakukan penghianatan terhadap negara
2) Melakukan korupsi, penyuapan dan tindak pidana berat lainnya.
3) Melakukan perbuatan tercela
4) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan Wakil Presiden
Kemudian ketentuan mengenai pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden RI diatur
dalam pasal 7B UUD NRI Tahun 1945. Ketentuan lebih lanjut tentang proses memeriksa,
mengadili dan memutuskan pendapat DPR di MK dan proses tersebut menggunakan hukum
acara tersendiri sebagaiman diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 21 Tahun
2009 tentang Pedoman Beracara dalam Memutus Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. Dengan demikian
pemeberhentian Presiden Republik Indonesia dengan sistem Memorandum yang di atur dalam
pasal 7 Tap MPR RI No. VI/MPR/1973, tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lambaga
Tertinggi dan Tinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara, dinyatakan
tidak berlaku lagi
Tambahan kewenangan Presiden berdasarkan Amandemen UUD NRI tahun 1945 pasal 16
adalah membentuk dewan pertimbangan, sebagai pengganti Dewan Petimbangan Agung
(DPA) dalam UUD 1945, sebelum diadakan perubahan. Dengan demikian DPA sebagai
Lembaga Tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan RI saat ini sudah tidak ada lagi.
Tugas Dewan Pertimbangan Presiden sebagaiman diatur dalam UU No. 19 Tahun 2006,
tentang Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) adalah sebagai berikut :
a. Memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dalam menjalankan kekuasaan
pemerintahan negara.
b. Pemberian nasihat dan pertimbangan wajib dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Presiden
baik diminta maupun tidak diminta oleh Presiden.
c. Nasihat dan pertimbangan dimaksud disampaikan baik secara perorangan maupun sebagai
satu kesatuan nasihat dan pertimbangan seluruh anggota dewan.
Watimpres dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang berjumlah 9 (sembilan) orang
tidak dibenarkan memberikan keterangan, pernyataan, dan/atau menyebarluaskan isi nasihat
dan pertimbangan kepada pihak manapun.

3. Kementrerian Negara
Para menteri yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pemerintahan,
bukanlah pejabat biasa, karena sesungguhnya para meneterilah yang menjalan tugas
pemerintahan sehari-hari. Kementerian negara adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian Negara berkedudukan di Ibu
Kota Negara Republik Indonesia dan berada di bawah Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
Ketentuan tentang Kementrian Negara secara konstitusi diatur dalam UUDNRI Tahun
1945 Bab V 1945 pasal 17 yang menyebutkan :
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang- undang.
Untuk selanjutnya ketentuan tentang Kementerian Negara diatur dengan UU No. 39
Tahun 2008. Pembentukan kementerian dilakukan 14 (empat belas) hari sejak Presiden
mengucapkan sumpah/janji sebagai Presiden RI. Dalam hal pembentukan kementerian,
jumlah keseluruhan Kementerian paling banyak 34 (tiga puluh empat).
Dalam pembentukan Kementerian, Presiden harus mempertimbangkan:

a. efisiensi dan efektivitas

b. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas


c. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan

d. pelaksanaan tugas

e. perkembangan lingkungan global.

Sedangkan dalam hal Presiden melakukan pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
penggabungan Kementerian, Presoden RI meminta pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pertimbangan dimaksud paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden diterima.
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, DPR belum menyampaikan pertimbangannya, maka
DPR dianggap sudah memberikan pertimbangan.
Pengubahan suatu kementerian ilakukan dengan mempertimbangkan :
a. efisiensi dan efektivitas
b. perubahan dan/atau perkembangan tugas fungsi
c. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas
d. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas
e. peningkatan kinerja dan beban kerja pemerintah
f. kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan secara mandiri
g. kebutuhan penyesuaian peristilahan yang berkembang
Dalam hal pengubahan dan pembubaran kementerian, Presiden tidak dapat mengubah
atau membubarkan Kementerian Luar Negeri, Dalam Negeri, dan Pertahanan. Mekanisme
pengubahan dan pembubaran kementerian yang dilakukan Presiden harus tetap
memperhatikan mempertimbangkan DPR, kecuali pembubaran Kementerian Agama, Hukum,
Keuangan, dan Keamanan harus dengan persetujuan DPR.
Dalam menjalan tugasnya, Kementerian Negara mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Jenis kementerian atau urusan pemerintahan di bagi menjadi 3 (tiga) jenis urusan
pemerintahan,yaitu :
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur (tata nama) Kementeriannya secara tegas
disebutkan dalam Undang Undang Dasar NRI Tahun 1945, meliput : Kementerian Luar
Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pertahanan.
b. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
NRI Tahun 1945, meliputi : agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasimanusia,
pendidikan, kebudayaan, kesehatan,sosial, ketenagakerjaan, industri,
perdagangan,pertambangan, energi, pekerjaan umum,transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi,pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,kelautan, dan
perikanan.
c. Urusan Pemerintahan dalam rangka penajaman,koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah, meliputi urusanperencanaan pembangunan nasional, aparaturnegara,
kesekretariatan negara, badan usaha miliknegara, pertanahan, kependudukan,
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan
menengah, pariwisata,pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga,perumahan, dan
pembangunan kawasan ataudaerah tertinggal.
Dalam hal terdapat beban kerja yang membutuhkan penanganan secara khusus, Presiden
dapat mengangkat Wakil Menteri pada Kementerian tertentu. Kementerian yang terdapat
wakil menteri meliputi 18 kementerian, yaitu :
a. Kementerian Menteri Perindustrian
b. Kementerian Perhubungan
c. Kementerian Pekerjaan Umum
d. Kementerian Pertahanan
e. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
f. Kementerian Keuangan
g. Kementerian Keuangan
h. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
i. Kementerian Keuangan
j. Kementerian Perdagangan
k. Kementerian Pertanian
l. Kementerian Kesehatan
m. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan
n. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan
o. Kementerian Agama
p. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
q. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
r. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
Sedangkan Kementrian Negara dalam melaksanakan tugasnya,mempunyai fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya, dan
d. pelaksana kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah
Seorang Menteri berhenti dari jabatannya karena meninggal dunia atau berakhir masa
jabatan. Sedangkan seorang Menteri dapat diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden
karena:
a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis
b. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih
d. melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan
e. alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden
Presiden dapat juga memberhentikan sementara seorang menteri yang didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

4. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan daerah diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 Bab VI dengan judul Pemerintah
Daerah, pada pasal 18 sampai dengan pasal 18B. Ketentuan lebih lanjut tentang
Pemerintahan daerah diatur dengan UU No. 32 tahun 2004. Yang dimaksud dengan
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
NRI Tahun 1945. Sedangkan yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah Gubernur,
Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah
Didalam pasal 18 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan bahwa : “Pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dam tugas pembantuan”.Am/2).
Yang dimaksud asas otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan di atas
adalah, dalam penyelenggaraan pemeintahan daerah, Pemerinah Pusat menggunakan atau
menganut 3 (tiga) asas otonomi daerah, yaitu :

f. Asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia

g. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada


Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu

h. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepadadaerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten kotakepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom, selanjutnya disebut
daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

5. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


1) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dalam sistem Pemerintahan Negara Indonesia yang menganut pembagian kekuasaan
(division of power) DPR adalah sebagai pemegang kekuasaan legislatif. Kedudukan DPR
secara konstitusinal adalah berdasarkan pasal 19, 20 20A, 21, 22, 22A dan 22B UUD NI
Tahun 1945. Ketentuan lebih lanjut tentang susunan dan kedudukan DPR terdapat dalam UU
No.22 tahun 2003, dan telah diubah dengan UU No. 27 Tahun 2009. Anggota DPR dipilih
melalui Pemilihan umum dengan sitem perwakilan berimbang dengan daftar terbuka. Jumlah
anggota DPR saat ini adalah 560 anggota dari partai politik yang ikut pemilu 9 April 2009.
Fungsi dan tugas pokok DPR adalah :
1) Fungsi pengaturan/ legislasi (legislatif)
2) Fungsi pengawasan (control)
3) Fungsi anggaran (budget)
Tugas dan kewenangan DPR adalah sebagai berikut :
1) Memegang kekuasaan membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama( pasal 20 ayat(1))dan berhak mengajukan usul rancangan
undang-undang (pasal 21 ayat(1)).
2) Membahas dan dan memberikan persetujan peraturan pemerintah pengganti UU/Perppu
(pasal 22)
3) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikut sertakannya dalam pebahasannya.
4) Memperhatikan petimbangan DPD atasa RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama
5) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan petimbangan DPD
6) Melaksanakan pengawasan teradap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan pemerintah
7) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan DPD
8) Memilih anggota BPK
9) Membahas dan menindakajuti hasil pemeriksaan BPK
10) Memberikan persetujuan kepada Prsiden dalam pengangkatan Komisi Yudisial

11) Memeberkan persetujuan Hakim Agung yang dajukan Komisi Yudisial

12) Memilih tiga hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden

13) Memberikan pertimbagan dalam pengangkatan seorang Duta dan penempatan seorang

Duta dan dalam pemberian amneti dan abolisi.


