Anda di halaman 1dari 24

RANGKUMAN

ILMU NEGARA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
BAB 1 TEORI TENTANG SIFAT HAKEKAT NEGARA
Pokok Bahasan :
A. Beberapa Definisi
B. Tinjauan Historis, Sosiologis, dan Yuridis
C. Teori satu segi, teori dua segi, dan teori tiga
segi
D. Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara
E.Unsur-unsur yang dimiliki negara
A. Beberapa Definisi
1. George Jellinek
negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman yang tertentu
2. R.M. Kranenburg
negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak suatu golongan atau
bangsanya sendiri
3. Logemann
negara ialah organisasi (ikatan kerja) kemasyarakatan yang bertujuan mengatur dan
memelihara masyarakat tertentu dengan kewibawaannya
4. Bellefroid
negara adalah suatu masyarakat hukum yang secara kekal menempati suatu daerah
tertentu dan yang diperlengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk mengurus
kepentingan umum
5. R.M. Mac Iver
negara adalah asosiasi (persekutuan) yang menyelenggarakan penertiban di dalam
suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan suatu sistem hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa
6. Max Weber
negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekuasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah
7. Ludwig Gumplowicz
negara itu tidak lain daripada organisasi dari kekuasaan golongan kecil atas
golongan besar
8. Prof. Mr. Sunarko
negara ialah suatu jenis dari suatu organisasi masyarakat yang mengandung tiga
hakekat atau kriteria, yaitu harus ada daerah, warga negara dan kekuasaan tertentu.

B.Tinjauan Negara (Historis, Sosiologis dan Yuridis)


1. Tinjauan secara HISTORIS adalah tinjauan dari perkembangan penggunaan istilah
dan dasar pemakaian istilah tersebut mengenai apa yang kini disebut sebagai
“negara”, yakni sejak masa Yunani dan Romawi kuno, masa abad menengah, masa
permulaan abad modern, hingga masa kini.
a. Masa Yunani Kuno : negara dikenal dengan istilah Polis, yang kalau kita
tinjau dari sudut pandang sekarang artinya “suatu negara kota”(city state)
dengan segala sifat khususnya, seperti misalnya demokrasi langsung. Dari sini
kemudian timbul pengertian politik dan ilmu politik
b. Masa Romawi Kuno : negara dikenal dengan istilah “empiri, Empirio,
Empirium”, dengan wilayah yang sudah sangat luas (country state), dan
penekanan pada segi pemerintahan (empire). Negara menjadi semacam milik
suatu dinasti (wangsa, keturunan). Hal ini terus berkembang hingga jaman
modern dengan istilah : Kerajaan, Kekaisaran, Kesultanan, Kesunanan, dll
c. Masa Abad Menengah :Tinjauannya bersifat keagamaan, sehingga negara
disebut dengan istilah “civitas”(masyarakat). Dalam hal ini oleh Augustinus,
negara dipisahkan antara yang bersifat keagamaan/keilahian (civitas Dei) dan
negara yang bersifat keduniawian (civitas terrena atau civitas diaboli),
dengan pandangannya yang bersifat teokratis-langsung, Augustinus
berpendirian bahwa civitas terrena harus mendekati “civitas Dei” yang diatur
oleh hukum-hukum Tuhan. (teori ini sering dikenal sebagai “Teori Matahari-
Rembulan” yaitu bahwa Tuhan adalah matahari yang sinar keilahiannya
menerangi Raja/negara sebagai Rembulan).
d. Dalam masa perkembangannya, dengan munculnya faham untuk memisahkan
soal duniawi dengan soal keagamaan (sekularisme), timbulk teori yang oleh
Thomas Aquino disebut “Teori Dua Pedang” yaitu :
e. Pedang Tuhan (Penguasa Keagamaan) dipegang Gereja
f. Pedang Dunia (Penguasa Dunia) yang dipegang Raja, dimana keduanya
terpisah, berkedudukan sama/sederajat
Sehingga dalam masyarakat dikenal tiga organisasi masyarakat yaitu civitas
Dei (keagamaan), Civitas Terrena (Keduniawian) dan Civitas Academika
(Masyarakat Ilmiah). Selanjutnya dikenal pula istilah “La Stato” (staat,
state) yang dikem,ukakan oleh Machiavelli, yang mengandung maksud bahwa
negara itu sifat hakekatnya adalah suatu ikatan tertentu atau status tertentu.
Pemikiran ini terus mengalami perkembangan terutama dengan perkembangan
teori hukum alam dimana bernegara berarti suatu peralihan status dari status
alamiah ke status bernegara (dari status naturalis ke status civilis). Istilah
lain kita jumpai dari perkembangan di Jerman pada masa perang dunia I, yaitu
istilah ‘Reich’ atau ‘Rijk’ yang timbul akibat adanya teori Kedaulatan
Negara. Istilah ini berasl dari kata “Regn-Regnum” yang artinya memerintah,
lalu menjadi Regering. Dengan demikian penekanan ada pada unsur
Pemerintah, yang kemudian menimbulkan percampuradukan pengertian
“state” (negara) dengan Government (Pemerintah).
2. Tinjauan secara SOSIOLOGIS ialah bertitik tolak dari keberadaan manusia yang
selalu bermasyarakat (Aristoteles : Zoon Politicon, manusia ‘in concreto’) sehingga
negara pada hakekatnya adalah semacam organisasi sosial yang ada dan
berdampingan dengan organisasi lain. Negara merupakan suatu kenyataan atau
gejala sosial. Pertanyaan dasarnya ialah bagaimana bentuk pengelompokan
manusia sebelum adanya negara ?
