Anda di halaman 1dari 124

FILSAFAT HUKUM

Oleh:
Abdul Ghofur Anshori
PENDAHULUAN
A. Pengertian Filsafat, Pembidangan, dan
Letak Filsafat Hukum.
1. Pengertian Filsafat
Berfilsafat adalah berpikir radikal, radix
artinya akar, sehingga berpikir radikal
artinya sampai ke akar suatu masalah,
mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan
melewati batas-batas fisik yang ada,
memasuki medan pengembaraan diluar
sesuatu yang fisik (Asy’arie, 2002: 3).
2. Pembidangan Filsafat
Filsafat atau disebut juga ilmu
filsafat, mempunyai beberapa cabang
ilmu utama. Cabang Ilmu utama dari
filsafat adalah ontologi,
epistemologi, tentang nilai
(aksiologi), dan moral (etika).
Cabang Utama Ilmu Filsafat
a. Ontologi (metafisika), membahas tentang
hakikat mendasar atas keberadaan sesuatu.
b. Epistemologi, membahas pengetahuan yang
diperoleh manusia, misalnya mengenai
asalnya (sumber) darimana sajakah
pengetahuan itu diperoleh manusia, apakah
ukuran kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh manusia itu dan bagaimanakah
susunan pengetahuan yang sudah diperoleh
manusia.
Cabang Utama Filsafat (Ljt)
c. Aksiologi, adalah bagian dari filsafat
yang khusus membahas mengenai
hakikat nilai berkaitan dengan sesuatu.
d. Filsafat moral membahas nilai
berkaitan dengan tingkah laku
manusia dimana nilai disini mencakup
baik dan buruk serta benar dan sala
Obyek Bahasan Filsafat
• Filsafat memiliki obyek bahasan yang sangat
luas, meliputi semua hal yang dapat dijangkau
oleh pikiran manusia, dan berusaha memaknai
dunia dalam hal makna (Anshori, 2005: 3).
• Sedangkan Ilmu hukum memiliki ruang
lingkup yang terbatas, karena hanya
mempelajari tentang norma atau aturan
(hukum).
Obyek Bahasan Filsafat
• Banyak persoalan-persoalan berkenaan
dengan hukum membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang
memerlukan jawaban mendasar.
• Persoalan-persoalan mendasar yang tidak
dijawab oleh ilmu hukum menjadi obyek
bahasan ilmu filsafat.
Obyek Bahasan Filsafat
(Lanjutan)
• Dengan kata lain Filsafat mempunyai
obyek berupa segala sesuatu yang
dapat dijangkau oleh pikiran manusia
(Anshori, 2005: 4).
Obyek Bahasan Filsafat
(Lanjutan)
• Dapat dikatakan ada dua macam hukum,
yaitu hukum yang deskriptif dan hukum
yang preskriptif.
• Hukum yang deskriptif –decriptive laws –
adalah hukum yang menunjukkan sesuatu
itudapat terjadi, misalnya hukum gravitasi,
hukum Archimedes atau hukum yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu kealaman.
Lanjutan
• Precriptive law adalah hukum yang
telah ditentukan atau hukum yang
memberi petunjuk.
• Hukum prescriptive inilah yang
merupakan bahan penelitian filsafat
hukum.
B. Pengertian Filsafat Hukum, Manfaat,
dan Kedudukannya dalam Konstelasi Ilmu
1. Pengertian Filsafat Hukum
 Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku
atau etika, yang mempelajari hakikat
hukum. Atau ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis.
 Sementara itu Ilmu hukum hanya
melihat gejala-gejala hukum
sebagaimana dapat diamati oleh
panca indera manusia mengenai
perbuatan-perbuatan manusia dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Obyek Bahasan Filsafat
Hukum
• Mengingat obyek filsafat hukum adalah hukum, maka
masalah atau pertanyaan yang dibahas oleh filsafat
hukum itupun antara lain berkisar pada apa-apa yang
diuraikan diatas, seperti hubungan hukum dan
kekuasaan, hubungan hukum kodrat dan hukum
positif, apa sebab orang menaati hukum, apa tujuan
hukum, sampai kepada masalah-masalah filsafat
hukum yang ramai dibicarakan saat ini (oleh sebagian
orang disebut masalah filsafat hukum kontemporer,
suatu istilah yang kurang tepat, mengingat sejak dulu
masalah tersebut juga telah diperbincangkan) seperti
masalah hak asasi manusia dan etika profesi hukum.
Obyek Bahasan Filsafat Hukum
(Lanjutan)
• Menurut Apeldorn ada tiga
pertanyaan penting yang dibahas
dalam Filsafat Hukum, yaitu :
a. apakah pengertian hukum yang
berlaku umum.
b. apakah dasar kekuatan mengikat
dari hukum
c. apakah yang dimaksud dengan
hukum kodrat.
Obyek Bahasan Filsafat Hukum
(Lanjutan)
• Lili Rasyidi (1990) menyebutkan pertanyaan
yang menjadi masalah filsafat hukum, antara
lain: (1) hubungan hukum dan kekuasaan;
(2) hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial
budaya; (3) apa sebab negara berhak
menghukum seseorang; (4) apa sebab orang
menaati hukum; (5) masalah
pertanggungjawaban; (6) masalah hak milik;
(7) masalah kontrak; dan (8) masalah
peranan hukum sebagai sarana pembaruan
masyarakat.
• Jika kita bandingkan antara apa
yang dikemukakan oleh
Apeldoorn dan Lili Rasyidi
tersebut, tampak bahwa
masalah-masalah yang dianggap
penting dalam pembahasan
filsafat hukum terus bertambah
2. Manfaat mempelajari filsafat
hukum
• Filsafat (termasuk dalam hal ini filsafat
hukum) memiliki tiga sifat yang
membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.
a. filsafat memiliki karakteristik yang bersifat
menyeluruh.
b. filsafat hukum juga memiliki sifat yang
mendasar. Artinya dalam menganalisis
suatu masalah, kita diajak untuk berpikir
kritis dan radikal.
c. Sifat filsafat yang spekulatif.