14) Memberikan persetujuan dalam menyatakan perang membuat perdamaian dan pejanjian

dengan negara lain, menyerap, menampung dan menindalanjuti aspirasi masyarakat


15) Melaksaaan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan UU.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan terhadap pemerintah, DPR dilengakapi dengan


hak-hak sebagai berikut :
1) Hak interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah
2) Hak Angket, yaitu hak DPR untuk megadakan penyeldikan atas suatu kebijakan yang
dilakukan pemerintah atau Prsiden.
3) Hak menyatakan pendapat
Sedangkan anggota DPR mempunyai hak :
1) Mengajukan rancangan UU (hak inisiatif)
2) Mengajukan pertanyaan
3) Menyampaikan usul dan pendapat
4) Memilih dan dipilih
5) Membela diri
6) Imunitas
7) Protokoler
8) Keuangan dan administratif.
Dalam menjalankan fungsi,tugas dan kewenangannnya DPR mempunyai alat kelengkapan
DPR yang terdiri atas : Pimpinan, Komisi, Badan Musyawarah,Badan Anggaran,Badan
kehormatan, Badan Legalasi, Badan Rumah Tangga, Badan Kerjasama Antar-Parlemen dan
Panitia Khusus.
1. Pimpinan
Kedudukan Pimpinan dalam DPR dapat dikatakan sebagai Juru Bicara Parlemen. Fungsi
pokoknya secara umum adalah mewakili DPR secara simbolis dalam berhubungan dengan
lembaga eksekutif, lembaga-lembaga tinggi negara lain, dan lembaga-lembaga internasional,
serta memimpin jalannya administratif kelembagaan secara umum, termasuk memimpin
rapat-rapat paripurna dan menetapkan sanksi atau rehabilitasi. Pimpinan DPR bersifat kolektif
kolegial, terdiri dari seorang ketua dan 4 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota
DPR dalam Sidang Paripurna DPR.
2. Komisi
Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas yang berkaitan
dengan fungsi-fungsi DPR, substansinya dikerjakan di dalam komisi. Setiap anggota DPR,
kecuali pimpinan harus menjadi anggota salah satu komisi. Pada umumnya, pengisian
keanggotan komisi terkait erat dengan latar belakang keilmuan atau penguasaan anggota
terhadap masalah dan substansi pokok yang digeluti oleh komisi.
Pada periode 2009-2014, DPR mempunyai 11 komisi dengan ruang lingkup tugas dan
pasangan kerja masing-masing:
1. Komisi I, membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
2. Komisi II, membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara,
dan agraria.
3. Komisi III, membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan
keamanan.
4. Komisi IV, membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan
pangan.
5. Komisi V, membidangi perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, perumahan
rakyat, pembangunan pedesaan dan kawasan tertinggal.
6. Komisi VI, membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, usaha kecil
dan menengah), dan badan usaha milik negara.
7. Komisi VII, membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, dan
lingkungan.
8. Komisi VIII, membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan.
9. Komisi IX, membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi.
10. Komisi X, membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan
kebudayaan.
11. Komisi XI, membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan,
dan lembaga keuangan bukan bank.
3. Badan Musyawarah (Bamus)
Bamus merupakan miniatur DPR. Sebagian besar keputusan penting DPR digodok
terlebih dahulu di Bamus, sebelum dibahas dalam Rapat Paripurna sebagai forum tertinggi di
DPR yang dapat mengubah putusan Bamus. Bamus antara lain memiliki tugas menetapkan
acara DPR, termasuk mengenai perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, serta jangka
waktu penyelesaian dan prioritas RUU).
Pembentukan Bamus sendiri dilakukan oleh DPR melalui Rapat Paripurna pada permulaan
masa keanggotaan DPR. Anggota Bamus berjumlah sebanyak-banyaknya sepersepuluh dari
anggota DPR, berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Pimpinan Bamus
langsung dipegang oleh Pimpinan DPR.
4. Badan Anggaran (Banggar)
Badan Anggaran DPR dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang
bersifat tetap yang memiliki tugas pokok melakukan pembahasan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Susunan keanggotaan Badan Anggaran ditetapkan pada permulaan
masa keanggotaan DPR. Susunan keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas anggota-anggota
seluruh unsur Komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota Fraksi.
5. Badan Kehormatan (BK)
Badan Kehormatan (BK) DPR merupakan alat kelengkapan paling muda saat ini di
DPR. BK merupakan salah satu alat kelengkapan yang bersifat sementara. Pembentukan DK
di DPR merupakan respon atas sorotan publik terhadap kinerja sebagian anggota dewan yang
buruk, misalnya dalam hal rendahnya tingkat kehadiran dan konflik kepentingan.
BK DPR melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh Anggota DPR, dan pada akhirnya memberikan laporan akhir berupa
rekomendasi kepada Pimpinan DPR sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi
atau merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Dewan Kehormatan bersifat tertutup.
Tugas Dewan Kehormatan dianggap selesai setelah menyampaikan rekomendasi kepada
Pimpinan DPR.
6. Badan Legislasi (Baleg)
Badan Legislasi (Baleg) merupakan alat kelengkapan DPR yang lahir setelah Perubahan
Pertama UUD NRI tahun 1945, dan dibentuk pada tahun 2000. Tugas pokok Baleg antara lain:
merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU untuk satu
masa keanggotaan DPR dan setiap tahun anggaran. Baleg juga melakukan evaluasi dan
penyempurnaan tata tertib DPR dan kode etik anggota DPR. Badan Legislasi dibentuk DPR
dalam Rapat paripurna, dan susunan keanggotaannya ditetapkan pada permulaan masa
keanggotaan DPR berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Keanggotaan
Badan Legislasi tidak dapat dirangkap dengan keanggotaan Pimpinan Komisi, keanggotaan
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT), dan keanggotaan Badan Kerjasama Antar Parlemen
(BKSAP).
7. Badan Urusan Rumah Tangga (BURT)
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bertugas menentukan kebijakan
kerumahtanggaan DPR. Salah satu tugasnya yang berkaitan bidang keuangan atau
administratif anggota dewan adalah membantu pimpinan DPR dalam menentukan kebijakan
kerumahtanggaan DPR, termasuk kesejahteraan Anggota dan Pegawai Sekretariat Jenderal
DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah.
8. Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSP)
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP, dibentuk oleh
DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan
keanggotaan BKSAP pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan
pada permulaan tahun sidang. Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga)
orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
BKSAP bertugas:
1. Membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja
sama antara DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral,
termasuk organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan/atau anggota parlemen
negara lain;
2. Menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu DPR;
3. Mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar negeri;
4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah kerja sama
antarparlemen.
9. Panitia Khusus (Pansus)
Jika dipandang perlu, DPR atau alat kelengkapan DPR dapat membentuk panitia yang
bersifat sementara yang disebut Panitia Khusus (Pansus). Komposisi keanggotaan Pansus
ditetapkan oleh rapat paripurna berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
Pansus bertugas melaksanakan tugas tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna, dan
dibubarkan setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan
selesai. Pansus mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk selanjutnya dibahas dalam rapat
paripurna.
DPR dalam permulaan masa keanggotaan dan permulaan tahun sidang DPR membuat
susunan dan keanggotaan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) yang beranggotakan
paling sedikit tujuh orang dan paling banyak sembilan orang atas usul dari fraksi-fraksi DPR
yang selanjutnya akan ditetapkan dalam rapat paripurna dengan tugas untuk penelaahan
setiap temuan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
2) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Ketentuan tentang Dewan Perwakilan Daerah untuk selanjutnya disebut DPD diatur
dalam BAB VIIA pasal 22C dan 22D. Dengan perubahan UUD 1945 NRI Tahun 1945 ini,
dibentuk sebuah lembaga negara yang baru,yaitu DPD, yang tidak dikenal dalam struktur
ketatanegaraan sebelumnya. Pembentukan DPD dimaksudkan untuk memberikan tempat bagi
daerah-daerah menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan tingkat nasional untuk
mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan daerahnya sehingga
memperkuat kesatuan nasional. Anggota DPD adalah berasal dari calon-calon perorangan dari
daerah yang bersangkutan dan dipilih secara langsung oleh rakyat di daerah tersebut. Pada
posisi yang demikian, para anggota DPD hanya akan secara murni menyuarakan kepentingan-
kepentingan daerahnya, yaitu seluruh aspek yang terkait dengan daerah yang diwakilinya, ,
karena mereka dipilih secara perseorangan dalam pemilu secara langsung oleh rakyat di
daerah yang bersangkutan.
Dalam perubahan UUD 1945 ini ditentukan dengan tegas bahwa anggota DPD dipilih
dari setiap provinsi melalui pemilihan umum (Pasal 22C ayat 1), yang jumlahnya sama untuk
setiap provinsi serta jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari sepertiga anggota DPR
(Pasal 22C ayat 2). Penegasan jumlah wakil yang sama dari setiap provinsi mengandung
maksud bahwa setiap provinsi di Indonesia dipandang dan diperlakukan sama menurut UUD
1945, sekecil apapun daerah provinsi itu, karena daerah-daerah itu adalah bagian dari
wilayah Indonesia yang menjadikan Indonesia bersatu. Kemudian, jumlah anggota DPD tidak
boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) anggota DPR dimaksudkan agar perimbangan keanggotaan
MPR yang terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD tidak didominasi oleh anggota DPD. Jika
tidak ada ketentuan itu, dikhawatirkan jumlah anggota MPR akan didominasi oleh anggota
DPD yang sebagian besar berasal dari daerah-daerah provinsi yang kecil jumlah penduduknya
karena jumlahnya yang lebih banyak. Sehingga anggota-anggota MPR yang berasal dari
daerah-daerah luar Jawa akan mendominasi anggota MPR, karena jumlah anggota DPD tidak
dibatasi oleh undang-undang dasar.
UUD NRI Tahun 1945, memberikan kewenangan yang terbatas kepada DPD dalam bidang
legislasi, anggaran serta pengawasan. Dalam bidang legislasi DPD hanya berwenang untuk
mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-undang (RUU) yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (pasal 22D
ayat 2 dan 2). Walaupun disebutkan secara limitatif kewenangan DPD untuk mengajukan dan
membahas RUU-RUU tersebut, namun kewenangan itu tidak terbatas pada lima macam RUU
itu saja, tetapi lebih luas dari itu yaitu segala RUU yang ada kaitannya dengan kelima jenis
substansi RUU yang telah disebutkan itu.
Di samping itu, DPD juga berwenang memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU
APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama (pasal 22D ayat 2).
Keterlibatan DPD untuk memberikan pertimbangan dalam pembahasan RUU tersebut
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada DPD memberikan pandangan-
pandangan dan pendapatnya atas RUU-RUU tersebut karena pasti berkaitan dengan
kepentingan daerah-daerah. Kewenangan bidang pengawasan yang diberikan kepada DPD
hanya terbatas pada pengawasan atas undang-undang yang terkait dengan jenis undang-
undang yang ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD dalam pembahasannya.
Hal ini dimaksudkan sebagai kesinambungan kewenangan DPD untuk mengawasi pelaksanaan
berbagai RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Selain itu DPD juga diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan atas pengangkatan anggota BPK (Pasal 23F
ayat 1). Latar belakang pemberian kewenangan ini karena BPK itu adalah mengawasi
penggunaan uang dari UU APBN yang ikut diberikan pertimbangan oleh DPD dalam
pembahasannya.
DPD mempunyai tugas :
1) Mengajukan kepada DPR rancangan UU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengeloalaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuagan pusat dan daerah (pasal 22D ayat (1)).
2) Ikut membahas rancangan UU yang berkaitan dengan hal tersebut di atas.
3) Melakuakan pengawasan atas pelaksanaan UU tersebut di atas.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan
kewajiban sebagai berikut:
Hak DPD adalah sebagai berikut :
1. Menyampaikan usul dan pendapat
2. Memilih dan dipilih
3. Membela diri
4. Imunitas
5. Protokoler
6. Keuangan dan administratif.
7. Mengamalkan Pancasila
8. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
menaati segala peraturan perundang-undangan
9. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
10. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan
Republik Indonesia
11. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
12. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan
daerah
13. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
14. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya
15. Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD
16. Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Sedangkan kewajiban DPD adalah :
Kewajiban DPD adalah mempertegas fungsi politik legislatif Anggota DPD RI yang meliputi
representasi, legislasi dan pengawasan yang dicirikan oleh sifat kekuatan mandatnya dari
rakyat pemilih yaitu sifat “otoritatif” atau mandat rakyat kepada anggota, di samping itu ciri
sifat ikatan atau “binding” yaitu ciri melekatnya pemikiran dan langkah kerja Anggota DPD RI
yang semata-mata didasarkan pada kepentingan dan keberpihakan pada rakyat daerah.

B. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Pemerintahan menurut etimologi (kebahasaan) berasal dari kata "perintah", yang kita ketahui
berarti suatu individu yang memiliki tugas sebagai pemberi perintah. Definisi dari Pemerintahan adalah
suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang mengatur suatu negara yang meliliki cara
dan sistem yang berbeda-beda dengan tujuan agar negara tersebut dapat tertata dengan baik.
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta
undang-undang di wilayah tertentu.
Pemerintahan mempunyai pengertian luas dan sempit. Pemerintah dalam arti luas adalah segala
urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan
negara, mulai dari pemerintah pusat sampai daerah, yang terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Adapun dalam pengertian sempit adalah segala aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan
eksekutif (Presiden atau Perdana Menteri).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka sistem pemerintahan dapat diartikan mekanisme dan
cara kerja yang membicarakan bagaimana pemabagian kekuasaan serta hubungan antar lembaga-
lembaga negara yang menjalankan kekuasan-kekuasaan negara itu dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan rakyat. Selain itu sistem pemerintahan adalah sebagai keseluruhan dari susunan atau
tatanan yang teratur dari lembaga-lembaga negara yang berkaitan satu dengan lainnya baik langsung
atau tidak langsung menurut suatu rencana atau pola untuk mencapai tujuan negara tersebut.
Oleh karena itu jika kita membicarakan sistem pemerintahan adalah membicarakan bagaimana
pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga negara yang menjalankan kekuasaan-
kekuasaan negara dalam rangka menyelenggrakan kepentingan rakyat.
Prof. Hamid S. Attamimi mengemukakan bahwa dalam sistem pemerintahan terdapat bagian-
bagian dari pemerintahan yang mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri, tetapi secara
keseluruhan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang padu dan bekerja sama secara rasional.
2. Macam-Macam Sistem Pemerintahan.
Sistem pemerintahan erat kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan eksekutif dalam
hubungannya dengan fungsi legislatif. Sistem pemerintahan yang dikenal dalam parktiknya secara garis
besar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
a. Sistem pemerintahan presiedensil (presidential system)
b. Sistem pemerintahan parlementer (parliamentary system)
c. Sistem campuran (mixed system atau hybrid system)

a.Sistem Pemerintahan Presiedensil (presidential system)


a)Pengertian dan Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Presidensil.
Yang dimaksud dengan sistem pemerintahan presidensial atau kita sebut sistem
presidensial adalah sistem pemerintahan yang dikepalai oleh seorang presiden dan menteri-
menteri bertanggung jawab kepada presiden. Sistem presidensial dalam menyelengarakan
pemerintahannya disebut kabinet presiednsial, karena dalam melaksanakan tugasnya
dipertanggung jawabkan oleh presiden.
Di dalam sistem pemerintahan presidensial yang murni antara eksekutif dan legislatif
dapat dikatakan tidak terdapat hubungan yang erat sebagaimana terjadi dalam sistem
pemerintahan parlementer. Jadi dalam sistem ini eksekutif dan legislatif tidak dapat saling
mempengaruhi
Menuurut para ahli kenegaraan, gagasan ini muncul sehubungan dengan adanya pengruh
ajaran Trias Politica, yang dikemukakan oleh Montesquieu yaitu ajaran tentang sistem
pemisahan kekuasaan (separation of power).

