Anda di halaman 1dari 4

Nama : Almas Syifa Norra

NIM

: 11010113130507

Kelas : Hukum Eksekusi Pidana / A

Grasi merupakan hak konstitusional yang diberikan kepada presiden (pasal 14 UUD NRI 1945).
Pada dasarnya, grasi adalah pemberian dari presiden dalam bentuk pengampunan yang berupa
perubahan, peringanan, pengurangan. Atau penghapusan pelaksanaan putusan kepada terpidana.
Pemberian grasi bukan merupakan persoalan teknis yuridis peradilan dan tidak terkait dengan
penilaian terhadap putusan hakim. Pemberian grasi bukan merupakan campur tangan presiden
dalam bidang yudikatif, melainkan hak prerogatif presiden untuk memberikan ampunan. Kendati
pemberian grasi dapat mengubah, meringankan, mengurangi, atau menghapuskan kewajiban
menjalani pidana yang dijatuhkan pengadilan, tidak berarti menghilangkan kesalahan dan juga
bukan merupakan rehabilitasi terhadap terpidana (penjelasan undang-undang RI nomor 22 tahun
2002 tentang grasi selanjutnya disebut uu no.22 tahun 2002).
Pasal 2 ayat (1) uu no.22 tahun 2002 menyatakan: terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, terpidana dapat mengajukan permohonan grasi kepada
presiden. Putusan pemidanaan yang dapat diajukan grasi kepada presiden adalah pidana mati,
pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling rendah 2 tahun dan permohonan grasi
tersebut hanya dapat diajukan 1 kali. (pasal 2 ayat 2 dan pasal 2 ayat 3 undang-undang nomor 5
tahun 2010 tentang perubahan atas undang-undang nomor 22 tahun 2002 tentang grasi).
Permohonan grasi dapat diajukan oleh terpidana, kuasa hukum terpidana, keluarga terpidana
dengan persetujuan terpidana, dalam hal terpidana dijatuhi pidana mati, permohonan grasi dapat
diajukan oleh keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana (lihat ketentuan pa- sal 6 uu no.22
tahun 2002). Permohonan grasi tidak menunda pelaksanaan putusan pemidanaan bagi terpidana,
kecuali dalam hal putusan pidana mati. Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan
grasi yang diajukan terpidana setelah mendapat pertimbangan dari mahkamah agung.

PROSEDUR PERMOHONAN GRASI

1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatah hukum tetap, dapat
diajukan permohonan Grasi kepada Presiden secara tertulis oleh :
a) Terpidana dan atau kuasa hukumnya.
b) Keluarga terpidana dengan persetujuan terpidana.
c) Keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana, dalam hal pidana yang dijatuhkan
adalah pidana mati.
2. Putusan pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi adalah : Pidana Mati, Pidana seumur
hidup dan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun.
3. Permohonan Grasi tidak dibatasi oleh tenggang waktu.
4. Permohonan Grasi diajukan kepada Presiden melalui Ketua Pengadilan Negeri yang
memutus perkara pada tingkat pertama dan atau terakhir untuk diteruskan kepada
Mahkamah Agung
5. Dalam hal permohonan Grasi diajukan oleh terpidana yang sedang menjalani pidana,
permohonan dan salinannya disampaikan melalui Kepala LP, untuk diteruskan kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut dan paling lama 7 hari sejak
diterimanya permohonan dans alinannya, berkas terpidana dikirim kepada Mahkamah
Agung.
6. Panitera wajib membuat Akta Penerimaan salinan Permohonan Grasi, selanjutnya berkas
perkara beserta permohonan Grasi dikirim ke Mahkamah Agung. Apabila Permohonan
Grasi tidak memenuhi persyaratan, Panitera membuat Akta Penolakan permohonan Grasi.
7. Dalam jangka waktu 20 hari kerja sejak tanggal penerimaan salinan permohonan grasi,
Pengadilan tingkat pertama mengirimkan salinan permohonan dan berkas perkara kepada
Mahkamah Agung.
8. Berkas perkara yang diajukan ke Presiden harus dilengkapi dengan surat-surat sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Surat Pengantar.
Daftar isi berkas perkara.
Akta Berkekuatan hokum tetap.
Permohonan Grasi dan Akta Penerimaan Permohonan Grasi.
Salinan Permohonan Grasi dari dari terpidana dan Akta Penerimaan

salinan permohonan Grasi.


f. Surat Kuasa dari terpidana untuk kuasanya atau surat persetujuan untuk
keluarga dari terpidana (jika ada).
g. Foto copy Berita acara Sidang.

h. Foto copy Putusan Pengadilan tingkat pertama.


i. Foto copy Putusan Pengadilan tingkat Banding.
j. Foto copy Putusan Pengadilan tingkat Kasasi.
k. Foto copy Surat Dakwaan.
l. Eksepsi dan Putusan sela (jika ada).
m. Foto copy Surat Tuntutan, Pembelaan, Replik, Duplik (jika ada).
n. Foto copy Penetapan Penujukan MH.
o. Foto copy Penetapan hari siding.
p. BAP dari Penyidik.
q. Dan surat-surat lain.
9. Dalam hal permohonan grasi diajukan dalam waktu bersamaan dengan permohonan PK
atau jangka waktu antgara kedua permohonan tersebut tidak terlalu lama, maka
permohonan PK dikirim terlebih dahulu.
10. Permohonan Grasi hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kecuali dalam hal :
Terpidana yang pernah ditolak permohonan grasinya dan telah lewat 2 (dua) tahun sejak
penolakan grasinya. Terpidana yang pernah diberi grasi dari pidana mati menjadi pidana
penjara seumur hidup dan telah lewat 2 (dua) tahun sejak tanggal keputusan pemberian
grasi diterima.

Anda mungkin juga menyukai