Anda di halaman 1dari 22

TINDAKAN PERSIAPAN SEBELUM SIDANG DAN PEMERIKSAAN

PERKARA DALAM SIDANG PENGADILAN


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Perdata
Dosen pengampu: Muhammad Ulil Abshor, M.H.

Disusun Oleh:

RetnoWijayanti ( 33020180056 )

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hukum
acara perdata tentang tindakan persiapan sebelum sidang dan pemeriksaan perkara dalam sidang
pengadilan dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sumber-sumber hukum ini dapat
memberikan manfaat dan sedikit wawasan terhadap pembaca.

Salatiga, 9 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................5

PENDAHULUAN...........................................................................................................................5

A. Latar Belakang....................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Tindakan Persiapan Sebelum Sidang...............................................................................6

B. Pemeriksaan Perkara di Depan Pengadilan.....................................................................8

BAB III..........................................................................................................................................15

PENUTUP.....................................................................................................................................15

A. Kesimpulan........................................................................................................................15

B. Saran..................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada persiapan untuk menghadapi suatu
masalah atau perkara dalam pengadilan atupun dalam kehidupan sehari-hari. Disetiap
pelaggaran dalam pengadilan pasti si pelanggar menggunakan persiapan baik dari dalam
maupun luar. Maksud dari dalam kesiapan untuk kesehatan, sedangkan maksud dari luar
merupakan kesiapan ketika berhadapan di persidangan. Hukum acara [erdata meliputi
tiga tahap tindakan yaitu tahap pendahuluan, tahap penentuan, dan tahap pelaksanaan.
Tahap pendahuluan merupakan persiapan menuju kepda penentuan atau pelaksanaan.
Dalam tahap penentuan diadakan pemeriksaa peristiwaatau pelaksanaan. Dalam tahap
penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan pembuktian sekaligus sampai kepada
putusannya. Sedangkan dalam tahap pelaksanaan dari pada putusan.
Dengan adanya suatu pelanggaran terhadap ketentuan hukum perdata materil
maka seseorang atau subyek hukum yang merasa dirugikan oleh pihak lain maka oleh
peraturan perundang-undangan diberi hak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
negeri. Adapun prosedur atau tata cara pengajuan gugatan kepengadilan negeri dilakukan
sebagaimana yang telah diatur dalam hukum acara perdata yang ada. Sedangkan yang
dimaksud dengan hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
cara-cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan cara-cara pengadilan
atau hakim menerima, memeriksa dan memutus oerkara yang diajukan kepadanya dalam
usaha untuk menjalankan atau menegakkan huku perdata materiil. Dari latar belakang
diatas maka pemakalah akan membahas dengan judul: “Tindakan Persiapan Sebelum
Sidang Pemeriksaan Perkara Dalam Sidang Pengadilan”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka pemakalah merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja tindakan sebelum sidang ?
2. Bagaimana Pemeriksaan perkara dalam siding pengadilan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tindakan Persiapan Sebelum Sidang


Membahas mengenai persiapan-persiapan yang harus dilakukan terhadap suatu
perkara yang pemeriksaanya dilakukan melalui proses litigasi. Persiapan tersebut
meliputi proses :
1. Proses pembuatan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari tuntutan hak
2. Dilanjutkan dengan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari tuntutan hak
3. Isi gugatan yang mempersyaratkan minimal terdiri dari 3 hal

Konsep Gugatan dan Permohonan

Dalam mengajukan perkara kepada hakim (pengadilan) memerlukan persiapan


matang : hal utama yang harus dilihat adalah pada orang yang akan mengajukan
perkaranya ke pengadilan ‘’mempunyai kepentingan yang cukup’’ . Maksudnya ialah
orang yang kepentingannya dilanggar, diganggu dan mengalami kerugian baik secara
materiil maupun inmateriil : dapat mengajukan tuntutan hak ke pengadilan.