SOSOK
Ket : Montesquieu (1689-1755) Filsuf Prancis dalam bukunya L’Esprit Des Lois (the Spirit of
Law) tahun 1748 yang membagi kekuasaan negara dalam teori Pemisahan Kekuasaan (Trias Politica)
menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikastif.

Pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif diartikan bahwa kekuasaan eksekutif
dipegang oleh badan atau organ yang dalam menjalankan tugasnya tidak bertanggung jawab
kepada badan perwakilan rakyat (parlemen), melainkan bertanggung jawab kepada rakyat,
karena dipilih langsung oleh rakyat.
Dengan demikian kedudukan kekuasaan eksekutif adalah bebas dari pengaruh
kekuasaan legislatif, sehingga mengakibatkan kekuasaan eksekutif lebih kuat dalam
menghadapi kekuasaan eksekutif.
Susunan kekuasan eksekutif terdiri dari seorang presiden selaku kepala pemerintahan
dan didampingi atau dibantu oleh wakil presiden. Presiden dalam mejalankan kekuasaannya
sehari-hari dibantu oleh para menteri, bahkan sesungguhnya menteri-menterilah yang
menjalankan oprasional pemerinahan sehari-hari. Para menteri kedudukannya sebagai
pembantu presiden, maka para menteri dalam menjalankan tugasnya harus bertanggung
jawab kepada presiden, karena para menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
Dengan demikian presidenlah, baik sebagai eksekutif maupun sebagai kepala negara yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan tugas yang diberikan kepada para menteri.

b) Ciri-ciri sistem Pemerintahan Presidensial


Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri pokok sistem pemerintahan
presidensial antara lain sebagai berikut :
a. Kedudukan Presiden adalah sebagai Kepala Negara dan sebagai kepala eksekutif
(pemerintahan).
b. Presiden dan parlemen (DPR atau kongres) dipilih langsung oleh rakyat, melalui pemilihan
umum.
c. Presiden dan parlemen tidak dapat saling menjatuhkan. Hal ini disebabkan kedua lemabaga
tersebut langsung dipilih oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.
d. Presiden tidak dapat diberhentikan oleh parlemen sebelum habis masa jabatannya, namun
jika presiden melakukan pelanggaran yang bertentangan demgan konstitusi, berupa
pelanggaran hukum dapat dikenai “impeachmen” (pengadilan parlemen). Misalnya bila
Presiden RI melanggar konstitusi (UUD 1945) ia dapat diberhentikan sebagaimana diatur
dalam UUD 1945 pasal 7A. Pelaksanaan pemberhentian Presiden RI dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi (MK) setelah dajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kepada
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian Majelis Permusyawaratan Rakyat
paling lambat 30 (tiga puluh hari) setelah menerima usul tersebut melalui sidang
istimewa memberikan putusan.
e. Menteri-menteri yang diangkat oleh presiden tersebut tunduk dan bertanggung jawab
kepada Presiden, bukan kepada DPR.
f. Masa jabatan Presiden ditetapkan dalan jangka waktu tertentu.

c) Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Presidensial.


Di bawah ini dapat kita lihat kelebihan dan kelemahan sistem pemerintahan presidensial,
antara lain :

N KELEBIHAN KELEMAHAN
O
1. Selama masa jabatannya Presiden Karena Presiden selama masa jabatannya
tidak dapat dijatuhkan DPR, sehingga tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, maka
pemerintahan dapat berlangsung pengawasan rakyat terhadap pemerintah
stabil kurang berpengaruh
2. Pemerintah punya waktu yang cukup Pengaruh rakyat terhadap politik (kebijakan)
untuk melaksankan programnya negara kurang mendapat tempat yang seluas-
tanpa terganngu oleh krisis kabinet luasnya
(jatuhnya pemerintahan)
3. Penyusunan program kerja mudah Pada umumnya keputusan yang diambil hasil
disesuaikan dengan lama masa tawar menawar antara eksekutif dan legislatif,
jabatan yang dipegang eksekutif sehingga berdampak pada hasil keputusan
yang tidak tegas.
Tabel
Beberapa contoh negara yang menerapkan sistem pemerintahan Parlementer antara lain,
Indonesia, Amerika Serikat, Filipina dan Perancis, Argentina.

Lambang
Negara Amerika
Serikat
Ket :
Lambang Negara AS : As merupakan contoh negara yang menganut teori Trias Politica
dengan sistem Presidensial

b. Sistem Pemerintahan Parlementer (Sistem Parlementer).


a) Pengertian dan Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Parlementer.
Sistem pemrintahan Parlementer adalah sistem pemerintahan yang dikepalai oleh
perdana menteri dan pertanggungjawaban menteri-menteri kepada parlemen (DPR).
Dalam sistem pemerintahan Parlementer yang lazim antara kekuasaan eksekutif dan
legislatif (parlemen) mempunyai hubungan yang erat, timbal balik dan saling mempengaruhi.
Kedudukan kekuasaan legislatif lebih tinggi dibandingkan eksekutif.
Badan eksekutif dalam sistem palementer biasanya disebut dengan kabinet, dipimpim
oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri, bertugas menjalankan penyelenggaraan
pemerintahan seharri-hari. Kabinet harus mempertanggungjawabkan tugas pemerintahan
yang dijalankan kepada parlemen atau badan legislatif. Apabila kabinet dalam menjalankan
penyelenggaraan pemerintahan dipandang oleh legislatif (parlemen) dianggap kurang atau
tidak mencerminkan kehendak rakyat (parlemen), maka parlemen dapat membubarkan
kabinet dengan meminta pertanggungjawaban Perdana Menteri dengan mosi tidak percaya.
Sebaliknya untuk mengimbangi kekuasaan parlemen yang dapat membubarkan kabinet,
eksekutif (kabinet) melalui kepala negara dapat membubarkan parlemen, apabila kabinet
menganggap parlemen tidak mewakili kehendak rakyat (tidak representatif). Pembubaran
parlemen biasanya akan diikuti dengan pemilihan umum untuk memilih dan membentuk
anggota parlemen yang baru. Apabila parlemen yang baru tidak dapat menerima
pertanggungjawaban kabinet, berarti kabinetlah yang harus bubar atau mengundurkan diri.
Adanya pertanggungjawaban kabinet tidak berarti bahwa kabinet atau pemerintah harus
selalu mengikuti seluruh kemauan parlemen, tetapi tetap mempunyai kebebasan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahannya. Hanya saja setiap waktu parlemen dapat meminta
pertanggungjawaban terhadap kebijakan yang dijalankan kabinet.
Kedudukan Kepala Negara adalah sebagai simbol negara (personifikasi negara), sehingga
tidak dapat diganggu gugat atau tidak dapat dimintai pertanggungjawaban konstitusional. Hal
ini sesuai prinsip The King can do wrong (Raja tidak dapat dipersalahkan).

b) Ciri-ciri sistem Pemerintahan Parlementer.


Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri pokok sistem pemerintahan
parlementer antara lain :
1. Kedudukan kepala negara (Raja, Ratu, Kaisar, Presiden, Sultan) tidak dapat diganggu
gugat.
2. Kabinet (pemerintah/ekeskutif) yang dipimpin perdana meneteri bertanggunmg jawab
kepada parlemen.
3. Susunan anggota dan program kabinet berdasarkan atas suara terbanyak di parlemen.
4. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif, bahkan keduanya saling
mempengaruhi satu sama lain.
5. Kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan tidak dalam satu tangan (terpisah),
sehingga kedudukan kepala negara tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
konstitusional.
6. Kabinet dapat dijatuhkan atau dibubarkan oleh Parlemen, dan sebaliknya kabinet dapat
membubarkan parlemen melalui kekuasaan Kepala Negara.
Berdasarkan sejarahnya sistem pemerintahan parlementer mulai dikenal di Inggris,
kemudian disusul oleh negara-negara Eropa Barat dan negara-negara Asia termasuk
Indonesia pada periode Kionstitusi RIS ’49 dan UUD S ’50. Saat ini negara-negara yang
menganut sistem pemerintahan parlementer antara lain, Jepang, Malaysia, Belanda,
Singapura dan India.
Gambar 1.2. Kerajaan Inggris di bawah Ratu Elizabeth II
merupakan contoh pemerintahan yang menerapkan Sistem
Monarkic) Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Parlementer.
Konstitusional.

