Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PELUANG DAN TANTANGAN ADVOKAT SYARIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah

Advokasi dan Bantuan Hukum

Dosen Pembimbing:

IFNIE YULFA, SH. MH

OLEH: KELOMPOK IV

TEUKU AFRI HASNI PUTRA : 1217.043

SILVIA MELINDA : 1216.045

RINA RAHMADANI : 1216.060

RIKI WIJAYA : 1216.050

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES-B)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITINGGI

1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Rabb sekalian alam yang
setiap saat mencurahkan nikmat dan karunia-Nya pada setiap makhluk dan ciptaan-
Nya. Dengan segala limpahan rahmat dan curahan kasih sayang-Nya, hingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Peluang Dan Tantangan Advokad Syari’ah
dalam mata kuliah Advokasi Dan Bantuan Hukum. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Rasulullah SAW sebagai contoh dan suri tauladan yang baik bagi
umat di dunia.

Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dengan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak.Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca terutama dari dosen pembimbing, semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah pemahaman.

Bukittinggi, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ADVOKASI SYARIAH.............................................2


B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA ADVOKASI SYARIAH …..4
C. PELUANG DAN TANTANGAN ADVOKAD SYARI’AH ..............4

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ...................................................................................... 7
B. SARAN .................................................................................................. 7

DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam sebuah Negara pemberlakuan hukum merupakan hal yang
wajib ditegakkan, dan para penegak hukum yang merupakan bagian dari
struktur penegakan hukum itu sendiri adalah bagian yang terpenting dari
keadilan yang akan diberikan oleh suatu hukum. Salah satu penegak hukum
adalah advokat atau juga disebut pengacara.
Menjadi seorang advokad pada dasarnya sudah ada sejak zaman nabi,
namun selama ini profesi sebagai pemberi bantuan hukum sebagaimana yang
dilakukan oleh profesi advokat dianggap bukan bagian dari tradisi Islam. Hal
ini disebabkan karena profesi bantuan hukum ini mulai berkembang dari dunia
barat. Untuk menjadi seorang advokat mahasiswa lulusan syari’ah mereka
kalah dengan para lulusan yang berasal dari perguruan tinggi hukum, karena
eksistensi fakultas syari’ah sebagai fakultas hukum kurang tersohor, maka hal
itu berdampak pada mahasiswa fakultas syari’ah.
Dalam tulisan ini, pemakalah akan membahas tentang peluang dan
tantangan advokat syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian advokat syariah ?
2. Bagaimana latar belakang munculnya advokat syariah ?
3. Bagaimana peluang dan tantangan advokat syariah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian advokat syariah
2. Untuk mengetahui latr belakang munculnya advokat syariah
3. Untuk mengetahui peluang dan tantangan advokat syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ADVOKAT SYARIAH


Kata advokat syari’ah terdiri dari dua kata, yaitu advokat dan syariah.
Advokat berasal dari bahasa Belanda “advocaat” yang berarti orang yang
berprofesi memberikan jasa hukum. Menurut Blacks’s Law Dictionary,
advokat adalah to speak in favour of or defend by argument, yaitu berbicara
untuk keuntungan dari atau membela dengan argumentasi untuk seseorang.1
Advokat sendiri berarti orang yang berprofesi memberikan jasa hukum
berupa konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan klien baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang.2
Sedangkan syariah adalah hukum agama yang menetapkan peraturan
hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan al-Qur’an dan Hadis.3 Akan
tetapi yang dimaksud dengan advokat syariah disini adalah advokat yang
mempunyai latarbelakang pendidikan dari Fakultas Syari’ah.
B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA ADVOKAT SYARIAH
Kemunculan advokat syariah ini timbul dari adanya motivasi
perlawanan terhadap bentuk – bentuk diskriminatif dari socio legal political
arrangement yang terbangun sejak zaman penjajahan Belanda sampai masa
Orde Baru. Sebagaimana dalam Surat Edaran MA no. 8 tahun 1987 yang
menyebutkan bahwa advokat dapat berpraktik di seluruh Indonesia di

