Anda di halaman 1dari 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Sebelas Maret Institutional Repository

RELEVANSI PEMIKIRAN TEORI ROBERT B SEIDMAN TENTANG ‘THE LAW


OF NON TRANSFERABILITY OF THE LAW’ DENGAN UPAYA PEMBANGUNAN
HUKUM NASIONAL INDONESIA

Bambang Santoso

Abstract
The idea of theory of Robert B Seidman which state the law of certain nations could not be simply
transferable to the other nations is giving significant role for Indonesia’s national law development. Eventhought
Indonesia in the past time colonized by Dutch, but for the law system development could not take over
merely the Dutch colonial law system. Being realized that the impact of Dutch law system still existed
within Indonesia law system, but we can not conclude we are copying the dutch colonial law. Systematically
we have tried to develop national law system in which Indonesia’s taste minded. We never think to take
over merely the other nations law system eventhough more advanced to the Indonesia’s national law, as will
not guaranting will be operated better.

Key Words : Idea, Theory, Non Tranferability Law

A. Pendahuluan melaksanakannya. Namun kesadaran dan


Dengan proklamasi Kemerdekaan tanggal cita-cita untuk mengisi tatanan hukum nasional
17 Agustus 1945 oleh para pemimpin Bangsa yang telah terbentuk itu dengan membentuk
Indonesia, maka pada saat itu terjadi suatu berbagai perangkat kaidah hukum positif
pembentukan hukum secara revolusioner di nasional yang diperlukan untuk mengelola
Indonesia. Dengan proklamasi tersebut, maka kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah
dengan satu tindakan tunggal, tatanan hukum dipikirkan dan dikemukakan oleh para ahli
kolonial ditiadakan dan di atasnya terbentuk hukum bangsa Indonesia sejak Proklamasi
satu tatanan hukum baru (ubi societes ibi ius). Kemerdekaan.
Tatanan baru tersebut, pada saat terbentuknya Sudah sejak dari permulaan disadari oleh
tidak segera terisi dengan perangkat-perangkat para pemimpin dan para ahli hukum bangsa
kaidah hukum positif tertulis. Yang ada pada Indonesia, bahwa membangun tata hukum
saat itu adalah tatanan hukum tidak tertulis nasional itu tidaklah mudah. Banyak faktor
yang belum memperlihatkan bentuk yang jelas yang menyebabkan cita-cita untuk mewujud-
dan yang memerlukan pemositivisan lebih kan tata hukum nasional itu tidak dapat segera
lanjut. Tentu saja untuk mengisi tatanan hukum terselenggara. Beberapa diantaranya adalah
dengan perangkat-perangkat kaidah hukum sebagai berikut:
positif yang bersifat nasional untuk menata 1. Perang Kemerdekaan sebagai akibat
penyelenggaraan kehidupan yang usaha Belanda untuk mengembalikan
terorganisasikan secara politis, yang baru saja kekuasaan kolonial di Indonesia.
terbentuk, diperlukan keahlian dan waktu yang 2. Secara etnis bangsa Indonesia sangat
banyak (Bernard Arief Sidharta, 1999: 1). heterogen dengan berbagai adat istiadat
Dalam dekade pertama kehadiran dan sub kulturnya yang tersebar pada
Republik Indonesia, usaha untuk mewujudkan suatu wilayah kepulauan yang sangat luas.
tata hukum nasional dengan membentuk Intensitas proses interaksi antar suku
berbagai perangkat kaidah hukum positif, pada masa kolonial sangat lemah
kecuali pada bidang Hukum Tata Negara atau yangmenyebabkan proses unifikasi
Hukum Publik pada umumnya, praktis belum hukum secara alamiah praktis tidak
dapat dilakukan. Situasi pada masa itu, yang terjadi;
antara lain ditimbulkan oleh Agresi Militer 3. Tata hukum kolonial yang harus diganti
Belanda I dan II yang mengobarkan perang dengan tata hukum nasional, sudah cukup
kemerdekaan dan pemberontakan PKI – Muso lama menguasai kehidupan (hukum) di
tahun 1948, belum memberi peluang untuk Indonesia;

Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert .... 1
4. Politik hukum kolonial, yang berakar dalam pembentukan kaidah-kaidah hukum baru untuk
politik kolonial pada umumnya yang mengatur berbagai bidang kehidupan masyarakat.
memfungsikan wilayah jajahan dengan Pembangunan hukum diarahkan untuk memenuhi
potensinya hanya sebagia penopang kebutuhan hukum masyarakat kita yang sedang
kepentingan ekonomi negara induk, telah membangun, mengarahkan dan mengantisipasi
menyebabkan bangsa Indonesia dan hukum perubahan sosial dan guna mewujudkan cita-cita
adatnya pada masa kolonial itu relatif terasing masyarakat adil dan makmur. Salah satu komponen
dari pergaulan dan perkembangan pada tingkat pembangunan nasional, pembangunan hukum
mondial. Hal ini menyebabkan perkembangan mempunyai hubungan kait mengkait dan
hukum adat berjalan amat lamban, sehingga interdepensi dengan berbagai sektor pembangunan
ketika bangsa Indonesia memperoleh lainnya, seperti ekonomi, politik, budaya dan
kemerdekaannya pada pertengahan abad 20 pertahanan keamanan. Dengan demikian
ini, maka bangsa Indonesia dan hukum pembangunan hukum bukanlah sebuah proses yang
adatnya secara langsung dihadapkan pada otonom, melainkan sebuah proses yang
berbagai masalah modern yang sudah sangat heteronom. Artinya pembangunan hukum tidak bisa
jauh perkembangannya dan sangat kompleks. dilepaskan dari sektor-sektor pembangunan lainnya
5. Pada saat kemerdekaan di proklamasikan, (M. Busyro Muqodas, 1992: 6).
jumlah sarjana hukum yang kompeten, seperti Pembangunan hukum nasional harus
juga halnya dengan sarjana-sarjana di bidang memperhatikan bukan hanya aspek filoofis dan
lain, lebih-lebih sarjana hukum yang memiliki ideologis, tetapi juga aspirasi yang tumbuh dalam
keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang masyarakat. Artinya memenuhi tuntutan ideal dan
“legislative drafting” masih terlalu sedikit untuk menjawab kenyatan sosial sekaligus. Di sini
mampu dalam waktu singkat menghasilkan terdapat suatu tantangan yang dirasa berat, yaitu
berbagai perangkat kaidah hukum positif bagaimana merumuskan dan membangun suatu
nasional yang diperlukan untuk menata dan sistem nilai nasional yang sesuai dnegan kebutuhan
menyelenggarakan perikehidupan berbangsa zaman, namun tetap berpijak pada nilai-nilai kultural
dan bernegara yang merdeka. bangsa.
Pembangunan hukum nasional yang kita Memasuki abad 21 ini perlu diusahakan untuk
laksanakan bukan hanya sekedar dimaksudkan mengganti semua perangkat aturan hukum yang
untuk memenuhi tuntutan politik guna membayar berasal dari masa Hindia Belanda dengan
hutang sejarah yang belum terlunasi terhadap cita- perundang-undangan nasional sambil memperbaiki
cita proklamasi kemerdekaan. Tetapi juga dan meningkatkan mutu kehidupan hukum,
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan sosial agar termasuk praktek peradilannya. Terselenggaranya
hukum dapat memainkan peranan penting sebagai kehidupan hukum yangbermutu akan menciptakan
alat rekayasa sosial dalam proses pembangunan kesempatan yang sama bagi tiap warga negara
nasional guna mewujudkan cita-cita masyarakat adil untuk mengembangkan diri secara optimal yang
danmakmur bagi sleuruh rakyat. Suatu kenyataan akan mendorong kreativitas dan memungkinkan
yang tidak dapat diingkari bahwa masih banyak semua fungsi hukum terlaksana, khususnya fungsi
produk hukum kolonial yang masih berlaku untuk sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Selain
mengatur kehidupan masyarakat kita. itu, masalahnya juga berkenan dengan adanya
Bagaimanapun juga produk-produk hukum kolonial martabat bangsa, khususnya tentang
itu harus dirubah dan diperbaharui karena dasar penyelenggaraan akan peradilan, sebab seperti
falsafahnya tidak berpijak pada nilai-nilai moral dan dikatakan oleh Henry Sidgwick “in determining a
kultural masyarakat kita. Dismaping itu sebagian nation’s rank in political civilisation, no test is more
materinya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan decisive than the degree in which justice, as de-
masyarakat dan tuntutan zaman. Kebutuhan fined by the law, is actually realised in its judicial
perubahan dan pembaharuan hukum itu terasa administration, both as between one private citi-
semakin mendesak akibat begitu pesatnya zen and another and as between one private citi-
perubahan sosial yang terjadi. zen and members of the government” (Henry
Pembangunan hukum nasional pada dasarnya Sidwick dalam Arief Sidharta, 1999, 23).
merupakan upaya untuk membangun suatu tat Peluang dan motivasi untuk melaksanakan
ahukum nasional yang berlandaskan kepada jiwa pembangunan hukum yang lebih signifikan terhadap
dan kepribadian bangsa. Dalam konkritisasinya perkembangan tuntutan zaman sudah tercipta
pembangunan hukum nasional itu berarti dengan GBHN 1993 yang secara formal mengung-

