Silabus Perkuliahan
Politik Hukum (2 SKS)
Semester Genap, 2020–2021
Dosen:
Prof. Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H.
Dr. Syamsuddin Radjab, S.H., M.H.
A. Pengantar
1
nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan
ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian
hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai
hak asasi manusia.
4. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan
dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
bangsa dalam bentuk undang-undang.
5. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak
hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk
menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan
kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan serta
pengawasan yang efektif.
6. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh
penguasa dan pihak mana pun.
7. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung
kegiatan perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas
tanpa merugikan kepentingan nasional.
8. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah, dan
terbuka, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan tetap
menunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran.
9. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan
perlindungan, penghormatan, dan penegakkan hak asasi manusia dalam
seluruh aspek kehidupan.
10. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum
dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.
Pada masa transisi yang lalu, kedudukan GBHN – yang memiliki bentuk
hukum Ketetapan MPR - sebagai salah satu landasan politik hukum Indonesia
kemudian mengalami peninjauan. Hal ini didasarkan atas ketentuan Pasal I
Aturan Tambahan Perubahan Keempat UUD 1945 yang menyatakan bahwa
MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
Ketetapan MPR Sementara (MPRS) dan MPR untuk diambil putusan pada
sidang MPR tahun 2003. Berdasarkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
2
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2004 yang
ditetapkan pada tanggal 7 Agustus 2003, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 – 2004 merupakan salah
satu Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
pemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2004.
Dalam perkuliahan ini para peserta akan dibawa untuk mendalami lebih jauh
berbagai permasalahan di sekitar politik hukum. Berdasarkan bahan bacaan
(reading materials) yang telah diberikan, para peserta akan diarahkan untuk
mempelajari dimensi-dimensi teoritis maupun praktis dari politik hukum.
Dimensi-dimensi tersebut dibagi menjadi lima bagian sebagaimana terdapat
dalam bahan bacaan yang telah dibagikan, dengan klasifikasi sebagai berikut:
3
E. Part Five: Interpretation Revisited, Legal Rules, and the Process of Social
Change.
B. Materi Perkuliahan
4
_______. Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018.
Arinanto, Satya dan Ninuk Triyanti, eds. Memahami Hukum: Dari Konstruksi
sampai Implementasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Azed, Abdul Bari. Hukum Tata Negara Indonesia (Kumpulan Tulisan). Jakarta:
Ind-Hill-Co, 1991.
Gaffar, Firoz dan Ifdhal Kasim, eds. Reformasi Hukum di Indonesia. Jakarta:
Cyberconsult, 2000.
5
Hartono, C.F.G. Sunaryati. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional.
Bandung: Alumni, 1981.
Merryman, John Henry. The Civil Law Tradition: An Introduction to the Legal
Western Europe and Latin America. Stanford: Stanford University Press,
1998.
6
Simanjuntak, Marsillam. Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur, dan
Riwayatnya dalam Persiapan UUD 1945. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
1997.
2. Peraturan Perundang-undangan
_______. Himpunan Ketetapan MPRS dan MPR Tahun 1960 s/d 2002. Jakarta:
Sekretariat Jenderal MPR RI, 2002.
7
_______. Putusan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI, 2001.
8
3. Materi-materi Pendukung
C. Penilaian
9
untuk mencari waktu penggantinya, agar ketentuan kehadiran minimal
perkuliahan tersebut dapat terpenuhi.
3. Tugas Terstruktur
10
eds., Constitutionalism and 193-521.
Democracy (Cambridge:
Cambridge University Press,
1997), at 19-353.
Kelima Donald P. Kommers, “German “Politik Hukum 1”, Part One, hal.
Constitutionalism: A Prolegome- 523-559.
non,” Emory Law Journal (Vol. 40,
No. 3, Summer 1991), at 837-873.
Keenam 1. Hans Kelsen, General Theory “Politik Hukum 2”, Part Two, hal. 2-
of Law and State (New York: 70.
Russell & Russell, 1961), at
110-161.
2. R.M.W. Dias, Jurisprudence
(London: Butterworths, 1985),
at 358-374.
Ketujuh Philippe Nonet and Philip Selznick, “Politik Hukum 2”, Part Two, hal.
Law and Society in Transition: 73-156.
Toward Responsive Law (New
York: Harper & Row, 1978), at 29-
113.
Kedelapan 1. J. Soedjati Djiwandono, 1. “Politik Hukum 2”, Part Three,
“Democratic Experiment in hal. 158-166 dan 356-374.
Indonesia: Between 2. Satya Arinanto, “Constitutional
Achievements and Law and Democratization in
Expectations,” The Indonesian Indonesia” (Jakarta: Publishing
Quarterly (Vol. XV, No. 4, House Faculty of Law
1987), at 661-669. University of Indonesia, 2000).
2. Harold Crouch, “Indonesia:
Democratization and the Threat
of Disintegration,” Southeast
Asian Affairs 2000 (Singapore:
Institute of Southeast Asian
Studies, 2000), at 113-133.
3. Satya Arinanto, “Constitutional
Law and Democratization in
Indonesia” (Jakarta: Publishing
House Faculty of Law
University of Indonesia, 2000).