Sebagaimana dalam sistem pemerintahan Presidensial,


sistem pemerintahan Parlementer tidak lepas dari kelebihan
dan kekurangan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan. Di

bawah ini terdapat kelebihan dan kelemahan sistem pemeerintahan


parlementer, antara lain :
N KELEBIHAN KELEMAHAN
O
1. Mudah tercapai kesesuaian pendapat Kedudukan eksekutif tidak stabil Karena
antara eksekutif dengan legislatif, kabinet dapat diberhentikan setiap saat
selama pemerintahan bukan kabinet oleh parlemen
koalisi
2. Menteri-menteri yang diangkat Sering terjadi pergantian kabinet, bila
merupakan kehendak suara terbanyak di kabinet dalam bentuk koalisi, sehingga
parlemen, sehingga merefresentasikan kebijakan politik negara menjadi labil
kehendak rakyat.
3. Menteri-menteri akan berhati-hati dalam Karena dapat terjadi pergantian kabinet
menjalankan tugasnya, karena setiap secara mendadak, sehingga eksekutif
saat dapat dijatuhkan oleh parlemen tidak dapat mengerjakan program
kerjanya dengan baik
Dst.........sama dengan BUKU PKn Bab 2 Sistem Pemerintahan, Kur
2006 Kelas XII sampai materi : Reformasi pemerintahan SBY

C. KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


1. Sifat Hakikat Negara

BAB 1 PKn HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA hal 3-6 KTSP (Edisi revisi)

2. Hakikat dan Macam-Macam Kedaulatan

Kedaulatan diartikan sebagai kekuaaan tertinggi dalam penyelenggaraan kegiatan


bernegara. Kedaulatan negara meliputi kedaulatan kedalam dan kedaulatan keluar.
Kedaulatan kedalam adalah suatu pemerintahan negara yang berhak mengatur segala
kehidupan rakyat Indonesia melalui berbagai lembaga negara dan perangkat lainnya, tanpa
campur tangan negara lain. Sedangkan kedaulatan keluar adalah suatu pemerintahan negara
yang mempunyai hak atau kekuasaan untuk mengadakan hubungan dan kerjasama dengan
negara lain yang saling menguntungkan demi terpenuhinya kepentingan bersama.
Kedaulatan negara sejatinya tidak hanya dimaknai secara yurusdiksi, tetapi kedaulan
untuk melindungi rakyat dalam segala aspek kehidupan sebagaiman diamanatkan Pembukaan
UUD NRI tahun 1945. Di era kekinian sudahkan Indonesia menjadi negara yang benar-benar
berdaulat terutama dari tekanan globalisasi dan pasar bebas dunia yang semakin
memarjinalkan dan menindas kedaultan rakyat dalam arti yang sebenarnya, khususnya
masyarakat pedesaan.
Sudahkan Indonesia mempunyai kedaultan dalam arti yang sebenatnya, baik itu politik,
ekonomi (pangan), hukum, sosial-budaya dan hankam.
Kedaulatan menurut Jean Bodin ada 4 sifat pokok yaitu:
a) Kedaulatan permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara itu masih berdiri
b) Kedaultan asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi
c) Kedaulatan bulat, artinya kedaulatan itu hanya satusatunya kekuasaan yang tertinggi
d) Kedaultan tidak terbatas, artinya tidak ada yang terbatas, sebab apabila terbatas maka
sifat tertinggi akan lenyap

3. Kedaulatan Negara Republik Indonsia

Dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa : “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal ini menunjukan dan
mempertegas sejatinya pemegang kedaulatan tertinggi adalah rakyat, baik kedaultan
kedalam mapun keluar. Rakyatlah sebagai pemegang dan pemilik kedaulatan atau kekuasaan
yang sebenarnya sebagaimana diatur melalui UUD NRI Tahun 1945.
Kalau kita telaah dengan sesksama konsep, asas, dan sistem yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD NRI tahun 1945, sesungguhnya menganut 4
(empat) teori kedaulatan, yaitu :
a. Teori Kedaulatan Tuhan
Didalam UUD NR Tahun 1945 kata Tuhan disebutkan sebanyak 4 (empat) kali, masing-
masing yaitu:
1. Pertama, kata “Allah” pada rumusan pembukaan alenia ketiga: “Atas berkat rakhmat Allah
Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.”
Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 aline ketiga dinyatakan bahwa : “ Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya”.
Berdasarkan aline ketiga tersebut merupakan bentuk pengakuan yang nyata terhadap
adanya kedaulatan Tuhan berupa nilai religius, artinya rakyat Indonesia mengakui bahwa
kemerdeaan Ri diperoleh dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini mengandung
makna, bahwa negara Indonesia mengakui adanya nilai relegius atau hukum Tuhan (teori
kedaulatan Tuhan), hukum kodrati dan hukum etis, bahkan ketiganya merupakan sumber
hukum dan sumber nilai dan moral nagi negara RI dan menjadi hukum postif bagi Negara
Indonesia. Sedangkan hukum filsafatnya adalah dasar filsafat atau pedoman dasar dalam
bentuk dan sifat yang disimpulkan dari hukum kodrat dan hukum etis.
Secara filosofis bangsa Indonesia mengakui bahwa manusi adalah makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa, sehingga kemerdekaan dan negara Indonesia disamping jerih payah perjuangan
bangsa Indonesia , dan juga yang terpenting adalah merupakan rahmat dari Tuhan Yang
maha Kuasa.
Pengakuan nilai moral, yang terkandung dalam pernyataan : “didorongkan oleh keinginan
luhir supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas”.... Hal ini mengandung makana negara
dan bangsa Indonesia mengakui nilai-nilai moral dan hak kodrati untuk segala bangsa.
Demikian juga niali-nilai moral dan nilai-nilai kodrat tersebut merupakan asas bagi kehidupan
kenegaraan bangsa Indonesia merdeka.
2. Kedua, kata “Tuhan” dalam rumusan Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan rumusan sila pertama Pancasila :
“...maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,...”
3. Ketiga, kata “Allah” dalam rumusan Pasal 9 ayat (1) UUD 1945, yang dimulai dengan
kalimat: “...Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban saya...”.
4. Keempat, Kata Tuhan dalam rumusan Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
bahwa: “Negara Berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dari pemaparan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara normatif dan
kontekstual, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara yang berdasar dan
mendasarkan diri pada kedaulatan Tuhan.
Prof. Jimly Asshiddiqie menyebutkan bahwa dalam pengertian ke-Maha Kekuasaan Tuhan
atau Kedaulatan Tuhan, dalam praktik ketatanegaraan mengandung maksud bahwa terdapat
persamaan dan kemanusiaan dan persamaan antara warga negara yang dipandang sama
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Setiap orang lahir dalam keadaan yang sama dan
menyandang hak-hak yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yang mutlak dan
berkuasa hanyalah Tuhan, sedangkan yang lain hanyalah nisbi dan relatif belaka.
b. Teori Kedaulatan Rakyat
Konsepsi kedaulatan rakyat atau demokrasi jelas terkandung dalam UUD 1945. Dari
pembukaan sampai ke Pasal dan ayat-ayatnya jelas terkandung konsepsi Kedaulatan Rakyat.
Dalam Alenia Keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan: “....dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Prinsip kedaulatan rakyat juga tercantum dengan jelas dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945 yang berbunyi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Prinsip kedaulatan rakyat tersebut juga nampak dalam seluruh
mekanisme dan prosedur yang terdapat dalam UUD NRI Tahun 1945. Mulai dari prosedur
rekruitmen politik, kekuasaan, legislasi, pajak dan pemilu mencerminkan bahwa UUD NRI
Tahun 1945 menganut paham kedaulatan rakyat dengan konsep perwakilan.
Bahkan menurut Prof. Jimly Asshiddiqie, konsep kedaulatan rakyat yang terdapat dalam
UUD NRI Tahun 1945 bukan hanya bersifat politik, melainkan juga ekonomi dan sosial. Hal ini
dapat dilhat dalam pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa: “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Dalam pasal 33 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 diatas menyiratkan bahwa Indonesia
menganut paham kedaulatan rakyat dibidang ekonomi. Hal ini tentu saja berbeda dengan
negara-negara liberal seperti Amerika Serikat, dimana soal-soal ekonomi tidak diatur dalam
konstitusi. Oleh karena itu, menurut KC Wheare dan C.F. Strong, Undang-Undang Dasar
Negara yang tidak mengatur mengenai ekonomi dan sosial, disebut sebagai Konstitusi Politik
bukan Konstitusi Ekonomi atau Konstitusi Sosial.
Sedangkan Indonesia, UUD NRI Tahun 1945 mengatur mengenai ekonomi (Pasal 33) dan
Sosial (Pasal 34), maka bisa disebut, demikian menurut para ahli, bahwa UUD NRI Tahun
1945 bukan hanya konstitusi politik semata melainkan konstitusi ekonomi dan sosial. Oleh
karenanya kedaulatan yang terdapat di dalam UUD NRI Tahun 1945, juga termaktub
kedaulatan rakyat dibidang politik, hukum,ekonomi dan sosial-budaya, serta hankam.
c. Teori Kedaultan Hukum.
Dalam UUD NRI Tahun 1945 secara jelas menyebutkan menganut paham kedaulatan
hukum. Hal itu bisa dilihat dalam Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: ”Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Selain itu rumusan Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi ”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” mencerminkan suatu
konsep konstitusional demokrasi atau demokrasi yang bersifat konstitusional atau demokrasi
yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar.
Oleh karena itu rumusan Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) mengandung maksud bahwa
negara hukum yang ada di Indonesia adalah sebuah negara hukum yang demokratis dan
konstitusional. Sehingga pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara Indonesia bukanlah
raja, rakyat, atau penguasa melainkan konstitusi yang harus dan wajib dijunjung tinggi,
dimana tidak boleh ada suatu hukum atau peraturan yang boleh bertentangan dengan
Konstitusi.
d. Teori Kedaulatan Negara
Dalam ketentuan UUD NRI 1945 Indonsia dapat dikatakan menganut teori kedaulatan
negara, sebagaiman terdapat dalam alinea ke empat UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan
bahwa “ Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,.....”
Oleh karena itu teori kedaulatan negara Indonesia sebagaimana diamanatkna Pembukaan
UUD NRI 1945 merupakan penganut teori kedaulatan negara kesejahteraana, yang tidak
hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (HAM),
tetapi harus mampu menjeheterakan dan mencerdasakan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
dipertegas dengan pasal-pasal dalam UUD NRI 1945 pasal 28,A-28J, 31, 32 dan 33 serta 34.
Sebagaiman negara yang berdaulat, maka Indonesia harus terus membangun kedaulatan
negara dalam arti yang sesungguhnya, baik itu kedaulatan kedalam maupun kedaulatan
keluar. Membangun kedaulatan merupakan amanat UUD NRI Tahun 1945 yang berlangsung
terus menenerus sepanjang waktu dan sepanjang jalan dengan cara mempertahan, membela
dan memperjuangkan dalam berbagai aspek kehidupan yang meliputi kedaulatan politik,
hukum, ekonomi (pangan), sosial-budaya serta poethanan dan kemamanan negara.
Di bawah ini merupakan upya- dalam mebanganum kedaultan dalam berbagai aspek
kehidupan, antara lain :
a. Kedaulatana politik
Indonesia memang sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945, namun betulkah Indonesia
sejatinya telah mempunyai kedaulatan dalam arti yang sesungguhnya. Dapatkah Indonesia
mempunyai kedaulatan yang utuh kalau masih banyak ditemukan kasus-kasus pelanggaran
terhadap wilayah kedaulatan Indonsia terutama oleh negara tetangga, baik kedaulatan di
darat, laut maupun udara, sebagaimana diamanatkan UUD 1945 pasal 25A, yang
menyebutkan : “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang”.
Kedaulatan wilayah darat dan puluau-pulau terluar Indonesia dengan negara tetangga,
belum mempu menjaganya dengan baik, bahkan ditemukan patok-patok perbatasan darat di
Kalimantan dengan Malaysia hampir sulit ditentukan dengan jelas
Parbatasan anatara kedua negara.
Kedaulatan pulau-pulai terluar wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai
Merauke masih memerlukan perjuangan yang gigih untuk tetap menjadi NKRI. Lepasnya
Sipadan dan Ligitan dar NKRI sejak 17 Desember 2002 menjadi pelajaran berharga bagi
Indonesia dalam memperjuangan wilayah kedaulatan Indonesia. Jangan semapai Ambalat dan
pulau-pulau terluar Indonesia bernasib sama dengan Sipadan dan Ligitan.
Kedaulatan politik Indonesia tidak boleh tunduk dan takut akan tekanan dan campur
tangan asing tergadap urusan dalam negeri Indonesia. Terungkapnya kasus penyadapan
Pemerintah Australia terhadap Indonesia, sesunggung menyangkaut kedaulatan Indonsia.
Ilustrasi foto tentang pengingkaran kedaulatan/membangun kedaulatan
dalam bidang politik