a. Pengelompokan sederhana : negara adalah kelanjutan dari masyarakat
keluarga -from the familiy to state (Mac Iver). Negara adalah organisasi
masyarakat yang bertujuan untuk mengatur dirinya sendiri. Yakni mengatur
kekuasaan. Jadi negara hanyalah semata sebagai alat. Sehingga sifat hakekat
negara adalah sebagai : Organisasi kekuasaan/kewibawaan, Dwang
Organisatie, Zwang ordnung, coersive instrument.
b. Pengelompokan yang lebih komplek : negara merupakan pengelompokan
manusia yang merasa dirinya senasib dan punya tujuan sama. Tetapi
bagaimana mereka berkelompok ? Ada beberapa pandangan :
 Mac Dougall menggunakan kriteria :
A. Terjadi secara wajar dan alamiah -natural
B. Terjadi secara sengaja dan buatan -artivicial (negara)
 Ferdinand Tonnies mengelompokkan manusia ke dalam :
A. Gemeninscaft/paguyuban misalnya keluarga-dinasti
B. Geselscaft /pamrih : organisasi– masyarakat--- negara
 Kranenburg menggunakan kriteria setempat-tidak setempat dan teratur-
tidak teratur, sehingga menghasilkan 4 model pengelompokan :
A. Setempat-teratur misal sekolah, gereja, mesjid
B. Setempat-tidak teratur misal pasar
C. Tidak setempat-tidak teratur misal pembaca koran
D. Tidak setempat-teratur misal negara
Untuk hal yang ke empat tidak setempat-tetapi teratur, misal karena
merasa ada bahaya bersama, membutuhkan kesadaran nasional, jadi ada
rasa bersatu yang erat untuk menghadapi bahaya bersama.
c. Tinjauan sosiologis bersifat politis dikemukan oleh Rudolf Smend yang
mengatakan bahwa tugas/fungsi negara yang terpenting adalah untuk
integrasi (mempersatukan). Jadi hakekat negara ialah sebagai faktor
pengintegrasi, yang meliputi persoonlijk (misal rakyat), zakelijk
(tanah/wilayah), dan functioneel(fungsi memerintah dan diperintah). Oleh
karena itu negara ialah ikatan-ikatan keinginan dari manusia agar dalam
keadaan tetap (punya status), begitu lepas keninginan itu negara tidak ada.
Variasi pendangan bersifat sosiologis karena beda
penekanan
 Rudolf Smend menekankan pada ‘willen verhalthis’( keinginan bersama) bukan
‘herrschafts verhalthis’ (kekuasaan/pemerintahan)
 Kranenburg menekankan hakekat negara sebagai ikatan orang-orang yang satu
bangsa (group verbanu, volksgemeinscahft)
 Herman Heller dan Logemann menekankan pada kewibawaan (gezag) yaitu
kekuasaan tertinggi ada pada siapa dan berlakunya untuk siapa. Sebab kenyataan
menunjukkan bahwa banyak negara yang bukan merupakan suatu bangsa. penekanan
pada kewibawaan berarti memandang negara itu sebagai organisasi atau kesatuan
untuk memutuskan dan kesatuan untuk bekerjasama. Sebagai kesatuan untuk
memutuskan, negara merupakan organisasi kewibawaan.
 Menurut max weber, ada 3 macam dasar kewibawaan :
A. Charismatisch gezag : kekuasaan yang bersandarkan sifat gaib (magisch
religieus, seperti pada nabi, wali,dsb)
B. Tradisioneel gezag : kewibawaan yang bersandar pada tradisi, misal
kewibawaan yang dimiliki para raja karena keturunan
C. Rationeel gezag : kewibawaan karena dasar pertimbangan rasional. Misal
kewibawaan pada para tentara dan birokrasi, karena hierarki dan disiplin serta
adanya sanksi
 Menurut Prof Logemann, ada 5 macam gezag /kewibawaan :
1. Magisch-gezag (termasuk teocratisch gezag)
2. Dynastiek gezag : kewibawaan bersandar keturunan
3. Charismatisch gezag : kewibawaan karena kekuatan pribadi seseorang
4. Kewibaan yang dilegitimasikan sebagai simbol perwakilan (mitos politik pada
abad 19 : kedaulatan rakyat dan perwakilan )
5. Kewibawaan suatu elit : misal mitos abad 20, pasukan pelopor, kaum proletar,
fasisme, nasional-sosialisme.
 Oppenheimer memandang negara sebagai organisasi penaklukan wilayah yang satu
terhadap wilayah lain. Jadi sifat hakekat negara adalah organisasi yang menaklukan
kelompok lain.
 Leon Duguit menyatakan bahwa sifat hakekat negara ialah organisasi dari orang-
orang kuat yang memaksakan kehendaknya terhadap orang-orang yang lemah
 Pandangan lain dari Johan Kaspar yang melihat sifat hakekat negara sebagai
organisasi yang hidup (organis/de organische staatleer) dan mempunyai kehidupan
sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan kemiripan dengan organisme manusia
serta dapat bertindak seolah-olah seperti orang, bahkan mempunyai kehendak sebagai
orang, kehendak negara dilakukan oleh organ negara (seperti parlemen, presiden dll)
 Johan kaspar menggambarkan negara sebagai suatu pribadi moral dan spiritual yang
dapat dibandingkan dengan manusia. Yang seolah-olah merupakan badannya
organisasi konstiusionalnya negara yang seperti manusia yang juga tunduk pada
hukum pertumbuhan, kemunduran, dan akhirnya kematian. Yang dapat dipandang
sebagai nyawanya ialah semangat nasional dari rakyatnya yang terjelma dalam bentuk
bahasa nasional dan adat kebiasaan serta pandangan hidup rakyatnya.
 Teori organisme ini sebenarnya sudah dirintis oleh Plato, Aristoteles, Thomas
Aquino, dan Alfarabi. Kata Alfarabi : negara sebetulnya adalah suatu tubuh yang
hidup sebagai halnya tubuh manusia ( the state is the body politics as the body
pysical)