1
Ishaq, Pendidikan Keadvokatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 2-3
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
3
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Kerangka Fiqh AL-Qadha, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2012), hlm 111
semua lingkungan peradilan. Akan tetapi dalam pasal 185-186 RO 4
disebutkan bahwa yang dapat diangkat sebagai advokat adalah warga
negara Indonesia yang telah lulus pendidikan hukum. Sebagai
konsekuensinya, sarjana syariah tidak mendapat pengakuan karena tidak
masuk dalam kategori sarjana hukum. Pada tahun 1983 Menteri Agama
membuat peraturan no. 1 tahun 1983 tentang pemberian bantuan hukum.
Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa lulusan fakultas syariah
bersama-sama dengan lulusan fakultas hukum diberi hak untuk
memberikan bantuan hukum di Pengadilan Agama. Namun peraturan
tersebut mendapat kecaman dari Menteri Kehakiman yang merasa
mempunyai otoritas mengatur kepengacaraan. Pada Tahun 1998 MA
mengeluarkan SEMA no. 1 tahun 1998 tentang 9 mata ujian yang harus
ditempuh calon pengacara. Akan tetapi jika lulus sarjana syariah hanya
dapat berpraktek di PA sementara sarjana hukum dapat berpraktek di semua
lingkungan peradilan.5
Pada tahun 2003, para pengacara Syariah di Semarang dengan
difasilitasi LPKBHI Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
menyelenggarakan sebuah pertemuan yang bertujuan untuk mengimpun
sarjana Syariah seluruh Indonesia yang berkeinginan untuk menjadi
advokat dan menyikapi RUU advokat yang akan disahkan di parlemen
Mereka melakukan diskusi dan konsultasi secara aktif dengan berbagai
pihak. Akhirnya dirumuskanlah konsep akademik perubahan beberapa
pasal RUU yang masih terkesan diskriminatif dan dikirimlah kertas kerja
tersebut kepada pemerintah dan DPR.
Upaya tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan dengan
dimasukkannya rumusan pada draft terakhir RUU bahwa sarjana Syariah

4
http://Ebsoft. Web. Id. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ofline V1.1
5
Reglement Op De Rechterlijke Organisatie En Het Beleid De Justitie In Indonesie
mendapat hak yang sama dengan sarjana hukum untuk menjadi advokat.
Akan tetapi masih ada beberapa pakar hukum yang belum menerima usulan
tersebut. Hal tersebut berangkat dari kurangnya pengetahuan mereka
tentang fakultas syariah dan mata kuliah yang diajarkan. Akhirnya berkat
perjuangan yang sungguh-sungguh, akhirnya sarjana syariah diakui dan
memiliki peluang yang sama dengan sarjana hukum untuk menjadi advokat.
Hal tersebut sebagaimana diatur dalam UU No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat yang telah disahkan pada sidang paripurna DPR RI tanggal 6
Maret 2003.6
C. PELUANG TANTANGAN ADVOKAT SYARIAH
Secara normatif alumnus Fakultas Syariah mempunyai peluang untuk
menjadi advokat berdasarkan ketentuan dalam UU Advokat No. 18 tahun
2003. Sesungguhnya peluang itu sudah ada sejak tahun 1998 melalui SEMA
No. 1 tahun 1998, dimana sarjana Syariah diberi hak yang sama dengan
sarjana hukum untuk mengikuti seleksi menjadi pengacara praktek. Bahkan
ketika diadakan test advokat secara nasional oleh MA bekerjasama dengan
KKAI pada April 2002, alumni Fakultas Syariah yang lulus seleksi diberi
hak dan kewenangan yang sama, yaitu diberi ijin praktek di semua
lingkungan peradilan. Maka mulailah babak baru bagi para sarjana Syariah
untuk meniti profesi hukum sebagai advokat.
Setelah RUU advokat disahkan, maka posisi advokat Syariah semakin
kokoh dengan kesetaraan kedudukan advokat dengan unsur penegak hukum
lain seperti polisi, hakim dan jaksa. Bahkan dalam menjalankan profesinya,
advokat dilindungi oleh hak imunitas, dimana advokat bebas mengeluarkan
pendapat atau pernyataan dalam membela perkara dalam sidang. Pasal 16
menjamin advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana

6
Ridwan Lubis, Peradilan Satu Atap Dan Profesi Advokat Implikasi Dan Tantangan Bagi
Fakultas Syariah, (Jakarta: Puslitbang, 2005), hlm 154
dalam menjalankan tugas profesinya di pengadilan. Sementara pasal 15
mengatur kekebalan advokat dalam membela kepentingan di luar
pengadilan.7
Selain itu, banyak peluang lain yang menuntut peran sarjana syariah
selain dalam lingkup PA, misalnya konsultan hukum perbankan syariah, idb
dan lain – lain. Oleh karena itu sarjana syariah perlu mempertegas
identitasnya. Selain itu mereka juga harus mengasah kompetensi serta
knowledge terutama skill. Disamping itu juga harus diisi dengan jiwa
entrepreneurship yang mengharuskannya mempunyai mental tidak takut
salah kketika berjuang menegakkan hukum.8
Selain mempunyai peluang yang sangat luas, advokat syariah juga
memiliki tantangan yang tidak sedikit. Tantangan tersebut ada dalam diri,
komunitas advokat, sistem hukum, serta kemajuan teknologi yang menjadi
fenomena sosial. Tantangan tersebut antara lain :
1. Kurangnya respon dan minat alumnus Fakultas Syariah untuk menjadi
advokat. Hal tersebut antara lain disebabkan penghasilan advokat yang
tidak pasti sebagaimana PNS.
2. Image masyarakat yang menganggap alumnus Fakultas Syariah tidak
menguasai ilmu hukum positif. Mereka beranggapan bahwa alumnus
Fakultas Syariah hanya mengetahui fiqh atau hanya bisa ceramah. Oleh
karena itu, advokat syariah harus mampu menjawab keraguan tersebut
dengan cara menunjukkan eksistensinya sebagai seorang advokat yang
profesional, pengabdi hukum yang tidak selalu mengedepankan dirinya
sendiri, tetapi lebih berorientasi pada pengabdian dan perlindungan
kepada masyarakat.

7
Ibid, hlm 256
8
Ibid, hlm 172-180
3. Menurut UU, calon advokat harus menempuh ujian yang diselenggarakan
oleh organisasi advokat yang tentu saja mempunyai bobot yang sama bagi
alumnus fakultas hukum maupun fakultas syariah. Oleh karena itu
kualitas pengetahuan mereka harus sama dengan kualitas pengetahuan
alumnus fakultas hukum.
4. Organisasi APSI tidak begitu kuat, baik dari finansial maupun anggota.
Oleh karena itu, berat bagi APSI untuk bersaing dengan organisasi lain
yang tidak berasal dari Fakultas Syariah yang tentu masih memandang
rendah Fakultas Syariah.
5. Pengurus APSI sebagian besar adalah dosen atau pegawai. Sementara itu,
seorang advokat tidak boleh merangkap menjadi pegawai.
6. Calon advokat harus magang terlebih dahulu untuk dapat diangkat
menjadi advokat, padahal tidak semua UIN/IAIN/STAIN memiliki
lembaga bantuan hukum
7. Fenomena perkembangan teknologi memaksa penegak hukum
mempergunakan kemajuan teknologi baru dalam menegakkan hukum.
Fenomena tersebut mempertegas kepada para advokat untuk memahami
seluk beluk tingkah laku yang berlangsung di dunia cyber. Keharusan
paham dunia cyberini merupakan syarat bagi advokat untuk menangani
klien yang berurusan dengan perkara yang menyangkut cyber.9

9
Ibid, hlm 138-139
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Advokat syariah adalah advokat yang mempunyai latar belakang
pendidikan dari Fakultas Syari’ah. Kemunculan advokat syariah ini timbul dari
adanya motivasi perlawanan terhadap bentuk-bentuk diskriminatif dari socio
legal political arrangement yang terbangun sejak zaman penjajahan Belanda
sampai masa Orde Baru.
Peluang untuk menjadi advokat berdasarkan ketentuan dalam UU
Advokat No. 18 tahun 2003. Sesungguhnya peluang itu sudah ada sejak tahun
1998 melalui SEMA No. 1 tahun 1998, dimana sarjana Syariah diberi hak yang
sama dengan sarjana hukum untuk mengikuti seleksi menjadi pengacara
praktek. Tantangan advokat syariah adalah Image masyarakat yang
menganggap alumnus Fakultas Syariah tidak menguasai ilmu hukum positif.
Mereka beranggapan bahwa alumnus Fakultas Syariah hanya mengetahui fiqh
atau hanya bisa ceramah. Oleh karena itu, advokat syariah harus mampu
menjawab keraguan tersebut dengan cara menunjukkan eksistensinya sebagai
seorang advokat yang profesional, pengabdi hukum yang tidak selalu
mengedepankan dirinya sendiri, tetapi lebih berorientasi pada pengabdian dan
perlindungan kepada masyarakat.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini pemakalah susun, semoga makalah ini dapat
menambah sedikit wawasan bagi para pembaca terutama bagi pemakalah.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu pemakalah mengharapkan saran untuk perbaikan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ishaq. 2012. Pendidikan Keadvokatan. Jakarta: Sinar Grafika


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
Aris Bintania. 2012. Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Kerangka Fiqh AL-
Qadha. Jakarta: Rajagrafindo Persada
http://Ebsoft. Web. Id. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ofline V1.1
Reglement Op De Rechterlijke Organisatie En Het Beleid De Justitie In Indonesie
Ridwan Lubis. 2005. Peradilan Satu Atap Dan Profesi Advokat Implikasi Dan
Tantangan Bagi Fakultas Syariah. Jakarta: Puslitbang

Anda mungkin juga menyukai