b. Kedaulatan hukum
Kedaultan hukum merupakan kedaulatan tertinggi dalam sistem negara Indonesia,
sebagai tercantum dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan bahawa : “Indonesia
adalah negara hukum”. Siapapun yang berada dalam wilayah yurisdiksi Indonesia harus
tunduk dan menghormati hukum di Indonesia. Salah satu yang melukai rasa kedilan hukum
rakyat Indonsia adalah menyangkut kasus hukum dalam kasus narkoba atas nama Schapelle
Corby si “ratu mariyuana”, adalah seorang warga negara Australia yang tertangkap tangan
hendak menyelundupkan ganja sebanyak 4,2 kg di Bandara Ngurah Rai, Bali pada tanggal 8
Oktober 2004 silam, yang divonis selama 20 tahun, belakangan ia mendapat grasi dari
Presiden RI. Kasus demikian bisa jadi indikasi lemahnya kedaultan hukum di Indonesia. Atau
kasus terduga teroris atas nama Hambali yang diciduk oleh AS di wilayah yurisdiksi Indonesia,
dan pihak Indonesia terkesan tanpa berbuat apa-apa.
Kedaultan hukum harus terus dibangun, terutama oleh Pemerintah di bawah
kepemimpinan yang kuat, bersih dan berwibawa dengan dukungan rakyat secara penuh
terhadap sikap dan tindakan pemerintah beasarkan amanat konstitusir
Ilustrasi foto tentang pengingkaran kedaulatan/membangun kedaulatan
dalam bidang hukum

c. Kedaulatan ekonomi (pangan)


Kedaulatan ekonomi Indonsia adalah kedaulatan ekonomi yang didasarkan pada sistem
ekonomi pasal 23 ayat (1), 27 ayat (2), 28,32, dan 33 ayat (1), (2) dan (3). Kedaulatan
ekonomi Indonesia terancam oleh pusaran neoliberalisme dan terkebirinya kedaultan ekonomi
nasional. Menurut Hendri Saparini, setidaknya terlihat dari penyerahan memenuhan
kebutuhan dan pelayanan dasar kepada pasar dan swasta asing serta penguasaan ekonomi
oleh swasta internasional, singga tingakt kemskinan dan pengangguran masih belum teratasi
samapi saat ini.
Indonesia sebagai negara agraris sangat sulit mencapai kedaulatan pangan, sehingga
masih menjadi pengimpor beras, kedelai dan ternak terbesar guna memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri, sehingga pemerintah seharusnya menentapkan jenis pangan strategis
dan menjamin pemenuhan kebutuhan rakyat guna mencapai kedaultan pangan
Ilustrasi foto tentang pengingkaran kedaulatan/membangun kedaulatan
dalam bidang ekonomi

d. Kedaulatan sosial-budaya
Kedaulatan sosial budaya hendaknya berdasarkan pada UUD 1945 pasal 29 ayat (1) dan
(2), pasal 31,32 dan 34. Pancasila sebagai jati diri dan karakter bangsa merupakan indikator
yang dapat dijadikan landasan membangun kedaulatan dalam bidang sosial-budaya kedaultan
budaya sebagaimana tercntum dalam UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
Untuk membangun kedaulatan budaya Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar
berkembangnya bagi penetrasi nilai-nilia budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa. Indonesia harus mampu mengembangkan dan melestarikan budaya bangsa
dala percaturan internasional, guna memperkaya peradaban umat manusia, sehingga
Indonesia tidak hanya berdaulta budata di negeri sendiri tetapi dapat berdaulat dalam
pergau;an internasional dengan menjadikan budaya nasional ,menjadi budaya dunia, seperti
batik, angklung dan tari saman.
Ilustrasi foto tentang pengingkaran kedaulatan/membangun kedaulatan
dalam bidang sosial-budaya

e. Kedaulatan pertahanan dan keamanan


Kedaulatan dalam bidang hankam adalah kedaulatan sebagaiman tercantum dalam pasal
27 ayat (3) dan pasal 3 UUD NRI Tahun 1945. Kedaulatan hankam adalah manunggalnya
kekuatan TNI-POLRI dengan rakyat dengan sishankamrata. Sejarah memberikan pelajaran
berharga terhadap kukunya kedaulatan hankam, bahwa terwujudnya kedaulatan hankam
hendaknya bertumpu pada kekuatan dan kepercayaan diri sebagai bangsa.
Ilustrasi foto tentang pengingkaran kedaulatan/membangun kedaulatan
dalam bidang hankamk
REFLEKSI :
Setelah anda mempelajari tentang bentuk dan kedaulatan NRI siapkah anda untuk membela,
menjaga dan memepertahankan bentuk dan kedaulatan NKRI dalam praktik kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga NKRI tetap lestari sepanjang masa. Coba
tuliskan pada buku catatan kalian sudahkan kalian membela, menjaga dan memepertahankan
bentuk dan kedaulatan NKRI, sebutkan pula kendala-kendalanya !

