ILMU NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
BAB 1 TEORI TENTANG SIFAT HAKEKAT NEGARA
Pokok Bahasan :
A. Beberapa Definisi
B. Tinjauan Historis, Sosiologis, dan Yuridis
C. Teori satu segi, teori dua segi, dan teori tiga
segi
D. Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara
E.Unsur-unsur yang dimiliki negara
A. Beberapa Definisi
1. George Jellinek
negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman yang tertentu
2. R.M. Kranenburg
negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak suatu golongan atau
bangsanya sendiri
3. Logemann
negara ialah organisasi (ikatan kerja) kemasyarakatan yang bertujuan mengatur dan
memelihara masyarakat tertentu dengan kewibawaannya
4. Bellefroid
negara adalah suatu masyarakat hukum yang secara kekal menempati suatu daerah
tertentu dan yang diperlengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk mengurus
kepentingan umum
5. R.M. Mac Iver
negara adalah asosiasi (persekutuan) yang menyelenggarakan penertiban di dalam
suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan suatu sistem hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa
6. Max Weber
negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekuasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah
7. Ludwig Gumplowicz
negara itu tidak lain daripada organisasi dari kekuasaan golongan kecil atas
golongan besar
8. Prof. Mr. Sunarko
negara ialah suatu jenis dari suatu organisasi masyarakat yang mengandung tiga
hakekat atau kriteria, yaitu harus ada daerah, warga negara dan kekuasaan tertentu.
3. Tinjauan YURIDIS tentang sifat hakekat negara dimulai dengan bertitik tolak
pada manusia ‘in abstracto’/ manusia di alam bebas terlepas dari masyarakat
yang hanya dikuasai oleh hukum alam. Manusia bebas tersebut dengan rasionya
ingin mengikatkan diri sehingga mempunyai status tertentu, yaitu status
‘civilis’(status bernegara). Metodenya bersifat fiksi, spekulatif, tak peduli
apakah dalam kenyataannya ada, sehingga juga a histori. Sifat teori ini logis-
rasional, yakni memberi tempat pada logika dan rasio manusia.
STUFENBAU THEORIE
• Hans kelsen (general Theoriy of law and state, 1945) mengemukakan teori yang
sangat terkenal tentang hirarki norma-norma hukum (stufenbau theorie) yang
berbentuk kerucut/stupa. Kelsen mengemukakan dua lapis norma hukum, sedangkan
muridnya Hans nawiasky mengemukakan tiga lapis norma hukum. Yaitu :
– Lapis pertama norma hukum menurut kelsen maupun nawiasky ialah apa yang
disebut ‘Grundnorm’ yaitu norma dasar yang tertinggi yang bersifat
presupposed dan tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dasar berlakunya, tidak
perlu diperdebatkan lagi, karena merupakan sesuatu yang fiktif, hipotetis,
aksioma. Pencerminannya di Indonesia ialah Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 (yang bersifat Filosofis)
– Lapis ketiga ialah yang oleh kelsen disebut norm (biasa) atau oleh nawiasky
disebut formelle Gestze, berupa peraturan perundangan, misal di Indonesia UU
dan perpu, PP, Kepres, dsb.
– Negara dalam pengertian sosiologis ialah kesatuan ikatan yang hidup bersama
dan kerjasama, yang dilengkapi dengan kekuasaan memerintah yang asli, pada
suatu wilayah tertentu, maka pengertian negara sosiologis mengandung empat
unsur :
1. Wilayah negara
2. Bangsa negara
3. Kewibawaan
4. Konstitusi negara
– Negara dalam makna yuridis ialah badan wilayah yang dilengkapi dengan
kekuasaan untuk mengatur diri sendiri.
• Lebih jelas lagi menurut Jellinek, hakekat negara sosiologis ialah negara sebagai
‘soziales factum’, yaitu negara dipandang dari luar yang menampak sebagai suatu
‘ganzneiy’ (kebulatan/totalitas) dari suatu bentuk kehidupan sosial.
• Sedangkan negara secara yuridis ialah pandangan terhadap negara dari dalam yang
menampak sebagai suatu struktur atau organisasi yang terdiri dari lembaga-lembaga
kenegaraan yang adanya karena penetapan didalam ketentuan hukum tertentu dan
melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan hukum pula.
