Anda di halaman 1dari 9

Nur Isna Anugrah (2002021012)

1. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori


Asas ini menyatakan bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi. Dengan demikian, peraturan yang lebih tinggi akan
mengenyampingkan peraturan yang lebih rendah. Asas ini hanya berlaku terhadap dua
peraturan yang secara hierarki tidak sederajat.
2. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori
Asas ini berarti peraturan yang baru mengesampingkan peraturan lama. Asas ini bertujuan
untuk mencegah ketidakpastian hukum yang mungkin timbul manakala terdapat dua
peraturan yang sederajat berdasarkan hierarki.
3. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali
Asas ini menyatakan bahwa peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan
yang lebih umum. Asas lex specialis derogat legi generali hanya berlaku terhadap dua
peraturan yang secara hierarki sederajat dan mengatur mengenai materi yang sama.
4. Asas Lex Systematische Specialiteit
Asas ini mengisyaratkan bahwa apabila suatu perbuatan dapat dijerat dengan dua undang-
undang khusus (Lex Specialis), harus diperhatikan secara seksama undang-undang mana
yang bersifat lebih sistematis, yaitu di mana ruang lingkup perbuatan tersebut dilakukan,
siapa yang menjadi subjek pelanggaran, serta apa yang menjadi objek pelanggaran
tersebut.Undang-undang yang bersifat sistematis itulah yang seharusnya diterapkan.
5. Asas Lex consumen derogat legi consumte
Hukum satu mengabsorbsi hukum yang lainnya. Suatu undang-undang dapat menyerap
undang-undang lain yaitu jika dua undang-undang tersebut mempunyai kekhukususan
yang sama, kekhususan yang cenderung sama ini akan membuat penafsiran semakin sulit.
Semakin sulitnya penafsiran hukum maka akan sulit juga menentukan hukum mana yang
akan dipakai. Seorang penegak hukum harus memiliki keyakinan bahwa aturan yang akan
digunakan memang benar adanya setelah melalui masa penelitian atau pertimbangan
hakim. Hakim mempertimbangkan dengan hakim anggota lainnya terhadap peraturan
mana yang akan dipakai jika dihadapkan pada duda aturan khusus yang identik atau
cenderung sama.
Aurellia Angelique (2002021010)
6. Cogitationis poenam nemo patitur
Diartikan bahwa tidak ada seorang pun dapat dihukum atas apa yang ia pikirkan. Kalimat
ini mengandung arti bahwa sebenarnya sudah hadir suatu pelanggaran, tetapi pelanggaran
itu baru ada di dalam pikiran saja. Pelanggaran itu belum sempat diwujudkan melalui
tindakan nyata (perilaku).
7. Lex dura, sed tamen scripta
Hukum memang kejam, tetapi begitulah yang tertulis. Hukum itu kejam karena memuat
aturan yang adanya penerapan sanksi.
8. Nemo ius ignorare consetur/iedereen wordt geacht de wet te kennen- fictie hukum
Setiap orang dianggap tahu undang-undang. Ini bertujuan untuk penerapan itu sendiri.
Penerapan yang merata terhadap suatu penduduk dalam bernegara juga akan menciptakan
keadilan.
9. Ignorantia leges excusat neminem
Tidak tahu akan undang-undang bukanlah pengecualian. Maksudnya adalah rakyat, semua
penduduk, semua warga negara jika tidak mengetahui undang-undang tidak dapat
dikecualikan, karena tidak dapat dikecualikan tersebut setiap masyarakat memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum.
10. Tabellionis officium fideliter exercebo
Seorang notaris harus bekerja secara tradisional. Maksudnya adalah notaris harus bekerja
dengan cara konvensional, yaitu membuat surat atau akta secara nyata, tidak bisa melalui
internet.
Agung Anugrah Hidayawan (2002021013)
11. Argumentum ad populum
untuk menanyakan pendapat kepada rakyat dalam teori argumentasi, adalah suatu
pendapat yang aib, yang mengambil kesimpulan bahwa suatu proposisi itu sah karena
dipercayai oleh banyak atau kebanyakan orang. Dengan kata lain, ide dasar dari pendapat
adalah Bila banyak yang percaya hal itu, maka hal itu adalah sah.
12. Propter veritatem et justitiam
Demi kebenaran & Keadilan, Asas ini disebutkan dalam setiap putusan pengadilan, jika
tidak disebutkan oleh hakim maka putusan tersebut tidak sah. Mengandung makna bahwa
suatu putusan yang dibuat oleh para hakim harus benar dan memberikan rasa keadilan.
13. Ubi societas ibi ius
Ada Masyarakat, Ada Hukum. Dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
14. Fiat justitia pereat mundus
Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun dunia mesti binasa
15. Salus Populi Suprema Lex Esto
Keselamatan Rakyat Merupakan Hukum Tertinggi' hanya bisa digunakan ketika
pemerintah menetapkan keadaan darurat. Sedangkan saat ini, pemerintah tidak sedang
menerapkan status darurat tersebut di tengah penanganan pandemi.

