Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERBEDAAN SOSIOLOGI HUKUM DAN


SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Sosiologi Hukum

Dosen : DR. DRS. H. Sugeng Repowijoyo, SH, M.Hum

Oleh :

Victor Gustaf Paparang

(NIM : 20041044)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Sosiologi Hukum yang berjudul “Perbedaan antara Sosiologi Hukum dan
Sociological Jurisprudence” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan


pemahaman pembaca terhadap pengertian sosiologi hukum, pengertian mazhab
Sociological Jurisprudence, dan apa saja perbedaan antara sosiologi hukum dan
Sociological Jurisprudence. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan kesimpulan dalam makalah
ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah


Sosiologi Hukum, bapak DR. DRS. H. Sugeng Repowijoyo, SH, M.Hum. yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini.

Surabaya, 13 Oktober 2020

Penulis

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat hukum sebagai bagian dari disiplin hukum, telah memiliki tradisi
yang lama dan telah di kembangkan oleh ahli-ahli pemikir yang ternama. Filsafat
hukum tersebut terutama berusaha menghayati arti dan hakikat hukum, telah
banyak mengahasilkan pemikiran-pemikiran yang berguna. Akan tetapi tidak dapat
disangkal, bahwa hasil-hasil dari pemikir tadi tidak semuanya dapat dijadikan
pegangan. Hal ini disebabkan karena timbulnya usaha-usaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah hukum itu, apakah keadilan, apakah hukum
yang tidak baik dapat dinamakan hukum.

Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tentang arti hukum


seringkali dikemukakan bagaimana hukum itu seharusnya. Bagi mereka yang
menelaah masyarakat secara empiris, hal itu sangat sulit untuk diterima karena fakta
harus dipisahkan dengan keadaan yang seharusnya terjadi. Namun demikian hal
ini bukan berarti hasil-hasil pemikiran tersebut sama sekali tidak berpengaruh
terhadap perkembangan sosiologi hukum. Sosilogi hukum pada hakikatnya lahir
dari hasil-hasil pemikiran para ahli pemikir, baik di bidang filsafat (hukum), ilmu
sosiologi.

Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara perubahan


hukum dan masyarakat. Perubahan hukum dapat mempengaruhi masyarakat dapat
menyebabkan terjadinya perubahan hukum. Alam pikiran manusia dalam dunia
sosial ditentukan oleh prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan menerima,
sehingga tampak jelas bahwa manusia menciptakan dunia sosial pada hakekatnya
justru akan memperbudak mereka sendiri dan manusia memelihara kapasitas untuk
mengubah dunia sosial yang membelenggu mereka sendiri.
Pada hakikatnya, hal ini merupakan objek yang menyentuh dari aspek
sosiologi hukum, atau aspek sosial masyarakat oleh karena tak ada keragu-raguan

2
lagi bahwa suatu sistem hukum merupakan pencerminan dari sistem sosial dimana
sistem hukum tadi merupakan bagiannya.

Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran


filsafat hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat.
Menurut aliran ini :

“ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup di antara masyarakat”.

Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan


pendekatan hukum kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan
pendekatan dari masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence
hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari
proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum (Sociology of Law)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence?
3. Bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological
Jurisprudence?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum
(Sosicology of Law).
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sociological Jurisprudence.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Sociology of Law dan
Sociological Jurisprudence.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
hukum dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis, lahirnya
sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu filsafat hukum, ilmu
hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.

1. Filsafat hukum

Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu


“stufenbau des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu:

– Grundnorm (dasar social daripada hukum)

– Konstitusi

– Undang-undang dan kebiasaan

– Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosiologi hukum, diantaranya yaitu

1) Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan
tetapi tumbuh da berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan
hukum dari statu ke control sejalan dengan perkembangan masyarakat
sederhana ke masyarakat modern.

4
2) Mazhab utility, tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat
bagi masyarakat guna mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak
untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan
pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga-
warga masyarakat secara individual). Rudolph von Ihering (social
utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuan)
3) Aliran sociological jurisprudence, tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang
dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau
living law)
4) Aliran pragmatical legal realism, tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of
social engineering), Karl Llewellyn, Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-
hakim tidak hanya menemukan huhum akan tetapi bahkan membentuk
hukum).

2. Ilmu hukum

Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang


menganggap bahwa hukum itu adalah gejala sosial.

3. Sosiologi yang berorientasi dibidang hukum


Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu
ada solideritas social yang meliputi :
• Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana
dimana kaidah hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam
hukum pidana)
• Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern
dimana kaidah hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam
hukum perdata).
• Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum
meliputi :

5
• Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-
keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk
pada suatu kaidahpun)
• Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman
pada kaidah-kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu
atau ramalan)
• Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag
dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-
kebijaksanaan penguasa atau ideologi)
• Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-
konsep abstrak dari ilmu hukum)

Konsep-Konsep Sosiologi Hukum

1. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Control (Pengendalian Sosial)

Hukum sebagai sosial control : kepastian hukum, dalam artian UU yang


dilakukan benar-benar terlaksana oleh penguasa, penegak hukum. Fungsinya
masalah penginterasian tampak menonjol, dengan terjadinya perubahan perubahan
pada faktor tersebut diatas, hukum harus menjalankan usahanya sedemikian rupa
sehingga konflik konflik serta kepincangan kepincangan yang mungkin timbul
tidak mengganggu ketertiban serta produktivitas masyarakat

Pengendalian sosial adalah upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di


dalam masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi antara
stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Maksudnya adalah hukum sebagai
alat memelihara ketertiban dan pencapaian keadilan. Pengendalian sosial mencakup
semua kekuatan-kekuatan yang menciptakan serta memelihara ikatan sosial.
Hukum merupakan sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari
perbuatan dan ancaman yang membahayakan dirinya dan harta bendanya.

2. Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Engineering

6
Hukum dapat bersifat sosial engineering : merupakan fungsi hukum dalam
pengertian konservatif, fungsi tersebut diperlukan dalam setiap masyarakat,
termasuk dalam masyarakat yang sedang mengalami pergolakan dan
pembangunan. Mencakup semua kekuatan yang menciptakan serta memelihara
ikatan sosial yang menganut teori imperative tentang fungsi hukum.

Hal ini dimaksudkan dalam rangka memperkenalkan lembaga-lembaga


hukum modern untuk mengubah alam pikiran masyarakat yang selama ini tidak
mengenalnya, sebagai konsekuensi Negara sedang membangun, yang kaitannya
menuju modernisasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Maksudnya
adalah hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat. Hukum dapat
berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola pemikiran yang
tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional/modern.

3. Wibawa Hukum

Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjoyo, diantaranya


karena hukum tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-norma
sosial bukan hukum, norma-norma hukum belum sesuai dengan norma-norma
sosial yang bukan hukum, tidak ada kesadaran hukum dan kesadaran norma yang
semestinya, pejabat-pejabat hukum yang tidak sadar akan kewajibannya untuk
memelihara hukum Negara, adanya kekuasaan dan wewenang, ada paradigma
hubungan timbal balik antara gejala sosial lainnya dengan hukum.

B. Pengertian Sociological Jurisprudence

Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich (1826-1922) di anggap
sebagi pelopor dari aliran sociological jurisprudence, berdasarkan hasil karyanya
yang berjudul fundamental principles of the sociologi of law. Ajaran Ehrlich
berpokok pada perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup atau
dengan kata lain suatau pembedaan antara kaidah –kaidah hukum dengan kaidah-
kaidah hukum sosial lainya. Dia menyatakan bahwa hukum positif hanya akan

7
efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, atau dengan
apa yang disebut oleh para antropologi sebagai pola-pola kebudayaan (culture
patterns).
Ajaran –ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan menjadi
populer di amerika serikat terutama atas jasa Roscoe Pound (1870-1964). Kiranya
sudah jelas betapa tekanan pada kenyataan hukum merupakan suati objek yang
sangat penting an padbagi para sosiolog yang menaruh perhatian pada gejala –
gejala hukum sebagi gejala sosial. Dalam hal ini, baik sociological jurisprudence
dan sosiologi hukum mempunyai pokok perhatian yang sama. Pound mengakui
bahwa hukum hanyalah merupakan suatu alat pengadilan sosial, bahkan hukum
selalu menghadapi tantangan dan pertentangan kepentingan-kepentingan. Pound
juga menekankan betapa pentingnya penelitian dan perlunya dipakai alat
pembuktian-pembuktian yang berasal ilmu-ilmu sosial di dalam proses pengadilan.
Pound juga menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses
(law in action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law in the books).
Pembedaan ini dapat diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum
substantif, maupun hukum ajektif. Ajaran tersebut menonjolkan masalah apakah
hukum yang ditetapkan sesuai dengan pola-pola perikelakuan. Ajaran-ajaran
tersebut dapat diperluas lagi sehingga juga mencakup masalah-masalah keputusan-
keputusan pengadilan serta pelaksanaannya, dan juga antara isi suatu peraturan
dengan efek-efeknya yang nyata.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan
hukum kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari
masyarakat ke hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik
haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam msyarakat.valiran
ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari proses dialektika
anatara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sociology of Law. Berarti


bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat.
Dijelaskan oleh Roscoe Pound dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang

8
berjudul Sosiologi hokum. Perbedaan diantara keduanya Sociological
Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, sedangkan
Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai gejala
sosial.
Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh
masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam
masyarakat dapat mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh
sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap masyarakat.
Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum)
dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi
hukum cara pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.

C. Perbedaan antara Sociology of Law dan Sociological Jurisprudence


Sosiologi adalah pengetahuan atau cabang ilmu tentang sifat masyarakat,
perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang
ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia. Sebagai cabang ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Perancis, August Comte.
Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah
mecatat bahwa Emile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil
melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran
ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kajian sosiologi hukum merupakan suatu kajian yang objeknya fenomena


hukum, tetapi menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori sosiologis, sehingga
sering disalah tafsirkan bukan hanya oleh kalangan non hukum, tetapi juga
kalangan hukum sendiri. Yang pasti kajian yang digunakan dalam kajian sosiologi
hukum berbeda dengan kajian yang digunakan oleh Ilmu Hukum Pidana, Ilmu
Hukum Perdata, Ilmu Hukum Acara dan seterusnya.

9
Sebagaimana diketahui, ada tiga jenis kajian yang dapat digunakan dalam
mempelajari Ilmu Hukum, yaitu:
1) Kajian normatif
Yang memandang hukum hanya dalam wujudnya sebagai aturan dan norma;
2) Kajian filosofis
Yang memandang hukum sebagai pemikiran;
3) Kajian sosiologis
Yang memandang hukum sebagai perilaku.

Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan


adanya dua jenis kajian sosiologis:
1. Yang menggunakan sociology of law;
2. Yang menggunakan sociological jurisprudence.

Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law dan sociological


jurisprudence (Curzon):
1. Socilogical Jurispudence
Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik khas dari tatanan
hukum, yaitu aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai cabang ilmu
normatif, memiliki hukum yang lebih efektif dalam tindakan dan berdasarkan nilai-
nilai subjektif. Beberapa penulis lain menggunakan istilah untuk merujuk pada
sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu orang ahli hukum yang terlihat dalam sebuah
studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum mungkin dibuat lebih tepat.
2. Sociology of law
Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan pada konsep
hukum sebagai salah satu sarana kontrol sosial. Lloyd menulis itu sebagai dasarnya
ilmu deskriptif menggunakan teknik empiris. Hal ini berkaitan dengan pemeriksaan
mengapa hukum menetapkan tentang tugas-tuganya dalam cara Odes. Ini memandang
hukum sebagai produk dari sistem sosial dan sebagai sarana pengendalian dan
mengubah sistem itu.
Meskipun diantara socilogy of law dan socilogical jurispudence ada perbedaan,
tetapi keduanya memiliki persamaan yang mendasar yaitu berkisar di dunia sein, di

10
dalam realitas. Keduanya berada di dunia is (realm of is) yang adalah refers to a
complez of actual determinants of actual human conduct. Jadi berbeda dengan
pandangan kaum positivistis yang berada di dunia sollen.
Dengan kata lain, kajian sosiologis terhadap hukum ini, berpandangan empiris.
Mereka ingin melakukan pemahaman secara sosiologis terhadap fenomena hukum. Jadi
interpretative understanding of social conduct yaitu suatu usaha untuk memahami
objeknya dari segi tingkah laku sosial. Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran
sosiologis ini adalah gejala-gejala yang mengandung streotip baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis.
Metode yang digunakan dalam kajian sosiologis itu adalah deskriptif dan
mengkaji hukum dengan menggunakan teknik-teknik survei lapangan, observasi
lapangan, analisis statistik, dan eksperimen.
Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang
memandang hukum sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis
memandang hukum bukan suatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor non hukum yang ada dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi,
politik, budaya, dan sosial.
Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan
cita hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan
bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sociological jurispridence
Pound, lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :
1. Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum,
karena itu , lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya;
2. Memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk
mempersipakan perundang-undangan, karena itu, menganggap hukum sebagai
suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki oleh usaha yang cerdik guna
menemukan cara terbaik untuk melanjutkan dan membimbing usaha usaha
demikian itu;
3. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada
tujuan sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi;

11
4. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya;
5. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak
supaya ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah;
6. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha
untuk mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.

Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam


pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering
serta ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum
yang baik itu adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam
masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan
peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan
antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian.
Tidak saja dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang
ada dalam masyarakat sebagai suatu kelompok dengan kelompok masyarakat
lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik. Tetapi sama sekali tidak
berarti tidak bisa diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran
sociological jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki
pruralistik seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya
masing-masing serta pola perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah
menerapkan ajaran sociological jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri,
dan fakta bahwa hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut
tipe masyarakat yang serba meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah merupakan
suatu kelompok yang khusus dan suatu tata tertib yang khusus pula. Dalam
menerapkannya diperlukan berbagai pendekatan untuk memahami dan
menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam
masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.

12
Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan,
secara teoritis karya Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya
disebabkan oleh keinginanannya meremehkan fungsi negara dalam pembuatan
undang-undang.
Kelemahan itu adalah :
1. Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum
dari norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu
yang merupakan fakta historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian
pernedaan yang jelas. Sesuai dengan itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir
menjadi suatu dalam garis besar, sosilogi umum;
2. Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan
sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum
internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber
hukum maupun sebagai bentuk hukum yang paling penting. Di negara modern
peran masyarakat mula-mula masih penting, tetapi kemudian berangsur berkurang.
Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang-undang yang jelas dibuat oleh
pembuat undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu derajat
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai
hukum bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh
karya Ehrlich;
3. Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma
hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi
sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang
sebelum perbuatan udang-undang secara terperinci, terutama undang-undang yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat
sama banyaknya dengan pengaruh dirinya sendiri.

13
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu cabang ilmu hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, sedangkan
Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi yang mempelajari hubungan antara
masyarakat dengan hukum; mempelajari secara analitis dan empiris pengaruh
timbal balik antara fenomena hukum dengan gejala social lainnya.
Atau dalam bahasa sederhananya, Sociological Jurisprudence metode
pendekatannya dari Hukum ke Masyarakat, sedangkan Sosiologi Hukum malah
sebaliknya, dari Masyarakat ke Hukum.
Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan
yang dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum bahwa
hukum pada dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari itu
hukum dituntut untuk dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat.
Berangkat Dari sinilah sehingga dalam dunia hukum dikenal istilah sosiologi
hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain. Munculnya gabungan antara ilmu
sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat menjawab problematika
kehidupan masyarakat.

B. Saran
Untuk selalu membedah dan mengembangkan teori sosiologi, seorang
pengamat sosial atau sosiolog dituntut selalu tidak percaya pada apa
yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa
yang tersembunyi dibalik realitas nyata, dan berpendapat bahwa dunia
bukanlah dunia yang sebagaimana tampak, melainkan dunia yang sesungguhnya
baru bisa dipahami jika dikasi secara mendalam dan dikemukakan. Diharapkan
dengan munculnya berbagai aliran-aliran hukum dan berbagai teori-teorinya dapat
membuat kehidupan masyarakat semakin lebih baik dengan hukum.

14
Makalah sosiologi hukum ini jauh dari kata sempurna. Besar harapan
penulis supaya bapak Dosen untuk memberikan kritik serta saran agar bisa di
perbaiki untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://bloghukums.blogspot.co.id/2014/05/aliran-pemikiran-yang-
mempengaruhi.html. Di akses pada 13 Oktober 2020. 21.00 WIB.

https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/sosiologi-hukum/. Diakses

pada 13 Oktober 2020. 21.30 WIB

http://rivoamelia.blogspot.co.id/2014/12/pertentangan-antara-sociology-of-

law.html. Diakses pada 13 Oktober 2020. 21.45 WIB

https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-

hukum/sociological-jurisprudence. Diakses pada 14 Oktober 2020. 12.30 WIB

http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/10/mazhab-mazhab-teori-huku-

terkait.html. Diakses pada 14 Oktober 2020. 12.30 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai