Asas ini menyatakan bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Dengan demikian, peraturan yang lebih tinggi akan mengenyampingkan peraturan yang lebih rendah. Asas ini hanya berlaku terhadap dua peraturan yang secara hierarki tidak sederajat. 2. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori Asas ini berarti peraturan yang baru mengesampingkan peraturan lama. Asas ini bertujuan untuk mencegah ketidakpastian hukum yang mungkin timbul manakala terdapat dua peraturan yang sederajat berdasarkan hierarki. 3. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali Asas ini menyatakan bahwa peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Asas lex specialis derogat legi generali hanya berlaku terhadap dua peraturan yang secara hierarki sederajat dan mengatur mengenai materi yang sama. 4. Asas Lex Systematische Specialiteit Asas ini mengisyaratkan bahwa apabila suatu perbuatan dapat dijerat dengan dua undang- undang khusus (Lex Specialis), harus diperhatikan secara seksama undang-undang mana yang bersifat lebih sistematis, yaitu di mana ruang lingkup perbuatan tersebut dilakukan, siapa yang menjadi subjek pelanggaran, serta apa yang menjadi objek pelanggaran tersebut.Undang-undang yang bersifat sistematis itulah yang seharusnya diterapkan. 5. Asas Lex consumen derogat legi consumte Hukum satu mengabsorbsi hukum yang lainnya. Suatu undang-undang dapat menyerap undang-undang lain yaitu jika dua undang-undang tersebut mempunyai kekhukususan yang sama, kekhususan yang cenderung sama ini akan membuat penafsiran semakin sulit. Semakin sulitnya penafsiran hukum maka akan sulit juga menentukan hukum mana yang akan dipakai. Seorang penegak hukum harus memiliki keyakinan bahwa aturan yang akan digunakan memang benar adanya setelah melalui masa penelitian atau pertimbangan hakim. Hakim mempertimbangkan dengan hakim anggota lainnya terhadap peraturan mana yang akan dipakai jika dihadapkan pada duda aturan khusus yang identik atau cenderung sama. Aurellia Angelique (2002021010) 6. Cogitationis poenam nemo patitur Diartikan bahwa tidak ada seorang pun dapat dihukum atas apa yang ia pikirkan. Kalimat ini mengandung arti bahwa sebenarnya sudah hadir suatu pelanggaran, tetapi pelanggaran itu baru ada di dalam pikiran saja. Pelanggaran itu belum sempat diwujudkan melalui tindakan nyata (perilaku). 7. Lex dura, sed tamen scripta Hukum memang kejam, tetapi begitulah yang tertulis. Hukum itu kejam karena memuat aturan yang adanya penerapan sanksi. 8. Nemo ius ignorare consetur/iedereen wordt geacht de wet te kennen- fictie hukum Setiap orang dianggap tahu undang-undang. Ini bertujuan untuk penerapan itu sendiri. Penerapan yang merata terhadap suatu penduduk dalam bernegara juga akan menciptakan keadilan. 9. Ignorantia leges excusat neminem Tidak tahu akan undang-undang bukanlah pengecualian. Maksudnya adalah rakyat, semua penduduk, semua warga negara jika tidak mengetahui undang-undang tidak dapat dikecualikan, karena tidak dapat dikecualikan tersebut setiap masyarakat memiliki kedudukan yang sama dalam hukum. 10. Tabellionis officium fideliter exercebo Seorang notaris harus bekerja secara tradisional. Maksudnya adalah notaris harus bekerja dengan cara konvensional, yaitu membuat surat atau akta secara nyata, tidak bisa melalui internet. Agung Anugrah Hidayawan (2002021013) 11. Argumentum ad populum untuk menanyakan pendapat kepada rakyat dalam teori argumentasi, adalah suatu pendapat yang aib, yang mengambil kesimpulan bahwa suatu proposisi itu sah karena dipercayai oleh banyak atau kebanyakan orang. Dengan kata lain, ide dasar dari pendapat adalah Bila banyak yang percaya hal itu, maka hal itu adalah sah. 12. Propter veritatem et justitiam Demi kebenaran & Keadilan, Asas ini disebutkan dalam setiap putusan pengadilan, jika tidak disebutkan oleh hakim maka putusan tersebut tidak sah. Mengandung makna bahwa suatu putusan yang dibuat oleh para hakim harus benar dan memberikan rasa keadilan. 13. Ubi societas ibi ius Ada Masyarakat, Ada Hukum. Dimana ada masyarakat disitu ada hukum. 14. Fiat justitia pereat mundus Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun dunia mesti binasa 15. Salus Populi Suprema Lex Esto Keselamatan Rakyat Merupakan Hukum Tertinggi' hanya bisa digunakan ketika pemerintah menetapkan keadaan darurat. Sedangkan saat ini, pemerintah tidak sedang menerapkan status darurat tersebut di tengah penanganan pandemi.