Perkara : ada yang mengandung sengketa (constitiun jurisdictie), ada pula yang
tidak mengandung sengketa (peradilan tidak sesungguhnya atau peradilan sukarela atau
volunteer jurisdictie).

a. Perkara yang mengandung sengketa : diajukan ke pengadilan dalam bentuk gugatan


b. Perkara yang tidak mengandung sengketa : diajukan dalam bentuk permohonan

(Baik perkara yang mengandung sengketa maupun tidak kedua-duanya disebut


‘’Tuntutan Hak’’.

 Tuntutan Hak
Menurut Sudikno Mertokusumo, tuntutan hak adalah tindakan yang
bertujuan untuk memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan
untuk mencegah terjadinya eigenrichting.

5
Dalam gugatan minimal terdapat 2 pihak didalamnya yaitu pihak
penggugat dan pihak tergugat. (hasilnya akhir berupa putusan pengadilan)
Dalam permohonan hanya terdapat 1 pihak saja yaitu pihak pemohon
dengan hasil akhir berupa penetapan pengadilan.
 Gugatan Lisan dan Tertulis
Ketentuan pasal 142 ayat (!) RBg / 118 ayat (1) HIR menentukan gugatan harus
diajukan dengan surat yang ditanda tangani oleh penggugat atau wakilnya. Hal ini
mengandung arti bahwa gugatan harus diajukan secara tertentu (dengan surat
gugatan).
 Isi Permohonan dan Isi Gugatan
a. Tidak diatur dalam HIR maupun RBg
b. Pasal 8 no 3 Rv menentukan sedikitnya memuat 3 hal:
1. Identitas para pihak
2. Dalil-dalil tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan-alasan dari pada tuntutan (fundamentum petendi/ posita/ dasar
tuntutan)
c. Tuntutan atau petitum1

B. Pemeriksaan Perkara di Depan Pengadilan


1. Penetapan Sidang dan Pemanggilan Pihak-Pihak
Sebelum penggugat mengajukan gugatan, haruslah dia terlebih dahulu
menyampaikan teguran (somasi, peringatan) kepada tergugatdengan alasan bahwa
tergugat telah lalai memenuhi janji. Sebagaimana mestinya atau tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum yang mendatangkan kerugian kepada
penggugat (ingebreke stelting), dapat digugat kalau yang bersangkutan sudah
dinyatakan lebih dahulu telah lalai memenuhi perikatan (Putusan No.186K/Sip/1959
tanggal 1 Juli1959 dan No.852K/Sip/1972).2

1
NyomanSatyayudhaDananjayadan Kader AgusSudiarawan, Diktat Mata KuliahHukum Acara Peradilan
Agama(Denpasar : 2017), hal14-15.
2
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI. 2009.Modul Acara Perdata:Jakarta hal 15

6
Setelah gugatan diajukan dan didaftarkan, ketua majelis hakim yang ditunjuk
mempelajari gugatan tersebut, dan menetapkan hari Sidang Pihak Penggugat
dipanggil supaya hadir pada persidangan. Demikian juga tergugat dipanggil dan
diserahkan salinansurat gugatan. Jika tergugat tidak hadir memenuhi surat panggilan
tersebut, ada kemungkinan hakim akan menjatuhkan putusan verstek (diluar hadirnya
tergugat), tentu jika gugatan mempunyai dasar hukum yang kuat. Terhadap putusan
verstek tersebut tergugat tidak dapat mengajukan banding, tetapi perlawanan (verzet).
Jika tergugat juga tidak hadir pada sidang yang memeriksa perlawanan tersebut dia
tidak dapat mengajukan verzet untuk kedua kalinya, tetapi dapat mengajukan
permohonan banding. Jika penggugat tidak hadir kedatipun sudah dipangggil secara
patut sampai dua kali maka gugatan dinyatakan gugur.
2. Sita Jaminan
Tujuan mengajukan gugatan perdata ialah agar haknya yang telah dirugikan oleh
orang lain, dapat dipulihkan. Untuk menghindari kemungkinan tergugat tidak
melaksanakan keputusan hakim yang telah mengabulka tuntutan, diberikan upaya
bagi penggugat yaitu mengajukan permohonan sita jaminan. Permohonan ini diajukan
bersamaan dengan tuntutan pokok dalam surat gugatan.
Jika permohonan sita jaminan dikabulkan dalam putusan sela, maka dalam
putusan akhir dinyatakan putusan sela tersebut “sah dan berharga” (goed
envanwaarde te verklaard). Tetapi jika gugatan ditolak, dalam putusan akhir
diperintahkan agar sita jaminan tersebut segera dicabut.
1) Conservatoir beslag (Pasal 227 HIR/208 RBg) dimaksudkan untuk menjamin
dilaksanakannya putusan yang menghukum tergugat untuk membayar sejumlah
uang kepada penggugat, yaitu dengan menjual barang yang telah disita milik
tergugat tersebut dan hasil penjualan barang itu dipergunakan untuk memenuhi
kewajibannya dengan demikian gugatan tidak illusoir (sia-sia).3
Dalam Pasal 227 ayat (1) HR/261 ayat (1) RBg ditentukan bahwa permohonan
sita jaminan hanya dapat dilakukan apabila ada persangkaan yang beralasan
(geground vermoedan), bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau sebelum
putusan dilaksanakan,berusaha untuk menghilangkan atau membawa barang-

