PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
UPAYA HUKUM
Bagian Dari Proses dan Tahap Penuntutan Perkara Dalam
Sistem Peradilan Pidana Secara Terpadu
(Integrated System Criminal Justice) Yang Dianut KUHAP
sebagai
Ps. 1 butir 12 KUHAP Hak terdakwa atau Penuntut Umum untuk tidak
menerima putusan, yang berupa perlawanan, banding, kasasi serta hak
terpidana untuk mengajukan PK dalam hal dan menuntut cara yang diatur
dalam UU
Menurut doktrin upaya hukum adalah hak terdakwa atau JPU untuk
tidak menerima penetapan atau putusan pengadilan karena tidak
merasa puas dengan penetapan atau putusan tersebut
Dalam arti luas upaya, cara dan prosedur serta syarat – syarat untuk
mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam semua proses atau
tingkatan penyelesaian perkara pidana
Upaya hukum pidana PK mengatur tata cara melakukan KPK suatu putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (Hadari Djenawi
dan Rusli Muhammad)
2. Banding
– Penuntut Umum
– Terdakwa atau penasihat hukumnya
3. Kasasi
– Penuntut Umum
– Terdakwa atau penasihat hukum
2. Putusan pengadilan dalam APC (ps. 67 KUHAP), kecuali putusan pidana badan (ps. 214 ayat 8 KUHAP);
3. Status putusan tingkat pertama yang dibanding belum mempunyai kekuatan hukum tetap, sehingga belum bisa dieksekusi.
Banding merupakan jenis upaya hukum biasa, karena pemeriksaan perkara dalam tingkat banding di PT masih lingkup judex facti, dimana
proses pemeriksaan sama dengan yang berlaku pada pengadilan tingkat pertama.
PROSES DAN PROSEDUR UPAYA HUKUM PIDANA BANDING
Ps. 240 ayat (1), kriteria obyektif yang menjadi acuan pengajuan
banding yaitu
a. Ada kelalaian dalam penerapan hukum acara atau
b. Ada kekeliruan dalam melaksanakan hukum atau
c. Adanya kesalahan dalam pertimbangan hukum, hukum
pembuktian, dan amar putusan pengadilan pertama.
a. Bila Terdakwa banding, PU banding, sesuai dengan Ps. 43 UU No.14 Tahun 1985 sebagaimana dirubah
dengan UU No. 5 Tahun 2004 ;
b. Putusan hakim kurang dari tuntutan mati atau seumur hidup sekurang – kurangnya 20 tahun penjara, bila
pertimbangan hakim dalam putusan, PU tidak harus banding.
c. Bila putusan hakim ½ dari tuntutan PU dan pertimbangan PU diambil sebagian atau seluruhnya sebagai
pertimbangan hakim dalam putusan, PU tidak harus mengajukan banding ;
d. Bila putusan hakim 2/3 dari tuntutan PU, walaupun pertimbangan PU tidak diambil sebagian atau seluruhnya
dalam pertimbangan dalam putusan, PU tidak harus mengajukan banding.
PEDOMAN BANDING
Perbedaan jenis pidana yang dituntut dengan yang diputus oleh hakim.
Perbedaan kualifikasi atas tindak pidana yang dituntut dengan yang diputus
oleh Hakim.
Putusan hakim yang tidak memuat secara lengkap mis. Status barang bukti
1. Cukup dasar atau alasan untuk mengajukan banding/tidak mengajukan banding, untuk
mencegah banding semu yang sesungguhnya tidak ada dasar & alasan untuk
mengajukan banding.
2. Ketentuan waktu harus dipenuhi dengan UU
3. Mekanisme untuk keberhasilan banding harus dipenuhi al. Memperoleh putusan PN,
mempelajari BP, menelaah banding Terdakwa dan meneliti keaslian BP.
UPAYA HUKUM PIDANA KASASI
PENGERTIAN KASASI
KUHAP tidak memberikan definisi tentang Kasasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia : “Pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh
MA terhadap putusan Hakim karena putusan itu menyalahi atau tidak sesuai
benar dengan UU, Hak Kasasi hanyalah hak MA”
Kamus istilah Hukum, Fockoma Andrae (Mr. UE. Algra, dkk) 1983 : “cassatie,
kasasi, pembatalan, pernyataan tidak berlakunya keputusan hakim rendahan
oleh MA, demi kepentingan kesatuan peradilan”
Dalam buku peri peristilahan hukum dalam praktek terbitan Kejaksaan Agung
(1985) : Kasasi pembatalan putusan/perbaikan putusan pengadilan bawahan
oleh MA karena bawahan itu telah :
a. Melampaui batas wewenangnya ;
b. Lalai memenuhi syarat – syarat yang diwajibkan oleh suatu ketentuan UU
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan.
c. Salah menerapkan atau melanggar suatu peraturan hukum yang berlaku.
LATAR BELAKANG UPAYA HUKUM KASASI
B. Putusan yang melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan (Onslag Van Rechtsvervolging).
C. Putusan yang membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan (Vriijspraak) dan terhadap putusan
lepas dari segala tuntutan hukum
ALASAN PERMOHONAN KASASI
Permohonan kasasi yang didasarkan pada novum (No. 486K/KR/1979 Tanggal 18 Juni
1979)
PROSEDUR PENGAJUAN KASASI DAN MEMORI KASASI
Terhadap setiap putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum PN, PT,
agar PU tidak langsung menyatakan menerima atau menolak.
Memori kasasi adalah suatu risalah yang memuat uraian – uraian tentang
alasan mengajukan permohonan kasasi agar MA dapat membatalkan putusan
pengadilan yang dimintakan kasasi.
Memori kasasi wajib, permohonan kasasi tanpa memori kasasi pasti ditolak
MA (Ps. 248 ayat (1) KUHAP).
a. Meskipun telah mendasarkan alasan kasasi yang tercantum dalam Psl. 253 ayat (1) KUHAP,
namun uraian memori kasasi berisi penilaian fakta dan alat bukti, yang merupakan kewenangan
judex factie dan tidak tunduk pada pemeriksaan Kasasi (pelajari putusan MK No. 114/PU/X/2012
Tanggal 28 Maret 2012).
b. Memori Kasasi tidak lagi harus membuktikan putusan bebas tersebut adalah putusan bebas tidak
murni. Memori Kasasi hendaknya menguraikan dasar yuridis yang disyaratkan dalam Ps. 253 (1)
KUHAP
FORMAT KASASI
a. Risalah yang memuat bantahan atau sanggahan atas isi keberatan yang diuraikan dalam
memori kasasi, dengan permintaan MA menolak permohonan kasasi.
b. Memperhatikan Ps. 248 ayat (6) KUHAP, kontra memori kasasi bukan kewajiban, namun PU
wajib membuat kontra – kontra memori kasasi, PU wajib berusaha mendapatkan memori
kasasi maupun salinan putusan Pengadilannya.
BAB V
UPAYA HUKUM PIDANA
LUAR BIASA
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
PENGERTIAN
• UU/KUHAP tidak memberikan definisi tentang Peninjuan
Kembali.
• PK terjemahan dari “Herziening”
• Mr. MH. Tirta Admadja menjelaskan Herziening : “…. Suatu
jalan untuk memperbaiki suatu keputusan yang telah menjadi
tetap jadinya tidak dapat diubah lagi dengan maksud
memperbaiki kealpaan hakim, yang merugikan si terhukum.
Kalau perbaikan itu hendak dilakukan, maka Ia harus
memenuhi syarat, yakni bahwa ada suatu keadaan yang pada
pemeriksaan Hakim, tidak diketahui oleh hakim itu. Jika Ia
mengetahui keadaan itu, akan memberikan keputusan lain.
BAB VI
GRASI
GRASI
PENGERTIAN
Grasi merupakan hak prerogative
Presiden selaku Kepala Negara untuk
memberikan pengampunan kepada
terpidana yang dapat berupa
pengurangan, perubahan atau
penghapusan pidana (hukuman)
PUTUSAN YANG DAPAT DIMINTAKAN GRASI
2. Perlawanan bagi Penuntut Umum adalah hak untuk tidak menerima putusan sela hakim yang menyatakan bahwa pengadilan tidak
berwenang mengadili atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan batal demi hukum, dengan mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
3. Upaya hukum pidana banding dilakukan oleh terdakwa atau Penuntut Umum untuk menolak putusan pengadilan, dengan tujuan agar
dilakukan pemeriksaan ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi dan untuk menguji ketetapan penerapan hukum dari putusan pengadilan
tingkat pertama.
4. Kasasi adalah salah satu upaya hukum pidana yang diberikan kepada terdakwa penasihat hukum bila keberatan terhadap putusan
pengadilan yang dijatuhkan kepadanya dan Penuntut Umum bila putusan hakim tidak sesuai dengan tuntutannya.
5. Kasasi demi kepentingan hukum adalah salah satu upaya hukum pidana luar biasa, yang diajukan oleh Jaksa Agung kepada Ketua
Mahkamah Agung terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap selain putusan Mahkamah Agung.
6. Peninjauan kembali adalah upaya hukum pidana luar biasa yang dilakukan oleh terpidana atau ahli warisnya kepada Mahkamah Agung
terhadap putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum.
KATA – KATA MOTIVASI UNTUK KERJA KERAS BAGI JAKSA - JAKSA MUDA KE DEPAN
1. Menjadi ikhlas adalah tugas yang sulit dan tidak mudah, tapi akan dimudahkan saat
kita bersungguh-sungguh untuk ingin berubah (Setia Untung Arimuladi, SH. MHum. –
Wakil Jaksa Agung RI)
2. Cintai dan Hargai profesimu dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, maka profesi
itu akan memberikan yang terbaik untukmu.
4. Jangan sakiti hati rakyat dan jangan perjualbelikan perkara, melainkan bekerjalah
demi nama baik dirimu, keluargamu, dan institusimu.
5. Orang sukses adalah orang yang tidak menunda pekerjaannya karena menunda
pekerjaan adalah awal kehancuran. (T. Banjar Nahor, S.H., MAP)