3. Tinjauan YURIDIS tentang sifat hakekat negara dimulai dengan bertitik tolak
pada manusia ‘in abstracto’/ manusia di alam bebas terlepas dari masyarakat
yang hanya dikuasai oleh hukum alam. Manusia bebas tersebut dengan rasionya
ingin mengikatkan diri sehingga mempunyai status tertentu, yaitu status
‘civilis’(status bernegara). Metodenya bersifat fiksi, spekulatif, tak peduli
apakah dalam kenyataannya ada, sehingga juga a histori. Sifat teori ini logis-
rasional, yakni memberi tempat pada logika dan rasio manusia.

Pandangan yuridis ada 3 variasi :


1. Teori hak milik yang memandang negara sebagai obyek hukum (rechts objekt)
Negara sebagai objek hukum berarti negara sebagai obyek dari orang-orang
yang telah bisa bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang negara
sebagai suatu alat dari manusia dan dalam hal ini manusia tertentu yang lebih
tinggi daripada yang dijadikan objek (negara). Teori ini dijumpai pada abad
menengah, dimana negara dianggap sebagai objek perjanjian dari para tuan
tanah, raja-raja, dan para panglima. Prosesnya : tuan-tuan tanah yang memiliki
wilayah/tanah luas tidak dapat sendiri menguasai tanahnya, lalu mengangkat
para panglima tentara dengan imbalan jasa tanah. Tanah yang dimiliki panglima
tambah luas lalu lama-lama menjadi negara, karena pemilikan tanah-tanah itu
menimbulkan hak-hak lain menurut hukum, seperti hak atas orang-orang yang
diam disitu, hak untuk memungut pajak, hak untuk kerja paksa, dll. Sehingga
raja, tuan tanah dan para panglima kedudukannya lebih tinggi daripada negara
2. Teori Perjanjian, yang memandang negara sebagai ‘Rechtsverhaltnis’ yaitu
negara sebagai hasil perjanjian dari orang-orang tertentu dan kemudian orang-
orang tertentu itu membentuk bangunan yang disebut negara. Teori perjanjian
ini ada 2 macam, yaitu:
1. Perjanjian Perdata yang bersifat dualistis (bertemunya dua kepentingan
yang berbeda, misal kepentingan akan uang dan kepentingan akan
perlindungan)
2. Perjanjian Publik/perjanjian kemasyarakatan (social contract) yang
didasarkan atas persamaan kepentingan (gesamt-akt), yakni kepentingan
bernegara.
Jadi pada hakekatnya negara adalah produk suatu perjanjian baik bersifat
Perdata (dualistik) maupun bersifat Publik (gesamt-akt).
3. Pandangan mengenai negara sebagai subjek hukum (rechtssubjekt), yakni
negara bertindak sebagai pembentuk hukum, sebagai ‘rechtspersoon’, sebagai
badan hukum, sebagai penjelmaan tata hukum nasional (kelsen), sebagai
organisasi kekuasaan atau jabatan yang dapat memaksakan kehendaknya berupa
hukum. Dari pandangan ini sangat terkenal ialah “reine rechtslehre” Hans
kelsen. Menurut kelsen negara pada hakekatnya adalah suatu ketertiban norma-
norma hukum, suatu ‘normen ordnung’, karena tersusun dari norma-norma
hukum yang mengikat, maka sebagai konsekuensi logis negara punya
kekuasaan. akibatnya negara kedudukannya lebih tinggi daripada rakyat.
Dalam pandangan yang ‘norm logisch’ ini yaitu yang memandang negara
sebagai suatu sistem hukum semata, ketertiban negara tidak lain adalah
merupakan ketertiban hukum. Dengan demikian negara dan hukum dianggap
identik, sedangkan organ negara adalah identik dengan organ hukum. Negara
merupakan personifikasi dari hukum.

STUFENBAU THEORIE
• Hans kelsen (general Theoriy of law and state, 1945) mengemukakan teori yang
sangat terkenal tentang hirarki norma-norma hukum (stufenbau theorie) yang
berbentuk kerucut/stupa. Kelsen mengemukakan dua lapis norma hukum, sedangkan
muridnya Hans nawiasky mengemukakan tiga lapis norma hukum. Yaitu :

– Lapis pertama norma hukum menurut kelsen maupun nawiasky ialah apa yang
disebut ‘Grundnorm’ yaitu norma dasar yang tertinggi yang bersifat
presupposed dan tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dasar berlakunya, tidak
perlu diperdebatkan lagi, karena merupakan sesuatu yang fiktif, hipotetis,
aksioma. Pencerminannya di Indonesia ialah Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 (yang bersifat Filosofis)

– Kalau kelsen langsung menuju ke lapis norma-norma hukum yang bertingkat-


tingat, nawiasky mengemukakan lapis kedua setelah ‘grundnorm’ ialah
staatsgrundgesetze (aturan dasar negara), pencerminan di Indobnesia ialah
batang tubuh UUD 1945, ini masih aturan dasar yang pokok bagi negara
sebagai penjabaran dari Grundnorm

– Lapis ketiga ialah yang oleh kelsen disebut norm (biasa) atau oleh nawiasky
disebut formelle Gestze, berupa peraturan perundangan, misal di Indonesia UU
dan perpu, PP, Kepres, dsb.

TEORI SATU SEGI


• Teori satu segi tentang hakekat negara maksudnya bahwa pandangan-pandangan
teoritik tentang hakekat negara baik yang bersifat sosiologis, maupun yang bersifat
yuridis menunjukkan bahwa pandangannya tentang hakekat negara hanya terhadap
satu aspek/segi saja. Yaitu kalau tidak pada hakekat negara dalam sosoknya sebagai
suatu kenyataan sosial atau institusi sosial, atau pada hakekatnya negara sebagai suatu
bangunan/bentukan hukum, suatu institusi hukum. Pandangan yang demkian di sebut
“Eine-seiten-theorie” tentang hakekat negara, yang tentunya belum dapat
memberikan gambaran sesungguhnya tentang negara secara lebih utuh. Sehingga
mendorong lahirnya teori dua segi.

TEORI DUA SEGI


• Teori dua segi dikemukan oleh George Jellinek yang membagi ilmu negara umum
dalam dua aspek yakni ilmu negara sosiologis dan ilmu hukum negara atau ilmu
negara yuridis.

– Negara dalam pengertian sosiologis ialah kesatuan ikatan yang hidup bersama
dan kerjasama, yang dilengkapi dengan kekuasaan memerintah yang asli, pada
suatu wilayah tertentu, maka pengertian negara sosiologis mengandung empat
unsur :

1. Wilayah negara
2. Bangsa negara
3. Kewibawaan
4. Konstitusi negara
– Negara dalam makna yuridis ialah badan wilayah yang dilengkapi dengan
kekuasaan untuk mengatur diri sendiri.

• Lebih jelas lagi menurut Jellinek, hakekat negara sosiologis ialah negara sebagai
‘soziales factum’, yaitu negara dipandang dari luar yang menampak sebagai suatu
‘ganzneiy’ (kebulatan/totalitas) dari suatu bentuk kehidupan sosial.

• Sedangkan negara secara yuridis ialah pandangan terhadap negara dari dalam yang
menampak sebagai suatu struktur atau organisasi yang terdiri dari lembaga-lembaga
kenegaraan yang adanya karena penetapan didalam ketentuan hukum tertentu dan
melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan hukum pula.

• Atas jasanya dalam mengemukakan hakekat negara secara lebih lengkap, baik dalam
sosok sebagai kenyataan sosial maupun sebagai bentukan hukum, Jellinek digelari
sebagai bapak Ilmu Negara.

TEORI TIGA SEGI


• Pelopor teori ini adalah Hans nawiasky yang mengemukakan hakekat negara dilihat
dalam tiga segi, yakni :
– Negara sebagai idea
– Negara sebagai gejala sosial
– Negara sebagai gejala/ pengertian hukum
• Negara sebagai idea/gagasan, dirangkum sebagai persekutuan sosial yang
membulat/organisasi, yang berdaulat, mengatasi perhubungan pribadi individual, dari
tingkat yang tertinggi dengan tujuan duniawi yang mencakup (terakhir). Jadi sebagai
suatu gagasan negara itu harus bersifat menyeluruh atau mengatasi individu dan
kolektifitas yang lain. Yang pertama ialah gagasan bernegara dulu, setelah itu baru
aspek sosiologis dan yuridis.
• Negara senagai gejala sosial, dapat diringkas dalam rumusan sebagai suatu institusi
sosial untuk mewujudkan gagasan negara (modalita) dalam realita.
• Negara sebagai pengertian hukum ialah pengertian yang menyeluruh dari organisasi
yang merupakan suatu ikatan duniawi yang memangku jabatan pengaturan hukum
yang tertinggi. Ini menuntut perhubungan antara warga-warganya diperkuat dengan
sanksi.

Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara:


• Prof. Miriam Budiarjo mengemukakan tiga sifat karakteristik negara, yaitu :
– Sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan
fisik secara legal, misalnya menggunakan sarana polisi, tentara, dll agar
peraturan perundangan ditaati, sehingga ketertiban masyarakat tercapai dan
anarki dapat dicegah.
– Sifat monopoli, dalam arti negara sendirilah yang mempunyai hak tunggal
untuk menetapkan tujuan-tujuan bersama dalam masyarakat, menetapkan
asas/ideologi negara, dll
– Sifat mencakup semua, dalam arti kekuasaan negara itu meliputi dan
mengatasi semua kekuasaan organisasi atau entitas lainnya yang ada di
masyarakat

Unsur-unsur yang dimiliki negara:


• Prof. Nasrun mengatakan bahwa negara adalah organisasi kemasyarakatan yang
khusus dan tertinggi, dimana kekhususan dan ketinggiannya terletak pada unsur-
unsurnya yang hanya dimiliki negara, dan tidak dimiliki oleh organisasi yang lain.
• Unsur negara di bedakan antara unsur yang bersifat konstitutif yaitu unsur pembentuk,
yang merupakan syarat mutlak yang bersifat primer untuk adanya negara, dan unsur
yang bersifat deklaratif, yang merupakan syarat yang bersifat sekunder (fakultatif)
• Unsur yang bersifat konstitutif ialah :
– Unsur wilayah negara (darat, laut. Udara);
– Unsur bangsa (rakyat);
– Unsur pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar)
• Sedangkan Unsur yang bersifat deklaratif ialah berupa adanya pengakuan negara lain.
Ini merupakan unsur tambahan agar suatu negara dapat diterima dilingkungan
pergaulan internasional. Unsur ini tidak harus ada untuk negara bisa eksis.
• Tetapi dipandang dari sudut hukum internasional, masalah pengakuan termasuk unsur
mutlak. Seperti tercantum dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 yang
menegaskan bahwa negara sebagai persona internasional harus memiliki kemampuan
menyelenggarakan perhubungan-perhubungan dengan negara lain.

BAB 2
TEORI PEMBENARAN NEGARA (LEGITIMASI
KEKUASAAN NEGARA)
Permasalahan : darimana kekuasaan negara itu diperoleh, atau darimana sumber
kekuasaan berasal, atau apa yang menjadi dasar hukum untuk pembenaran bagi
kekuasaan negara

Pokok Bahasan :
1. Teori Teokrasi
2. Teori Kekuatan
3. Teori Perjanjian (Yuridis)

1. Teori Teokrasi
• Kekuasaan negara bersumber pada kekuasaan tuhan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

• Teori ini menampak dalam upaya para raja/penguasa negara untuk


mengidentifikasikan dirinya sebagai Tuhan, anak tuhan/dewa, ataupun wakil tuhan
didunia.

• Teori Teokrasi sering dibedakan dalam ‘Teori Teokrasi Langsung’ dan ‘Teori
Teokrasi Tidak Langsung’, yang didasarkan atas sifat langsung/tidaknya kekuasaan
Tuhan itu menjelma dalam kekuasaan negara. Di Eropa pada Abad Menengah dikenal
‘Teori Matahari-Rembulan’, dan ‘Teori Dua Pedang’ yang menggambarkan kedua
macam teori Teokrasi tersebut.
2. Teori Kekuatan
Teori ini memberikan legitimasi bagi kekuasaan negara atas dasar kekuatan-kekuatan
tertentu.

Kekuatan tersebut misalnya ;

 kekuatan jasmani/fisik (purba), kalau masa kini persenjataan modern;


 kekuatan materi/finansial/ekonomi;
 kekuatan rohani/kepandaian(kesaktian), kalau masa kini ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Teori Perjanjian (Yuridis)


• Suatu perjanjian telah menjadikan negara memiliki legitimasinya, baik perjanjian
yang didasarkan hukum perdata (dua pihak) maupun perjanjian yang bersifat hukum
publik (kemasyarakatan).
• Teori perjanjian perdata melahirkan asas pentaatan pada kekuasaan negara atas asas
“pacta sun servanda”, yakni setiap janji harus ditepati.
• Sedangkan teori perjanjian kemasyarakatan melahirkan keberadaan negara didasarkan
atas konsensus, yaitu pemerintahan didasarkan atas kesepakatan atau kehendak
rakyat, yang saat ini pada umumnya melalui pemilihan umum yang bebas secara
periodik untuk memberi legitimasi kepada kekuasaan negara untuk memerintah
rakyatnya.

BAB 3
TEORI ASAL MULA DAN TERJADINYA
NEGARA
Pokok Bahasan :
1. Asal mula Negara
2. Terjadinya Negara
Asal mula Negara
Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok:

 Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori
Kekuatan, dan Teori Juridis

 Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
- Teori Ketuhanan
Yaitu suatu teori yang menganggap bahwa asal mula negara dan kekuasaan seorang
penguasa adalah semata-mata berasal dari Tuhan. Pelopor teori ini antara lain Agustinus,
Thomas Aquino, dan Frederick Julius Sthal
Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok masalah :

 Negara itu dibentuk dibawah kuasa Tuhan;


 Kekuasaan seorang Raja adalah atas pemberian Tuhan;
 Mereka menganggap bahwa tidak ada kedaulatan selain kedaulatan Tuhan

- Teori Kekuatan
 Maksudnya, kekuatan menjadi sumber dan pencipta negara, negara dilahirkan karena
pertarungan kekuatan dimana yang paling kuat yang akan merupakan pemenang dan
sekaligus pembentuk negara. Faktor kekuatan itu juga dapat berupa kekuatan ekonomi
dan kekuatan otak.
 Tokoh dari teori kekuatan antara lain : Ludwig gunplowitz, Karl Marx, H.j.Laski, dan
Machiavelli.
 Beberapa pandangan dari teori kekuatan diantaranya :
1. Negara adalah suatu organisasi dari kekuasaan yang kuat untuk menindak
organisasi yang lemah
2. Negara adalah alat kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi
3. Negara adalah organisasi pemaksa

- Teori Juridis
 Teori juridis di bagi dalam beberapa teori, yakni teori patrialchal, teori
matrialchal, teori patrimonial, dan teori perjanjian masyarakat.
 Teori patrialchal maksudnya, bahwa pemimpin pertama dari manusia itu adalah
semula dari seorang bapak yang merupakan kepala keluarga kecil, yang kemudian
akan menjadi keluarga yang lebih besar yang akhirnya membentuk suatu
masyarakat, dan masyarakat membentuk suatu negara dengan garis bapak sebagai
pimpinan
 Sedangkan teori matrialchal hampir sama dengan teori patrialchal, hanya garis ibu
yang menentukan
 Sedangkan teori patrimonial juga hampir sama dengan teori diatas, namun yang
menentukan adalah garis ibu dan bapak.