2 Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert ....
kapkan kemauan politik para penentu Organisasi Departemen Jo. Keputusan
kebijakan penyelenggaraan bernegara untuk Presiden Republik Indonesia No. 45 tahun 1974
memandang hukum sebagai subsistem tentang Susunan Organisasi Departemen.
nasional setara dengan subsistem nasional Dalam kerangka pelaksanaan program-
lainnya, seperti sub sistem politik dan sub program pembangunan hukum, Badan
sistem ekonomi. Masalahnya kini adalah Pembinaan Hukum Nasional dalam intinya
menterjemahkannya menjadi kemauan politik mengemban tri-fungsi pokok yang berkaitan,
aktual dengan menjabarkannya ke dalam pro- yakni fungsi sebagi pusat dokumentasi dan
gram pembangunan hukum yang didukung informasi hukum dan fungsi sebagai pusat
dengan dana yang memadai untuk itu. dalam penyusunan “academic draft”. Dalam
hubungan ini, maka pendidikan hukum dan pembentukan perangkat aturan perundang-
pengembangan ilmu hukum yang bermutu undangan pada berbagai sektor kehidupan,
dituntut untuk memainkan peranan yang yang secara substansial merupakan
penting sesuai proporsinya. kewenangan dan tanggung jawab
Pembangunan hukum yang direncanakan departemenyang bersangkutan, agar
secara cermat itu harus diarahkan untuk produknya tetap dapat menghasilkan tata
membangun tatanan hukum nasional yang hukum nasional yang utuh konsisten (koheren),
modern dengan mengacu cita- hukum maka menteri kehakiman mengemban tugas
Pancasila, yang mampu memberikan melaksanakan koordinasi teknis dengan
kerangka dan saluran-saluran hukum yang mengoptimalkan fungsi Badan Pembinaan
efisien dan responsif bagi penyelenggaraan Hukum Nasional.
kehidupan masa kini dan masa depan.
Tatanan hukum nasional Indonesia itu
harus mengandung ciri: B. “The Law of non transferability of law”
1. Berwawasan kebangsaan dan menurut Robert B. Seidman
berwawasan nusantara; Analisis mengenai pengalihan hukum
2. Mampu mengakomodasi kesadaran asing oleh suatu bangsa yang dapat
hukum kelompok etnis kedaerahan dan digolongkan ke dalam studi hukum dan
keyakinan keagamaan; masyarakat pernah dilakukan oleh Robert B.
3. Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan Seidman mengenai negara-negara bekas
terunifikasi; jajahan Inggris di Afrika. Dengan melakukan
4. Bersifat rasional yang mampu mencakup penelitian Seidman ingin memperoleh jawaban
rasionalitas-efisiensi, rasionalitas- mengenai apakah yang akan terjadi bila
kewajaran, rasionalitas-berkaidah dan peraturan-peraturan hukum diambil alih dari
rasionalitas-nilai; negara-negara yang sudah maju dahulu.
5. Aturan prosedural yang menjamin Setelah mengadakan penelitian mengenai
transparansi, yang memungkinkan kajian hukum administrasi di Afrika bekas jajahan
rasional terhadap proses pengambilan Inggris, Robert B. Seidman menarik kesimpulan
putusan oleh pemerintah; bahwa hukum suatu bangsa tidak dapat
6. Responsif terhadap perkembangan dialihkan begitu saja kepada bangsa lain dan
aspirasi dan ekspektasi masyarakat. penemuannya ini dirumuskannya dalam
Pelaksanaan pembangunan hukum itu sebuah dalil yang berjudul “The Law of
seyogyanya dilakukan dengan melibatkan Nontransferability of Law” (Hukum mengenai
secara langsung, selain pakar, juga pakar ilmu- tidak dapat dialihkannya hukum).
ilmu sosial dan pakar-pakar ilmu lain yang Penelitian itu didasarkan pada anggapan
bidang kajiannya terkait. Gagasan untuk bahwa hukum administrasi di Afrika bekas
melibatkan para pakar dan ilmuwan ini sudah jajahan Inggris mengikuti hukum yang berlaku
dimunculkan dan dilaksanakan sejak tahun di Inggris, yaitu “The Common Law System”.
1974 dengan perubahan Lembaga Pembinaan Hukum administrasi ini secara formal
Hukum Nasional menjadi Badan Pembinaan memenuhi persyaratan sebagai hukum yang
Hukum Nasional yang berada dalam bersifat yuridis rasional tetapi hukum
lingkungan Departemen Kehakiman melalui administrasi di Afrika bekas jajahan Inggris
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. menghadapi kenyataan yang berbeda. Hukum
44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok administrasi yang bersifat yuridis-rasional ini,

Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert .... 3
seharusnya didasarkan pada birkorasi yang dukungan ethos seperti itu, hukum administrasi
instrumental dengan rumusan peranan- yang dijalankan di Afrika jajahan Inggris, tidak
peranan yang sesempit mungkin, untuk akan dapat berjalan dengan lancar dan
membatasi timbulnya pengaruh yang subyektif. peristiwa demikian itu terbukti ketika Inggris
Ini berarti bahwa kebebasan para pejabat meninggalkan jajahannya di Afrika itu. Mulai
dalam memutuskan sesuatu sangat dibatasi. saat itu kehidupan hukum di tempat-tempat
Ternyata bahwa hukum yang demikian ini tidak itu jauh merosot dibandingkan semasa masih
mampu menangani keadaan di Afrika bekas dijajah oleh Inggris.
jajahan Inggris itu. Kesimpulan bahwa hukum suatu bangsa
Hukum yang diwarisi dari Inggris tidak tidak dapat dialihkan begitu saja kepada
cukup memberikan peraturan-peraturan yang bangsa lain oleh Robert B. Seidman didasarkan
dibutuhkan guna mengendalikan para pejabat pada analisis-analisis sebagai berikut:
pemerintahan di Afrika yang berada tersebar 1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang
di pedalaman. Untuk mengatasi keadaan yang pemegang peran di dalam masyarakat
demikan ini dibutuhkan pemerintahan yang akan bertindak, harus ditinjau dalam
sifatnya otoriter dan dibutuhkan pelaksanaan hubungannya dengan fungsi-fungsi dari
hukum yang didasarkan inisiatif perorangan faktor-faktor yang berhubungan dengan
(Ronny Hanitijo Soemitro, 1992, 12). peran yang diharapkan (role expectation)
Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa dari orang itu. Fungsi-fungsi itu adalah:
peraturan-peraturan hukum administrasi yang a. Peraturan-peraturan hukum yang
kurang memenuhi persyaratan itu, pada ditujukan kepada orang itu;
akhirnya jugadapat dipakai untuk mengatur. Hal b. Sanksi-sanksi peraturan hukum
ini disebabkan karena peranan lembaga infor- tersebut;
mal dari kelompok pejabat kulit putih bangsa c. Aktivitas lembaga penerap sanksi
Inggris yang ditugaskan di Afrika. Lembaga seperti: pengadilan, kejaksaan,
informal ini terbentuk karena suatu sistem kepolisian;
penerimaan orang-orang yang memiliki sifat- d. Seluruh komplek kekuatan-kekuatan
sifat yang khas yang mengakibatkan sosial, politik, ekonomi yang
terbentuknya seperangkat nilai-nilai yang mempengaruhinya.
menjadi dasar pengikat di antara mereka. Yang 2 Bila peraturan hukum tertentu sudah
memung-kinkan terbentuknya nilai-nilai yang berhasil meng-gerakkan perilaku anggota-
menjadi pengikat ini adalah karena pejabat- anggota masya-rakat, maka keadaan itu
pejabat bangsa Inggris tersebut, semuanya merupakan sesuatu yang bersifat khas
adalah lulusan ‘public schools’ di Inggris yang dalam masyarakat terebut.
terkenaltelah berhasil menciptakan ‘English
3. Penggunaan peraturan-peraturan hukum
Gentleman’ yang memiliki watak-watak yang
sama, berikut sanksinya, harus
kemudian dihayati sebagai etos lembaga in-
ditempatkan dalam konteks waktu dan
formal itu, yaitu nilai-nilai dan sikap-sikap
tempat tertentu.
paternalistik, otoriter, tidak korup, memiliki
Oleh karena itu penggunaan peraturan
semangat pengabdian yang tinggi pada tugas,
hukum tersebut untuk waktu dan tempat yang
sadar akan kewajiban, memiliki inisiatif
berbeda dan juga dengan lembaga penerap
perseorangan, tahu bagaimana memerintah dan
sanksi yang berbeda serta kompleks kekuatan
memberi perintah-perintah, tetapi tinggi hati
sosial, politik, ekonomi, yang mempengaruhi
(sombong).
pemegang peran yang berbeda pula, tidak
Nilai-nilai dan sikap-sikap ilmiah yang
dapat diharapkan akan menimbulkan aktivitas
mampu menggantikan peraturan-peraturan
pemegang peran yang sama dengan yang
yang terperinci yang dibutuhkan oleh
terjadi di tempat asal dari peraturan-peraturan
masyarakat jajahan itu. Kekurangan-
hukum tersebut.
kekurangan di bidang pengaturan hukum
Kerangka pemikiran Robert B Seidman
administrasi yang formal, telah diisi oleh ethos
sebagaimana diuraikan di atas dapat
yang dihayati oleh seluruh anggota – anggota
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai
lembaga informal yang terdiri dari pejabat-
berikut:
pejabat kolonial kulit putih Inggris. Tanpa