AKTIVITAS SAINTIFIK CIVICS

Isilah telaah konstitusi dalam AKTIVITAS CIVICS di bawah ini dengan terlebih dahulu mengamati UUD NRI
Tahun 1945, kemudian bertanyalah, atau dapat mengumpulkan data/refensi dari berbagai sumber dan
menghubungkannya serta mengkomukasikan di depan kelas dengan cara menjawab pertanyaan di bawah
ini !

NO ASPEK-ASPEK KETENTUAN PASAL KASUS BUKTI


UUD NRI 1945 PELANGGARAN
KEDAULATAN
1 POLITIK
2 HUKUM
3 EKONOMI
4 SOSIAL-BUDAYA
5 HANKAM

Rangkuman Materi

1. Bentuk negara merupakan peninjauan secara sosiologis, yaitu suatu sistem yang
berlaku, yang menentukan bagaimana hubungan antara alat perlengkapan negara yang
diatur oleh konstitusinya. Jadi bentuk negara adalah pengelompokan negara
berdasarkan kriteria distribusi kekuasaan (resmi) antar berbagai tingkat pemerintahan
dalam suatu negara.
2. Bentuk dan kedaulatan Republik Indonesia terdapat dalam BAB I pasal 1 UUD NRI Tahun
1945, yang menyebutkan :
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum
3. Bentuk kedaulatan berdasarkan UUD NRI Tahun 1945, sesungguhnya menganut teori
kedaulatan Tuhan, rakyat dan hukum sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (2)
dan (3) serta pasal 29 UUD 1945. Kemudian dalam parktik penyelenggaraan
pemerintahan negara menganut sistem pemerintahan presidensial.
4. Bentuk dan kedaulatan serta kekuasaan Negara RI daam praktiknya sebagaimana
amanat UUD NRI Tahun 1945 didistribusikan melalui lembaga-lemaba negara, baik itu
lemabaga legislatif, eksekutif, yudikatif dan eksaminatif, seperti MPR, DPR, DPD,
Presiden, MA,dan BPK yang diberikan tugas dan wewenang oleh konstitusi negara
5. Sebagai realisasi dari Indonesa menganut teori kedaulatan rakyat dan hukum, maka
diselenggarakan Pemilu setiap lima tahun sekali, untuk memilih wakil-wakil rakyat, baik
itu di lembaga legislatif maupun eksekutif, di tingkat pusat maupun di daerah,
sebagaimana amanat UUD 1945 yang ketentuannya diatur dengan UU.
6. Kedaulatan diartikan sebagai kekuaaan tertinggi dalam penyelenggaraan kegiatan
bernegara. Kedaulatan negara meliputi kedaulatan kedalam dan kedaulatan keluar.
Kedaulatan kedalam adalah suatu pemerintahan negara yang berhak mengatur segala
kehidupan rakyat Indonesia melalui berbagai lembaga negara dan perangkat lainnya,
tanpa campur tangan negara lain. Sedangkan kedaulatan keluar adalah suatu
pemerintahan negara yang mempunyai hak atau kekuasaan untuk mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan negara lain yang saling menguntungkan demi
terpenuhinya kepentingan bersama.
7. Kedaulatan menurut Jean Bodin ada 4 sifat pokok yaitu:
a. Kedaulatan permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara itu masih
berdiri
b. Kedaultan asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi
c. Kedaulatan bulat, artinya kedaulatan itu hanya satusatunya kekuasaan yang tertinggi
d. Kedaultan tidak terbatas, artinya tidak ada yang terbatas, sebab apabila terbatas
maka sifat tertinggi akan lenyap
8. Indonesia sebagai negara yang berdaulat menganut teori kedaultan Tuhan, teori kedaultan
rakyat, teori kedaultan hukum dan teori kedaultan negara
9. Kedaulatan yang terdapat di dalam UUD NRI Tahun 1945, terdiri dari kedaulatan dalam
bidang dibidang politik, hukum,ekonomi dan sosial-budaya, serta hankam.

A. Uji Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)

I Pilihan Ganda

1. Bentuk dan kedaulatan NKRI terdapat dalam UUD NRI 1945 pasal .....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
2. Bentuk negara Indonesia sebagaiaman tercantum dalam UUD 1945 adalah ....
A. Republik
B. Kesatuan
C. Presidensil
D. Parlementer
E. Federasi

3. Rongrorang terhadp NKRI pernah terjadi pada masa awal kemerdekaan dengan
berlakunya KOnstitui RIS 1949 dengan bentuk negara ....
A. Republik
B. Parlementer
C. Federasi
D. Uni republik
E. Monarki

4. Mekanisme dan cara kerja yang membicarakan bagaimana pemabagian kekuasaan serta
hubungan antar lembaga-lembaga negara yang menjalankan kekuasaan-kekuasaan
negara itu dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat, disebut ….
A. Sistem ketatanegaraan
B. Sistem politik
C. Sistem kekuasaan
D. Sistem pemerintahan
E. Sistem kenegaraan
5. Segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat
dan kepentingan negara, mulai dari pemerintah Pusat sampai daerah, yang terdiri dari
eksekutif, legislatif dan yudikatif, disebut ….
A. Pemerintah
B. Pemerintah dalam arti sempit
C. Pemerintah dalam arti luas
D. Pemerintahan negara
E. Pemerintahan Pusat
6. Perhatikan tabel berikut !

N Pemerintah arti luas Pemerintah


o arti sempit
1 Keseluruhan dari badan Yang mempunyai peranan sebagai
pengurus negara penyelenggara pemerintahan
2 Semua pejabat menjalankan Kepala pemerintahan dan para menteri
tugas dari pusat sampai daerah
3 Kepala negara dengan para Presiden beserta menteri
menteri
4 Eksekutif dan yudikatif Eksekutif dan legislatif

Berdasarkan tabel di atas perbedaan pemerintahan dalam arti luas dengan pemerintahan
dalam arti sempit ditunjukkan oleh nomor ….
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 2 dan 4

7. Sistem pemerintahan yang dalam pelaksanaaan tugas menteri-menteri


dipertanggungjawabkan kepada Presiden disebut ….
a. Sistem Parlementer
b. Sistem Presidensial
c. Bentuk Pemerintahan Republik
d. Monarki Presidensial
e. Monarki Parlementer

8. Setiap sistem pemerintahan mempunyai ciri-ciri tertentu. Di bawah ini bukan ciri-ciri
sistem pemerintahan Presidensial, yaitu ….
a. Presiden dan parlemen dipilih langsung oleh rakyat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Parlemen
d. Presiden tidak dapat dibubarkan oleh parlemen
e. Presiden hanya sebagai kepala negara

9. Salah satu ciri dalam sistem pemerintahan Presidensial adalah ….


a. Presiden dapat menjatuhkan Parlemen
b. Presiden dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada Parlemen
c. Kedudukan Presiden lebih tinggi dari Parlemen
d. Presiden tidak dapat saling menjatuhkan dengan parlemen
e. Kedudukan Parlemen (DPR) lebih tinggi dari Presiden

10. Yang memegang kekuasaan eksekutif dalam sistem Parlementer adalah ….


A. Parlemen
B. Perdana Menteri dan menteri-mneteri
C. Presiden dan Perdana menteri
D. Kepala Negara
E. Kepala negara dan Kepala Pemerintahan

11. Sistem pemerintahan yang pelaksanaan tugas menteri-menteri (kabinet) kepada Parlemen
(DPR), disebut ….
c. Sistem Presidensial
d. Sistem Parlementer
e. Monarki Parlementer
f. Monarki Republik
g. Bentuk Pemerintahan Republik