- Teori Perjanjian
 Teori perjanjian masyarakat/kontrak sosial/teori hukum alam pada pokoknya
adalah negara merupakan hasil daripada perjanjian individu-individu yang pada
mulanya tidak mempunyai suatu organisasi pemerintah.
 Dalam sejarahnya dunia dan manusia itu hidupnya dipisahkan dalam 2 periode
yaitu periode sebelum terbentuknya negara dan periode sesudahnya.
 dalam periode sebelum ada negara (pra negara) manusia hidup di alam bebas dan
oleh karena itu disebut sebagai alamiah ( manusia in abstakto), hukum yang
menguasai kehidupan manusia in abstakto ialah hukum alam. Pada suatu saat
manusia in abstarkto ini sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian membuat
suatu organisasi yang akhirnya disebut negara.
 Terbentuknya negara merupakan perubahan dari manusia in abstrakto tadi, yaitu
melalui suatu proses ciptaan manusia yang bersifat rasionil lewat suatu perjanjian
masyarakat. Karenanya teori ini diseb ut teori perjanjian masyarakat, dan karena
dasarnya adalah hukum alam, maka disebut juga sebagai teori hukum alam.

Perbedaan pandangan para sarjana tentang teori perjanjian


• Thomas Hobbes (sarjana Inggris)
• beliau menganggap manusia in abstrakto itu mempunyai sifat individualis dan
egoistis. Tindakannya tidak ditentukan oleh akal, tapi hawa nafsunya, sehingga
keadaannya penuh dengan kekacauan, dimana manusia yang satu merupakan
lawan dari manusia lainnya (Homo Homini Lupus dan Bellum Omnium Contra
Omnus)
– Walau manusia in abstrakto memiliki sifat yang buruk, tapi hakekatnya
mereka mempunyai rasio dan kesadaran untukmempertahankan kelangsungan
hidupnya, karenanya menginginkan kehidupan yang damai, satu-satunya jalan
dengan mengadakan perjanjian, dengan setiap individu menyerahkan seluruh
hak-hak dasarnya kepada seseorang yang dianggap paling kuat secara mutlak
– Bahwa pihak–pihak yang ikut dalam perjanian itu adalah manusia-manusia
pribadi yang karenanya bentuk perjanjian tersebut disebut Pactum
subyektionis (perjanjian Pribadi). Selanjutnya hasilnya ialah negara yang
berbentuk Monarchi Absolut, yang mana ciri-cirinya adalah :
• Raja / Pemerintah berdaulat mutlak
• Hukum adalah tergantung kepada yang berkuasa
• John Locke (sarjana Inggris)
– Manusia in abstrakto adalah manusia yang berakal, yang hidup bebas dan
damai. Tetapi ada potensi latent dari manusia berupa kecenderungan untuk
menyerang. Untuk menghindari kemungkinan kekacauan mereka merasa perlu
adanya suatu organisasi politik yang melindungi jiwa dan harta mereka,
karenanya mereka membentuk perjanjian.
– Konstruksi perjanjiannya ialah pertama-tama diadakan perjanjian untuk
membentuk badan kolektif (badan politik) yang akhirnya bernama negara,
perjanjian ini disebut Pactum union.
– Setelah itu badan politik mengadakan perjanjian dengan seorang raja/penguasa
dengan syarat penguasa tersebut harus menjamin dan melindungi hak-hak
asasi manusia dan memerintah berdasarkan suatu undang-undang dasar.
– Karenanya hasil perjanjian ini melahirkan suatu kerajaan/negara yang bersifat
Monarchi Konstitusionil dengan ciri-ciri pemerintah berdasarkan hukum dan
dilindunginya hak asasi manusia. Oleh karena itu John Locke di juluki Bapak
Hak-hak asasi Manusia
• JJ Rousseau (sarjana Perancis)
– Pandangan tentang manusia in abstrakto hampir sama dengan pendapat john
locke, tetapi selain punya ratio, manusia in abstrakto juga memiliki kemauan
pribadi dan kemauan untuk kepentingan umum.
– Alasan membentuk negara ialah karena masyarakat alamiah memiliki potensi
untuk berbahaya, maka dengan rasio dan kemauan untuk kepentingan
umumnya (general whill) sepakat mengadakan perjanjian masyarakat
membentuk body politik yang bernama negara.
– Konstruksinya ialah individu bebas tersebut mengadakan perjanjian yang
disebut pactum union, tetapi yang berdaulat tetap rakyat yang mengadakan
perjanjian. Oleh karena itu maka hasilnya adalah suatu negara yang
berkedaulatan rakyat.
– Ciri-ciri negara yang berkedaulatan rakyat diantaranya :
• Bahwa pemerintah hanyalah wakil dari rakyat
• Kedaulatan adalah tetap ditangan rakyat
• Bahwa hukum adalah ekspresi dari kemauan umum (general whiil)

Terjadinya Negara
• Terjadinya negara di bagi dalam 2 tahap, tahap 1 terjadinya negara secara
primer dan tahap 2 secara sekunder
• Perkembangan negara secara Primer melalui 4 tahap, yakni :
1. GEMEINSCAFT atau GENOSSENSCAFT adalah suatu bentuk negara yang
terdiri dari perkelompokan orang-orang yang menggabungkan diri untuk
memenuhi kepentingan bersama dan didasarkan pada persamaan. Bentuknya
masih sederhana, belum terorganisir, organ-organ seperti parlemen, kepala negara
belum ada. Disini yang nampak ialah unsur masyarakat paguyuban. Kedudukan
antara individu sama dan segala sesuatu diusahakan bersama secara gotong
royong. Yang memimpin dalam masyarakat yang homogen ini ialah siapa yang
dianggap paling kuat (Primus Interpares). Disinilah pertama kali bentuk dari
negara yang paling sederhana sekali, titik tolaknya ialah “unsur rakyat”
2. REICH atau RIJK, bentuk yang kedua ini lebih baik dari bentuk yang pertama.
Bentuk negara yang sederhana sudah mulai berkembang dengan mulai terlihat
adanya pusat-pusat kekuasaan, dimana diantara pemegang kekuasaan yang satu
dengan yang lain mulai bertentangan, disini siapa yang memegang kekuasaan
berdaulat. Dalam tahap ini masih belum ada pemerintahan yang tetap. Titik
berlakunya adalah unsur “Pemerintahan yang berdaulat”
3. STAAT, yakni pengertian negara sekarang ini dimana unsur konstitutif (unsur
pembentuk) dari suatu negara sudah terpenuhi, serta pusat kekuasaan hanya ada
satu. Dalam bentuk “staat” ini unsur rakyat dan unsur pemerintah sudah pasti, dan
unsur pemerintahan yang ada tidak bersaing lagi. Disini batas-batas dari daerah
sudah ditentukan. Dalam staat ini masih banyak sekali adanya negara bukan atas
kehendak rakyat, tetapi dipaksakan oleh penguasa dengan adanya paksaan
tersebut maka timbul gerakan-gerakan rakyat, gerakan tersebut merupakan
“Natie” untuk melepaskan tekanan-tekanan dari orang-orang yang berkuasa.
4. . DEMOKRATIE NATIE, atau negara-negara nasional adalah hasil dari bentuk
staat. Disini perkembangan negara bukan secara historis, akan tetapi secara
kewajaran dan berkembangnya tersebut adalah karena tingkat
peradaban/kecerdasan yang sudah meningkat dan maju. Perkembangan negara
semacam ini disebut perkembangan secara Prima, dan perkembangan bentuk
negara ini hanya sampai pada bentuk Demokratie natie, sedangkan adanya
Diktatur hanya merupakan variasi dari Demokratie natie dan timbulnya diktatur
tersebut adalah antara lain karena adanya keputusan-keputusan negara yang
diambil secara cepat tanpa menghiraukan kepentingan masyarakat yang lain.