Sulthan Putra Kautsar (2002021002)


16. Lex imperfecta
Hukum tanpa sanksi
17. Ubi jus incertum ibi jus nullu,
Tidak ada kepastian hukum, maka tidak ada hukum
18. Summum ius summa inuria summa lex summa crux
Semakin tinggi kepastian hukum adalah ketidakadilan
19. Ius curia novit
Hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga Pengadilan tidak boleh menolak
memeriksa dan mengadili perkara
20. Stare dicisis et quieta non movere
Hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya

Rizki Dwi Adji Prananda (2002021001)


21. Nit agit exemplum litem quo lite resolvit
menyelesaikan masalah dengan contoh berbeda sama saja tidak selesaikan masalah
22. Similia similibus curantor
Dalam perkara yang sama, diputus yang sama pula
23. Pacta convent quae nueque contra leges nueqe dalo leges dalo malo inita sunt
omnimodo observanda sunt
Perjanjian-perjanjian yang telah dibuat, yang tidak bertentangan dengan hukum maupun
hukum yang jahat, harus ditaati dengan segala cara
24. Good faith/ te goede trouw
Itikad baik
25. Res judicata proveritate habetur
Putusan hakim harus dianggap benar

Angelina Sondakh (2002021015)


26. “Nemo Judex Idoneus In Propria Causa” : seorang Notaris tidak diperbolehkan membuat
akta untuk kepentingan diri sendiri.
27. “Actor Sequitur Forum Rei”: Gugatan diajukan di tempat tinggal tergugat. (Hukum Acara
perdata)
28. “Exceptio Plurium Litis Consortium” : Pihak lawan mengkehendaki ditariknya pihak lain
(pihak ketiga) untuk berperkara. (eksepsi)
29. “Secundum Allegat Iudicare” : Hakim dalam (hukum) acara perdata bersifat pasif,
maksudnya para pihaklah (penggugat dan tergugat) yang membuktikannya.
30. “Judex Ne Procedat Ex Officio” : Dimana tidak ada gugatan, tidak ada hakim. (Hukum
Acara Perdata) Dalam hal ini, kekuatan pembuktiannya pada perkara perdata ada pada para
pihak yang berperkara (penggugat dan tergugat).
Widayanti Sondakh (2002021023)
31. “Actus Dei Nemini Facit Injuriam” : Seseorang tidak dapat diminta kerugian/pertanggung
jawaban atas sesuatu yang murni terjadi karena kecelakaan.
32. “Equitas Squitur Legem” : Keadilan mengikuti hukum; keadilan itu ada dalam .hukum
tersebut.
33. “Actori In Cumbit Probatio” (Hukum Acara Perdata), “Actori Onus Probandi” (Hukum
Acara Pidana), “Actore Non Probante, Reus Abstolvitur” : Siapa yang menggugat, yang
harus membuktikan; Jika tidak dapat membuktikan, terdakwa harus dibebaskan.
34. “Negativa Non Sunt Probanda” : Membuktikan sesuatu yang negatif itu tidak mungkin
(tentang beban pembuktian), misalkan pembuktian terbalik pada kasus korupsi (tentang
beban pembuktian).
35. “Fides Etiam Hosti Servanda” : Itikad baik harus tetap ditujukan kepada pihak lain dengan
dasar kemanusiaan. (dalam hal Hukum perang)

Ega Fitrianto (2002021004)


36. Res inter alios acta
Perjanjian hanya mengikat para pihak yang mengikatkan diri
37. Pacta tertiis nec nocent neo prosunt
Perjanjian tidak dapat memberikan hak dan kewajiban pada pihak ketiga.
38. Exeptio adimpleti contractus
Tangkisan bahwa pihak lawan dalam keadaan lalai juga, maka dengan demikian tidak
dapat menuntut pemenuhan prestasi
39. Par in parem non hebet imperium
Pihak yang sama kedudukannya tidak mempunyai yuridiksi terhadap pihak lainnya
40. Nullum delictum, noela poena sine lege praviea
Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan terlebih dahulu.
Dimas Prayogo Wijaya (2002021009)
41. Praduga tak bersalah (Presumption of innocence)
42. Nova constitutio futuris formam imponere debet, non praeteritis (Undang-undang baru
berlaku untuk saat ini dan masa depan dan tidak berlaku mundur)
43. Ex aequo et bono adalah kebebasan pihak arbiter untuk memutuskan sengketa dengan
tidak mendasari pada ketentuan hukum yang rigid atau kaku tetapi berdasar prinsip
keadilan
44. Dubio pro reo diartikan sebagai “jika ada keragu-raguan mengenai sesuatu hal haruslah
diputuskan hal-hal yang menguntungkan terdakwa
45. Lex Favor Reo Jika terdapat perubahan peraturan perundang-undangan maka diterapkan
aturan yang meringankan