12. Perhatikan berikut ini !


2. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif
3. Ekesekutif bertanggung jawab kepada legislatif
4. Ekesekutif dapat membubarkan parlemen
5. Kabinet dibentuk oleh parlemen berdasarkan hasil pemilu
6. Menteri-menteri bertanggung jawab kepada parlemen
7. Perdana Menteri dan parlemen dipilih langsung oleh rakyat
Yang merupakan ciri-ciri sistem pemerintahan Parlementer ditunjukkan oleh nomor
….
a. 1, 2, 3, dan 4
b. 1, 3, 4, dan 5
c. 1, 2, 4, dan 5
d. 2, 3, 4, dan 6
e. 3, 4, 5, dan 6

13. Perhatikan data berikut : !

KELEBIHAN KELEMAHAN
1 Selama masa jabatannya Presiden tidak Karena Presiden selama masa
dapat dijatuhkan DPR, sehingga jabatannya tidak dapat
pemerintahan dapat berlangsung stabil dijatuhkan oleh DPR, maka
pengawasan rakyat terhadap
pemerintah kurang berpengaruh
2 Pada umumnya keputusan yang diambil Penyusunan program kerja
hasil tawar menawar antara eksekutif dan mudah disesuaikan dengan lama
legislatif, sehingga berdampak pada hasil masa jabatan yang dipegang
keputusan yang tidak tegas eksekutif
3 Pemerintah punya waktu yang cukup untuk Pengaruh rakyat terhadap politik
. melaksankan programnya tanpa terganngu (kebijakan) negara kurang
oleh krisis kabinet (jatuhnya mendapat tempat yang seluas-
pemerintahan) luasnya
4 Penyusunan program kerja mudah Pada umumnya keputusan yang
. disesuaikan dengan lama masa jabatan diambil hasil tawar menawar
yang dipegang eksekutif antara eksekutif dan legislatif,
sehingga berdampak pada hasil
keputusan yang tidak tegas.
5 Karena Presiden selama masa jabatannya Pemerintah punya waktu yang
tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, maka cukup untuk melaksankan
pengawasan rakyat terhadap pemerintah programnya tanpa terganngu
kurang berpengaruh oleh krisis kabinet (jatuhnya
pemerintahan)

Berdasarkan tabel di atas yang termasuk kelebihan dan kelemahan sistem pemerintahan
presidensial, terdapat pada nomor .....
a. 1, 2 dan 3
b. 2,3 dan 4
c. 1,3 dan 4
d. 3,4 dan 5
e. 2,3 dan 5

14. Perhatikan data berikut ini !

N KELEBIHAN KELEMAHAN
O
1. Mudah tercapai kesesuaian pendapat Kedudukan eksekutif tidak stabil
antara eksekutif dengan legislatif, selama Karena kabinet dapat
pemerintahan bukan kabinet koalisi diberhentikan setiap saat oleh
parlemen
2. Menteri-menteri yang diangkat Sering terjadi pergantian kabinet,
merupakan kehendak suara terbanyak di bila kabinet dalam bentuk koalisi,
parlemen, sehingga merefresentasikan sehingga kebijakan politik negara
kehendak rakyat. menjadi labil
3. Menteri-menteri akan berhati-hati dalam Karena dapat terjadi pergantian
menjalankan tugasnya, karena setiap kabinet secara mendadak,
saat dapat dijatuhkan oleh parlemen sehingga eksekutif tidak dapat
mengerjakan program kerjanya
dengan baik
4 Kedudukan eksekutif tidak stabil Karena Mudah tercapai kesesuaian
kabinet dapat diberhentikan setiap saat pendapat antara eksekutif dengan
oleh parlemen legislatif, selama pemerintahan
bukan kabinet koalisi
5 Sering terjadi pergantian kabinet, bila Menteri-menteri yang diangkat
kabinet dalam bentuk koalisi, sehingga merupakan kehendak suara
kebijakan politik negara menjadi labil terbanyak di parlemen, sehingga
merefresentasikan kehendak
rakyat.

Berdasarkan tabel data diatas yang merupakan kelebihan dan kelemahan sistem
pemerintahan parlementer adalah pada nomor ....
a. 1, 2 dan 3
b. 2,3 dan 4
c. 3,4 dan 5
d. 2,4 dan 5
e. 1,3 dan 5

15. Kabinet yang dibentuk di luar campur tangan parlemen atau DPR. Dalam kabinet ini,
menteri-menteri dipilih oleh presiden dan merupakan tokoh yang dianggap cakap untuk
melaksanakan tugas-tugas kabinet (zaken kabinet), disebut .....
a. Kabinet presidensial
b. Kabinet parlementer
c. Kibinet ekstra parleenter
d. Quasi parlementer
e. Kabinet Koalisi

II. Uji Pemahaman Konsep (Essay)


1. Sebutkan ketentuan yang mengatur tentang bentuk dan kedaulatan NRI !
2. Sebutkan ketentuan pasal yang mengatur tentang bentuk dan kedaultan berdasarkan
UUD 1945 !
3. Sebutkan hak (tugas) dan kewenangan MPR, serta ketentuan yang mengaturnya !
4. Sebutkan alat-alat kelengkapan MPR dan tugasnya !
5. Sebutkan ketentuan yang mengatur tentang Pemerintahan Negara RI !
6. Sebutkan hak atau tugas dan kewenangan Presiden RI !
7. Sebutkan alat-alat kelenggkapan DPR dan tugas-tugasnya !
8. Sebutkan fungsi pokok DPR !
9. Sebutkan pengertian sistem pemerintahan !
10. Sebutkan macam-macam sistem pemerintahan !
11. Jelaskan kelemahan dan kelebihan sistem pemerintahan !
12. Sebutkan pengertian dan macam-macam kedaulatan menurut Jeand Boden !
13. Jelaskan teori kedaultan yang di anut UUD NRI Tahun 1945 !
14. Jelaskan kedaultan Indonesia dalam bidanh politik,hukum,ekonomi, sosial-budaya, serta
hankam !
15. Jelaskan pendapat anda sudah Indonesia menjadi negara yang berdaultan dalam
pengertian yang sebenarnya !

II. Penilaian Diri/Sikap


Berilah tanda cek (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian!

YA

TDK
NO PERNYATAAN

1 Indonesia adalah negara yang cinta damai tetapi lebih cinta


akan kemedekaan dan kedaulatan

2 Negara RI adalah negara yang belum berdaulat dalam arti yang


sesungguhnya

3 Dalam rangka membangun kedaulatan budaya hendaknya


mengemari budaya asing dan berupaya untuk meninggalkan
kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional

4 Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


membangun kedaulatan harus mulai dari diri sendiri dengan
menghargai bangsa sendiri

5 Kedaulatan politik,hukum,ekonomi, sosial-budaya dan hankam


hendaknya harus berlandasakan pada UUD NRI Tahun 1945

Keterangan:

Ya= sependapat dengan pernyataan ( skor 1, jika pernyataan positif, dan skor 0 jika
pernyataan negatif)
Tdk=tidak sependapat dengan pernyataan ( skor 0, jika pernyataan positif dan skor 1 jika
pernyataan negatif)

III. PENUGASAN PORTOFOLIO :

N NAMA KETENTUAN FUNGSI,TUGAS PEMIMPIN PROSEDUR


LEMB YANG DAN LEMBAG PEMBENTUKAN
AGA MENGATUR WEWENANG A
NEGARA NEGAR
A

1. MPR

2 DPR

3 PRESIDEN

4. BPK

5. MA(MK,KY)

IV. Uji Kompetensi Keterampilan


Penilaian Proyek: Kunjungan Lapangan
1. Lakukan pengamatan, atau observasi terhadap warga masyarakat atau lingkungan sekolah
kalian!
2. Tanyakan tentang hak berdaulAtan Negara Indonesia tertuang dalam UUD NRI Tahun
1945. Apakah terjadi pelanggaran atau pengingkaran kedaulatan negara baik kedaulatan
darat, laut, dan udara
3. Hal-hal yang harus diperhatikan karena menjadi kriteria penilaian adalah:
a. sistematika laporan;
b. kelengkapan dan kebermaknaan informasi;
c. ketepatan identifikasi kegiatan akan akesadaran hak dan kewajiban WNI menurut
tentang UUD NRI Tahun 1945
d. bahasa dan tata tulis.
4. Buatlah laporan secara tertulis, dapat diketik atau ditulis tangan, dengan sistematika yang
benar !

Anda mungkin juga menyukai