4 Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert ....
Umpan’
Lembaga Pembuat Balik
Peraturan

Umpan Norma
Balik Sekunder Norma
Primer Pemegang
Lembaga Peranan
Penerap Sanksi
Aktivitas
Penerapan
Sanksi

Pengaruh Kekuatan Pengaruh Kekuatan Sosial,


Sosial, Politik, Ekonomi Politik, Ekonomi

C. Relevansi teori ““The Law of non Seperti halnya dengan hukum


transferability of law” dengan pem- administrasi Inggris gagal diterapkan di negara-
bangunan hukum nasional Indonesia. negara Afrika, karena ada kendala perbedaan
Dalam teorinya, Robert B Seidman etos, maka hukum Belandapun akan
menyimpulkan bahwa hukum suatu bangsa mengalami nasib demikian karena adanya
tidak dapat dialihkan begitu saja kepada perbedaan nilai-nilai tertentu. Walaupun dari
bangsa lain. Dalma penelitiannya, Seidman segi kualitas, sistem hukum Belanda sangat
mengambil contoh penerapan hukum bagus, namun tidak menjamin bahwa itu akan
administrasi Inggris di negara bekas jajahannya bagus jika diterapkan di negara Indonesia. Ada
di Afrika. Ternyata hukum administrasi Inggris kendala-kendala yang bersifat filosofis dalam
tersebut tidak dapat diterapkan begitu saja di upaya penerapan sistem hukum Belanda ke
negara-negara Afrika. Ada beberapa kendala dalam tatanan hukum nasional Indonesia.
yang menghalangi penerapannya hukum Hukum nasional Indonesia harus diangun
administrasi tersebut. Salah satu masalah dengan citra ke-indonesiaan.
yang dihadapi oleh negara-negara Afrika dalam Pemikiran Robert B. Seidman tersebut,
menerapkan hukum administrasi Inggris adalah dihayati betul oleh kalangan ahli hukum Indo-
masalah ethos yang tidak mendukung. Ethos- nesia dalam melaksanakan tugas membangun
ethos yang dimiliki oleh kulit putih kolonial tata hukum nasional Indonesia. Dalam
Inggris ternyata tidak dipunyai oleh pribumi memfungsikan ilmu hukum di Indonesia, baik
negara Afrika. Akibatnya adalah kegagalan pada pengembanan hukum praktis untuk
dalam menerapkan sistem hukum administrasi menyeleaikan masalah hukum konkret dalam
Inggris di negara bekas jajahannya di Afrika. kehidupan sehari-hari, maupun bahkan “a for-
Dari apa yang telah dikemukakan oleh tiori” untuk membangun tata hukum nasional,
Robert B Seidman tersebut melalui tesis- kita tidak dapat begitu saja menggunakan dan
tesisnya, maka dalam rangka pembangunan menerapkan ilmu hukum yang berkembang di
hukum nasional Indonesia, perlulah dihayati negara lain, sekalipun ilmu tersebut di negara
betul makna pemikiran Robert B Seidman yang bersangkutan telah memberikan hasil
tersebut. Dalam pembangunan hukum nasiona yang bermutu tinggi. Kenyataan antropologis
Indonesia, kita tidak boleh mengambil oper dan sosiologis di Indonesia hinga kini masih
begitu saja sistem hukum negara lain, memperlihatkan keragaman kultural dan
walaupun sudah maju sekalipun. Sebagai sejalan dengan itu panorama kultur hukum
negara bekas jajahan Belanda, dalam yang beragam pula.
membangun hukum nasional, kita tidak Sunaryati Hartono memperlihatkan bahwa
mengadopsi begitu saja sistem hukum pada masa kini, di atas Pancasila dan Undang-
Belanda. Dengan segala kekurangan- Undang Dasar 1945 berdiri bangunan Tata
kekurangan yang ada kita mencoba Hukum Indonesia yang pluralistis yang
merumuskan sendiri model dan materi hukum tersusun atas sistem hukum adat, sistem
yang pas dengan nilai-nilai asli bangsa Indo- hukum Islam, sistem hukum Nasional dan
nesia. sistem hukum Barat (Sunaryati Hartono, 1991:

Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert .... 5
18). Sementara itu dinamika dalam bidang langsung menempuh jalannya sendiri, yaitu
kehidupan ekonomi yang ditunjang oleh dengan mengacu pada Pancasila dan
perkembangan teknologi yang cepat, telah kepentingan nasional dalam kerangka Undang-
menghadirkan dalam bidang kehidupan hukum Undang Dasar yang berlaku. Pada masa kini,
di Indonesia berbagai bentuk kegiatan ekonomi apa yangtelah dikemukakan tadi adalah faktor
yang berkembang di negara maju seperti “fran- yang riil ada di Indonesia dan yang memerlukan
chising”, “leasing” dan “factoring”. pengolahan secara ilmiah dan kefilsafatan
Saat ini sudah banyak pakar hukum dan untuk menumbuhkan suatu ilmu hukum
praktisi hukum Indonesia yang belajar ilmu nasional yang diperlukan sebagai sarana dalam
hukum di berbagai negara maju atau telah pembinaan hukum nasional yang praksis
mempelajari berbagai karya ilmu hukum dari hukum di Indonesia (Arief Sidharta, 1999: 37).
negara maju, baik yang termasuk lingkungan Dalam tahun 1993 terjadi perubahan dalam
Anglo-saksis ( Common Law) maupun pandangan tentang kedudukan hukum dalam
Lingkungan Eropa-Kontinental (Ramono Ger- pembangunan tatanan nasional. Dalam TAP
manic Law atau Civil Law). Selain itu, pada MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN. Berbeda
masa kini juga sudah ada produk hukum dengan GBHN-GBHN sebelumnya, sasaran
nasional yang mengolahannya melibatkan pembangunan dibagi ke dalam tujuh bidang,
pakar hukum dari negara maju. Semuanya itu yaitu:
sesungguhnya dapat merupakan masukan 1. Bidang Ekonomi
penting untuk membangun suatu tata hukum 2. Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan
nasional yang sesuai dengan apa yang dicita- dan Kebudayaan
citakan. Namun untuk dapat mengolah bahan- 3. Bidang Agama dan Kepercayaan Terhadap
bahan itu hinga dapat menjadi adonan untuk Tuhan Yang Maha Esa
mewujudkan suatu tatanan hukum nasional 4. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang dapat diakarkan ke dalam Pancasila dan 5. Bidang Hukum
UUD 1945, diperlukan ilmu hukum dan
6. Bidang Politik, Aparatur Negara, Penera-
pengembanan ilmu hukum yang adekuat untuk
ngan, Komunikasi dan Media Massa
itu (Arief Sidharta, 1999: 11-12).
7. Bidang Pertahanan Keamanan
Sesudah Indonesia merdeka dan
Dalam pembagian ini, pembangunan
menyelenggarakan pendidikan tinggi hukum
hukum dikeluarkan dari pembangunan bidang
sendiri, maka dalam dua atau tiga dasa warsa
politik dan ditempatkan sebagai bidang
pertama ilmu hukum yang diajarkan di berbagai
tersendiri. Dengan itu sekaligus secara formal
fakultas hukumnya adalah ilmu hukum Belanda
GBHN 1993 itu membuka jalan bagi tampilnya
atau yang sangat dipengaruhi ilmu hukum
pandangan yang tidak lagi melihat tatanan
Belanda. Kini karena pengaruh kehadiran pakar
hukum sebagai subsistem dari tatanan politik
hukum yang memperoleh pendidikan hukum
dan tatanan ekonomi maupun dari segi tatanan
di negara maju lain yang bukan Belanda
lainnya dari sistem nasional Indonesia
(misalnya Amerika Serikat, Inggris) dan
melainkan pandangan yang melihat tatanan
terbukanya akses ke hasil karya para pakar
hukum sebagai subsistem dari sistem nasional.
hukum dari negara-negara tersebut, maka
Pembangunan hukum yang digariskan
keadaannya tampaknya sudah berubah.
dalam GBHN adalah pembangunan tatanan
Berbagai disertasi dan karya ilmiah dalam
hukum nasional sebagai suatu keseluruhan,
bidang ilmu hukum sesudah Indonesia
jadi sebagai suatu sistem keutuhannya atau
merdeka memperlihatkan adanya dinamika
di sistem hukum dalam arti luas. Dalam arti
tersebut. Namun pengaruh ilmu hukum
ini, sistem hukum tersusun atas sejumlah
Belanda masih dapat dirasakan.
subsistem sebagai komponennya yang saling
Walaupun pengaruh ilmu hukum Belanda
berkaitan dan berinteraksi. Mochtar
masih dirasakan dalam studi ilmu hukum di
Kusumaatmaja memandang komponen sistem
Indonesia, namun hal itu tidak dengan
hukum itu terdiri atas:
sendirinya berarti bahwa pengembanan
1. Asas-asas dan kaidah-kaidah
(praksis) hukum di Indonesia mengacu pada
hukum Belanda. Sebab, sesunguhnya sesudah 2. Kelembagaan hukum
proklamasi kemerdekaan, perkembangan 3. Proses-proses perwujudan kaidah-kaidah
pengembanan hukum di Indonesia sudah dalam kenyataan.