Yaitu sifat yang mengajak mereka yang
mempelajari filsafat hukum untuk
berpikir inovatif, selalu mencari sesuatu
yang baru.
d. Ciri lain lagi adalah sifat filsafat yang
reflektif kritis.
Manfaat Mempelajari Filsafat
Hukum (Lanjutan)
Melalui sifat kritis ini, filsafat hukum
berguna untuk membimbing kita
menganalisis masalah-masalah
hukum secara rasional dan kemudian
mempertanyakan jawaban itu secara
terus menerus.
e. Mata kuliah filsafat hukum juga memuat materi
tentang etika profesi hukum. Dengan mempelajari
etika profesi tersebut, diharapkan para calon sarjana
hukum dapat menjadi pengemban amanat luhur
profesinya.
f. Radhakrishnan dalam bukunya The History of
Philosophy, manfaat mempelajari filsafat (tentu saja
termasuk mempelajari filsafat hukum) bukunnya
sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita
hidup, melainkan membimbing kita untuk maju.
3. Ilmu-Ilmu yang Berobyek
Hukum
• Disiplin hukum oleh Purbacaraka,
Soekanto, dan Chidir Ali diartikan sam
dengan teori hukum dalam arti luas yang
mencakup politik hukum, filsafat hukum
dan teori hukum dalam arti sempit. Teori
hukum dalam arti sempit inilah yang
disebut dengan ilmu hukum.
Lanjutan
• Ilmu hukum dibedakan menjadi ilmu
tentang norma (normwissenschaft), ilmu
tentang pengertian hukum
(begriffenwissenschaft) dan ilmu tentang
kenyataan hukum (tatsachenwissenschaft).
• Ilmu tentang kenyataan hukum antara lain:
Sosiologi Hukum, Antropologi hukum,
Psikologi Hukum, Perbandingan Hukum
dan Sejarah Hukum.
Ilmu Berobyek Hukum
(Lanjutan)
• Sosiologi Hukum mempelajari secara
empiris dan analitis hubungan timbal balik
antara hukum sebagai gejala dengan gejala-
gejala sosial lainnya.
• Antropologi Hukum mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya baik pada
masyarakat sederhana maupun masyarakat
yang sedang mengalami proses
modernisasi.
Lanjutan
• Psikologi Hukum mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan perkembangan
jiwa manusia.
• Perbandingan Hukum adalah cabang ilmu
(hukum) yang memperbandingkan sistem-
sistem hukum yang berlaku didalam
sesuatu atau beberapa masyarakat.
Ilmu Berobyek Hukum
(Lanjutan)
• Sejarah Hukum mempelajari tentang
perkembangan dan asal-usul dari sistem
hukum dalam suatu masyarakat tertentu.
• Politik Hukum mencakup kegiatan-
kegiatan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai.
Lanjutan
• Filsafat Hukum adalah perenungan dan
perumusan nila-nilai, kecuali itu filsafat
hukum juga mencakup penyerasian nilai-
nilai, misalnya penyerasian antara
ketertiban dan ketentraman, antara
kebendaan (materialisme) dan keakhlakan
(idealisme), antara kelanggengan nilai-
nilai lama (konservatisme) dan
pembaharuan.
Lanjutan
• Teori hukum dengan demikian
tidak sama dengan filsafat hukum,
karena yang satu mencakup yang
lainnya.
Lanjutan
• Dapat pula ditambahkan bahwa politik hukum
selalu berbicara tentang hukum yang dicita-citakan
(Ius Constituendum) dan berupa menjadikannya
sebagai hukum positif (Ius Constitutum) pada suatu
masa mendatang.
• Dari pembidangan yang diuraikan diatas, tampak
bahwa filsafat hukum tidak dimasukkan sebagai
cabang dari filsafat hukum tetapi sebagai bagian
dari teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum.
BAB II
PENGERTIAN
TRADISIONAL TENTANG
HUKUM
Pembagian Sejarah
• Zaman klasik (abad 6 SM - abad 5 M)
• Abad pertengahan (abad 5 - abad 15)
• Zaman baru (abad 15 - abad 20)
Tradisi Filsafat Hukum
Telah ditemukan di Cina, yaitu Filsafat
Konfusius (abad 5 SM): aturan negara
yang bijaksana melalui hukum (li)
Pengertian hukum di
Yunani Kuno
• Abad 5 SM: masih primitif
Hukum dipandang sebagai
keharusan alamiah (nomos)
baik semesta alam maupun
manusia. Contoh: laki-laki
berkuasa, budak adalah budak,
dsb.
• Abad 4 SM: Plato (427-347 SM),
menulis buku Politeia dan Nomoi
Buku Politeia: melukiskan model negara
yang adil
Dalam negara terdapat kelompok-
kelompok. Keadilan adalah jika tiap-tiap
kelompok berbuat dengan apa yang sesuai
dengan tempat dan tugasnya.
Buku Nomoi: petunjuk dibentuknya tata
hukum
Peraturan-peraturan yang berlaku
ditulis dalam kitab perundangan. Karena
jika tidak, penyelewengan dari hukum
yang adil sulit dihindarkan.
Aristoteles (348-322 SM),
menulis buku Politika
• Manusia merupakan “makhluk polis”
(zoon politicon): harus ikut dalam
kegiatan politik dan taat pada
hukum polis.
• Hukum dibagi 2:
1.Hukum alam (kodrat):
mencerminkan aturan alam,
selalu berlaku dan tidak pernah
berubah.