Terjadinya negara secara sekunder


• Terjadinya negara secara sekunder terjadi dilingkungan masyarakat yang sudah
bernegara, yang diperlukan hanya pengakuan.
• Pengakuan terdiri dari 2 macam, yaitu:
– Pengakuan secara de facto, pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada,
bersifat sementara, disini tidak dirasakan adanya keperluan yang mendesak
untuk mengadakan hubungan dengan bangsa atau negara lain. Biasanya
mengenai hubungan dagang saja.
– Pengakuan secara de jure, bersifat tetap serta mempunyai arti yang lebih luas
kerena pengakuan oleh negara lain cakupannya lebih luas antara lain diadakan
hubungan kebudayaan, politik, ekonomi, dan sebagainya. Pengakuan de jure
biasanya di tandai juga dengan adanya hubungan diplomatik.

BAB 4 TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA


Pokok Bahasan :
Tujuan negara
Fungsi negara

Beda tujuan dan fungsi


 Tujuan menunjukkan dunia-cita, yakni suasana ideal yang harus dijelmakan. Sifatnya
abstrak-idiil.

 Fungsi adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai. Fungsi adalah riil dan
konkret.

 Tujuan tanpa fungsi adalah steril, fungsi tanpa tujuan adalah mustahil.
Tujuan Negara
Ada 3 pandangan tentang tujuan negara :
1. kekuasaan negara untuk negara sendiri/kekuasaan semata-mata,
2. kekuasaan itu tidak untuk apa-apa,
3. kekuasaan negara mempunyai tujuan tertentu

Kekuasaan negara untuk negara sendiri/kekuasaan semata-mata


 Negara yang tujuannya untuk kekuasaan semata-mata adalah suatu tujuan yang
bersifat diabolis (syaitoniah), karena tujuan tersebut tidak memperdulikan manusia
yang berada dibawah kekuasaan tersebut, tetapi yang lebih diutamakan ialah
bagaimana mempertahankan dan memperbesar kekuasaan sendiri. Pandangan tentang
tujuan negara seperti ini dipelopori oleh Shang Jang, Nicolo Maciavelli dan Nietze.

 untuk memperkuat negara maka rakyat harus dibuat lemah, bodoh, dan miskin. Oleh
karena itu untuk tercapainya tujuan kekuasaan semata, hal-hal yang membuat rakyat
menjadi pintar, kaya dan kuat harus dihindarkan/ditiadakan.

 Lord Acteun melihat tujuan negara yang untuk kekuasaan semata ini dengan
mengatakan :” Power tends Corrupt, but absolute power corrupts absolutely”
(kekuasaan itu cenderung pada korupsi, tapi kekuasaan yang absolut sudah pasti
terjadi korupsi yang absolut)

Kekuasaan itu tidak untuk apa-apa


 Menurut pandangan ajaran ini, negara tidak perlu diberi suatu tujuan, atau tujuan
negara ialah ada pada negara itu sendiri ( the state is end in it self). Ajaran ini
dipelopori oleh Hans kelsen.

 Akan tetapi pendapat ini sekarang tidak dianut lagi, umumnya sekarang negara
dipandang sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Kekuasaan negara mempunyai tujuan tertentu


 Ada yang mengatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mempertahankan hak, atau
dengan kata lain untuk membentuk dan memelihara hukum/memelihara ketertiban
umum. Ajaran ini dipelopori oleh Imanuel Kant, pandangan ini telah melahirkan tipe
negara hukum formal, jadi fungsinya hanya menjadi wasit/negara jaga malam
 Pandangan lain adalah yang disampaikan oleh kaum utilisme yang dipelopori oleh
Jeremy Bentham dan John Stuart Mill yang mengatakan bahwa tujuan negara adalah
untuk mencapai kesejahteraan sebagian masyarakat (the great happiness for the great
numbers). Dari ajaran utilisme ini berkembang lebih lanjut pada tujuan negara adalah
untuk kesejahteraan.
Tujuan negara dapat dirumuskan secara tunggal atau dapat
secara lebih ?
 Pandangan kuno umumnya berpendapat bahwa tujuan negara adalah tunggal

 Para sarjana ilmu politik modern umumnya berpendapat bahwa tujuan negara dapat
dirumuskan dalam berbagai tujuan. Contohnya tujuan negara yang dirumuskan oleh
Charles A Meriam, sarjana Amerika Serikat :
1. Untuk perlindungan terhadap bahaya dari luar
2. Untuk tercapainya ketertiban dalam negeri
3. Untuk tercapainya keadilan
4. Untuk tercapainya kesejahteraan umum
5. Untuk tercapainya kebebasan

Tujuan negara menurut UUD 1945


 Di dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV disebutkan : “ untuk membentuk suatu
pemerintahan Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”

Tujuan negara Amerika Serikat dilihat dari Pembukaannya


 “ Kami rakyat Amerika Serikat, dengan membentuk persatuan yang lebih sempurna,
menanamkan keadilan, menjamin ketentraman dalam negeri, mengusahakan
pertahanan barsama, memajukan kesejahteraan umum, dan memelihara rahmat
kemerdekaan untuk kami dan keturunan kami, menentukan dan menegakkan Undang-
undang dasar ini untuk negara Amerika serikat”

Fungsi negara
 Fungsi negara menurut ajaran Trias Politica oleh Montesquei mempunyai 3 fungsi
yaitu :
1. Fungsi perundang-undangan (legislative function) yang dilaksanakan oleh
badan legislatif.
2. Fungsi melaksanakan Undang-undang (excecutive function) yang dilaksanakan
oleh badan eksekutif.
3. Fungsi Peradilan (judicial function) yang dilaksanakan oleh badan peradilan