• Atas jasanya dalam mengemukakan hakekat negara secara lebih lengkap, baik dalam
sosok sebagai kenyataan sosial maupun sebagai bentukan hukum, Jellinek digelari
sebagai bapak Ilmu Negara.
BAB 2
TEORI PEMBENARAN NEGARA (LEGITIMASI
KEKUASAAN NEGARA)
Permasalahan : darimana kekuasaan negara itu diperoleh, atau darimana sumber
kekuasaan berasal, atau apa yang menjadi dasar hukum untuk pembenaran bagi
kekuasaan negara
Pokok Bahasan :
1. Teori Teokrasi
2. Teori Kekuatan
3. Teori Perjanjian (Yuridis)
1. Teori Teokrasi
• Kekuasaan negara bersumber pada kekuasaan tuhan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
• Teori Teokrasi sering dibedakan dalam ‘Teori Teokrasi Langsung’ dan ‘Teori
Teokrasi Tidak Langsung’, yang didasarkan atas sifat langsung/tidaknya kekuasaan
Tuhan itu menjelma dalam kekuasaan negara. Di Eropa pada Abad Menengah dikenal
‘Teori Matahari-Rembulan’, dan ‘Teori Dua Pedang’ yang menggambarkan kedua
macam teori Teokrasi tersebut.
2. Teori Kekuatan
Teori ini memberikan legitimasi bagi kekuasaan negara atas dasar kekuatan-kekuatan
tertentu.
BAB 3
TEORI ASAL MULA DAN TERJADINYA
NEGARA
Pokok Bahasan :
1. Asal mula Negara
2. Terjadinya Negara
Asal mula Negara
Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok:
Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori
Kekuatan, dan Teori Juridis
Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
- Teori Ketuhanan
Yaitu suatu teori yang menganggap bahwa asal mula negara dan kekuasaan seorang
penguasa adalah semata-mata berasal dari Tuhan. Pelopor teori ini antara lain Agustinus,
Thomas Aquino, dan Frederick Julius Sthal
Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok masalah :
- Teori Kekuatan
Maksudnya, kekuatan menjadi sumber dan pencipta negara, negara dilahirkan karena
pertarungan kekuatan dimana yang paling kuat yang akan merupakan pemenang dan
sekaligus pembentuk negara. Faktor kekuatan itu juga dapat berupa kekuatan ekonomi
dan kekuatan otak.
Tokoh dari teori kekuatan antara lain : Ludwig gunplowitz, Karl Marx, H.j.Laski, dan
Machiavelli.
Beberapa pandangan dari teori kekuatan diantaranya :
1. Negara adalah suatu organisasi dari kekuasaan yang kuat untuk menindak
organisasi yang lemah
2. Negara adalah alat kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi
3. Negara adalah organisasi pemaksa
- Teori Juridis
Teori juridis di bagi dalam beberapa teori, yakni teori patrialchal, teori
matrialchal, teori patrimonial, dan teori perjanjian masyarakat.
Teori patrialchal maksudnya, bahwa pemimpin pertama dari manusia itu adalah
semula dari seorang bapak yang merupakan kepala keluarga kecil, yang kemudian
akan menjadi keluarga yang lebih besar yang akhirnya membentuk suatu
masyarakat, dan masyarakat membentuk suatu negara dengan garis bapak sebagai
pimpinan
Sedangkan teori matrialchal hampir sama dengan teori patrialchal, hanya garis ibu
yang menentukan
Sedangkan teori patrimonial juga hampir sama dengan teori diatas, namun yang
menentukan adalah garis ibu dan bapak.
- Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat/kontrak sosial/teori hukum alam pada pokoknya
adalah negara merupakan hasil daripada perjanjian individu-individu yang pada
mulanya tidak mempunyai suatu organisasi pemerintah.
Dalam sejarahnya dunia dan manusia itu hidupnya dipisahkan dalam 2 periode
yaitu periode sebelum terbentuknya negara dan periode sesudahnya.
dalam periode sebelum ada negara (pra negara) manusia hidup di alam bebas dan
oleh karena itu disebut sebagai alamiah ( manusia in abstakto), hukum yang
menguasai kehidupan manusia in abstakto ialah hukum alam. Pada suatu saat
manusia in abstarkto ini sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian membuat
suatu organisasi yang akhirnya disebut negara.
Terbentuknya negara merupakan perubahan dari manusia in abstrakto tadi, yaitu
melalui suatu proses ciptaan manusia yang bersifat rasionil lewat suatu perjanjian
masyarakat. Karenanya teori ini diseb ut teori perjanjian masyarakat, dan karena
dasarnya adalah hukum alam, maka disebut juga sebagai teori hukum alam.
Terjadinya Negara
• Terjadinya negara di bagi dalam 2 tahap, tahap 1 terjadinya negara secara
primer dan tahap 2 secara sekunder
• Perkembangan negara secara Primer melalui 4 tahap, yakni :
1. GEMEINSCAFT atau GENOSSENSCAFT adalah suatu bentuk negara yang
terdiri dari perkelompokan orang-orang yang menggabungkan diri untuk
memenuhi kepentingan bersama dan didasarkan pada persamaan. Bentuknya
masih sederhana, belum terorganisir, organ-organ seperti parlemen, kepala negara
belum ada. Disini yang nampak ialah unsur masyarakat paguyuban. Kedudukan
antara individu sama dan segala sesuatu diusahakan bersama secara gotong
royong. Yang memimpin dalam masyarakat yang homogen ini ialah siapa yang
dianggap paling kuat (Primus Interpares). Disinilah pertama kali bentuk dari
negara yang paling sederhana sekali, titik tolaknya ialah “unsur rakyat”
2. REICH atau RIJK, bentuk yang kedua ini lebih baik dari bentuk yang pertama.
Bentuk negara yang sederhana sudah mulai berkembang dengan mulai terlihat
adanya pusat-pusat kekuasaan, dimana diantara pemegang kekuasaan yang satu
dengan yang lain mulai bertentangan, disini siapa yang memegang kekuasaan
berdaulat. Dalam tahap ini masih belum ada pemerintahan yang tetap. Titik
berlakunya adalah unsur “Pemerintahan yang berdaulat”
3. STAAT, yakni pengertian negara sekarang ini dimana unsur konstitutif (unsur
pembentuk) dari suatu negara sudah terpenuhi, serta pusat kekuasaan hanya ada
satu. Dalam bentuk “staat” ini unsur rakyat dan unsur pemerintah sudah pasti, dan
unsur pemerintahan yang ada tidak bersaing lagi. Disini batas-batas dari daerah
sudah ditentukan. Dalam staat ini masih banyak sekali adanya negara bukan atas
kehendak rakyat, tetapi dipaksakan oleh penguasa dengan adanya paksaan
tersebut maka timbul gerakan-gerakan rakyat, gerakan tersebut merupakan
“Natie” untuk melepaskan tekanan-tekanan dari orang-orang yang berkuasa.
4. . DEMOKRATIE NATIE, atau negara-negara nasional adalah hasil dari bentuk
staat. Disini perkembangan negara bukan secara historis, akan tetapi secara
kewajaran dan berkembangnya tersebut adalah karena tingkat
peradaban/kecerdasan yang sudah meningkat dan maju. Perkembangan negara
semacam ini disebut perkembangan secara Prima, dan perkembangan bentuk
negara ini hanya sampai pada bentuk Demokratie natie, sedangkan adanya
Diktatur hanya merupakan variasi dari Demokratie natie dan timbulnya diktatur
tersebut adalah antara lain karena adanya keputusan-keputusan negara yang
diambil secara cepat tanpa menghiraukan kepentingan masyarakat yang lain.
Fungsi adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai. Fungsi adalah riil dan
konkret.
Tujuan tanpa fungsi adalah steril, fungsi tanpa tujuan adalah mustahil.
Tujuan Negara
Ada 3 pandangan tentang tujuan negara :
1. kekuasaan negara untuk negara sendiri/kekuasaan semata-mata,
2. kekuasaan itu tidak untuk apa-apa,
3. kekuasaan negara mempunyai tujuan tertentu
untuk memperkuat negara maka rakyat harus dibuat lemah, bodoh, dan miskin. Oleh
karena itu untuk tercapainya tujuan kekuasaan semata, hal-hal yang membuat rakyat
menjadi pintar, kaya dan kuat harus dihindarkan/ditiadakan.
Lord Acteun melihat tujuan negara yang untuk kekuasaan semata ini dengan
mengatakan :” Power tends Corrupt, but absolute power corrupts absolutely”
(kekuasaan itu cenderung pada korupsi, tapi kekuasaan yang absolut sudah pasti
terjadi korupsi yang absolut)
Akan tetapi pendapat ini sekarang tidak dianut lagi, umumnya sekarang negara
dipandang sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Para sarjana ilmu politik modern umumnya berpendapat bahwa tujuan negara dapat
dirumuskan dalam berbagai tujuan. Contohnya tujuan negara yang dirumuskan oleh
Charles A Meriam, sarjana Amerika Serikat :
1. Untuk perlindungan terhadap bahaya dari luar
2. Untuk tercapainya ketertiban dalam negeri
3. Untuk tercapainya keadilan
4. Untuk tercapainya kesejahteraan umum
5. Untuk tercapainya kebebasan
Fungsi negara
Fungsi negara menurut ajaran Trias Politica oleh Montesquei mempunyai 3 fungsi
yaitu :
1. Fungsi perundang-undangan (legislative function) yang dilaksanakan oleh
badan legislatif.
2. Fungsi melaksanakan Undang-undang (excecutive function) yang dilaksanakan
oleh badan eksekutif.
3. Fungsi Peradilan (judicial function) yang dilaksanakan oleh badan peradilan
Dengan demikian ajaran trias politica yang dikemukakan oleh montesquei adalah
merupakan ajaran tentang pembagian kekuasaan dan sekaligus pemisahan kekusaan
(Diffition of power)
Ajaran trias politica tentang fungsi negara ini sulit diterapkan dinegara-negara modern
karena beberapa hal :
1. fungsi negara modern tidak hanya terbatas dalam 3 fungsi itu, tetapi sudah
bertambah dengan fungsi-fungsi lain dan yang paling penting adalah fungsi
kesejahteraan umum
2. Bahwa dalam negara-negara modern suatu fungsi tidak hanya dijalankan oleh
satu organ saja, tetapi oleh lebih dari satu organ
3. Pemisahan kekuasaan secara tegas akan memungkinkan timbulnya
penyalahgunaan kekuasaan (detournement de povoir)
Anarkhisme
Anarkhisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ tanpa pemerintah” (non-rule)
Anarkhisme didasarkan pada anggapan bahwa kodrat manusia adalah baik dan
bijaksana. Karenanya manusia tidak memerlukan negara. Fungsi negara dapat
diselenggarakan oleh perhimpunan yang dibentuk secara sukarela (voluntary
association)
Anarkhisme ada 2 golongan, yakni anarkhisme filofofis (dengan cara damai dan
evolusioner) dan anarkhisme revolusioner (dengan cara segala daya-upaya, meski
dengan kekerasan sekalipun)
Individualisme
Menghasilkan bentukan negara yang liberal, yakni konsepsi negara negatif, hanya
menjaga individu tidak diganggu dalam keamanan dan ketertibannya, hidup,
kebebasan dan hak miliknya.
Sosialisme
Gerakan ini menghendaki campur tangan pemerintah seluas mungkin dalam bidang
perekonomian.
Komunisme
Komunisme hanyalah salah satu bentuk dari sosialisme
Sindikalisme
Sindikalisme berasal dari kata perancis syndicate berarti ‘pekerja’.
Ajarannya, buruh yang memainkan peranan utama, bukan negara. Alat-alat produksi
harus dirampas dari tangan borjuasi, tapi tidak dikuasai negara, namun dikuasai buruh
Guild sosialisme
Gerakan yang bersifat khas inggris.
Ajarannya adalah badan-badan koperasi umum akan menguasai alat-alat produksi dan
akan menyelenggarakan tugas-tugas negara dalam bidang kesejahteraan.
Ide ajaran ini banyak yang diambil dari sosialisme dan sindikalisme.
Fascisme
Fascisme berasal dari istilah fascio yang berarti kelompok atau kumpulan.
Sifat-sifat khas gerakan fascisme ialah sifat kediktatoran dan ketotaliterannya, serta
dianutnya doktrin organis mengenai negara. Negara dipersamakan dengan mahluk
hidup yang mempunyai kemauan sendiri, terlepas dari warganya.
Fascisme membenarkan penguasaan dari semua alat-alat produksi oleh negara dan
tidak mengenal batas dari fungsi-fungsi yang dapat diselenggarakan oleh negara
Kollektifisme empiris
Aliran ini empiris, karena didasarkan atas pengalaman.
Aliran ini menyetujui penguasaan umum atas dinas-dinas umum yang vital seperti
perusahaan gas dan listrik dan angkutan umum.
Arti kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh negara (termasuk dalam
membuat dan menjalankan undang-undang dan peraturan yang meliputi dan
mengatasi semua dan harus diakui dan ditaati oleh semua).
Kata kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari kata “souvereignity” (Inggris);
“souverainite” (Perancis); “sovranus” (italia); “souvereiniteit” (Belanda), yang berasal
dari kata latin “superanus/superanitas” yang berarti “yang tertinggi(supreme)
Jean Bodin hidup pada masa permulaan pertumbuhan negara-negara nasional dan ia
melihat dimana-mana kekuasaan sentral dari negara makin lama makin tegas
menampakkan diri dalam bentuk kekuasaan raja yang supreme. Dari keadaan yang
dikonstatirnya itu ia menarik kesimpulan bahwa inti dari statehood adalah kekuasaan
tertinggi, atau souverainite
Sifat/ciri-ciri Kedaulatan
Kedaulatan yang absolut/monolitk dari Jean bodin mempunyai sifat :
1. Asli, artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasaan lain;
2. Tertinggi, artinya tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat
membatasi kekuasaannya;
3. Kekal (permanen), artinya kekuasaan negara berlangsung terus menerus tanpa
interupsi, tanpa putus-putus, meski pemerintah dapat berganti-ganti, kepala
negara dapat mati, bahkan susunan negara dapat berubah;
4. Tidak dapat dibagi-bagi (indivisible), karena hanya ada satu kekuasaan
tertinggi maka kekuasaan itu tak dapat dibagi-bagi;
5. Tak dapat dialihkan, artinya tak dapat dipindahkan kepada suatu badan lain, tak
dapat diserahkan, dilepaskan atau dilimpahkan.
Sedangkan kedaulatan yang bersifat Relatif mempunyai ciri-ciri yang sebaliknya.
Kedaulatan tidak monolitik, tetapi bisa dualistik bahkan pluralistk. Misalnya
kedaulatan itu bisa dialokasikan atau didelegasikan pada berbagai badan/tangan sesuai
degan bidang kekuasaannya (misal dalam UUD1945 sebelum amandemen,
kedaulatan berada ditangan rakyat tetapi pelaksanaan sepenuhnya diserahkan
kepada MPR, kemudian MPR memberi mandat kepada presiden , dan seterusnya)
Macam-macam kedaulatan
1. Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar
2. Kedaulatan de facto dan kedaulatan de jure
3. Kedaulatan politik dan kedaulatan hukum
Kedaulatan internal ini merupakan kekuasaan tertinggi dari negara terhadap rakyatnya
dan penduduk lainnya, serta semua macam bentuk asosiasi mereka didalam daerah
negara yuridiksinya dan terhadap pengurusan persoalan dalam negeri lainnya.
Teori-teori kedaulatan
1. Teori kedaulatan Tuhan
2. Teori kedaulatan Negara
3. Teori kedaulatan Hukum
4. Teori kedaulatan Rakyat
Pelopor terori kedaulatan tuhan antara lain: Augustinus, Thomas Aquino, Dante,
dan Friedrich julius stahl. Teori ini dijumpai didunia barat maupun timur
Pelopor teori ini antara lain : Jean Bodin, George Jellinek, Paul Laband,
Oppenheimer, dan Ludwig Gumplowicks
Teori kedaulatan hukum merupakan reaksi keras atas teori kedaulatan negara, ia
mendasari lahirnya konsep negara hukum yang menjadi cita-cita dan bahkan
,mitos politik pada abad 19 (modern)
Teori kedaulatan Rakyat
Menurut teori ini, sumber dan pemegang kekuasaan tertinggi yang ada dalam
negara ialah rakyat. Negara atau pemerintah menjalankan kekuasaan atas
kehendak atau persetujuan rakyat. Pemerintah hanyalah wakil rakyat.
Teori ini mencapai puncaknya atas jasa Jean Jacques Rosusseau (sarjana
Perancis) salah seorang dari trio tokoh perjanjian masyarakat (teori hukum alam).
Dari teori inilah lahir paham demokrasi modern, yaitu demokrasi perwakilan yang
sering dikatakan sebagai mitos politik abad ke 20.