Oleh
HUSEIN (2021110858)
MAHDI (2021110845)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kompetensi Mutlak Dan Relatif Peradilan Agama” ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan kepada alam
yang terang benderang, bercahayakan Iman, Islam, dan Ihsan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Peradilan Agama Di Indonesia bidang studi Prodi Hukum
Keluarga Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Syauqi, S.H.
selaku dosen pengajar mata kuliah Peradilan Agama Di Indonesia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi Peradilan Agama.......................................... 2
B. Jenis Kewenangan Peradilan Agama................................................. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Rifki Fuadi, “Kompetensi Absolut Peradilan Agama Dan Permasalahannya”,
Pengadilan Agama Sidoarjo, diakses dari:
https://pa-sidoarjo.go.id/%20informasi-%20pengadilan/%20%20227-kompetensi-
absolut-%20peradilan-%20agama-dan-%20permasalahannya, pada tanggal 31 Maret 2023 pukul
14:34 WIB.
2
competentie). Wewenang relatif Peradilan Agama merujuk pada Pasal 118 HIR
atau Pasal 142 R.Bg. jo. Pasal 66 dan Pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama, sedangkan wewenang absolut Peradilan Agama
ini berdasarkan Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Menurut M. Yahya Harahap ada lima tugas dan kewenangan yang terdapat
dalam lingkungan Peradilan Agama, yaitu:2
2
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-
Undang No.7 Tahun 1989).Cet. 1, Jakarta, 1993: Pustaka Kartini. hal. 133.
3
mengadili suatu perkara yang mana jenis perkara tersebut hanya bisa diperiksa
dan diadili oleh Pengadilan Agama saja. Dalam hal memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara perdata tertentu di kalangan golongan rakyat tertentu,
yaitu orang-orang yang beragama Islam merupakan kekuasaan pengadilan di
lingkungan Peradilan Agama. Kekuasaan Mutlak Peradilan Agama dalam
lingkungan Peradilan Agama terdapat dua tingkat Pengadilan, yaitu Pengadilan
Agama sebagai pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai
Pengadilan Tingkat Banding.3 Sejalan dengan itu menurut seorang pakar
Kompetensi Absolute yang juga disebut kekuasaan kehakiman atribusi (atributie
van rechtsmacht) adalah kewenangan mutlak atau kompetensi absolut suatu
pengadilan; kewenangan badan pengadilan di dalam memeriksa jenis perkara
tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain (R.
Soeroso, 1994: 6).
4
contensius (bentuk perkara gugatan/ada sengketa didalamnya dan produk
putusannya adalah vonis).
a. Penetapan dispensasi kawin bagi anak dibawah umur (pasal 7 ayat (2) UU
No.1/1974);
b. Isbat nikah untuk perkawinan yang tidak dicatatkan(penjelasan pasal 49
angka 37 UU No. 3/2006);
c. Penetapan wali adhal (Peraturan Menteri Agama No. 2/1987 Pasal 2 ayat
3; Penentuan ahli waris (penjelasan pasal 49 angka 37 UU No. 3/2006);
d. Penetapan kuasa/wali untuk menjual harta warisan, termasuk hak milik
lainnya yang dimiliki anak yang belum dewasa (Sarmin Syukur, 2018:
79);
e. Penetapan asal usul anak; Penetapan pengangkatan anak;
f. Penetapan penunjukan seorang wali dalam hal anak yang belum cukup
umur 18 tahun yang ditinggal mati kedua orang tuanya, padahal tidak ada
penunjukan wali dari orang tuanya;
g. Perubahan biodata pada buku nikah (pasal 34 ayat 1 PMA No. 19/2018);
h. Mafqud (49 UU No. 3/2006);
i. Isbath rukyathilal (Pasal 52 A UU No.3 Tahun 2006)
5
d. Zakat;
e. Infaq;
f. Shodaqoh;
g. Hibah;
h. Wasiat;
i. Ekonomi Syariah 4
4
Ahmad Rifki Fuadi, “Kompetensi Absolut Peradilan Agama Dan Permasalahannya”,
Pengadilan Agama Sidoarjo, diakses dari:
https://pa-sidoarjo.go.id/%20informasi-%20pengadilan/%20%20227-kompetensi-
absolut-%20peradilan-%20agama-dan-%20permasalahannya, pada tanggal 31 Maret 2023 pukul
14:34 WIB.
6
Kompetensi relatif lembaga peradilan berhubungan dengan wilayah
hukum maupun tempat pelaksanaan tugas mengadili perkara. Artinya, kompetensi
relatif adalah kewenangan dari lembaga peradilan dalam memeriksa dan
mengadili perkara sesuai dengan wilayah hukumnya.5
5
Sulthoni, "Perbedaan Kompetensi Absolut dan Relatif Lembaga Peradilan", tirto.id,
diakses dari:
https://tirto.id/gyN2 pada tanggal 31 Maret 2023 pukul 15:04 WIB.
6
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
7
Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih. Hukum Acara Peradilan Agama Di Indonesia.: Cet.
I. Bandung: Pustaka Setia. 2017 hal. 120.
8
Ibid. hal. 124.
9
Ibid. hal. 125.
7
4. Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka gugatan
dapat diajukan kepada pengadilan tempat tinggal yang diplih dalam akta
tersebut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutus sesuatu). Adapun pengertian
kompetensi Peradilan Agama menurut Undang-Undang Kekuasaan kehakiman
Pasal 25 ayat 3, “Peradilan Agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antara
orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”.
kompetensi absolut Peradilan Agama adalah suatu kuasa atau wewenang
mutlak yang berkaitan dengan tugas dalam mengadili suatu perkara yang jenis
perkaranya hanya dapat diadili Peradilan Agama sesuai dengan subtansi yang
berlaku. Sementara kompetensi relatif Peradilan Agama adalah suatu kuasa atau
wewenang mutlak yang berkaitan dengan tempat suatu perekara yang diadili
dalam sebuah Peradilan Agama sesuai dengan subtansi yang berlaku.
B. Saran
Demikian makalah yang disusun oleh kelompok 4 untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fiqh Munakahat B. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan, maka dari itu kritik dan saran
penulis kami harapkan untuk perbaikan makalah penulis selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
9
DAFTAR PUSTAKA
10