Anda di halaman 1dari 29

HUKUM PIDANA ANAK

NUNUNG RAHMANIA, SH.,MH.


HUKUM ACARA
PERADILAN
PIDANA ANAK
Hukum Acara Peradilan Pidana Anak atau
sistem peradilan pidana anak adalah
keseluruhan proses penyelesaian perkara
anak yang berhadapan dengan hukum, mulai
tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana
(Pasal 1 angka 1 UU SPPA).
Legal Standing

UU No. 8 Tahun 1981 UU No. 11 Tahun 2012


tentang KUHAP (SPPA)

UU No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.1 Tahun
2016 tentang perubahan Kedua atas UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi
UU No. 48 Tahun 2009 UU.
tentang Kekuasaan UU NO. 35 Tahun 2014 sebagai Perubahan UU
Kehakiman No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Proses hukum acara pidana berlaku
juga dalam acara peradilan pidana
anak, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini (Pasal 16 UU SPPA).
Alur secara umum dalam hukum acara
tindak pidana

Berkas

Lengkap
Berita Acara
Penyidikan
Pemeriksaan

Penyelidikan Berkas harus


Penuntutan
dilengkapi

Eksekusi Persidangan
Dasar Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana
Anak

Perlindungan

Penghindaran
pembalasan Keadilan

Perampasan
keemerdekaan dan
pemidanaan sebagai
Nondiskriminasi
upaya terakhir Asas
(Pasal 2 UU
SPPA)
Proposional
Kepentingan
terbaik bagi anak

Pembinaan dan Kelangsungan Penghargaan


pembimbingan hidup dan terhadap
anak tumbuh pendapat anak
kembang anak
Hak-Hak Anak dalam Proses
Peradilan Pidana
a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memeperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;
b. Dipisahkan dari orang dewasa;
c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d. Melakukan kegiatan rekreasional;
e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya;
f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu paling singkat;
h. Memperoleh keadilan di muka Pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;
i. Tidak dipublikasikan identitasnya;
j. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh Anak;
k. Memperoleh advokasi sosial;
l. Memperoleh kehidupan pribadi;
m. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat;
n. Memperoleh pendidikan;
o. Memperoleh pelayanan kesehatan; dan
p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 3 UU SPPA)
Proses Penyidikan dalam Perkara Anak
Penyidik adalah
penyidik anak (Pasal 1
angka 8 UU SPPA)

Penyidikan terhadap perkara anak


dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Kepala
KEPOLISIAN Kepolisian Negara Republik Indonesia
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh
Kepala Kepolisian Negara Republik
Indoensia (Pasal 26 ayat (1) UU SPPA)
PENYIDIKAN
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (Pasal 1 ayat 2 KUHAP).

Penyidikan meliputi: Pemanggilan dan pemeriksaan saksi-saksi,


penyitaan barang bukti, penggeledahan, pemanggilan, dan
pemeriksaan tersangka/korban, melakukan penangkapan, dan
penahanan.

Dalam melakukan penyidikan terhadap perkara anak, Penyidik


wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing
Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan
(Pasal 27 ayat (1) UU SPPA).
Syarat ditetapkan sebagai penyidik
anak meliputi (Pasal 26 ayat (3)):

a. Telah berpengalaman sebagai penyidik

b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami


masalaha anak; dan

c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak


Berdasarkan ketentuan Pasal 109 ayat (2) KUHAP terdapat
beberapa keadaan dimana sebuah penyidikan terhadap kasus
pidana dapat dihentikan. Keadaan tersebut adalah:
1. Tidak terdapat cukup bukti;
2. Peristiwa ternyata bukan tindak pidana; dan
3. Perkara tersebut ditutup demi hukum
Alat Bukti

 Alat Bukti yang harus dikumpulkan oleh penyidik adalah minimal dua alat
bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP.
 Alat bukti tambahan, bukti permulaan yang cukup sekurang-kurangnya
dua alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang
diucapkan, dikrim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun
elektronik (Pasal 44 ayat (2) UU KPK)
Penangkapan terhadap anak
Penangkapan terhadap anak dilakukan guna penyidikan
paling lama 24 jam, ditempatkan dalam ruang khusus anak,
jika tidak ada ruang khusus maka anak dititipkan di LPKS.
Selain itu, penangkapan terhadap anak wajib dilakukan
secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya (Pasal 30 ayat 1-4 UU SPPA)
Penahanan terhadap anak
Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal
anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali/lembaga
bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak
akan mengulangi pidana (Pasal 32 UU SPPA).
Syarat penahanan terhadap anak

Anak berumur
14 Tahun

Tindak pidana
Untuk melindungi dengan ancaman
keamanan anak, dapat pidana penjara 7
dilakukan penempatan tahun atau lebih
anak di LPKS

Pasal 32 UU
SPPA

Ada surat
perintah
penahanan
Selama anak di tahan,
kebutuhan jasmani, rohani,
dan sosial anak harus tetap
dipenuhi
Jangka waktu penahanan terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum pada tahap
penyidikan