Kristoporus Trianda Belo (2002021024)


46. Jus istud humanis generis proplum est, sed omnium animalism, quae in caelo in
terra, quae in mari nascuntur
Hukum itu bukan spesies manusia, tetapi hukum itu mengatur segala sesuatu apa yang
ada di udara, di darat, dan di laut
47. Reformation in melius
merupakan asas yang mengatur tentang reformasi keadaan terdakwa untuk tidak
diperberat pada saat mengajukan upaya hukum, khususnya kasasi. Mahkamah Agung
sebagai pengadilan tertinggi yang berwenang memeriksa hukum
48. Lex ratio summa insita in natura, quae juber ea, quae facienda sunt, prohibitque
contraria
Hukum merupakan nalar teringgi, dikatakan seperti itu karena hukum adalah hasil yang
melahirkan suatu norma, norma yang dibuat tentunya memiliki Analisa yang tinggi
sehingga bisa dilahirkan.
49. Lex non hominum ingeniis excogitate
Teori kedaulatan Tuhan, hukum bukan penalaran manusia tapi penalaran Tuhan (the laws
of nature are a product of human reason)
50. Mihi lex esso von videtur, quae justa non fuerit
Sesuatu yang tidak adil maka ia bukan hukum
Dede Abdurrofi (200201025)
51. In criminalibus, probationes bedent esse lece clariores
Dalam perkara pidana, bukti harus lebih terang dari cahaya/seterang cahaya
Penjelasan
52. Juris igneratia nocet, facti non nocet
Tidak mengetahui hukum itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi
53. Qoud licet jovi non licet bovi
Tidak mengetahui hukum itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi
54. Minima non Curat Praetot
Hakim mengesampingkan hal yang tidak penting
55. Nulta Sed Non Multum
Sesuatu yang banyak namun tidak ada faedah untuk hukum

ADIEB MACHTASIN (2002021008)


56. Moneat Lex prius quam feriat
Undang-undang harus memberi peringatan dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang
terkandung di dalamnya
57. Exeptio format regulam/exeptio format vim legis in casibus non exceptis
Untuk mengartikan undang-undang suatu penafsiran harus sesempit mungkin, agar bisa
menjangkau apa yang sedang diperkarakan dan memenuhi rasa keadilan
58. Titulus est lex&rubrica est lex
Judul perundang-undangan menentukan dan bagian perundang-undangan yang
menentukan
59. Actio libera in causa
Perbuatan tindak pidana karena tidak sadarkan diri karena buatan tetap di pidana.
60. Persona standi in judicio Legal standing
terkait dengan konsep locus standi/prinsip persona standi in judicio (the concept of locus
standi), yaitu seseorang yang mengajukan gugatan harus mempunyai wewenang hak dan
kualitas sebagai penggugat.

Rizky Wirayuda (200201005)


61. Pengertian Asas In criminalibus, probationes bedent esse luce clariores adalah Dalam
perkara pidana, bukti harus lebih terang dari cahaya/seterang cahaya.
62. Pengertian Asas Juris ignerantia nocet, facti non nocet adalah tidak mengetahui hukum
itu rugi, tidak mengetahui fakta itu tidak rugi.
63. Pengertian Asas Quod licet jovi non licet bovi adalah sesuatu yang boleh dilakukan oleh
seseorang bukan berarti boleh dilakukan orang lain.
64. De minimis non curat praetor, berarti Praetor tidak mengurusi hal-hal yang
sepele/remeh. Praetor adalah pejabat Romawi yang dipilih sebagai hakim.
65. Pengertian Asas Nulta sed non multum adalah sesuatu yang banyak namun tidak ada
faedah untuk hukum.
66. Pengertian Asas Manifesta non egent probatione adalah sesuatu yang diketahui umum
tidak perlu dibuktikan lagi.
67. Pengertian Asas Lex meminen cogit ad impossibilia adalah Hukum tidak akan
memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin.
68. Pengertian Asas Errare humanum est, turpe in errope perseverare adalah Kekeliruan itu
manusiawi, tapi tidak boleh senantiasa berbuat keliru (berbuat salah).
69. Pengertian Asas Reo negate actori incumbit probatio adalah Jika tergugat menolak
gugatan, maka ia harus bisa buktikan.
70. Pengertian Asas Ultra posse neno obligator adalah Seseorang tidak akan dibebani
melebihi kemampuannya.
71. Pengertian Asas Melius est accipere quamfacere injuriam adalah lebih baik mengalami
ketidakadilan daripada membuat ketidakadilan.
72. Ut sementem feceris ita metes mempunyai arti bahwa siapa yang menanam, ia akan
menuai. Maka, tanamlah kebaikan, engkau akan menuai kebaikan juga.

Anda mungkin juga menyukai