Anda di halaman 1dari 26

PROSES TERBENTUKNYA HUKUM

TM-4 / 15 Maret 2021

Dr. Handoyo Prasetyo, SH., MH.


KEBENARAN MEMENUHI
FAKTA KEBUTUHAN
PEMBENTUKAN MASYARAKAT
HUKUM
•Pembentukan hukum harus didasarkan pada
kebenaran fakta yang terjadi dalam masyarakat.
•Berdasarkan kebenaran fakta tersebut
pembentukan hukum harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat
•terhadap suatu aturan tertentu yang
mengendalikan perilaku individu dalam
masyarakat.
ROSCOE POUND
(An introduction to the Philosopy of Law), mengemukakan
bahwa terdapat dua macam kebutuhan yang telah
mendorong pemikiran filsafat tentang hukum:
1. kebutuhan masyarakat akan keamanan umum
2. Kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan2
yang terjadi dalam masyarakat
• Para filsuf telah mencoba untuk menyusun teori-teori
tentang hukum dan teori-teori tentang pembuatan hukum
dan telah berusaha untuk mempersatukannya:
➢ dengan menggunakan gagasan yang dapat
memecahkan pokok persoalannya,
➢ seimbang dengan tugas untuk menghasilkan suatu
hukum yang sempurna yang dapat berdiri terus-
menurus untuk selama-lamanya.
• para pembentuk undang-undang mencoba untuk
mempertahankan keamanan umum :
➢ karena keyakinan bahwa kumpulan-kumpulan khusus
dari hukum manusia telah diperintahkan oleh
kekuasaan Illahi atau diwahyukan oleh kekuasaan
Illahi atau diberi sanksi oleh kekuasaan Illahi,
➢ mereka telah mempelajari berbagai masalah untuk
membuktikan kepada manusia bahwa hukum itu
adalah sesuatu yang pasti dan tentu.
➢ Bahwa kekuasaannya tidak perlu dipersoalkan lagi,
namun
➢ pada saat yang bersamaan mungkin perlu untuk
mengadakan penyesuaian dan
➢ sekali-kali untuk mengadakan perubahan-perubahan
yang radikal karena adanya tekanan dari keinginan-
keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan
selalu berubah
JOHN AUSTIN
• Hukum adalah perintah penguasaan negara.
• Hakikat hukum terletak pada unsur perintah.
• Karena itu, pihak penguasalah yang menentukan apa
yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
• Kekuasaan dari penguasa dapat memberlakukan hukum
dengan cara menakuti dan mengarahkan tingkah laku
orang lain ke arah yang diinginkan.
• John Austin, pada mulanya, membedakan hukum dalam
dua jenis, yaitu :
1. hukum dari Tuhan untuk manusia dan
2. hukum yang dibuat oleh manusi, yang terdiri dari :
a. hukum yang sebenarnya dan
b. hukum yang tidak sebenarnya.
• Hukum yang sebenarnya memiliki 4 unsur penting yaitu
1. perintah (Command),
2. sangsi (sanction),
3. kewajiban (duty), dan
4. kedaulatan (soveignty).
HANS KELSEN :
➢ hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non yuridis
seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan nilai-
nilai etis. Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori
hukum murni (reine rechlehre).
➢ Jadi hukum adalah suatu kategori keharusan (sollens
kategorie) bukan kategori factual (sains kategorie).
➢ Hukum baginya merupakan suatu keharusan yang
mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk
rasional.
• Dasar-dasar pokok pikiran teori Hans Kelsen adalah
sebagai berikut:
✓ pertama, tujuan teori tentang hukum, seperti juga
setiap ilmu adalah untuk mengurangi kekalutan dan
meningkatkan kesatuan (unity);
✓ kedua, teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak,
keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang hukum
yang ada bukan tentang hukum yang seharusnya
ada;
✓ ketiga, ilmu hukum adalah normatif bukan ilmu alam
• Hans Kelsen juga dikenal sebagai pencetus teori berjenjang,
(stuffenbau des recht theory), teori ini melihat hukum sebagai
suatu sistem yang terdiri dari susunan norma berbentuk
piramida.
• Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatan dari suatu
norma yang lebih tinggi.
• Semakin tinggi suatu norma akan semakin abstrak sifatnya dan
sebaliknya semakin rendah kedudukannya akan semakin
kongkrit.
• Norma yang paling tinggi menduduki puncak piramida yang
disebut norma dasar (grund norm).
Dari pandangan-pandangan di atas :
• Hukum harus dinamis, tidak boleh statis dan harus
memberikan perlindungan kepada masyarakat.
• Hukum harus dapat dijadikan penjaga ketertiban,
ketenteraman dan pedoman tingkah laku dalam
kehidupan masyarakat.
• Hukum harus dapat dijadikan pembaharu dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
dibentuk dengan berorientasi kepada masa depan,
hukum tidak boleh dibangun dengan berorientasi kepada
masa lampau.
• Oleh karena itu, hukum harus dapat dijadikan pendorong
dan pelopor untuk menata dan bila perlu mengubah
kehidupan masyarakat kepada yang lebih baik dan
bermanfaat untuk semua pihak
KESIMPULAN:
✓ Pembentukan hukum tersebut harus didasarkan pada
kebenaran fakta yang terjadi dalam masyarakat.
✓ Berdasarkan kebenaran fakta tersebut pembentukan
hukum harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap suatu aturan tertentu yang mengendalikan
perilaku individu dalam masyarakat.
PEMBENTUKAN HUKUM DIINDONESIA
• Negara di dunia yang menganut paham teokrasi
menganggap sumber dari segala sumber hukum adalah
ajaran-ajaran Tuhan yang berwujud wahyu, yang
terhimpun dalam kitab-kitab suci atau yang serupa
dengan itu.
• Kemudian untuk Negara yang menganut paham negara
kekuasaan yang dianggap sebagai sumber dari segala
sumber hukum adalah kekuasaan.
• Lain halnya dengan negara yang menganut paham
kedaulatan rakyat yang dianggap sebagai sumber dari
sumber hukum adalah kedaulatan rakyat.
• Bagi Negara Republik Indonesia yang menjadi sumber
dari sumber hukum adalah Pancasila yang dijumpai
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Pancasila sebagai dasar falsafah, pandangan hidup,
dasar negara, dan sumber tertib hukum Indonesia yang
menjiwai serta menjadi mercusuar hukum Indonesia.
• Pancasila inilah yang menjadi landasan pembenar bagi
pembangunan ilmu hukum Indonesia berdasarkan
epistemologi rasio-empiris-intuisi-wahyu.
• Masuknya intuisi-religi sebagai metode dalam ilmu hukum
Indonesia diharapkan mampu menjadikan lengkap ilmu
hukum dan memberi semangat serta jiwa pembangunan
hukum Indonesia
• di dalam Pembukaan dan Undang-Undang Dasar 1945
terkandung nilai-nilai dasar tata hukum nasional kita
yang merupakan rechtsidee (cita) hukum dan sebentuk
idealita apa yang dinamakan hukum di negara kita itu
(*).
Secara ringkas nilai dasar tersebut meliputi:
1. Nilai dasar pertama:
hukum berwatak melindungi (mengayomi) dan bukan
sekedar memerintah begitu saja
2. Nilai dasar kedua:
hukum itu mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Keadilan social bukan semata-mata sebagai tujuan, akan
tetapi sekaligus pegangan yang konkret dalam membuat
peraturan hukum,
3. Nilai dasar ketiga:
hukum itu adalah dari rakyat dan mengandung sifat
kerakyatan, dan
4. Nilai dasar keempat:
hukum adalah pernyataan kesusilaan dan moralitas
yang tinggi, baik dalam peraturan maupun dalam
pelaksanaannya sebagaimana diajarkan di dalam
ajaran agama dan adat rakyat kita
• UU No. 15 Tahun 2019 Jo. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menentukan bahwa dalam
membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan
pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik,
yang meliputi:
1. Kejelasan tujuan;
2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
3. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
4. Dapat dilaksanakan;
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
6. Kejelasan rumusan; dan
7. Keterbukaan.
46

Anda mungkin juga menyukai