Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Sosiologi Hukum Dan Sociological Jurisprudence

-Kevin Jeremy Siswanto/312022006


-Isac Marvel Louis/312022012

A.Pendahuluan

a.)Latar Belakang
Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara perubahan hukum dan
masyarakat. Perubahan hukum dapat mempengaruhi masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan hukum. Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran
pemikiran filsafat hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat.
Menurut aliran ini : “ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup di antara masyarakat”. Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law).

B. Pembahasan
a.) Pengertian Sosiologi Hukum
Menurut Soerjono Soekanto sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara
hukum dan gejala-gejala sosial lainnya. Didalam sosiologi hukum terdapat konsep konsep di
dalamnya yang mencangkup pertama Hukum Berfungsi Sebagai Sarana Social Control
(Pengendalian Sosial). Hukum sebagai pengendali sosial yang artinya kepastian hukum
dalam UU yang dilakukan benar-benar terlaksana oleh penguasa, penegak hukum. Fungsinya
masalah penginterasian tampak menonjol, dengan terjadinya perubahan perubahan pada
faktor tersebut diatas, hukum harus menjalankan usahanya sedemikian rupa sehingga konflik
konflik serta kepincangan kepincangan yang mungkin timbul tidak mengganggu ketertiban
serta produktivitas masyarakat Pengendalian sosial adalah upaya untuk mewujudkan kondisi
seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi antara
stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Yang kedua ada hukum berfungsi sebagai
sarana social engineerring yang artinya Hukum dapat bersifat sosial engineering merupakan
fungsi hukum dalam pengertian konservatif, fungsi tersebut diperlukan dalam setiap
masyarakat, termasuk dalam masyarakat yang sedang mengalami pergolakan dan
pembangunan. Mencakup semua kekuatan yang menciptakan serta memelihara ikatan sosial
yang menganut teori imperative tentang fungsi hukum. Yang Terakhir ada sosiologi hukum
sebagai wibawa hukum Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjoyo,
diantaranya karena hukum tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-norma
sosial bukan hukum, normanorma hukum belum sesuai dengan norma-norma sosial yang
bukan hukum, tidak ada kesadaran hukum dan kesadaran norma yang semestinya, pejabat-
pejabat hukum yang tidak sadar akan kewajibannya untuk memelihara hukum Negara,
adanya kekuasaan dan wewenang, ada paradigma hubungan timbal balik antara gejala sosial
lainnya dengan hukum.

b.) Pengertian Socilogical Jurisprudence


Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich (1826-1922) di anggap sebagi
pelopor dari aliran sociological jurisprudence. Ajaran Ehrlich berpokok pada perbedaan
antara hukum positif dengan hukum yang hidup atau dengan kata lain suatau pembedaan
antara kaidah –kaidah hukum dengan kaidah-kaidah hukum sosial lainya. Dia menyatakan
bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh para antropologi sebagai pola-pola
kebudayaan (culture patterns).
Ajaran –ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan menjadi populer di
amerika serikat terutama atas jasa Roscoe Pound (1870-1964). Sudah jelas betapa tekanan
pada kenyataan hukum merupakan suati objek yang sangat penting an padbagi para sosiolog
yang menaruh perhatian pada gejala –gejala hukum sebagi gejala sosial. Dalam hal ini, baik
sociological jurisprudence dan sosiologi hukum mempunyai pokok perhatian yang sama.
Pound mengakui bahwa hukum hanyalah merupakan suatu alat pengadilan sosial, bahkan
hukum selalu menghadapi tantangan dan pertentangan kepentingan-kepentingan. Pound juga
menekankan betapa pentingnya penelitian dan perlunya dipakai alat pembuktian-pembuktian
yang berasal ilmu-ilmu sosial di dalam proses pengadilan
Pound juga menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in
action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law in the books). Pembedaan ini dapat
diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantif, maupun hukum ajektif.
Ajaran tersebut menonjolkan masalah apakah hukum yang ditetapkan sesuai dengan polapola
perikelakuan. Ajaran-ajaran tersebut dapat diperluas lagi sehingga juga mencakup masalah-
masalah keputusan-keputusan pengadilan serta pelaksanaannya, dan juga antara isi suatu
peraturan dengan efek-efeknya yang nyata.
Menurut Lilirasjidi, Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan hukum
kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke
hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup dalam msyarakat.valiran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul
sebagai akibat dari proses dialektika anatara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab
sejarah. Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sociology of Law. Berarti bahwa
hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat. Dijelaskan oleh Roscoe
Pound dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang berjudul Sosiologi hokum.
Perbedaan diantara keduanya Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu
madzab/aliran dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum
dan masyarakat, sedangkan Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum
sebagai gejala sosial
Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh masyarakat
kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat
mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh
hukum terhadap masyarakat. Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi
hukum) dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedangkan sosiologi hukum cara
pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum

c.) Perbedaan Sosiologi Hukum Dan Sociological Jurisprudence


Sosiologi adalah pengetahuan atau cabang ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang
ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte
kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mecatat bahwa Emile
Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai
disiplin akademis. Sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Kajian sosiologi hukum merupakan suatu kajian yang objeknya fenomena hukum, tetapi
menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori sosiologis, sehingga sering disalah tafsirkan
bukan hanya oleh kalangan non hukum, tetapi juga kalangan hukum sendiri. Yang pasti kajian
yang digunakan dalam kajian sosiologi hukum berbeda dengan kajian yang digunakan oleh
Ilmu Hukum Pidana, Ilmu Hukum Perdata, Ilmu Hukum Acara dan seterusnya. Sebagaimana
diketahui, ada tiga jenis kajian yang dapat digunakan dalam mempelajari Ilmu Hukum,
yaitu:
1) Kajian normatif Yang memandang hukum hanya dalam wujudnya sebagai aturan dan
norma
2) Kajian filosofis Yang memandang hukum sebagai pemikiran;
3) Kajian sosiologis Yang memandang hukum sebagai perilaku.
Lebih jelasnya perbedaan antara sociology of law dan sociological jurisprudence
(Curzon):
1. Socilogical Jurispudence Pound mengacu pada ini sebagai studi tentang karakteristik
khas dari tatanan hukum, yaitu aspek hukum yang tepat. Lloyd menulis itu sebagai
cabang ilmu normatif, memiliki hukum yang lebih efektif dalam tindakan dan
berdasarkan nilai-nilai subjektif. Beberapa penulis lain menggunakan istilah untuk
merujuk pada sosiologi sekolah yurispudensi, yaitu orang ahli 6 hukum yang terlihat
dalam sebuah studi masyarakat berarti dimana ilmu hukum mungkin dibuat lebih
tepat.
2. Sociology of law Pound mengacu studi ini sebagai sosiologi yang tepat, didasarkan
pada konsep hukum sebagai salah satu sarana kontrol sosial. Lloyd menulis itu
sebagai dasarnya ilmu deskriptif menggunakan teknik empiris. Hal ini berkaitan
dengan pemeriksaan mengapa hukum menetapkan tentang tugas-tuganya dalam cara
Odes. Ini memandang hukum sebagai produk dari sistem sosial dan sebagai sarana
pengendalian dan mengubah sistem itu.
kajian sosiologis terhadap hukum ini, berpandangan empiris. Mereka ingin melakukan
pemahaman secara sosiologis terhadap fenomena hukum. Jadi interpretative
understanding of social conduct yaitu suatu usaha untuk memahami objeknya dari
segi tingkah laku sosial. Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran sosiologis ini
adalah gejala-gejala yang mengandung streotip baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Kajian sosiologis berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang
memandang hukum sebagai suatu yang otonom. Sebaliknya, kajian sosiologis
memandang hukum bukan suatu yang otonom, melainkan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor non hukum yang ada dalam masyarakatnya, seperti faktor ekonomi,
politik, budaya, dan sosial. Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya
sangat ideal dengan cita hukum masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena
mengutamakan bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.

Program sociological jurispridence Pound kelihatan berpengaruh dalam


pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik
itu adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran ini
mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum
positif akan baik apabila ada hubungan dengan peraturan yang terletak di dasar dan di
dalam masyarakat secara sosilogis dan antropologis. Tetapi tidak mudah untuk
mewujudkan cita hukum yang demikian. Tidak saja dimungkinkan oleh adanya
perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang ada dalam masyarakat sebagai suatu
kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang
pruralistik. Tetapi sama sekali tidak berarti tidak bisa diterapkan. Dalam masyarakat
yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran sociological jurisprudence.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik seperti masyarakat 7
Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola perilaku yang
spesifik pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological jurisprudence.

Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis
karya Ehrlich.Hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial. Menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkan , yang semuanya disebabkan
oleh keinginan meremehkan fungsi negara dalam pembuatan undang-undang.
Kelemahan itu adalah :

1. Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum
dari norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang
merupakan fakta historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan
yang jelas. Sesuai dengan itu sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu
dalam garis besar, sosilogi umum
2. Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat
kebiasaan sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya
dalam hukum internasional pada zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai
sumber hukum maupun sebagai bentuk hukum yang paling penting. Di negara modern
peran masyarakat mula-mula masih penting, tetapi kemudian berangsur berkurang.
Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang-undang yang jelas dibuat oleh
pembuat undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu derajat
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum
bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya
Ehrlich
3. Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma
hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi
sanksi pada faktafakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang
sebelum perbuatan udangundang secara terperinci, terutama undang-undang yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan dalam masyarakat sama
banyaknya dengan pengaruh dirinya sendiri.

C. Penutup
Kesimpulan

Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-persoalan yang


dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli hukum bahwa hukum pada
dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat. Maka dari itu hukum dituntut untuk
dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Berangkat Dari sinilah sehingga
dalam dunia hukum dikenal istilah sosiologi hukum maupun antropolgi hukum dan lain-lain.
Munculnya gabungan antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat
menjawab problematika kehidupan masyarakat pada umumya begitu juga dengan antropogi
hukum dan seterusnya.

Sumber:
Buku Sosiologi Hukum Penulis Soerjono Soekanto S.H,M.A

Anda mungkin juga menyukai