Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN BAB 4

KONDISI MODERNITAS : ANALISIS SOSIOLOGI TERHADAP HUKUM

A. Diskursus Modernitas : Sebuah Kajian Filosofis

Menurut Bryan Tuner dalam bukunya teori-teori sosiologi indonesia


dijelaaskan mengenai arti dari moderinitas yaitu adalah pencarian, pengaturan
tanah kaum penjajah, disiplin diri dan penciptaan kebenaran. Menurut Bertand
russel, dalam satu sisi moderniatas dapat ditandai dengan runtuhnya
kekuasaan gereja dan bangkitnya otoritas sain. Otoritas sains yang diakui oleh
hampir semua filosofi adalah sesuatu yang berbeda dengan otoritas gereja.
Sains bersifat intelektual dan bukan governmental.

Berbagai macam problem dan krisis global yang serius pada zaman
sekarang adalah kompleks dan multidimensional. Kriss mengenai ekologis,
kekerasan, dehumanisasi, moral, kriminalitas, kesenjangan sosial yang kian
menganga, kelaparan serta penyakityang masih menghantui dunia merupakan
problema yang terkait satu sama lain dengan peradaban modern tersebut.

Konflik peradaban yang dikaji oleh huntington adalah sebagai berikut :

1. Terjadi perubahan mendasar yaitu bergesernya kehidupan manusia di


berbagai bidang kehidupan yang memicu perubahan paradigma pada
dunia dan alam semesta.
2. Etnis kultural dalam dunia yang luas, memegang peranan penting dalam
proses perubahan.
3. Hutington mengkaji konflik peradaban sebagai kemunculan semangat
baru untuk membatasi peradaban (Barat).

Apabila dikaji peradaban atau konsep peradaban dalam Islam,


peradaban tersebut dapat dikembangkan dalam 2 tahapan yaitu :

1. Konsep yang dianggap cukup lengkap dan muncul pada abad ke 14.
Ibnu Khaldun menyeb utnya sebagai Umran, untuk mengartikan

1
peradaban, yaitu organisasi sosial. Ketika organisasi sosial dibentuk
maka peradaban pun muncul. Kota menurut Khaldun merupakan cikal
bakal dari sebuah peradaban dengan berbagai aspek kehidupannya.
2. Konsep kedua muncul pada abad ke-20. Disni makna peradaban bagi
Islam menjadi sangat spesifik, dengan lebih menkankan agama sebagai
peradaban tersebut. Misalnya Sayid Qutb menjelaskan Islam adalah
peradaban yang sesungguhnya dan masyarakat islam benar-benar
beradab.

Peradaban modern saat ini ditandai dengan iklim politik dominasi,


kemajuan dan lompatan ilmu pengetahuan, ketergantungan teknologi serta
penyebaran sumber-sumber ekonomi melalui imperealisme eksplorasi dan
eksploitasi yang dikemas melalui ideologi kapitalistik kebebasan dan
westernisasi. Contoh : munculnya cyberspace, inseminasi buatan, bayi tabung,
sewa rahim, cloning, rekayasa genetika, dan lain-lain.

Dunia modern dimulai dari periode Renaisans, periode yang merupakan


awal dari perkembangan sains dan teknologi. Pada masa ini terjadi perluasan
dan ekspansi perdagangan, perkembangan wawasan modern tentang
humanisme sebagai tantangan terhadap abad pertengahan dan sebagai bentuk
pendewasaan rasionalitas dalam pemecahan masalah-masalah manusia.

Filsafat ilmu pengetahuan yang berparadigma telah memberikan dasar


dan pengukuhan terhadap eksistensi ilmu pengetahuan dan juga telah
memberikan energi yang besar bagi perkembangan dan kemajuan sains. Akan
tetapi pengukuhan itu juga telah mengakibatkan perngaburan pada dimensi-
dimensi saintifik lainnya sheingga disamping membawa pengaruh positif juga
membawa dmapak pengaburan terhadap karakteristik sains global.

Oleh karena itu, para filsuf modern menegaskan bahwa pengetahuan


tidak berasal dari kitab suci atau dogma dogma gereja juga tidak berasal dair
kekuasaan feodal melainkan dari diri manusia itu sendiri.

2
B. Konsep Hukum Modern

Boaventure de Sousa Santos menuliskan bahwa munculnya hukum


modern dibidani oleh kemunculan paradigma positivisme dalam ilmu-ilmu sosial
yang terjadi pada abad ke-18 hingga akhir abad ke-19. Hal ini ditandai dengan
adanya saintifikasi hukum modern. Begitu kuatnya paradigma positivosme
tersebut membuat tatanan hukum modern inim mulai membebaskan diri dari
tatanan hukum kuno, sheingga hukum sangat menjadi rasional.

Pengaruh poisitivisme dalam hukum melahirkan aliran hukum school of


jurispfrudence yang disebut dengan :formalism atau conceptualism”. Pada
dasarnya, aliran legal formalism adalah aliran hukum positif yang membangun
prinsip-prinsip hukum, proposisi dan justificatory structures yang komperehensif
dan ketat, yang dapat dihasilkan dari praktek-praktek hukum dengan cara
memakai ilmu alam yang deduktif-logis.

Hukum modern seperti ayng dijelaskan diatas, tidak lagi terpengaruh


oleh teori ketuhanan. Pada sistem hukum modern ini keadilan sudah dianggap
diberikan dengan membuar hukum positif (undang-undang). Dengan kata lain,
keadilan akan ditegakkan dan ditentukan melalui hukum positif. Semua
hubungan kemasyarakatan dan pemerintahan didasarkan apda peraturan dan
prosedur yang sifatnya impersonal dan impartial.

Ciri hukum modern menurut Satjipto Raharjo adalah :

1. Mempunyai bentuknya yang tertulis.


2. Hukum itu berlaku untuk seluruh wilayah Negara. Apabila kita
memperhatikan sejarah, keadaannya tidak selalu demikian. Pada masa-
masa yang lalu, dalam satu wilayah Negara, bisa berlaku berbagai
macam otoritas hukum yang bersaing.
3. Hukum merupakan insturmen yang dipakai secara sadar untuk emmbuat
keputusan-keputusan politik.

3
Sementara itu Marc Galanter menyebutkan bahwa yang menjadi
karakteristik dair hukum moedern sebagai berikut :

1. Hukum uniform terdiri dari peraturan-peraturan yang uniform dan tidak


berbeda dengan penerapannya.
2. hukum transaksional, sistem ini lebih mengutamakan hak dan kewajiban
yang timbul dair transaksi pihak yang ebrsangkutan.
3. Hukum universal, dalam hal ini cara khusus dibuat untuk memberikan
contoh tentang suatu patokan penerapan secara umum daripada untuk
menunjukkan sifatnya yang unik dan intuitif.
4. Hierarki, yaitu adanya jaringan tingkat banding yang teratur.
5. Adanya sistem biorokrasi untuk menjamin unifomr tersebut.
6. Rasionalitas yaitu harus masuk akal dan dipastikan dapat dipelajari.
7. profesionalisme yaitu dapat dikelola menurut persyaratan ayng telah
ditentukan serta dapat diuji implementasinya.
8. Perantara berarti adanya mahkamah agung, pengadilan, pengacara dan
jaksa.
9. Dapat diralat, berarti adanya pengawasan politik serta pembedaan
tugas.

C. Wacana Hukum Modern dalam Perkembangan Tatanan Hukum


Menurut Nonet-Selznick

Inti sari pemikiran mengenai tatanan hukum yang diperkenalkan oleh


Npnet dan Selznick dalam tulisannya Law and Society in Transition:Toward
Responsive Law (1978) ini adalah teori modernisasi. Teori ini mengatakan
bahwa negara berkembang akan mencapai suatu tingkat perkembangan hukum
yang dinikmati oleh negara-negara maju atau modern, asalm mau mengikuti
jalan yang telah ditempuh oleh negara-negara maju tersebut.

Buku ini terdiri dari 4 bab dan epilog pada bagian akhirnya, pada buku
ini juga dapat ditemukan 3 tipe tatanan hukum yaitu :

4
1. Tatanan hukum represif
Tatanan hukum ini bertugas untuk menyelesaikan masalah yang sangat
mendasar dalam mendirikan tatanan politik. Mejadi prasyarat bagi sistem
hukum dan sistem politik mencapai sasaran yang lebih maju.
2. Tatanan hukum otonimus
Tatanan hukum ini menunjukkan suatu proses menuju ke arah yang
lebih baik dari tatanan hukum yang sebelumnya, di bangun atas hasil-
hasil yang telah dicapai tatanan hukum represif
3. Tatanan hukum responsif
Dalam tatanan hukum rini dijelaskan bahwa adanya suatu
perkembangan menuju Rule of Law yang dihasilkan tatanan hukum
otonomius.

Dari penjelasan pada buku ini adanya kesimpulan yang didapat bahwa
pembuatan undang semacam itu berada pada tatanan hukum yang represif.
Hal itu megindikasikan bahwa setiap hukum represif merupakan ekadilan yang
beku. Hukum represif tidak mengidentikkan deirinya dengan kekuasaan semata
karena dengan fungsi yang represif, hukum ini dapat diharapkan membuat
kekuasaan lebih efektif.

Kemudian Noet dan Selznik menceritakan pada bagian hukum otonom


bahwa hukum represif dikontraskan dengan hukum otono.m. Hukum otonom
adlaah hukum sebagai suatu isntitusi tersendiri, yang mampu menjinakkan
penindasan dan melindungi integritasnya sendiri. Akan tetapi, hukum represif
tidak akan pernah hilang begitu saja dari tatanan hukum yang ada sebab
hukum represif ini bergantung kepada orang bawah yang sumber utamanya
adalah kemiskinan akan sumber-sumber daya politik.

D. Perkembangan Hukum Di Indonesia dalam Kondisi Modernitas

Sesudah kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 di mulailah era


baru yaitu era belajar memerintah negara sedndiri. Peristiwa yang penting
setelah kemerdekaan indonesia adalah pemeberian bentuk hukum oleh para

5
pendiri negara pada tatanan politik yang telah terbentuk. Dengan pancasila
sebagai dasar filsafat yang menegaskan bahwa tatanan politik yang di
kehendaki adalah negara pancasila dengan ciri-ciri pertama negara pancasila
adalah negara hukum. Kedua negara panacasila adalah negara demokrasi yamg
dalam seluruh kegiatannya selalu terbuka bagi partisifasi selurug rakyat. Ketiga
negara pancasila adalah organisasi seluruh rakyat yang menata diri secara
rasional untuk mrwujudkan kesejahtraan rakyat melalui tatanan kaidah hukum
yang berlaku.

Untruk menceritakan perkembangan hukum di indonesia peneulis bagi


perkembangan hukum indonesia kedalam beberapa tahap perkembangan yaitu
:

1) Tatanan hukum pada masa hindia-belanda (tatanan hukum yang


represif)

Kepulauan nusantara pada masa itu mengalami penjajahan oleh


pemerintah belanda dengan menjalankan aturan dan hbukumnya sendiri.
Tatanan hukum pada masa ini adalah refresif in optima forma, tatanan hukum
ini di magsudkan untuk menjamin kepentingan pemerintah belanda dan sama
sekali bukan untuk kepentingan rakyat. Ktika menjalankan politik hukumnya
belanda menerapkan hukum perdata bagi bangsa indonesia yaitu hukum
adatnhya amsing-masing, namun hal tersebut tujuannya hanya untuk
kepentingan bangsa belanda saja.

Begitu juga untuk hukum islam pada masa ini yang berlaku adalah hukum adat
masing-masing. Artinya hukum islam hanya dapat di berlakukan jika telah di
resepsi oleh hukum adat. Hukum adatlah yang menentukan ada atau tidak
adanya hukum islam.

Pada masa itu suasana hukum yang represif sangat dominan misalnya melalui
kebijakan hukum yang berat sebelah, kewenangan yang melampaui batas dan
ketidak mampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

6
2) Tatanan hukum pada masa penjajahan jepang (tatanan hukum yang
melampaui represif)

Pada tanggal 19 maret 1942 jepang masuk ke indonesia dan menghalau


penjajah belanda. Ketika terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintah hindia
belanda ke pemerintahan jepang praktis tidak terjadi perubahan yang
mendasar bagi tatan hukum. Pada pase ini jepang telah begitu banyak
melakukan penindasan yang lebih menyengsarakan bangsa indonesia. Jepang
hanya melakukan perubahan susunan badan-badan peradilan dan
menyesuaikan hukum acara serta menetapkan hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggar dalam hukum pidana. Tatanan hukum seperti ini dapat di
kualifikasikan termasuk kepada tatanan hukum yang frepresif sebab sesua
keputusan dan pertimbangan hanya di dasarlan pada satu tujuan yaitu
kepentingan pendudukan militer jepang.

Dalam hubungan politik dengan islam jepang sangat berbeda dengan


belanda justru jepang menampilkan sikap bersahabat dengan islam dan begitu
pentingnya islam dalam perpolitikan bangsa indonesia. Meski perlakuan kedua
penjajah tersebut berbeda terhadap umat islam namun tujuan nya sama yaitu
untuk melanggengkan kekuasaan mereka.

Dalam hukum adat selama pendudukan jepang telah memberikan


tekanan yang sangat represif melampaui penjajahan belanda. Dalam hukum
adat telah tgerjadi perubahan budaya, serta dalam keadaan ekonomi sulit
rakyat di paksa untuk kerja paksa lalu para pemujda di jadikan tentara oleh
jepang dan banyak kaum wanita yang kehilangan kehormatannya.

3) Tatanan hukum sejak tahun 1945-1998

Denga proklamasi 17 agustun 1945 terbentukalah indonesia yang


merdeka. Dengan itu tatanan hukum belanda terhapus dengan sendirinya, dan
tatanan hukumyang baru pada waktu itu belum berbentuk tertulis berlakulah
berbagai kaidah hukum adat setempat serta hukum agama sejauh masih di

7
terima oleh hukum adat. Pada tanggal 18 agustus mulailah indonesia
menerapkan UUD 1945 dalam hal ini indonesia mendapatkan kepositifan dalam
tatanan hukum. Dalam masa kemerdekaan ini diperlukan suaty tatanan hukum
untuk menjaga hasil kemerdekaan dan memantapkan kondisi.

Pada masa memasuki awal pemerintgahan yang demokrasi (1950-1959)


tatanan hukum bergerak selangkah lebih maju. Dengan lahirnya UUDS 1950
tampaklah tatan hukum yang otonom. Pada masa ini hukum prosedural sudah
terunifikasi, sedangkan hukum substantif masih perulalisme dan pada pemilihan
umum pada 1955 banyak partai politik yang berpartisifasi dan pemilihan ujmum
berjalan dengan lancar hak memilih dan untuk memilih berjalan dengan
mestinya.

Pada tahun 1959-1965 indonesia berada pada tahap demokrasi


terpimpin tatanan hukum yang di perlihatkan adalah tatan hukum represif
sebab pada masa ini konfigurasi politik bertolsk belakang dengan demokrasi
parlementer. Sistem demokrasi terpimpin lahir setelah konstituante di anggap
gagal dalam menjalakna tugasnya yaitu untuk menyusun UUD yang tetap dan
kemudian di bubarkan. Secara sedrhana selama tahun 1945-masa demokrasi
terpimpin tatanan hukum bangsa indonesia ada dalam tatanan hukum represif
dan otomom.

Dibawah pemerintahan orde baru dan pemerintahan transisi (pasca orde


baru 1998-1999) tatanan hukum di indonesia muncul dalam berbagai
bentuknya ia memperlihatkan formalitas dan proseduralisme dalam
penyelesaian masalah, namun di sisi lain sangat refresif hal tersebut dapat di
lihat dari kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan yang dominan dan
kebijakan tidak memihak pada rakyat.

8
E. Mejuju Tatanan Hukum Responsif

Usaha untuk mewujudkan hukum yang responsif sangat di warnai


dengan teori hukum modern, seperti yang di katakan jerome frank tujuan
utama para realis hukum adalah membuat hukum menjadi lebuh responsif pada
kebutuhan sosial. Untuk menjadi responsif sistem hukum harus bersifat
terbuka dan harus mampu membangkitkan partisifasi sosial ekonomi yang baru.

Dalam masa transisi dari hukum otonom ke hukum responsif langkah


yang menentukan adalah menggeneralisakikan tujuan hukum. Oleh karen itu
ciri hukum yang responsif adalah pencarian nilai-nilai implisit yang ada di dalam
aturan-aturan dan kebijakan. Sebagai contoh dengan adanya proses hukum
yang layak dan manusiawi. Namun bentuk tatanan hukum responsif ini sulit di
wujudkan institusi-institgusi dan birokrasi sangat rentan karena banyak
perilaku-perilaku melawan hukum kondisi politik dan partisifasi politik sangat
menentukan terutama dalam kaitannya dalam penyelenggaraan keadilan dan
ketertiban bagi rakyat namun tatanan hukum responsif ini ada pula
kelemahannya seperti rapuhnya jaringan-jaringan penunjang untul
mewujudkannya, dalam buku ini di sebutkan tatanan hukum yanmg paling ideal
adalah tatanan hukum otonom.

F. Sosiologi Hukum Menggugat Tradisi Modern dalam Kehidupan


Hukum

Karakter utama hukum modedrn adalah sifatnya yang rasional.


Rasionalis ini di tandai dengan sifat peraturan yang hukum yang prosedura,
dengan ini prosedural menjadi dasar legalitas yang penting untuk menegakkan
keadilan bahkan prosedur lebih penting dari keadilan itu sendiri. Daloam
konteks ini upaya mencari keadilan bisa gagal hanya karena terbentur oleh
prosedur tersebut. Hal itu berarti semua kasus harus di dasarkan pada hukum
yang berlaku dan prosedur dan prosedur yang harus di terapkan. Iktulah sistem
hukum modern yang semuanya harus berdsarkan prosedur. Akan tetapi pada
pelaksanaan nya prosedur ini bisa dibeli. Dalam setiap peraktek pencarian

9
hukum selalu yang mampulah yang menang. Dalam mewujudkan keadilan
hukum moldern berurusan dengan formal justice sementara substansial justice
banyak di kesampingkan. Hukum dalam bentuk formal memang di perlukan
karena memang itulah ciri hukm sesungguhnya akan tetepi juga tidak boleh
menghilangkan yang substansial.

Sebagai solusi dari kebutuhan hukum ini satjipto raharjo mengatakan


bangsa kita membutuhkan tipe penegakan hukum yang progresif. Penagamatan
selala ini menjunjukan meski bangsa meneriakan supremasi hukum dalam
kertas atas secara tertulis namun hasilnya masih mengecewakan, dalam hal ini
kaum positivisme tidak bisa menjelaskan keadaan hukum secara holistik. Dalam
penegakan hukum progresif dibutuhkan pendekatan kritis terhadap hukum
salah satunya adalah dengan pendekatan sosiologi.

10

Anda mungkin juga menyukai