Kesembilan Todung Mulya Lubis, “In Search of “Politik Hukum 2”, Part Three, hal.
Human Rights: Legal-Political 168-236.
Dilemmas of Indonesia’s New
Order, 1966-1990” (S.J.D.
Dissertation at Boalt Hall Law
School University of California
Berkeley, 1990), at 84-153.
Kesepuluh Peter J. Burns, The Leiden “Politik Hukum 2”, Part Three, hal.
Legacy: Concepts of Law in 239-353.
Indonesia (Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 1999), at 135-222 and
279-308.
Kesebelas 1. William H. Rehnquiest, The “Politik Hukum 3”, Part Four, hal.
Supreme Court: How It Was, 2-17 dan 193-216.
11
How It Is (New York: William
Morrow, 1989), at 99-114.
2. Leslie Zines, The High Court
and theConstitutions (Sydney:
Butterworths, 1997), at 400-
423.0
Kedua belas 1. Jorge Correa S., Dealing with “Politik Hukum 3”, Part Four, hal.
Past Human Rights Violations: 73-111 dan 113-125.
The Chilean Case After
Dictatorship,” Notre Dame Law
Review (Vol. 67, No. 5, 1992),
at 1455-1594.
2. Timothy Scully and Alejandro
Ferreiro Y., “Chile Recovers Its
Democratic Past:
Democratization by
Installment,” Journal of
Legislation (Vol. 18, No. 2,
1992), at 317-329.
Ketiga belas 1. M.P. Jain, Administrative Law “Politik Hukum 3”, Part Four, hal.
of Malaysia and Singapore 19-55 dan 57-71.
(Kuala Lumpur: Malayan Law
Journal Pte. Ltd., 1989), at 38-
74.
2. Du Xichuan and Zhang
Lingyuan, China’s Legal
System: A General Survey
(Beijing: New World Press,
1990), at 26-40.
Keempat belas 1. Peter M. Broody, “The First “Politik Hukum 3”, Part Four, hal.
Amendment, Governmental 113-143 dan 146-191.
Cencorship, and Sponsored
Research,” The Journal of
College and University Law
(Vol. 19, No. 3, Winter 1998),
at 199-215.
2. Geoffrey Lindell, ed., Future
Directions in Australian
Constitutional Law (Canberra:
The Federation Press, 1994),
at 1-46.
Kelima belas 1. Clive Napier, “Africa’s “Politik Hukum 3”, Part Four, hal.
constitutional Renaissance?: 218-235 dan 239-274.
Stocktaking in the ‘90s,” Africa
Dialogue (Monograph Series
No. 1, 2000), at 77-94.
2. Kofi A. Annan, Global Values:
The United Nations and the
Rule of Law in the 21st Century
(Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies,
12
2000).
Keenam belas 1. Richard A. Posner, The “Politik Hukum 3”, Part Five, hal.
Problem of Jurisprudence 276-290 dan 340-352.
(Cambridge: Harvard University
Press, 1990), at 247-309.
2. Stewart Macaulay, Lawrence
M. Friedmann, John Stookey,
eds. Law & Society: Readings
on the Social Study of Law
(New York: W.W. Norton &
Company, 1995), at 689-701.
13
Jumlah halaman makalah kecil minimal 15 (lima belas) halaman kertas
ukuran kuarto, dan diketik spasi rangkap. Topik makalah bisa berupa tinjauan
dari perspektif teori dan atau studi kasus.
Satya Arinanto
Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Cetakan Kelima, 2018
tentang “Transisi Politik Menuju Demokrasi” (hal. 97-246)
Disusun ringkasan minimal 5 halaman kertas kuarto, spasi dua; dan
tanggapan minimal 5 halaman kertas kuarto, spasi dua.
Dalam tiap-tiap bagian sampul depan dari makalah kecil dan ringkasan
dan tanggapan tersebut harus dicantumkan dengan lengkap data sebagai
berikut: (1) nama mahasiswa; (2) nomor pokok mahasiswa; (3) nomor urut
nama dalam daftar presensi mahasiswa (“nomor absen”); dan (4)
informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan institusi
penyelenggara, yakni Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Pancasila.
4. Makalah Akhir
14
penyusunan catatan kaki dapat mengikuti salah satu pola yang ada,
dengan catatan harus diterapkan secara konsisten dalam keseluruhan
isi makalah.
4. Pada bagian akhir makalah diberikan “Daftar Pustaka” atau
“Bibliografi”, yang pola penulisannya disesuaikan dengan pola
penulisan catatan kaki yang dipilih.
5. Panjang makalah minimal 40 (empat puluh) halaman, di luar
halaman judul (cover depan) dan unsur-unsur lainnya sebagaimana
tercantum dalam butir 1, 2, dan 4 di muka.
6. Makalah diketik di atas kertas kuarto, dengan spasi rangkap.
7. Makalah dikumpulkan pada hari Senin tanggal 19 Juli 2021 pukul
17:00 WIB melalui e-mail ke alamat:
satyaarinantoassignment@gmail.com.
Pengajar,
T t d.
15