 Dengan demikian ajaran trias politica yang dikemukakan oleh montesquei adalah
merupakan ajaran tentang pembagian kekuasaan dan sekaligus pemisahan kekusaan
(Diffition of power)

 Ajaran trias politica tentang fungsi negara ini sulit diterapkan dinegara-negara modern
karena beberapa hal :
1. fungsi negara modern tidak hanya terbatas dalam 3 fungsi itu, tetapi sudah
bertambah dengan fungsi-fungsi lain dan yang paling penting adalah fungsi
kesejahteraan umum
2. Bahwa dalam negara-negara modern suatu fungsi tidak hanya dijalankan oleh
satu organ saja, tetapi oleh lebih dari satu organ
3. Pemisahan kekuasaan secara tegas akan memungkinkan timbulnya
penyalahgunaan kekuasaan (detournement de povoir)

Teori fungsi negara


 Ada 8 teori tentang fungsi negara, yakni :
1. Anarkhisme
2. Individualisme
3. Sosialisme
4. Komunisme
5. Sindikalisme
6. Guild sosialisme
7. Fascisme
8. Kollektifisme empiris

Anarkhisme
 Anarkhisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ tanpa pemerintah” (non-rule)

 Anarkhisme didasarkan pada anggapan bahwa kodrat manusia adalah baik dan
bijaksana. Karenanya manusia tidak memerlukan negara. Fungsi negara dapat
diselenggarakan oleh perhimpunan yang dibentuk secara sukarela (voluntary
association)

 Anarkhisme ada 2 golongan, yakni anarkhisme filofofis (dengan cara damai dan
evolusioner) dan anarkhisme revolusioner (dengan cara segala daya-upaya, meski
dengan kekerasan sekalipun)
Individualisme
 Menghasilkan bentukan negara yang liberal, yakni konsepsi negara negatif, hanya
menjaga individu tidak diganggu dalam keamanan dan ketertibannya, hidup,
kebebasan dan hak miliknya.

 Paham ini didasarkan atas 3 dasar :


1. Dasar ethis, kebebasan individu dapat menciptakan perkembangan harmonis
2. Dasar ekonomis, semua individu selalu berusaha memenuhi kepentingannya
sendiri.
3. Dasar ilmiah, berlakunya hukum “survival of the fittest” pada binatang dan
mahluk lainnya, yakni yang kuat yang akan bertahan.

Sosialisme
 Gerakan ini menghendaki campur tangan pemerintah seluas mungkin dalam bidang
perekonomian.

 Sosialisme menghendaki penguasaan bersama dari semua alat-alat produksi dan


perluasan aktifitas negara sampai bidang perekonomian yang sekecil-kecilnya.

Komunisme
 Komunisme hanyalah salah satu bentuk dari sosialisme

 Beda sosialisme dengan komunisme :


1. Sosialisme dapat bersifat evolusioner, sedang komunisme adalah sosialisme
yang revolusioner
2. Sosialisme masih dapat mempertahankan milik partikelir dalam batas-batas
tertentu, sedang komunisme lebih ekstrim dalam penghapusan semua milik
partikelir.

Sindikalisme
 Sindikalisme berasal dari kata perancis syndicate berarti ‘pekerja’.

 Sindikalisme juga mempunyai tujuan-tujuan sosialisme, tapi bukan sosialisme


kenegaraan melainkan sosialisme serikat pekerja.

 Ajarannya, buruh yang memainkan peranan utama, bukan negara. Alat-alat produksi
harus dirampas dari tangan borjuasi, tapi tidak dikuasai negara, namun dikuasai buruh

Guild sosialisme
 Gerakan yang bersifat khas inggris.

 Ajarannya adalah badan-badan koperasi umum akan menguasai alat-alat produksi dan
akan menyelenggarakan tugas-tugas negara dalam bidang kesejahteraan.
 Ide ajaran ini banyak yang diambil dari sosialisme dan sindikalisme.

Fascisme
 Fascisme berasal dari istilah fascio yang berarti kelompok atau kumpulan.

 Sifat-sifat khas gerakan fascisme ialah sifat kediktatoran dan ketotaliterannya, serta
dianutnya doktrin organis mengenai negara. Negara dipersamakan dengan mahluk
hidup yang mempunyai kemauan sendiri, terlepas dari warganya.

 Fascisme membenarkan penguasaan dari semua alat-alat produksi oleh negara dan
tidak mengenal batas dari fungsi-fungsi yang dapat diselenggarakan oleh negara

Kollektifisme empiris
 Aliran ini empiris, karena didasarkan atas pengalaman.

 Disebut kolektifitis, karena berusaha mengajukan kesejahteraan kolektif dengan


menyediakan jasa-jasa yang tidak bisa disediakan oleh usaha-usaha swasta.

 Aliran ini menyetujui penguasaan umum atas dinas-dinas umum yang vital seperti
perusahaan gas dan listrik dan angkutan umum.

BAB 5 TEORI KEDAULATAN


Pokok bahasan :
1. Arti kedaulatan
2. Sifat/ciri-ciri Kedaulatan
3. Macam-macam kedaulatan
4. Teori-teori kedaulatan

Arti kedaulatan
 Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh negara (termasuk dalam
membuat dan menjalankan undang-undang dan peraturan yang meliputi dan
mengatasi semua dan harus diakui dan ditaati oleh semua).
 Kata kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari kata “souvereignity” (Inggris);
“souverainite” (Perancis); “sovranus” (italia); “souvereiniteit” (Belanda), yang berasal
dari kata latin “superanus/superanitas” yang berarti “yang tertinggi(supreme)

Kedaulatan mengandung 3 makna :


1. Kemerdekaan,artinya negara itu bebas dan tidak tergantung pada atau terikat oleh
apapun juga atau siapapun juga. Negara bebas untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dan berhak menentukan sepenuhnya nasib sendiri
2. Kuasa tertinggi, artinya tidak ada kuasa diatas kuasa negara. Siapapun atau kuasa
apapun harus tunduk pada kuasa negara
3. Kekuatan, atinya kemerdekaan dan kekuasaan itu harus mempunyai kekuatan.
Kekuasaan dan kemerdekaan tidak cukup hanya pada pernyaataan dan pengakuan
saja, tetapi haruslah terbukti bahwa ia benar-banar berlaku, ditaati dan diikui oleh
semua rakyat.

Tokoh ide kedaulatan


 Ide kedaulatan pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin, sarjana Perancis, dalam
bukunya ‘six books concerning on the state’.