6 Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert ....
Dalam melaksanakan pembangunan penanganan secara ilmiah, sehingga tercipta
hukum untuk menumbuhkan tatanan hukum ‘for a dialogia rasional’ yang memudahkan
nasional maka perencanaannya harus antisipasi dan penanganan berbagai masalah
mencakup semua komponen dari tatanan yang terkait. Untuk memenuhi tuntutan baru
hukum. Sehubungan dengan itu, Sunaryati itu, diperlukan pemahaman rasional yang utuh,
Hartono, untuk keperluan merumuskan yang juga memerlukan perubahan dalam cara
perencanaan dan implementasi pembangunan kerja pendekatan ilmiah terhadap hukum.
hukum, merinci (sistem) hukum nasional itu Dalam melaksanakan pembangunan
ke dalam lima belas komponen sebagai berikut hukum nasional dan pengembangan hukum,
(Sunaryati Hartono, 1993: 34): dengan sendirinya perlu dilakukan juga
1. Filsafat dan Asas-Asas Hukum Nasional; pengembanan sarana intelektual yang adekuat
2. Wawasan dan Pendekatan Pembinaan untuk itu, yaitu pembinaan ilmu hukum
Hukum Nasional; nasional, filsafat hukum nasional, teori hukum
3. Kaidah-Kaidah Hukum (termasuk dan pendidikan (tinggi) hukum, sehingga
Yurisprudensi dan Hukum Kebiasaan); mampu secara mengakomodasi ke dalam
4. Pranata-Pranata Hukum; kegiatan ilmiahnya produk berbagai ilmu lain,
5. Lembaga-Lembaga Hukum; khususnya kelompok ilmu sosial.
6. Kesadaran Hukum Nasional;
7. Sikap dan Perilaku Hukum;
8. Proses dan Prosedur, Cara dan D. Penutup.
Mekanisme Hukum; Pemikiran teori Robert B Seidman yang
9. Monitoring, Analisa dan Evaluasi, intinya menyatakan bahwa hukum suatu
Pengkajian dan Penelitian Hukum; bangsa tidak dapat dialihkan begitu saja
10. Sistem Pendidikan Hukum (Formal, Non kepada bangsa lain, turut memberi warna dalam
Formal dan Informal) upaya pembangunan hukum nasional Indone-
sia. Walaupun negara Indonesia pernah dijajah
11. Ilmu Hukum Nasional;
oleh Belanda, namun dalam sistem hukum
12. Profesi Hukum, Para Penegak Hukum dan
yang hendak dibangun tidak mengambil alih
Pejabat/ Petugas Pelayanan Hukum;
begitu saja sistem hukum kolonial Belanda.
13. Penyediaan Data, Bahan, Kepustakaan Harus diakui bahwa pengaruh sistem hukum
dan Informasi Hukum; Belanda masih terasa dalam sistem hukum
14. Sarana dan Prasarana Fisik dan Non nasional Indonesia, namun itu tidak berarti
Fisik; bahwa kita menjiplak hukum kolonial Belanda.
15. Rencana-Rencana Pembangunan Hukum. Kita dengan sistematis telah berupaya untuk
Dari gambaran tentang sistem hukum, membangun suatu sistem hukum nasional
sudah tampak bahwa pembangunan suatu yang bercita Indonesia. Tidak pernah
tatanan hukum nasional adalah pembangunan terpikirkan untuk mengoper begitu saja sistem
sesuatu yang majemuk, yang berdimensi dan hukum negara lain, sekalipun dirasa lebih maju,
berfaset banyak. Bagi Indonesia, masalahnya ke dalam Hukum Nasional Indonesia, karena
bertambah sulit, sehubungan dengan hal itu belum menjamin akan dapat
pembatasan bahwa pembangunan tatanan dilaksanakan dengan baik.
hukum nasional itu terikat dan harus mengacu Pembangunan hukum nasional Indonesia
pada cita hukum Pancasila, wawasan mengacu pada cita hukum Pancasila. Tujuan
kebangsaan dan wawasan nusantara dalam Hukum Pengayoman, Konsepsi Negara
kerangka Undang-Undang Dasar 1945. Di Hukum Pancasila, Wawasan Kebangsaan dan
samping itu, pembangunan hukum nasional itu Wawasan Nusantara. Untuk membangun tata
tidak terjadi di atas ‘lahan kosong’ dan tidak hukum nasional, kita tidak dapat begitu saja
dapat dilaksanakan secara terisolasi dalam menggunakan dan menerapkan ilmu hukum
‘tabung yang dapat divakumkan’ (Arief yang berkembang di negara lain, sekalipun
Sidharta, 1999: 78). telah memberikan hasil yang bermutu tinggi.
Pembangunan tatanan hukum nasional Kenyataan antropologis dan sosiologis di In-
harus dilaksanakan secara transparan dan donesia hingga kini masih memperlihatkan
terbuka bagi, bahkan mendorong, partisipasi keberagaman kultural dan sejalan dengan itu
masyarakat, agar memperoleh legitimasi dan panorama kultur hukum yang beragam pula.
akseptasi yang kokoh. Semuanya itu menuntut

Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert .... 7
E. DAFTAR PUSTAKA

Bernard Arief Sidharta. 1999. Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum. Sebuah Penelitian Tentang Fundasi
Kefilsafatan Dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional
Indonesia. Bandung: Mandar Maju.
M. Busro Muqoddas. Salman Luthan. Muh. Miftahudin. 1992. Politik Pembangunan Hukum Nasional.
Yogyakarta. UII Press.
Mochtar Kusumaatmadja. 1976. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional. Bandung: Bina
Cipta.
Ronny Hanitijo Soemitro. 1992. “The law of Nontransferability of Law Menurut Robert B. Seidman”. artikel
dalam Majalah Masalah-Masalah Hukum Fakultas hukum Universitas Diponegoro Semarang No. 3
Tahun XII.
Satjipto Rahardjo. 1976. Hukum, Masyarakat dan Pembangunan. Bandung: Alumni.
Sunaryati Hartono. 1991. “Pembinaan Hukum Nasional dalam Suasana Globalisasi Masyarakat Dunia”.
Pidato Pengukuhan Universitas Padjajaran Bandung.
____________. 1991. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. Bandung: Alumni.

8 Yustisia Edisi Nomor 70 Januari - April 2007 Relevansi pemikiran teori Robert ....

Anda mungkin juga menyukai