2.Hukum positif, dibuat manusia.
• Pembentukan hukum harus
selalu dibimbing rasa keadilan,
yaitu rasa yang baik dan pantas
bagi orang yang hidup bersama.
“kepada yang sama penting
diberikan yang sama, kepada
yang tidak sama penting
diberikan yang tidak sama”.
Hukum Romawi
• Abad 8 SM: peraturan
Romawi hanya untuk kota
Roma dan kasuistik,
kemudian meluas & menjadi
universal (ius gentium)
sebagai pedoman para
gubernur wilayah (yang
berperan juga sebagai
hakim).
• Pendapat sarjana hukum Romawi (Cicero, Galius,
Ulpanus, dll):
Filsafat hukum (bersifat idiil) yang menerangkan
dan mendasari sistem hukum bukanlah hukum
yang ditentukan (hukum positif/ leges, melainkan
hukum yang dicita-citakan dan yang dicerminkan
dalam leges tersebut (hukum sebagai ius). Ius
belum tentu ditemukan dalam peraturan, tetapi
terwujud dalam hukum alamiah yang mengatur
alam dan manusia. Oleh kaum Stoa, hukum alam
adalah pernyataan kehendak ilahi.
Hukum Romawi dikembangkan oleh
Kekaisaran Romawi Timur
(Byzantium). Tahun 528-534
dikodifikasi oleh Kaisar Yustinianus:
Codex Iuris Rumani/ Codex
Iustinianus/ Corpus Iuris Civilis.
Kemudian dikembangkan oleh
sarjana Barat, hingga oleh Napoleon
(1804) menjadi “Code Civil”.
Pengertian hukum pada
Abad Pertengahan
Ancilla theologiae
• Menurut Syafi’i: hukum berhubungan
dengan wahyu secara langsung,
sehingga hukum dipandang sebagai
bagian dari wahyu.
• Menurut Agustinus: hukum
berhubungan dengan wahyu secara
tidak langsung, yaitu hukum yang
dibuat manusia, disusun dibawah
inspirasi agama dan wahyu.
Lima jenis hukum:
1) Hukum abadi (lex aeterna): rencana Allah
tentang aturan semesta alam. Hukum abadi itu
merupakan suatu pengertian teologis tentang
asal mula segala hukum, yangkurang
berpengaruh atas pengertian hukum lainnya.
2) Hukum ilahi positif (lex divina positiva): hukum
Allah yang terkandung dalam wahyu agama,
terutama mengenai prinsip-prinsip keadilan.
3) Hukum alam (lex naturalis): hukum Allah
sebagaimana nampak dalam aturan semesta
alam melalui akal budi manusia.
4) Hukum bangsa-bangsa (ius gentium):
hukum yang diterima oleh semua atau
kebanyakan bangsa. Hukum itu yang
berasal dari hukum romawi, lambat
laun hilang sebab diresepsi dalam
hukum positif.
5) Hukum positif (lex humana positiva):
hukum sebagaimana ditentukan oleh
yang berkuasa; tata hukum negara.
Hukum ini pada zaman modern
ditanggapi sebagai hukum yang sejati.
BAB III
PENGERTIAN HUKUM
ZAMAN MODERN
• Pengertian tradisional:
bersifat idiil (hukum alam/
sunnatullah)
• Pengertian modern: bersifat
empiris (konsepsi manusia,
hukum positif)
ZAMAN RENAISSANCE
Kronologi Sejarah:
Kekhalifahan Umayah masuk ke Spanyol
(Cordova) tahun 711. Abdurrahman ad-
Dakhil (755 M) membangun masjid, sekolah
& perpustakaan di Cordova
Tokoh filsafat:
a. Ibnu Bajjah (lahir di Saragosa, wafat th
1138 M), buku “Tadbir al-Mutawahhid”
(masalah etos dan eskatologis), menyaingi
al-Farabi dan Ibn Sina (ahli kedokteran &
filsafat) di Baghdad (Kekhalifahan
Abbasiyah)
b. Abu Bakr ibn Tufail (lahir di Granada, wafat
th 1185 M), buku “Hay ibn Yaqzhan”
Lanjutan (tokoh filsafat)
c.Ibn Rusyd (1126-1198, pengikut
Aristoteles), buku “Bidayah al-
Mujtahid”. Melahirkan aliran
filsafat baru tersendiri di Eropa,
Avoreisme.
d.Petraca (1303-1374), Desiderius
Erasmus (1469-1537), Thomas
More (1478-1535): melahirkan
gerakan Humanisme untuk
bangsa Eropa yang terbelakang.
Kelahiran sejarah:
• Reformasi agama Kristen,
melahirkan agama baru: Protestan
(1517) oleh Maarten Luther (1483-
1546) & Johannes Calvin (1509-
1564).
• Ditemukannya Amerika (1492) &
lahirnya negara nasional.
Percikan Pemikiran:
a. hukum bagian dari kebijakan manusia
b. negara: tertib hukum
c. pencipta hukum: raja
Tokoh: Macchiavelli (1469-1527), Jean
Bodin (1530-1596), Hugo Grotius
(1583-1645), Thomas Hobbes (1588-
1679).
ZAMAN AUFKLARUNG
• Disebut zaman rasionalisme, zaman
pencerahan, zaman terang budi.
• Perintis: Rene Descartes (1596-
1650) manusia sebagai
subjek dijadikan titik tolak seluruh
pandangan hidup
• melahirkan paham individualisme &
kapitalisme di Eropa.
Aliran Filsafat:
• Rasionalisme: mengunggulkan ide-
ide akal murni. Tokoh: Wolff (1679-
1754), Montesqieu (1689-1755),
Voltaire (1694-1778), Rousseau
(1712-1778), Kant (1724-1804).
• Empirisme: perlunya basis empiris
bagi semua pengertian. Tokoh: John
Locke (1632-1704), David Hume
(1711-1776).
Percikan pemikiran:
a. Hukum dimengerti sebagai
bagian suatu sistem pikiran
yang lengkap yang bersifat
rasional, unsich.
b. Ide dasar konsepsi “negara
ideal adalah negara hukum”
Tokoh Filsafat
1. John Locke: hak warga negara
2. Montesqiu: trias politica
3. J.J.Rousseau: manusia sebagai
subjek hukum
4. Imanuel Kant: pembentukan hukum
untuk kehidupan bermoral.
Akhir abad VIII: Amerika (1776),
Revolusi Perancis (1789).
BAB IV
PENGERTIAN HUKUM
Beberapa Pengertian
Hukum
• Immanuel Kant: Noch suchen die juristen eine
Definition zu ihrem Begriffe vom Recht (para
yuris masih mencari suatu definisi bagi
pengertian mereka tentang hukum).
• L.J. Van Apeldoorn: “tidak mungkin memberikan
definisi tentang hukum, yang sungguh memadai
kenyataan”.
• CST. Kansil: “hukum adalah himpunan peraturan-
peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu”.
HUKUM DAN UNDANG-UNDANG
NEGARA

• Hukum yang mempunyai arti yuridis


yang sungguh-sungguh adalah hukum
yang ditentukan oleh pemerintah suatu
negara.
• John Austin (1970-1859), hukum
dibedakan menjadi 2:
1. hukum Allah, merupakan suatu
moral hidup daripada hukum dalam
arti sejati.
2. hukum manusia, yakni segala
peraturan yang dibuat oleh manusia
sendiri.
Lanjutan
Hukum manusia dibedakan lagi menjadi:
a) Hukum yang sungguh-sungguh (properly so
called). Hukum ini adalah undang-undang yang
berasal dari suatu kekuasaan politik, atau
peraturan-peraturan pribadi-pribadi swasta
yang menurut undang-undang yang berlaku.
b) Hukum yang sebenarnya bukan hukum
(improperly so called). Seperti peraturan-
peraturan yang berlaku bagi suatu klub
olahraga, pabrik, dsb. Peraturan-peraturan ini
bukan hukum dalam arti yang sesungguhnya,
sebab tidak berkaitan dengan pemerintah
sebagai pembentuk hukum.
Lanjutan
Untuk dapat disebut hukum
menurut Austin perlu unsur-
unsur sbb:
1. adanya penguasa
(souvereighnity)
2. suatu perintah (command)
3. kewajiban untuk menaati (duty)
4. sanksi bagi mereka yang tidak
taat (sanction)
Pengertian hukum menurut
Austin
Hukum adalah tiap-tiap undang-
undang positif yang ditentukan
secara langsung atau tidak langsung
oleh seorang pribadi atau
sekelompok orang yang berwibawa
bagi seorang anggota atau anggota-
anggota suatu masyarakat politik
yang berdaulat, dimana yang
membentuk hukum adalah yang
tertinggi.
HUKUM YANG LEGAL

• Hukum yang sesungguhnya adalah hukum


yang legal atau sah.
• Peraturan-peraturan yang legal,
mempunyai kekuatan yuridis (validity),
berbeda dengan kebiasaan yang tidak
berlaku secara yuridis.
• Agar berlaku sah (legal) maka suatu
peraturan harus memiliki aspek intern,
dimana aspek tersebut tidak mungkin
dirasakan kecuali oleh orang-orang yang
hidup di dalam lingkungan tertentu
(negara).
Cara Mengetahui Hk itu
legal/tidak
Bagaimana mengetahui suatu peraturan
bersifat legal?
1. membedakan dua jenis kaidah hukum:
a. kaidah primer, yaitu kaidah yang
menentukan kelakukan orang. Kaidah
primer disebut petunjuk pengenal (rules of
recognition), sebab kaidah ini menyatakan
manakah hukum yang sah.
b. kaidah sekunder, yaitu kaidah yang
menentukan syarat bagi berlakunya kaidah
primer. Kaidah ini juga yang merupakan
syarat bagi perubahan kaidah primer (rules
of change), dan bagi dipecahkannya konflik
(rules of adjudication).
Lanjutan
2. Stufenbau theorie (teori bangunan menurut
jenjang)
a. Suatu peraturan baru dapat diakui secara
legal, bila tidak bertentangan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku pada
suatu jenjang yang lebih tinggi.
b. Seluruh sistem hukum mempunyai
struktur piramidal, mulai dari yang
abstrak (ideologi negara dan UUD) sampai
yang konkrit (UU dan peraturan
pelaksanaan).
HUKUM SEBAGAI NORMATIF

• Orang yang tidak mematuhi


peraturan yang dikeluarkan secara
legal oleh pemerintah yang sah, ia
dapat dituntut hukuman melalui
pengadilan.
• Bila hukum diakui sebagai normatif,
maka hukum harus ditaati. Hukum
ditaati bukan karena terdapat suatu
kekuasaan dibelakangnya, melainkan
karena mewajibkan itu termasuk
hakikat hukum itu sendiri.
Kewajiban dalam kaidah
hukum adalah kewajiban
yuridis, apa artinya?
• tersangkut dengan suatu keharusan
ekstern, yaitu karena ada paksaan/
ancaman dari pihak luar jika tidak
menaati.
• tersangkut dengan suatu kewajiban
intern, yaitu karena dorongan dari
batin untuk menerimanya sebagai
suatu kewajiban yang harus ditaati.
Menurut Immanuel Kant:
• kewajiban hukum termasuk dalam
pengertian transedental-logis, yaitu
“mewajibkan” harus diterima sebagi syarat
yang tidak dapat dielakkan untuk mengerti
hukum sebagai hukum.