Sulthan Putra Kautsar (2002021002)
16. Lex imperfecta Hukum tanpa sanksi 17. Ubi jus incertum ibi jus nullu, Tidak ada kepastian hukum, maka tidak ada hukum 18. Summum ius summa inuria summa lex summa crux Semakin tinggi kepastian hukum adalah ketidakadilan 19. Ius curia novit Hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili perkara 20. Stare dicisis et quieta non movere Hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya
Rizki Dwi Adji Prananda (2002021001)
21. Nit agit exemplum litem quo lite resolvit menyelesaikan masalah dengan contoh berbeda sama saja tidak selesaikan masalah 22. Similia similibus curantor Dalam perkara yang sama, diputus yang sama pula 23. Pacta convent quae nueque contra leges nueqe dalo leges dalo malo inita sunt omnimodo observanda sunt Perjanjian-perjanjian yang telah dibuat, yang tidak bertentangan dengan hukum maupun hukum yang jahat, harus ditaati dengan segala cara 24. Good faith/ te goede trouw Itikad baik 25. Res judicata proveritate habetur Putusan hakim harus dianggap benar
Angelina Sondakh (2002021015)
26. “Nemo Judex Idoneus In Propria Causa” : seorang Notaris tidak diperbolehkan membuat akta untuk kepentingan diri sendiri. 27. “Actor Sequitur Forum Rei”: Gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat. (Hukum Acara perdata) 28. “Exceptio Plurium Litis Consortium” : Pihak lawan mengkehendaki ditariknya pihak lain (pihak ketiga) untuk berperkara. (eksepsi) 29. “Secundum Allegat Iudicare” : Hakim dalam (hukum) acara perdata bersifat pasif, maksudnya para pihaklah (penggugat dan tergugat) yang membuktikannya. 30. “Judex Ne Procedat Ex Officio” : Dimana tidak ada gugatan, tidak ada hakim. (Hukum Acara Perdata) Dalam hal ini, kekuatan pembuktiannya pada perkara perdata ada pada para pihak yang berperkara (penggugat dan tergugat). Widayanti Sondakh (2002021023) 31. “Actus Dei Nemini Facit Injuriam” : Seseorang tidak dapat diminta kerugian/pertanggung jawaban atas sesuatu yang murni terjadi karena kecelakaan. 32. “Equitas Squitur Legem” : Keadilan mengikuti hukum; keadilan itu ada dalam .hukum tersebut. 33. “Actori In Cumbit Probatio” (Hukum Acara Perdata), “Actori Onus Probandi” (Hukum Acara Pidana), “Actore Non Probante, Reus Abstolvitur” : Siapa yang menggugat, yang harus membuktikan; Jika tidak dapat membuktikan, terdakwa harus dibebaskan. 34. “Negativa Non Sunt Probanda” : Membuktikan sesuatu yang negatif itu tidak mungkin (tentang beban pembuktian), misalkan pembuktian terbalik pada kasus korupsi (tentang beban pembuktian). 35. “Fides Etiam Hosti Servanda” : Itikad baik harus tetap ditujukan kepada pihak lain dengan dasar kemanusiaan. (dalam hal Hukum perang)
Ega Fitrianto (2002021004)
36. Res inter alios acta Perjanjian hanya mengikat para pihak yang mengikatkan diri 37. Pacta tertiis nec nocent neo prosunt Perjanjian tidak dapat memberikan hak dan kewajiban pada pihak ketiga. 38. Exeptio adimpleti contractus Tangkisan bahwa pihak lawan dalam keadaan lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat menuntut pemenuhan prestasi 39. Par in parem non hebet imperium Pihak yang sama kedudukannya tidak mempunyai yuridiksi terhadap pihak lainnya 40. Nullum delictum, noela poena sine lege praviea Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan terlebih dahulu. Dimas Prayogo Wijaya (2002021009) 41. Praduga tak bersalah (Presumption of innocence) 42. Nova constitutio futuris formam imponere debet, non praeteritis (Undang-undang baru berlaku untuk saat ini dan masa depan dan tidak berlaku mundur) 43. Ex aequo et bono adalah kebebasan pihak arbiter untuk memutuskan sengketa dengan tidak mendasari pada ketentuan hukum yang rigid atau kaku tetapi berdasar prinsip keadilan 44. Dubio pro reo diartikan sebagai “jika ada keragu-raguan mengenai sesuatu hal haruslah diputuskan hal-hal yang menguntungkan terdakwa 45. Lex Favor Reo Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan maka diterapkan aturan yang meringankan
Kristoporus Trianda Belo (2002021024)