 Jean Bodin hidup pada masa permulaan pertumbuhan negara-negara nasional dan ia
melihat dimana-mana kekuasaan sentral dari negara makin lama makin tegas
menampakkan diri dalam bentuk kekuasaan raja yang supreme. Dari keadaan yang
dikonstatirnya itu ia menarik kesimpulan bahwa inti dari statehood adalah kekuasaan
tertinggi, atau souverainite

Sifat/ciri-ciri Kedaulatan
 Kedaulatan yang absolut/monolitk dari Jean bodin mempunyai sifat :
1. Asli, artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasaan lain;
2. Tertinggi, artinya tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat
membatasi kekuasaannya;
3. Kekal (permanen), artinya kekuasaan negara berlangsung terus menerus tanpa
interupsi, tanpa putus-putus, meski pemerintah dapat berganti-ganti, kepala
negara dapat mati, bahkan susunan negara dapat berubah;
4. Tidak dapat dibagi-bagi (indivisible), karena hanya ada satu kekuasaan
tertinggi maka kekuasaan itu tak dapat dibagi-bagi;
5. Tak dapat dialihkan, artinya tak dapat dipindahkan kepada suatu badan lain, tak
dapat diserahkan, dilepaskan atau dilimpahkan.
 Sedangkan kedaulatan yang bersifat Relatif mempunyai ciri-ciri yang sebaliknya.
Kedaulatan tidak monolitik, tetapi bisa dualistik bahkan pluralistk. Misalnya
kedaulatan itu bisa dialokasikan atau didelegasikan pada berbagai badan/tangan sesuai
degan bidang kekuasaannya (misal dalam UUD1945 sebelum amandemen,
kedaulatan berada ditangan rakyat tetapi pelaksanaan sepenuhnya diserahkan
kepada MPR, kemudian MPR memberi mandat kepada presiden , dan seterusnya)

Macam-macam kedaulatan
1. Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar
2. Kedaulatan de facto dan kedaulatan de jure
3. Kedaulatan politik dan kedaulatan hukum

Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar


 Kedaulatan ke dalam (internal souverignity) ini bersifat ‘staatsrechtelijk’ sebagai
kemampuan untuk mengatur organisasi negara, pembentukan hukum, susunan
pradilan dan sistem pemerintahan menurut kehendak dan keinsyafan sendiri.

 Kedaulatan internal ini merupakan kekuasaan tertinggi dari negara terhadap rakyatnya
dan penduduk lainnya, serta semua macam bentuk asosiasi mereka didalam daerah
negara yuridiksinya dan terhadap pengurusan persoalan dalam negeri lainnya.

 kedaulatan ke luar (external souverignity) ini bersifat ‘volkenrechtelijk’ dan berupa


kemampuan untuk melaklukan hubungan-hubungan diplomatik dan perjanjian-
perjanjian antar bangsa, serta juga melakukan peperangan untuk mempertahankan diri
terhadap serangan yang mungkin datang dari pihak musuh.

Kedaulatan de facto dan kedaulatan de jure


1. Kedaulatan de facto berarti adanya kedaulatan yang nyata untuk ditaati, atau
berdasarkan adanya pelaksanaan yang nyata dari kekuasaan, tidak perlu didasarkan
atas hukum
2. kedaulatan de jure berarti kadaulatan yang diakui oleh hukum (konstitusi) tidak perlu
yang berdaulat senyatanya menjalankan kekuasaan atau ditaati secara nyata. Yang
penting secara hukum berdaulat.

Kedaulatan politik dan kedaulatan hukum


1. Kedaulatan politik (political souverignity) maksudnya kekuasaan tertinggi dalam
bidang politik yaitu berupa kekuasaan dari rakyat secara keseluruhan dan disaat-saat
terkahir menentukan kedaulatan politik (misal Pemilihan Umum adalah perwujudan
kedaulatan politik rakyat)
2. Kedaulatan hukum (legal souverignity), kekuasaan tertinggi untuk membuat
peraturan-peraturan hukum. (misal DPR bersama Presiden mempunyai legal
souverignity’ untuk membuat hukum yang berupa undang-undang)

Teori-teori kedaulatan
1. Teori kedaulatan Tuhan
2. Teori kedaulatan Negara
3. Teori kedaulatan Hukum
4. Teori kedaulatan Rakyat

Teori kedaulatan Tuhan


 Menurut teori ini, kekuasaan tertinggi dalam negara adalah berasal dari tuhan, jadi
didasarkan pada agama. Teori ini berkaitan dengan teokrasi tentang negara baik
mengenai pembenaran eksistensi negara maupun asal mula adanya negara yang
dikembangkan pada abad pertengahan

 Pelopor terori kedaulatan tuhan antara lain: Augustinus, Thomas Aquino, Dante,
dan Friedrich julius stahl. Teori ini dijumpai didunia barat maupun timur

Teori kedaulatan Negara


 Menurut teori ini negaralah sumber dan pemegang kedaulatan dalam negara.
Kekuasaan negara tidak terbatas terhadap ‘life, liberty, dan property’ warganya.
Teori ini sesungguhnya merupakan bentuk baru dari teori kedaulatan raja yang
bersifat absolut, yang merupakan manipulasi politik dari teori teokrasi.

 Pelopor teori ini antara lain : Jean Bodin, George Jellinek, Paul Laband,
Oppenheimer, dan Ludwig Gumplowicks

Teori kedaulatan Hukum


 Menurut teori ini, hukumlah sumber dari segala kekuasaan dalam negara. Hukum
adalah pernyataan penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia, dan
kesadaran hukum inilah yang membedakan mana adil mana tidak adil. Negara
harus menaati tata tertib hukum, karena hukum itu kedudukannya diatas negara.
Kekuasaan negara berdasarkan hukum, diatur dan dialokasikan menurut hukum.

 Pelopor teori ini adalah : Leon Duguit dan Hugo Krabbe.

 Teori kedaulatan hukum merupakan reaksi keras atas teori kedaulatan negara, ia
mendasari lahirnya konsep negara hukum yang menjadi cita-cita dan bahkan
,mitos politik pada abad 19 (modern)
Teori kedaulatan Rakyat
 Menurut teori ini, sumber dan pemegang kekuasaan tertinggi yang ada dalam
negara ialah rakyat. Negara atau pemerintah menjalankan kekuasaan atas
kehendak atau persetujuan rakyat. Pemerintah hanyalah wakil rakyat.

 Paham kedaulatan rakyat sudah berkembang sejak jaman gerakan kaum


monarche-machen, yaitu gerakan kaum anti raja-raja yang berkuasa mutlak yang
dipelopori oleh Marsillius di Padua dan Buchanan.

 Teori ini mencapai puncaknya atas jasa Jean Jacques Rosusseau (sarjana
Perancis) salah seorang dari trio tokoh perjanjian masyarakat (teori hukum alam).
Dari teori inilah lahir paham demokrasi modern, yaitu demokrasi perwakilan yang
sering dikatakan sebagai mitos politik abad ke 20.

Anda mungkin juga menyukai