Untuk kepentingan penyidikan


paling lama 7 hari dan dapat
diperpanjang atas permintaan
penyidik dapat diperpanjang
oleh PU paling lama 8 hari
(Pasal 33 UU SPPA)
Penuntutan

 Penuntutan diatur dalam Pasal 137-144 KUHAP


 Penuntutan, Pasal 1 angka (7) KUHAP
 Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan (UU
No.16 Tahun 2004)
Proses Penuntutan

 Pasal 51 UU KPK
 Pasal 52 UU KPK
Jangka waktu penahanan terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum pada tahap
penyidikan
Tingkat banding, paling lama 10 Untuk kepentingan penyidikan
hari dan atas permintaan paling lama 7 hari dan dapat
Hakim Banding dapat diperpanjang atas permintaan
diperpanjang oleh ketua T penyidik dapat diperpanjang
paling lama 15 hari. oleh PU papaling lama 8 hari
Tingkat kasasi 15 hari dan
dapat diperpanjang oleh ketua
MA paling lama 20 hari
Pasal 34-38
UU SPPA

Penahanan untuk kepentingan Penahanan dilakukan untuk


pemeriksaan di sidang pengadilan, kepentingan penuntutan, PU dapat
Hakim dapat melakukan penahanan melakukan penahanan 5 hari dan
paling lama 10 hari dan atas atas permintaan PU dapat
permintaan Hakim dapat diperpanjang oleh Hakim
diperpanjang oleh Ketua pengadilan pengadilan negeri paling lama 5
negeri paling lama 15 hari hari.
Dasar Hukum dalam Proses
Persidangan Tindak Pidana
Anak

UU No. 48 Tahun 2009


UU No. 11 Tahun 2012
tentang Kekuasaan
tentang SPPA
Kehakiman
Pengadilan merupakan tempat
berlangsungnya proses peradilan,
kewenangan untuk mengadakan
pengadilan terdapat pada lembaga
kehakiman.
Pengadilan Tindak Pidana Anak merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan
Peradilan Umum (Pasal 2 UU No. 46 Tahun
2009)

Hakim yang memeriksa, mengadili, dan


memutus suatu perkara tindak pidana korupsi
adalah Hakim karir dan ad hoc (Pasal 10 UU
No. 46 Tahun 2009)
Pasal 155, 156,
Memeriksa 160-174,179, 177-
178,181 KUHAP

Kewenangan Pasal 182, 196


Pengadilan Mengadili ayat (3), 182 ayat
(Pasal 5) (1) butir c KUHAP

Memutus suatu
perkara yang diajukan
ke muka pengadilan
Pasal 6, jenis perkara yang diadili yaitu Tipikor,
tindak pidana pencucian uang yang asalnya adalah
Tipikor

Pasal 7, kewenangan PN Tipikor Jakarta Pusat


untuk mengadili perkara korupsi yang dilakukan
oleh warga negara Indoensia di luar wilayah
Indonesia

Pasal 29, pemeriksaan tingkat pertama 120 hari


kerja sejak tanggal perkara dilimpahkan ke
Pengadilan Tipokor

Proses Pasal 30, pemeriksaan tingkat banding 60 hari


Persidangan kerja sejak tanggal berkas perkara di terima
Pengadilan Tinggi
(UU No. 46 Tahun
2009)
Pasal 31, pemeriksaan tingkat kasasi 120 hari kerja
sejak tanggal berkas perkara diterima oleh MA

Pasal 32, PK diperiksa dan diputus 60 hari kerja


sejak tanggal berkas perkara diterima oleh MA
Penegasan pembagian tugas dan wewenang antara
ketua dan wakil ketua pengadilan tindak pidana
korupsi

Komposisi majelis Hakim dalam pemeriksaan di


sidang pengadilan baik pada tingkat pertama,
banding, maupun kasasi

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan perkara


Kekhususan tindak pidana korupsi pada setiap tingkatan
pemeriksaan
peradilan tindak
pidana korupsi
Alat bukti yang diajukan di dalam persidangan,
termasuk alat bukti yang diperoleh dari hasil
penyadapan harus diperoleh secara sah
berdasarkan ketentuan perundang-undangan

Adanya kepaniteraan khusus untuk Pengadilan


indak Pidana Korupsi
Tindakan-tindakan selama proses perkara tindak
pidana korupsi

Rahasia Bank
dapat dibuka Blokir rekening
Keberatan (Pasal 29) tersangka/terdak
pihak ketiga wa (Pasal 29 ayat
(Pasal 38 ayat (4 jo 5))
(7))

Memeriksa dan
Perampasan menyita barang
barang-barang kiriman (Pasal
yang telah disita Tindakan- 30)
(Pasal 38 ayat (5) Tindakannya
dan ayat (6))

Larangan
menyebut identitas
pelapor (Pasal 31)
Pembuktian
terbalik (Pasal
37) Gugatan
Kewajiban
menjadi saksi Perdata (Pasal
(Pasal 35) 32)

Anda mungkin juga menyukai