46. Jus istud humanis generis proplum est, sed omnium animalism, quae in caelo in terra, quae in mari nascuntur Hukum itu bukan spesies manusia, tetapi hukum itu mengatur segala sesuatu apa yang ada di udara, di darat, dan di laut 47. Reformation in melius merupakan asas yang mengatur tentang reformasi keadaan terdakwa untuk tidak diperberat pada saat mengajukan upaya hukum, khususnya kasasi. Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi yang berwenang memeriksa hukum 48. Lex ratio summa insita in natura, quae juber ea, quae facienda sunt, prohibitque contraria Hukum merupakan nalar teringgi, dikatakan seperti itu karena hukum adalah hasil yang melahirkan suatu norma, norma yang dibuat tentunya memiliki Analisa yang tinggi sehingga bisa dilahirkan. 49. Lex non hominum ingeniis excogitate Teori kedaulatan Tuhan, hukum bukan penalaran manusia tapi penalaran Tuhan (the laws of nature are a product of human reason) 50. Mihi lex esso von videtur, quae justa non fuerit Sesuatu yang tidak adil maka ia bukan hukum Dede Abdurrofi (200201025) 51. In criminalibus, probationes bedent esse lece clariores Dalam perkara pidana, bukti harus lebih terang dari cahaya/seterang cahaya Penjelasan 52. Juris igneratia nocet, facti non nocet Tidak mengetahui hukum itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi 53. Qoud licet jovi non licet bovi Tidak mengetahui hukum itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi 54. Minima non Curat Praetot Hakim mengesampingkan hal yang tidak penting 55. Nulta Sed Non Multum Sesuatu yang banyak namun tidak ada faedah untuk hukum
ADIEB MACHTASIN (2002021008)
56. Moneat Lex prius quam feriat Undang-undang harus memberi peringatan dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang terkandung di dalamnya 57. Exeptio format regulam/exeptio format vim legis in casibus non exceptis Untuk mengartikan undang-undang suatu penafsiran harus sesempit mungkin, agar bisa menjangkau apa yang sedang diperkarakan dan memenuhi rasa keadilan 58. Titulus est lex&rubrica est lex Judul perundang-undangan menentukan dan bagian perundang-undangan yang menentukan 59. Actio libera in causa Perbuatan tindak pidana karena tidak sadarkan diri karena buatan tetap di pidana. 60. Persona standi in judicio Legal standing terkait dengan konsep locus standi/prinsip persona standi in judicio (the concept of locus standi), yaitu seseorang yang mengajukan gugatan harus mempunyai wewenang hak dan kualitas sebagai penggugat.
Rizky Wirayuda (200201005)
61. Pengertian Asas In criminalibus, probationes bedent esse luce clariores adalah Dalam perkara pidana, bukti harus lebih terang dari cahaya/seterang cahaya. 62. Pengertian Asas Juris ignerantia nocet, facti non nocet adalah tidak mengetahui hukum itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi. 63. Pengertian Asas Quod licet jovi non licet bovi adalah sesuatu yang boleh dilakukan oleh seseorang bukan berarti boleh dilakukan orang lain. 64. De minimis non curat praetor, berarti Praetor tidak mengurusi hal-hal yang sepele/remeh. Praetor adalah pejabat Romawi yang dipilih sebagai hakim. 65. Pengertian Asas Nulta sed non multum adalah sesuatu yang banyak namun tidak ada faedah untuk hukum. 66. Pengertian Asas Manifesta non egent probatione adalah sesuatu yang diketahui umum tidak perlu dibuktikan lagi. 67. Pengertian Asas Lex meminen cogit ad impossibilia adalah Hukum tidak akan memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin. 68. Pengertian Asas Errare humanum est, turpe in errope perseverare adalah Kekeliruan itu manusiawi, tapi tidak boleh senantiasa berbuat keliru (berbuat salah). 69. Pengertian Asas Reo negate actori incumbit probatio adalah Jika tergugat menolak gugatan, maka ia harus bisa buktikan. 70. Pengertian Asas Ultra posse neno obligator adalah Seseorang tidak akan dibebani melebihi kemampuannya. 71. Pengertian Asas Melius est accipere quamfacere injuriam adalah lebih baik mengalami ketidakadilan daripada membuat ketidakadilan. 72. Ut sementem feceris ita metes mempunyai arti bahwa siapa yang menanam, ia akan menuai. Maka, tanamlah kebaikan, engkau akan menuai kebaikan juga.