• Syarat satu-satunya bagi suatu peraturan
untuk dapat disebut sebagai hukum yang
mewajibkan adalah bahwa terdapat suatu
minimum efektivitas (yaitu orang harus
menaatinya).
BAB V
KO-EKSISTENSI ETIS
Eksistensi
Adalah cara manusia berada di dunia
sebagai subjek yang konkrit.
meliputi dua dimensi:
• Dimensi immanensi, yaitu apa saja yang
dilakukan manusia berpusat pada
kesadaran manusia tentang dirinya,
sehingga seluruh hidupnya dialami sebagai
bagian dirinya (batin/ sistit)
• Dimensi transedensi, yaitu manusia tidak
hidup dalam batin saja, tetapi apa yang
dirasakannya dalam batin itu adalah apa
yang ada di luar dirinya (yaitu dunia).
• Manusia sebagai subjek yang immanen
dan transeden bersifat dinamis.
Ditandai dengan:
–Manusia berkembang menuju arah
ke depan.
–Manusia berkembang melalui
tindakannya sendiri.
• Sifat manusia yang dinamis tersebut
memunculkan ide kunci bagi
pengertian manusia, yaitu kebebasan.
• Manusia diartikan sebagai makhluk
bebas, tidak dimaksudkan bahwa
semua tindakannya bebas. Karena
kebebasan memiliki dua dimensi:
1. Bebas tentang suatu tindakan
manusiawi (actus humanus)
2. Bebas tentang suatu tindakan manusia
(actus hominis)
• Sedangkan kebebasan yang dimaksud
adalah kebebasan tentang suatu
tindakan manusiawi (actus humanus).
Dalam sejarah filsafat senantiasa timbul keraguan
tentang kemungkinan manusia memiliki tindakan
bebas sejati, dengan alasan:
• Menurut paham materialisme-deterministis,
semuanya berjalan menurut sebab-akibat
yang kita kenal dari alam material. Manusia
sebagai makhluk jasmani tidak luput dari
hukum sebab akibat ini.
• Freud dalam “teori bawah sadar”
mengatakan bahwa seluruh kelakuan
manusia berasal dari dorongan bawah sadar
yang tidak dikuasai kehendak kita.
• Menurut paham strukturalisme, manusia
terbelenggu dalam struktur-struktur yang
menggenggam kehidupannya di dunia,
seperti struktur masyarakat dsb.
Lanjutan
• Kebebasan manusia tidak tanpa batas.
Tiap-tiap pilihan adalah terbatas, baik
karena faktor eksternal maupun
internal. Oleh sebab itu manusia
merupakan suatu makhluk dinamis,
suatu keadaan yang kurang
menguntungkan (halangan-halangan)
tidak dipertahankan. Manusia dan
situasinya merupakan titik tolak
kebebasan.
Dalam filasafat tradisional, ada
4 halangan yang dimaksud:
• Halangan yang berasal dari batin,
yaitu ketidakpengetahuan
(ignorantia), ketakutan (metus)
dan nafsu (passio).
• Halangan yang berasal dari luar
batin, yaitu kekerasan (violentia)
atau tekanan atau paksaan.
• Kebebasan dari halangan-halangan
tersebut berupa pilihan atau inisiatif
untuk memilih dan bertindak.
• Intisari kebebasan adalah bahwa
manusia dapat bertindak menurut
inisiatif sendiri dan pilihan sendiri
atas dasar pandangannya yang
universal.
Makna Kebebasan
• Tiap-tiap tindakan terdiri dari
tiga unsur:
1. tindakan itu sendiri;
2. asal tindakan;
3. tujuan tindakan.
Lanjutan
• Makna kebebasan adalah bila
manusia mampu
mengarahkan dirinya kearah
suatu tujuan yang bernilai
baginya.
Kebebasan Eksistensial
• Kebebasan eksistensial adalah
kebebasan yang digunakan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan
hidupnya, untuk mengembangkan
eksistensinya sesuai dengan cita-cita
inti pribadinya.
• Tujuan inti pribadi tidak harus baik,
tetapi juga dapat bersifat jahat.
Sehingga baik atau jahat tidak
termasuk dalam pertimbangan bahwa
itu merupakan kebebasan eksistensial.
Lanjutan
• Nietszhe dan Sartre
mengatakan bahwa hanya
orang yang kuatlah yang
akan berhasil hidup secara
bebas, yaitu orang yang
mampu mengatasi
halangan-halangan diatas.
Kebebasan Rasional
Kebebasan rasional adalah kebebasan yang
menentukan bahwa tujuan hidup yang hendak
dicapai harus ada tujuan yang wajar menurut
pandangan umum. Oleh karena itu ada tiga
unsur objektif yang harus diperhitungkan:
• Fakta bahwa tiap-tiap orang hidup bersama
orang-orang lain.
• Parameter suatu tindakan dikatakan wajar
atau tidak didasarkan pada nilai-nilai
universal.
• Unsur boleh-tidak boleh, yaitu terdapat
larangan untuk bertindak semau-maunya.
Unsur ini dalam masyarakat disebut norma.
Kebebasan Moral
• Kebebasan moral ialah kemampuan
manusia untuk mewujudkan hidupnya
sesuai dengn prinsip-prinsip moral.
• Agustinus telah membedakan antara
kehendak bebas (liberum arbitirium) dan
kebebasan (libertas).
1. Kehendak bebas adalah kemampuan
untuk berbuat yang baik dan yang jahat.
2. Kebebasan (moral) adalah kemampuan
untuk berbuat yang baik.
Lanjutan
• Kebebasan moral menimbulkan
suatu keharusan berupa
kewajiban untuk bertindak
dengan cara tertentu. Rasa
kewajiban dalam kesadaran
manusia itu disebut oleh
Emmanuel Kant : imperatif
kategoris.
