Anda di halaman 1dari 11

Mashadir

al-Tasyri'
al-Jina'i
Dosen Pengampu: Dr. H. Syamsudin, M.Ag
Disusun Oleh Kelompok: 1
Fatkhurrokman
(1608201037)

Zulfy Dwi Vimanhaq


(2008201038)

Mutmainah
(2008201039)

Azizah Romadhoni
(2008201071)
JURUSAN HUKUM KELUARGA
Andi Suhartono
(2008201073) FAKULTAS SYARIAH DAN EKO NO MI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
Moch Qobus Lubaaba CIREBO N
(2008201074) 2022
PENGERTIAN MASHADIR AL-TASYRI’
Kata Al-Mashadir adalah bentuk jamak dari
kata Mashdar yang berarti wadah atau
sumber-sumber. Dalam pengertian Bahasa
Indonesia "sumber" bisa diartikan sebagai "
asal sesuatu". Seperti sumber air adalah
tempat memancarnya air yang sering
disebut dengan mata air
Sedangkan kata Tasyri' seakar dengan kata
Syari'at adalah mashdar dari fi'il tsulatsi
majid yang secara etimologis berarti
membuat atau menetapkan syari'at.

Jadi yang dimaksud dengan mashadir al-


Tasyri’ adalah sumber-sumber atau undang-
undang hukum syari’at yang diambil
(diistimbathkan) daripadanya untuk
menentukan sebuah hukum.
Pengertian Fiqih Jinayah
Fiqh secara etimologi yang berarti Faham. Sedangkan secara
terminologi Fiqh adalah Ilmu dengan hukum syariah yang
berkaitan dengan perbuatan yang di ambil dari dalil tafsir.

Adapun arti Jinayah atau pidana adalah tindakan atau


perbuatan seseorang yang mengancam perbuatan berpotensi
menimbulkan kerugian pada harga diri dan harta kekayaan
manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu diangggap
haram untuk dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi
hukum, baik diberikan di dunia maupun hukuman Tuhan kelak
di akhirat.

Jadi Mashadir al-Tasyri al-Jinai


Adalah sumber-sumber atau undang-undang hukum syari’at yang
berkaitan dengan perkara Jinayah atau Pidana. Yang diambil daripadanya
untuk menentukan sebuah hukum
Apa saja Sumber-sumber Hukum Jinayah/pidana Itu?

Jumhurul fuqaha’ sepakat bahwa sumber-sumber hukum islam pada umumnya ada 4 yakni:

Al-Quran Ijma
Wahyu Allah yang Kesepakatan para Ulama
disampaikan kepada Nabi dalam menetapkan suatu
Muhammad SAW. hukum sesudah wafatnya
Rasul

Hadits Qiyas
Segala perkataan, Menjelaskan status hukum pada suatu
perbuatan, dan ketetapan masalah yang tidak disebutkan nash nya
Nabi. dengan masalah lain yang sebanding
dengannya
Contoh sumber hukum pidana dalam al-Qur’an

Q.S. Al-Isra’: 32
ً‫ِﺒ‬
‫ﻴﻞ‬ ‫ﺂءَﺳ‬ ‫ًﺔَو‬
‫َﺸ‬ ٰ
‫َﻓ‬ََ ‫ُﻪۥ ﻛ‬ ‫َﻧ‬ ۟‫َﺮﺑ‬
‫ْﻘ‬‫َﻻ‬
‫َﺗ‬
َ‫َﺳ‬ ‫ِﺤ‬ ‫ﺎن‬ ‫ۖ اﻧ‬
‫ٓﻰ‬
ٰ‫ُﻮا ٱﻟﺰ‬ ‫َو‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Ayat di atas menjelaskan tentang terhadap


perbuatan zina dam zina itu sangat dimurkai
oleh Allah.
Contoh sumber hukum jinayah dalam Hadits

Hadits tentang khamar:


‫َﻞ ﻛ‬
‫ُﻞ‬ ‫َﻢَﻗ‬
‫َﺳﻠ‬ َِ
‫ﻴﻪَو‬‫َﻠ‬ َ ‫اﻟﻨﺒﻲَﺻﻠﻰ‬
‫اﻟﻠﻪ ﻋ‬ َ ‫رﺿﻴﻰ اﻟﻠﻪ‬
ِ ‫ﻋﻨﻬﻤﺎ ان‬ َ ‫ﻋﻤﺮ‬
َِ ‫ْﺑﻦ‬
‫ْﻦ ا‬
‫َﻋ‬
‫َو‬
)‫ام (رواه ﻣﺴﻠﻢ‬
ُ‫َﺮ‬
‫ٍﺮَﺣ‬‫ُﻞَﺧ‬
‫ْﻤ‬ ُ
‫ُﺮَوﻛ‬
‫ْﻤ‬‫ِﺮَﺧ‬
‫ِﻜ‬
‫ْﺴ‬
‫ُﻣ‬
Artinya : “Dari ibnu umar r.a bahwa nabi saw
bersabda: setiap yang memabukkan adalah
khamar dan setiap yang memabukkan adalah
haram”. (H.R. Muslim).”

Hadits Tentang pencurian:


‫ُه‬
‫ُﻊ ﻳﺪ‬َ ‫َقْاﻟﺤﺒﻞ‬
‫ﻓﺘﻘﻄ‬ َ ‫ِﺮ‬ْ ‫ُه‬
‫وﻳﺴ‬ ‫ُﻊ ﻳﺪ‬َ ‫َﺔ‬
‫ﻓﺘﻘﻄ‬ َ‫َﺒ‬
‫ﻴﻀ‬ ‫ُقْاﻟ‬
‫ﻳﺴﺮ‬
ِ ‫ﺮق‬َ‫َﺎﻟﻠﻪ اﻟﺴ‬
ُ‫ﻟﻌﻨ‬
Artinya :“Allah menguntuk pencuri telur tetap harus
dipotong tangannya dan yang mencuri tali juga
dipotong tangannya”.
Ijma

Ijma’ harus mempunyai dasar, yaitu al-Qur’an dan Sunnah


Rasulullah Saw., karena ijma’ tidak boleh didasarkan atas
kesukaan hati sendiri, melainkan harus ditegakkan atas aturan
aturan Syara’. Kebulatan mujtahidin dalam suatu kesepakatan
hukum tertentu menunjukkan dengan pasti bahwa hukum
tersebut sesuai dengan ketentuan syara’.
Kekuatan ijma’ sebagai sumber hukum yang mengikat
ditentukan al-Qur’an dan Sunnah.
“Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri...” (an-Nisa’: 59)
Qiyas

Qiyas adalah Mempersamakan hukum suatu Perkara yang belum ada


ketetapan hukumnya dengan suatu perkara yang sudah
adaketetapan hukumnya .Persamaaan Ketentuan hukum yang
dimaksud didasari oleh adanya unsure-unsur kesamaan yang sudah
ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketertapan hukumnya
disebut illat.
Qiyas memiliki Empat Rukun yaitu :
 Dalil
 Masalah yang di Qiyaskan
 Hukum yang terdapat pada dalil
 Kesamaanalasan / sebab terhadap masalah yang di Qiyaskan.
Sekian dan Terimakasih
Mohon maaf bila ada kesalahan kata ataupun tulisan.

Anda mungkin juga menyukai