3
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI,Modul Acara Perdata:Jakarta.2009 hal 16

7
barangnya itu danpenagihan hutang. Apabila penggugat tidak dapat mengajukan
bukti-bukti yang kuat akan adanya persangkaan tersebut, maka permohonan sita
jaminan itu tidak dapat dikabulkan (Putusan MARI tanggal 5-4-1972 No.
1121K/Sip/1971).
Sita jaminan ini dapat dilakukan terhadap barang-barang bergerak, barang tidak
bergerak milik penggugat yang ada pada orang lain, sida gadai (pand besleg), atas
barang-barang milik debituryang tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal di
Indonesia dan sita atas pesawat terbang. Terhadap barang-barang bergerak
dilakukan penyitaan terlebih dahulu, jika tidak mencukupi baru terhadap barang-
barang yang tidak bergerak.
Pasal 227 ayat (5) HIR menenukan bahwa sita jaminan ini dapat diminta untuk
dicabut apabila diberikan jaminan atau tanggungan yang cukup. Sita gadai
(pandslag) yang diatur dalam Pasal 751 s/d 756 Rv dan Pasal 1142 Bw adalah sita
atas barang-barang bergerak milik penyewa karena tidak membayar uang sewa sita
tersebut dapat diajukan berdasarkan tuntutan yang disebut dalam Pasal 1139 Sub 2
BW (uang sewa dari benda-benda tidak bergerak, biaya perbaikan yang menjadi
kewajiban si penyewa) dan Pasal 1140 BW (buah-buah yang dengan cabangnya
masih melekat pada pohon atau dengan akar-akar yang masih melekat pada pohon
atau dengan akar-akar yang masih melekat pada tanah buah yang sudah dipetik
maupun yang belum dan sebagainya).
Selain bentuk-bentuk sita tersebut diatas terkenal pula sita lain sebagai jaminan
atas barang bergerak milik tergugat, yaitu sita persamaan (vergelijkend beslag) dan
sita lanjutan (voorgezet beslag). Sita persamaan Pasal 202 HIR/220 RBg) adalah
sita yang telah dijatuhkan pada suatu barang, tetapijuga terkena sita dalam perkara
lain dengan tergugat yang sama. Sita tersebut dijatuhkan oleh hakim pada
pengadilan Negeri yang sama, tetapi dapat juga oleh hakim pada Pengadilan Negeri
yang lain, karena ada permintaan dalam perkara lain.
Sita lanjutan ( Pasal 201 HIR/ 219 RBg) adalah sita yang dilakukan atas
barang-barang tergugat, karena ternyata hasil penjualan barang-barang tergugat,
karena ternyata hasil penjualan barang yang telah disita lebih dahulu belum

8
mencukupi untuk memenuhi kewajiban tergugat. Namun hanya satu berita acara
yang dibuat.4
2) Revindicator beslag ( Pasal 221 HIR/260RBg) dimaksudkan untuk mendapatkan
hak kembali (revindiceer = mendapatkan) bukan untuk menjamin dapat
dilaksanakannya putusan pengadilan yang menghukum tergugat untuk membayar
sejumlah uang, tetapi menjamin dapat dilaksanakan putusan pengadilan yang
menghukum tergugat menyerahkan barang kepada penggugat, yaitu barang
bergerak milik penggugat itu sendiri yang ada ditangan tergugat. Dengan penyitaan
barang tersebut tidak dapat lagi tergugat memindah tangankan, menjaminkan atau
menyewakan barang untuk orang lain. Jadi barang sitaan tetap berda ditangan
tergugat dengan status tersita. Permohonan sita jaminan ini tidak perlu disertai
alasan tentang kemungkinan tergugat mengasingkan (verveemden) barang
terkait,sehingga tidak perlu terlebih dahulu hakim mendengarkan pihak-pihak
sebelum menetapkan penyitaan.
Sita marital (marital beslag) adala sita yang diajukan oleh isteri dalam perkara
perceraian dengan maksud agar barang-barang milik isteri ataumilik bersama,
tidakdijual oleh suami, sehingga tidak jatuh ke tangan pihak ketiga (Pasal 823-823J
Rv). Jadi ini bukanlah untuk menjamin tagihan hutang atau penyerahan barang.
Ada beberapa jenis barang yang tidak boleh disita misalnya:
a) Barang milik pemerintah (Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara).
b) Barang yang menjadi agunan di bank pemerintah
c) Barang di luar Perdagangan
d) Barang yang ditunjuk Pasal 749 Rv (karena dilarang oleh Undang-
undang, biaya pesawat, tunjangan untuk biaya pesawat).
e) Hewan atau barang yang dipakai untuk mencari nafkah
f) Barang milik pihak ketiga.5

4
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI.Modul Acara Perdata:Jakarta.2009.hal 17

5
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI.Modul Acara Perdata:Jakarta.2009.hal 18

9
3. Perubahan Dan Pencabutan Gugatan
Baik HIR maupun RBg tidak mengatur perubahan gugatan. Pasal 127Rv
menentukan bahwa perubahan gugatan diperbolehkan sepanjang perubahan itu tidak
menyangkut dasar tuntutan (Posita) dan menambah tuntutan. Dalam praktek, larangan
perubahan meliputi juga tuntutan (Petitum), termasuk peristiwa-peritiwa yang
menjadi dasar tuntutan. Jadi tuntutan dan dasar tuntutan tidak boleh dirubah.
Misalnya, perjanjian hutang piutang sebagai dasar tuntutan, dirubah menjadi
perjanjian penitipan uang. Tuntutan pelunasan hutang RP.10.000.000,- dirubah
menjadi pelunasan hutang Rp. 10.000.000,- ditambah bunga 10% setiap bulan.
MARI dalam beberapa putusan, antara lain tanggal 11-3-1970
No.454K/Sip/1970, menetapkan bahwa perubahan, gugatan dan penambahan gugatan
diperkenankan asal tidak mengubah dasar gugatan (posita) dan tidak merugikan
kepentingan tergugat dalam pembelaannya. Berarti, pengurangan tuntutan adalah
diperbolehkan karena hal itu tidak merugikan kepentingan tergugat. Namun
perubahan tidak diperkenankan, bila tergugat sudah menyampaikan pembelaan dan
tangkisan, apalagi jika para pihak sudah memohon putusan.
Pencabutan gugatan juga tidak diatur dalam HIR maupun RBG. Pencabutan dapat
terjadi jika tuntutan sudah dipenuhi atau penggugat menyadari kekurangannya Rv
menentukan bahwa pencabutan gugatan boleh diadakan oleh penggugat sebelum
tergugat mengajukan jawaban. Pencabutan gugatan sesudah tergugat mengajukan
jawaban, hanya boleh atas persetujuan tergugat.
4. Perdamaian Di Depan Sidang Pengadilan
Menurut Pasal 130 ayat (1) HJR/154 ayat (1) RBg/1858 BW, hakim hendaklah
mengusahakan perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara. Dalam praktek
perdamaian itu terjadi sepanjang pemeriksaan sebelum ada putusan. Sesudah ada
perdamaian diantara pihak-pihak, hakim menjatuhkan putusan perdamaian (acte van
vergerlijk) yang menghukum para pihak untuk melaksanakan isi perjanjian
perdamaian itu dan putusan hakim tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan
putusan yang sudah mempunyai kekuatan tetap (Pasal 130 ayat (2) HIR/154 ayat (2)
RBg/`858 BW/MARI tanggal 1-8-1973 No.1038K/Sip/1972. Menurut bunyi pasal

10
130 ayat (3) HIR/154 (#) RBg/1858 BW, putusan perdamaian tidak dapat dimintakan
banding.
MARI dengan PERMA No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
megatur tentang prosedur mediasi di Pengadilan melalui perundingan antara pihak-
pihak yang berperkara, dibantu oleh mediator sebagai pihak ketiga yang netral untuk
membantu mencari kemungkinan penyelesaian yang terbaik dan saling
menguntungkan.
5. Jawaban, Eksepsi Dan Gugatan Rekonvensi
1. Jawaban
HIR dan RBg tidak memuat aturan tentang kewajiban tergugat untuk
memberi jawaban, tetapi hanya menentukan bahwa tergugat dapat menjawab
secara tertulis atau lisa (pasal 121 ayat (2) HIR/145 ayat (2) RBg).
Jawaban tergugat atas gugatan penggugat, dapat berupa pengakuan, dapat pula
berupa bantahan (penyangkalan). Pengakuan berarti tergugat mengakui dan
membenarkan isi gugatan, baik sebagian maupun keseluruhan.
Bantahan (verweer) berarti tergugat menolak atau tidak membenarkan isi
gugatan HIR dan RBg tidak memuat aturan tentang bantanan (penyangkalan).
Pasal 113 menentukan bahwa bantahan harus disertai alasan (met
redenenomkleed). Jika tanpa alasan maka bantahan seperti itu dianggap sebagai
tidak ada perlawanan.
Referie adalah sikap tergugat dalam jawaban yang bukan mengabulkan, juga
bukan menolak gugatan tetapi berserah kepada hakim (ius curia novit).
2. Eksepsi
Jawaban dapat langsung mengenai pokok perkara (vetweer ten principale),
dapat pula tidak langsung mengenai pokok perkara, yang disebut eksepsi
(tangkisan). Jadi eksepsi adalah tangkisan/sanggahan/bantahan dari tergugat
terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang
berisi tuntutan baalnya gugatan..
HIR dan RBg hanya mengatur tentang tidak berwenangnya suatu pengadilan
negeri memeriksa suatu perkara, yaitu pasal 125 ayat (2), 133, 136 HIR/149 ayat
(2). 160, 162 RBg) pasal 133 ayat (2) HIR yang menentukan bahwa eksepsi

11
tentang kewenangan (kompetensi) relative yang menyatakan pengadilan negeri
lain yang berwenang) harus diajukan pada permulaan sidang.
Pasal 134 HIR/160 RBg menentukan bahwa eksepsi tentang kemenangan
absolut (yang menyatakan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang lain yang
berwenang) dapat diajukan pada setiap saat pemeriksaan, bahkan tanpa eksepsi
pun, hakim karena jabatan (ex officio) wajib menyatakan dirinya tidak berwenang
memeriksa perkara yang bersangkutan. Eksepsi tentang kompetensi absolut dan
relative harus ditanggapi oleh hakim dengan putusan sela, sedang eksepsi –
eksepsi lain diputus bersamaan dengan pokok perkara.
HIR dan RBg tidak mengharuskan supaya jawaban diajukan pada waktu
pemeriksaan permulaan sidang bersama-sama dengan eksepsi.
3. Gugatan rekonvensi
Gugatan rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh tergugat (disebut gugat
rekonvensi) terhadap gugatan penggugat dalam sengketa yang sedang berjalan.
Apabila gugatan konvensi tidak dapat diterima, maka gugatan rekonvensi dengan
sendirinya juga tidak dapat diterima. Pada dasarnya gugatan rekonvensi dapat
diajukan atas semua hal, kecuali terhadap tiga hal yang disebut dalam pasal 132a
HIR /157158 RBg, yaitu :
1. Dalam gugatan konvensi bertindak untuk diri sendiri (misalnya sebagai
pribadi) sedang dalam gugatan rekonvensi bertindak bukan untuk diri sendiri
(misalnya sebagai wali).
2. Pengadilan negeri yang memeriksa gugatan konvensi (misalnya hutang
piutang), tidak berwenang memeriksa gugatan rekonvensi, misalnya
perceraian.
3. Dalam hal perselisihan tentang pelaksanaan putusan hakim.
Pasal 244 No.3 Rv menambah : tuntutan tentang bezit terhadap tuntutan tentang
eigendom.
Jika gugatan rekonvensi tidak diajukan pada tingkat pertama, gugat rekonvensi
dapat diajukan pada tingkat banding.
6. Replik Dan Duplik

12
Replik (Pasal 142 Rv) adalah jawaban/tanggapan penggugat terhadap jawaban
tergugat atas gugatan penggugat, baik tentang pokok perkara, eksepsi maupun atas
gugatan rekonvensi. Tujuannya adalah selain untuk menyangkal jawaban tergugat,
juga untuk memperkuat gugatannya.
Duplik adalah jawaban/tanggapan tergugat terhadap replik penggugat. Tujuannya
adalah selain untuk menyangkal replik penggugat juga untuk memperkuat
jawabannya baik tentang pokok perkara, eksepsi maupun atas gugatan rekonvensi.6

6
Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI.Modul Acara Perdata:Jakarta.2009.hal 25

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Membahas mengenai persiapan-persiapan yang harus dilakukan terhadap suatu


perkara yang pemeriksaanya dilakukan melalui proses litigasi. Persiapan tersebut
meliputi proses :Proses pembuatan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari
tuntutan hak, dilanjutkan dengan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari tuntutan
hak, isi gugatan yang mempersyaratkan minimal terdiri dari 3 hal.
Penetapan Sidang dan Pemanggilan Pihak-Pihak Sebelum penggugat mengajukan
gugatan, haruslah dia terlebih dahulu menyampaikan teguran (somasi, peringatan) kepada
tergugatdengan alasan bahwa tergugat telah lalai memenuhi janji. Sebagaimana mestinya
atau tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang mendatangkan kerugian
kepada penggugat (ingebreke stelting), dapat digugat kalau yang bersangkutan sudah
dinyatakan lebih dahulu telah lalai memenuhi perikatan (Putusan No.186K/Sip/1959
tanggal 1 Juli1959 dan No.852K/Sip/1972). Setelah gugatan diajukan dan didaftarkan,
ketua majelis hakim yang ditunjuk mempelajari gugatan tersebut, dan menetapkan hari
Sidang Pihak Penggugat dipanggil supaya hadir pada persidangan. Demikian juga
tergugat dipanggil dan diserahkan salinansurat gugatan. Jika tergugat tidak hadir
memenuhi surat panggilan tersebut, ada kemungkinan hakim akan menjatuhkan putusan
verstek (diluar hadirnya tergugat), tentu jika gugatan mempunyai dasar hukum yang kuat.
Terhadap putusan verstek tersebut tergugat tidak dapat mengajukan banding, tetapi
perlawanan (verzet). Jika tergugat juga tidak hadir pada sidang yang memeriksa
perlawanan tersebut dia tidak dapat mengajukan verzet untuk kedua kalinya, tetapi dapat
mengajukan permohonan banding. Jika penggugat tidak hadir kedatipun sudah dipangggil
secara patut sampai dua kali maka gugatan dinyatakan gugur.

14
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi makalah ini, Oleh karena itu kritik
dan saran kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang lebih
baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan RI.2009.Modul Acara Perdata.Jakarta

Dananjaya ,Satyayudha Nyomandan Kader AgusSudiarawan. 2017.Diktat Mata KuliahHukum


Acara Peradilan Agama. Denpasar

16
PERTANYAAN UNTUK KELOMPOK 3 DARI HASIL PRESENTASI MAKALAH

1. Annisa Prima ayu Fadhillah 33020180056


Izin, bertanya apa akibat dan tindakan selanjutnya apabila salah satu pihak ada yang
terlambat/tidak datang di persidangan yang telah ditentukan?
Jawaban:
Hakim akan menunda sidang sebanyak 2 kali persidangan. Apabila panggilan sudah sah
tapi pihak tersebut tetap tidak hadir, maka pihak yag tidak hadir dinyatakan sebagai pihak
yang tidak hadir dengan konsekuensi dia akan kehilangan haknya untuk membela diri.
Pasal 186 ayat (3) R.Bg./159 ayat (3) HIR
Jika di antara pihak-pihak yang hadir pada hari pertama ada yang kemudian tidak hadir
pada hari sidang berikutnya, yang kemudian ditunda lagi, maka Ketua memerintahkan
agar pihak itu dipanggil lagi untuk hadir pada sidang berikutnya;
SEMA Nomor 9 Tahun 1964
Karena ada beberapa tafsiran mengenai putusan verstek, maka Mahkamah Agung
memberi pendapatnya sebagai berikut :
Menurut pasal 125 H.I.R. apabila tergugat, meskipun telah dipanggil secara sah, akan
tetapi tidak hadir, maka Hakim dapat:
1. Menjatuhkan putusan verstek atau;
2. Menunda pemeriksaan –(berdasarkan pasal 126 H.I.R.) – dengan perintah memanggil
tergugat sekali lagi.
3. Kemudian apabila dalam hal sub 2 tergugat tidak dapat lagi, maka Hakim dapat
menjatuhkan putusan verstek.
2. Sahreza Aulia Rahma 33020180056160
Bagaimana prosedur standart pendaftaran perkara di pengadilan negeri dan hal apa yang
paling rumit dalam pendaftaran perkara tersebut?mohon penjelasannya.
Jawab:
PROSEDUR PENGAJUAN PERKARA PERDATA
Untuk Gugatan/Permohonan
Pihak berperkara datang ke Pengadilan Negeri dengan membawa surat gugatan atau
permohonan.Pihak berperkara menghadap petugas Meja Pertama dan menyerahkan surat

17
gugatan atau permohonan, 4 (empat) rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah
Tergugat.
Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan
dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis
dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara
diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, didasarkan
pada pasal 182 ayat (1) HIR.
Catatan :
Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-cuma).
Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah
atau Kepala Desa setempat yang dilegalisasi oleh Camat.
Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan ditulis dalam
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), didasarkan pasal 237 – 245 HIR.
Dalam tingkat pertama, para pihak yang tidak mampu atau berperkara secara prodeo.
Perkara secara prodeo ini ditulis dalam surat gugatan atau permohonan bersama-sama
(menjadi satu) dengan gugatan perkara. Dalam posita surat gugatan atau permohonan
disebutkan alasan penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam
petitumnya.Petugas Meja Pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan
kepada pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam
rangkap 3 (tiga). Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat
gugatan atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pihak
berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke bank.Pihak berperkara
datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian
data dalam slip bank tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM),
seperti nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara
menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam
slip bank tersebut.
Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari petugas layanan
bank, pihak berperkara menunjukkan slip bank tersebut dan menyerahkan Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.

18
Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada pihak
berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli dan tindasan
pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan
yang bersangkutan.
Pihak berperkara menyerahkan kepada petugas Meja Kedua surat gugatan atau
permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap serta tindasan pertama
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Petugas Meja Kedua mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam register
bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau permohonan tersebut
yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.Petugas Meja
Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau permohonan yang telah
diberi nomor register kepada pihak berperkara.
PENDAFTARAN SELESAI
Pihak/ pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/ jurusita pengganti untuk
menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari
sidang pemeriksaan perkaranya (PHS).
3. Adil Muhammad Ma’ruf 33020180183
Izin bertanya, apakah untuk persiapan sebelum pengadilajn hanya meliputi pembuatan
surat gugatan? Terimakasih.
Jawab :
1. Penggugat atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri pada Pengadilan   Negeri di Meja 1 bagian Perdata,
dengan beberapa kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi :
a. Surat Permohonan / Gugatan ;
b. Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat);
2. Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua Pengadilan
Negeri;
3. Setelah mendapat persetujuan, maka Penggugat / Kuasanya membayar biaya
gugatan / SKUM di Kasir;

19
4. Memberikan SKUM yang telah dibayar ke Meja 2 dan menyimpan bukti asli untuk
arsip.
5. Menerima tanda bukti penerimaan Surat Gugatan dari Meja 2.
6. Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri yang disampaikan oleh
Juru Sita Pengganti.
7. Menghadiri Sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
4. Indra Akbar 33020170132
Berapakah rincian biaya untuk mengajukan gugatan. Apakah ada tanda terima untuk itu?
Dan apakah setiap pengadilan daerah berbeda?
Jawab :
Terkait rincian biaya
Pendaftaran:Rp.  30.000,- Biaya Proses:Rp.  50.000,- Materai:Rp.  10.000,- Redaksi:Rp. 
10.000,- Pemanggilan Kepada Penggugat:3 kali panggilan dikali jumlah penggugat
(sesuai radius) Pemanggilan Kepada Tergugat:4 kali panggilan dikali jumlah Tergugat
(sesuai radius); Mediasi:1 kali panggilan dikali jumlah Penggugat dan Tergugat (sesuai
radius); Biaya Sumpah:Menyesuaikan Pemberitahuan Putusan:1 kali jumlah penggugat
dan tergugat (sesuai radius).

Contoh surat kuasa :


SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Subagiono
Umur : 30
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jl. Sugih bondo 43 Salatiga

Tersebut diatas sebagai Pemberi Kuasa, dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum
tetap (domicilie) dikantor kuasanya tersebut dibawah ini serta memberi kuasa sepenuhnya
kepada :

20
Nama : Muhammad Ulil Abshor, S.H.I.,M.H
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Kantor Advokat dan Konsultan Hukum “Muaam dan Rekan” ,Perum
Prajamukti Blok C48 Kecandran Sidomukti Kota Salatiga.

Selanjutnya disebut sebagai Penerima Kuasa.


============================= K H U S U S
================================

Pemberi Kuasa memberi wewenang kepada penerima kuasa untuk bertidak selaku kuasa
untuk dan atas nama pemberi kuasa melakukan tindakan hukum tersebut dibawah ini:
- Bertindak mewakili/mendampingi kepentingan pemberi kuasa untuk mengajukan
gugatan wanprestasi terhadap Sukino beralamat Jl. Arimbi Sidomampir Raya, Kota
Semarang di Pengadilan Negeri Semarang , Sebagai Penggugat.

- Oleh Karnanya Penerima Kuasa masing-masing berhak baik bersama-sama atau


sendiri-sendiri, membuat gugatan, menerima relaas panggilan, menghadiri setiap
persidangan, menandatangani dan menyampaikan jawaban baik dalam eksepsi,
konpensi, rekonpensi (gugatan balik), duplik, mengajukan sita jaminan,
menyampaikan bukti-bukti surat, saksidan ahli, menerima/menolak bukti-bukti surat,
menyampaikan kesimpulan , mohon putusan serta menerima turunan resmi
putusannya;
- Melakukan segala perbuatan hukum lainnya yang bersangkutan dengan pemberian
kuasa;
- Kuasa ini diberikan dengan hak melimpahkan (Substitusi) baik sebagian maupun
seluruhnya dan mengindahkan hak retentie

21
Salatiga, 10 April 2020

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Muhammad Ulil Abshor, S.H.I.,M.H Subagiono

22

Anda mungkin juga menyukai