Kapan timbul rasa
kewajiban?
Timbulnya rasa kewajiban pada manusia
ada karena rasa tanggung jawab, yaitu :
• kesadaran bahwa tindakannya yang
bebas tidak pernah dapat lepas dari
dirinya, tiap-tiap tindakan bebas
merupakan bagian dari dirinya sendiri
• Adanya panggilan atau keyakinan yang
berasal dari suara hati bahwa suatu nilai
hidup tertentu patut diwujudkan.
KO-EKSISTENSI
Dalam koeksistensi terdapat tiga
tingkat :
• Ko-eksistensi biologis-psikis, yang
berdasarkan kebutuhan aku. Dalam
keadaan ini aku dipandang sebagai
lebih tinggi daripada sesama.
• Ko-eksistensi etis berdasarkan
kesamaan hak. Dalam keadaan ini aku
dipandang sebagai sama tinggi
daripada sesama. Prinsip rasional ini
yang menjadi sumber hukum.
Lanjutan
• Ko-eksistensi etis berdasakan
kewajiban. Dalam keadaan ini
sesama dipandang sebagai
lebih tinggi daripada aku.
Prinsip rasional ini yang
menjadi sumber moral hidup
manusia.
BAB VI
HUKUM DAN KEADILAN
HUKUM DAN MORAL
Kehendak untuk mengatur hidup
menghasilkan tiga macam norma:
1. Norma moral yang mewajibkan tiap-
tiap orang secara batiniah.
• Bersifat subjektif, karena berkaitan
dengan suara hati nurani subjek yang
bersangkutan.
• Bersifat “menuntut” untuk ditaati
2. Norma-norma masyarakat, atau
norma-norma sopan santun yang
mengatur pergaulan secara umum.
– Bersifat objektif, karena
berhubungan dengan masyarakat
dan kebudayaan.
– Bersifat tidak “menuntut”, hanya
“mengundang”
3. Norma-norma yang mengatur hidup
bersama secara umum dengan
menentukan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban. Inilah yang dimaksud dengan
norma hukum.
• Bersifat objektif, karena berkaitan
dengan negara.
• Bersifat menuntut untuk ditaati.
Pembetukan Hukum
Menurut Imanuel Kant:
Pembentukan hukum sebenarnya
merupakan bagian tuntutan moral
(imperatif kategoris). Tata hukum
diartikan sebagai buah sikap moral
manusia.
• Kewajiban yang timbul akibat
norma-norma yuridis ada dua jenis:
• bersifat ekstern karena adanya
sanksi, bersifat yuridis belaka.
….Kant (Lanjutan)
• bersifat intern atau moral,
bersifat etis-yuridis. Suatu norma
hukum bersifat etis yuridis bila
isinya menyangkut nilai-nilai
dasar hidup. Sehingga kehendak
yuridis merupakan bagian dari
kehendak etis manusia.
Lanjutan
Menurut Fernand Van Neste, ada 4
unsur etis yang ada pada hukum:
• hukum mengatur relasi-relasi antara
orang.
• hukum memasukkan timbal balik
dalam relasi-relasi yang digalang.
• hukum menuntut kesetiaan pada janji.
• hukum menciptakan kebebasan.
PERBEDAAN MORAL DAN
HUKUM
Menurut Immanuel Kant:
• Norma moral menimbulkan sikap
“moralitat”, yakni penyesuaian diri
dengan kewajiban batin, disini hati
nurani menjadi motivasi yang
sebenarnya dari kelakuan dan
tindakan.
• Norma hukum menimbulkan sikap
“legalitat”, yakni penyesuaian diri
dengan apa yang telah ditentukan
dalam undang-undang.
Lanjutan
Menurut A. Reinach (1883-1917):
• Norma moral mengena pada suara hati
pribadi manusia, norma yuridis berlaku atas
dasar suatu perjanjian.
• Hak-hak moral tidak pernah hilang dan tidak
dapat pindah ke orang lain, sedangkan hak-
hak yuridis dapat hilang dan dapat pindah
(sesuai dengan perjanjian).
• Norma moral mengatur baik hidup batin
maupun hidup lahir, sedangkan norma
hukum hanya mengatur kehidupan lahiriah
saja (de internis praetor non indicat).
NILAI KEADILAN MENURUT ANGLO
SAXON
“THE RULE OF LAW”
Konsekuensi dari pandangan Anglo
Saxon mengenai bahwa keadilan
adalah the rule of law:
1. Pada prinsipnya hukum tidak
melebihi negara (rakyat). Hukum
adalah sarana pemerintah untuk
mengatur masyarakat secara adil.
Karena kemungkinan akan ketidak
adilan tetap ada, diharapkan dalam
praktek hukum, keyakinan-
keyakinan rakyat dan kebijaksanaan
Lanjutan (Anglo Saxon)
2. hukum adalah apa yang berlaku
de facto dan itulah akhirnya
tidak lain daripada keputusan
hakim dan juri rakyat.
3. hukum sebagai sistem tidak
mewajibkan secara batiniah,
sebab tidak dipandang sebagai
bagian tugas etis manusia.
NILAI KEADILAN MENURUT
Contynental System
Hukum sebagai ”ius”:
1. Hukum adalah undang-undang
yang adil
2. Undang-undang hanya hukum
bila adil
3. Adil merupakan unsur konstitutif
segala pengertian tentang hukum
BAB VII
PRINSIP-PRINSIP
HUKUM OBYEKTIF
Azas hukum
Pengertian:
• Prinsip-prinsip yang dianggap dasar atau
fundamen hukum.
• Pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik
tolak berpikir tentang hukum.
• Titik tolak bagi pembentukan undang-undang
dan interpretasi undang-undang.
• Prinsip-prinsip yang kedudukannya lebih
tinggi daripada hukum yang ditentukan
manusia.
Macam:
• Azas hukum objektif yang
bersifat moral.
• Azas hukum objektif yang
bersifat rasional.
• Azas hukum subjektif yang
bersifat moral dan rasional.
Hukum kodrat
Apa perbedaan “hukum alam” (lex naturae)
dan “hukum kodrat” (lex naturalis)?
• Lex naturae, berarti cara segala yang ada
berjalan sesuai dengan aturan semesta alam.
Misal: manusia dalam bertindak mengikuti
kecenderungan-kecenderungan dalam
jasmaninya, yaitu menurut hukum alam.
• Lex naturalis, berarti tuntutan fundamental
dalam hidup manusia, yang menjadi nyata
dalam wujudnya sebagai makhluk yang
berakal budi.
Hukum kodrat dalam
sejarah
A. Zaman klasik
• Tokoh: Aristoteles.
• Ajaran: manusia sebagai makhluk
politik (zoon polticon) harus
menyumbang bagi Negara yang
merupakan kewajiban alamiah bagi
laki-laki yang mempunyai hak-hak
yuridis sebagai warga polis.
B. Abad pertengahan
• Tokoh: Thomas Aquinas.
• Ajaran: hukum kodrat
sebagai prinsip-prinsip
segala hukum positif, yang
berhubungan langsung
dengan manusia dan dunia
sebagai ciptaan Tuhan.
Lanjutan
1.Prinsip hukum kodrat primer, yaitu
prinsip hukum yang telah
dirumuskan oleh para pemikir Stoa
zaman klasik: honeste vivere (hidup
terhormat), neminem laedere (tidak
merugikan orang lain), unicuique
suum tribuere (memberikan orang
lain sesuai haknya).
2.Prinsip hukum kodrat sekunder,
yaitu norma moral
C. Zaman rasionalisme
• Hukum kodrat sebagai pernyataan akalbudi
praktis manusia.
• Tokoh: Hugo Grotius. Ajaran: prinsip hukum
a priori (hukum kodrat yang berlaku positif)
• Prinsip dasar: prinsip “kupunya-kaupunya”,
prinsip kesetiaan pada janji, prinsip ganti
rugi, prinsip perlunya hukuman.
• Prinsip yang melekat pada subjek hukum:
hak atas kebebasan, hak untuk berkuasa.
D. Awal abad XX
• Tokoh: Messner.
• Ajaran: hukum kodrat sama dengan prinsip-
prinsip dasar bagi kehidupan sosial dan
individual.
1. Hukum kodrat primer yang mutlak, yaitu
memberikan kepada tiap orang sesuai haknya.
2. Hak fundamental, yaitu kebebasan batin,
kebebsan agama, dsb.
3. Hukum kodrat sekunder, yaitu hak yang
diperoleh karena berkaitan dengan situasi
kebudayaan.
Kritik terhadap hukum
kodrat
Kritik atas hukum kodrat
• Pemikir zaman ini menerima bahwa terdapat
prinsip-prinsip tertentu yang menjadi pedoman
bagi pembentukan undang-undang, sehingga
hukum kodrat seperti bangkit kembali.
Saat ini hukum kodrat yang terperinci seperti
zaman klasik dan pertengahan tidak lagi
dianggap bersifat abadi, karena dinamisnya
kehidupan manusia. Namun prinsip itu tetap
ada, dengan lebih umum seperti keadilan,
kejujuran, kesopanan dll. Prinsip itu memiliki
ketetapan, tetapi juga suatu kelonggaran
untuk berubah sesuai perkembangan zaman.
Lanjutan (Kritik….)
• Adanya gejala institusionalisasi atau
formalisasi prinisp-prinsip hukum
dengan memasukkannya dalam undang-
undang.
• Para positivis memandang bahwa
prinsip-prinsip hukum sebagai prinsip
regulative yaitu sebagai pedoman bagi
terbentuknya hukum. Namun menerima
berlakunya suatu hukum kodrat belum
tentu berarti mengakuinya sebagi
prinsip konstitutif bagi undang-undang.
Azas Rasional Hukum dan
Azas Moral Hukum
• Azas rasional hukum, yaitu azas
yang bertalian dengan suatu
aturan hidup bersama yang masuk
akal, dan karenanya diterima
sebagai titik tolak bagi
pembentukan suatu tata hukum
yang baik. Azas rasional hukum
meliputi azas bagi hukum objektif
(undang-undang) dan hukum
subjektif (hak).
Lanjutan
• Azas moral hukum, yaitu
azas yang lebih dipnadnag
sebagai sesuatu yang idiil,
yang belum tentu dapat
diwujudkan dalam tata
hukum yang direncanakan.
Lanjutan
• H.L.A. Hart, seorang positivis
berpandangan bahwa undang-
undang harus dibuat dengan
berpedoman pada prinsip moral
(“minimum hukum kodrat”). Akan
tetapi prinsip ini hanya sebagi prinsip
regulative saja, artinya undang-
undang itu tetap hukum, walaupun
melawan prinsip moral.
• Emil Brunner: Negara harus tunduk
pada suatu norma kritis, yaitu hukum
kodrat. Hukum kodrat itu bukan
hukum, bila dipandang sebagi secara
tersendiri, akan tetapi berfungsi
sebagai prinsip konstitutif bagi
undang-undang. Sehingga undang-
undang yang tidak menurut hukum
kodrat, tidak dapat diakui sebagai
hukum.
Azas Hukum dan Agama
Setidaknya ada 5 golongan paradigma dalam
memandang teks ayat sebagai dasar penetapan
hukum:
• Skriptualisme Konservatif, disini hukum Islam
dipahami secara tekstual tanpa
mempertimbangkan efektivitas hukum dalam
kehidupan, disamping mengabaikan
kemungkinan adanya penafsiran lain yang
menyalahi teks tertulis nash agama.
• Skriptualisme Moderat, suatu kelompok yang
memahami nash agama secara tekstual tanpa
mengabaikan adanya kemungkinan interpretasi
yang luas terhadap teks suci dalam batas
metode perumusan hukum.
Lanjutan
• Essensialisme rasional, mendasarkan
pemahaman kepada esoteris nash
agama diatas komitmennya terhadap
justifikasi rasional. Menurut golongan
ini, situasi dan kondisi politik, ekonomi,
dan sosio kultural sangat berperan
mendasari penafsiran nash agama
sebagai cara interaksi rasio terhadap
nash, demi mewujudkan suatu
efektivitas hukum dan keadilan yang
dipahami secara empiris. Corak berpikir
ini sebagai model kaum modernis.
Lanjutan
• Rasionalisme Liberal, doktrin agama normatif
dimanifestasikan sebagai paradigma proyek
percontohan pembinaan hukum ilahiyah yang
karena pemunculan hukum baru merupakan
kebebasan rasio yang berlandaskan tanggung
jawab penuh terhadapnya.
• Universalisme Transformatif, kelompok ini
berupaya untuk memadukan corak pemikiran
keseluruhan kelompok-kelompok yang ada,
baik yang berhaluan tradisionalis maupun
modernis.
BAB VIII
HAK-HAK MANUSIA
• Hukum dalam arti objektif
menandakan kaidah yang
sebagai normatif mengatur
kaidah kehidupan
bermasyarakat.
• Hukum dalam arti subjektif
menandakan hak dan
kewajiban yang ada pada
orang yang merupakan
anggota masyarakat, yakni
sebagai subjek hukum.
Pengertian Hak dan
Kewajiban
1. Hak adalah keistimewaan yang
membuka kemungkinan baginya
untuk diperlukan sesuai dengan
keistimewaan tersebut.
2. Kewajiban adalah permintaan
berupa sikap atau tindakan yang
sesuai dengan keistimewaan
yang ada pada orang lain.
Macam Hak
Ada dua macam hak:
1. Hak yang dianggap melekat
pada tiap-tiap manusia sebagai
manusia sebab berkaitan dengan
realitas hidup manusia sendiri.
2. Hak yang ada pada manusia
akibat adanya peraturan
perundang-undangan.
Martabat Manusia
Adanya martabat manusia karena manusia
merupakan suatu makhluk yang istimewa
yang tidak ada bandingannya di dunia.
Keistimewaan ini nampak dalam
pangkatnya, bobotnya, relasinya,
fungsinya sebagai manusia, bukan sebagai
makhluk individual, melainkan sebagai
anggota kelas manusia, yang berbeda
dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Keistimewaan manusia:
Secara ontologis
• Menurut filsuf Yunani, Skolastik
dan Arab, manusia adalah
makhluk istimewa yang tinggal
pada tangga yang paling atas
seluruh hierarki makhluk-
makhluk, sebagai wujud yang
berakal budi dan/atau ciptaan
Tuhan.
Scr ontologis (lanjutan)
• Max Scheler: manusia
merupakan suatu makhluk
ruhani yang melebihi makhluk-
makhluk lainnya karena akal
budinya yang transeden.
• G Marcel: manusia bersifat
istimewa karena sebagai pribadi
yang memerlukan orang lain.
…..(keistimewaan manusia)
Secara etis
• Imanuel Kant: nilai manusia terletak
dalam kebebasannya dan
otonominya, yang nyata dalam
praksis hidup, dalam hidup moralnya.
Tetapi hidup moral yang bernilai itu
berakar dalam nilai religiusnya, sebab
kebebasannya berasal dari Tuhan.
Moral dan Kebebasan
Manusia
Teori etika:
• Etika lingkungan yang antroposentris
yang berkisar pada kepentingan
manusia saja, sehingga binatang dan
makhluk lain selain manusia tidak
diakui sebagai subjek moral.
• Etika biosentris, dimana manusia
dipandang sebagai anggota
komunitas kehidupan, sebagai
bagian integral sistem alam.
HAM
Hak-hak asasi
• Hak-hak asasi manusia diakui sebagai
bagian humanisasi hidup yang telah
mulai tergalang sejak manusia menjadi
sadar tentang tempatnya dan tugasnya
di dunia ini. Oleh karena itu hak asasi
dianggap sebagai fundamen yang
diatasnya seluruh organisasi hidup
bersama harus dibangun.
….Lanjutan
• Hak-hak azasi dibagi dalam dua jenis:
1. Hak azasi individual yaitu hak atas hidup
dan perkembangan hidup seperti hak
atas kebebasan batin, hak atas nama
baik, hak tas kebebasan agama, dsb.
Hak-hak dasar ini disusun terutama demi
perlindungan pribadi manusia terhadap
kekuasaan Negara.
2. Hak azasi sebagai makhluk sosial, yang
dibagi dalam hak-hak ekonomis, sosial
dan kultural.
DUHAM PBB 1948
Universal declaration of human
right (1948)
Deklarasi ini tidak menciptakan hak-
hak azasi, tetapi hanya
memaklumkannya, meliputi:
• Manusia mempunyai hak-hak
kebebasan politik, dimana tiap pribadi
harus dilindungi terhadap
penyelewengan dari pihak pemerintah.
….Lanjutan
• Manusia mempunyai hak-hak
kebebasan sosial, yaitu hak untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti
sandang, pangan, perawatan,
kesehatan dan pendidikan.
• Manusia mempunyai hak-hak
kebebasan sipil dan politik dalam
menentukan pemerintahan dan policy
pemerintahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai