Anda di halaman 1dari 19

ETIKA AKADEMIK BIDANG HUKUM

Dosen Pengampu: Badri, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Maulana setiadi 210106046


Muhdhaikal 210106
Zikri Maulana
Handoko sp

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM


PRODI ILMU HUKUM
UIN AR-RANIRY
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikanhidayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahtentang

ETIKA AKADEMIK BIDANG HUKUM

Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada pembina dan teman-temanyang telah


membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dankami sangat menyadari
bahwa pembuatan makalah ini masih jauh darikesempurnaan, maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifatmembangun untuk kelancaran tugas-tugas
selanjutnya.Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semogamakalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.

DAFTAR ISI
BAB I…………………………………………………………………………………………

A. PENDAHULUAN……………………………………………………………………...
1. Latar belakang…………………………………………………………………………
2. Rumusan
masalah……………………………………………………………………...
3. Tujuan penulisan………………………………………………………………………

BAB II…………………………………………………………………………………………..

B. PEMBAHASA…………………………………………………………………………
1. Pengertian etika akademik……………………………………………………………
2. Ilmu hukum dan kejujuran akademik……………………………………………….
3. Syarat-syarat akademis dan aktulisasinya dalam kontek kebutuhan masa
kini…...
4. Adab dan etika
akademik……………………………………………………………...
5. Reaktulisasi adab dalam kajian ilmu hukum
kontemporer…………………………

BAB III…………………………………………………………………………………………

C. PENUTUP……………………………………………………………………………...
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I

A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya cara berpikir,
kebiasaan adat, perasaan, sikap, karakter, watak kesusilaan atau adat.Dalam
kamus bahasa Indonesia1, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata Etika,
antara lain Etika sebagai sistem nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma-norma
moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk bersikap dan
bertindak. Etika juga bisa diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak atau norma. Selain itu, Etika bisa juga diartikan sebagai
ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu masyarakat,
menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis.

b. Rumusan masalah
1. Apa pengertian etika akademik
2. Apa maksut ilmu hukum dan kejujuran akademik
3. Apa syarat-syarat akademisi dan aktualisasinya
4. Apa saja adab dan etika akademik
5. Apa Reaktulisasi adab dalam kajian ilmu hukum kontemporer

c. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian etika akademik
2. Untuk memahami maksut ilmu hukum dan kejujuran akademik
3. Untuk memahami syarat-syarat akademisi dan aktualisasinya
4. Untuk memahami adab dan etika akademik
5. Untuk memahami Reaktulisasi adab dalam kajian ilmu hukum kontemporer

BAB II

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika Akademik
Konsep definitif terkait etika dalam ranah akademik secara umum adalah
serangkaian kesepakatan maupun aturan yang menjadi tolok ukur baiknya suatu
perilaku di dalam aktivitas akademik.
Pemberlakuan etika tersebut tidaklah sebatas hanya pada saat seorang
mahasiswa maupun dosen sedang berada dalam suatu ruang kelas kuliah,
melainkan ialah sepanjang mereka semua melakukan kegiatan apapun yang
berkaitan dengan nama baik almamater kampus maupun agenda-agenda ilmiah.
Percabangan konsep definitif terkait etika akademik menurut para ahli pasti
tetap berkutat pada dua hal esensial yang sudah tertulis di paragraf sebelumnya.
Keduanya ialah ‘etika’ dan ‘akademik’. Keberadaan ‘etika’ ialah sebagai norma
yang diyakini dan diberlakukan secara resmi di dalam konteks keruangan
sekaligus status sosial berupa ‘akademik’ (pendidikan formal).

A. Landasan Etika Akademik


Landasan etika dalam konteks akademik kurang lebih mengacu pada tiga
hal. Secara empiris, ketiganya adalah norma hukum, prinsip ilmiah, dan cultural
suatu kampus. Masing-masing di antaranya bersifat saling beririsan dan
melengkapi satu sama lain di dalam pembuatan sekaligus pelaksanaan suatu etika
di dunia akademik.
Dari keterkaitan tiga aspek di atas, bisa kita cermati bahwa landasan sekaligus
implementasi etika akademik nantinya dapat sedikit bersifat variatif.
Keberagaman tersebut tidak lepas dari aspek ketiga berupa cultural kampus, di
mana setiap universitas memiliki keunikan profil berupa latar belakang dan
kondisi sosialnya sendiri-sendiri.
Ditambah lagi, setiap universitas pun terdiri atas komposisi akademisi
tersendiri yang nantinya akan mempengaruhi keunikan regulasi serta etika dalam
ranah akademik dibanding dengan kampus-kampus lainnya.

B. Urgensi Etika Akademik

Etika akademik merupakan pijakan utama dalam dunia pendidikan tinggi


yang mendasari integritas pengetahuan. Keberadaan etika ini memiliki urgensi
yang tidak dapat diabaikan. Etika yang mencakup prinsip-prinsip moral dan
profesional yang membimbing perilaku semua pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan dan penelitian.

Salah satu alasan mengapa etika ini begitu penting adalah karena ia
menjaga kejujuran intelektual. Dengan mengikuti prinsip-prinsip etika,
mahasiswa dan akademisi memastikan bahwa karya mereka adalah hasil
orisinalitas dan usaha intelektual yang jujur. Hal ini menghindarkan plagiat dan
pemalsuan data, yang dapat merusak integritas ilmiah.

Etika ini juga membentuk dasar untuk hubungan saling percaya di antara
anggota komunitas akademik. Dengan menghormati hak cipta, memberikan
pengakuan yang pantas pada kontributor, dan menghindari kecurangan,
komunitas akademik dapat tumbuh dalam lingkungan yang kolaboratif dan penuh
rasa hormat.

C. Contoh Etika Akademik di Kampus


Secara garis besar, contoh etika akademik bisa berwujud dalam dua jenis.
Jenis pertama adalah aturan tertulis, di mana setiap universitas pasti memiliki
beragam jenis pasal dan ayat yang diberlakukan secara formal untuk seluruh
warga akademik di dalamnya.
Lalu, jenis yang kedua dapat diistilahkan dengan konvensi atau
serangkaian prinsip normatif yang diberlakukan tanpa harus dituliskan serta
diberikan rambu peringatan secara terang-terangan di dalam suatu kampus.
2. Ilmu hukum dan kejujuran akademisi
a. Ilmu hukum

Ilmu Hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan


demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai
hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam
pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di
dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum
menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia
dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan
mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari
lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum
besar perannya dalam hal tersebut.

b. Kejujuran akademisi

Jujur adalah suatu sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar-
benarnya tidak berbohong atau berkata hal-hal yang menyalahi apa yang terjadi
(fakta). Jujur juga dapat diartikan tidak curang, melakukan sesuatu sesuai dengan
aturan yang berlaku dan lain sebagainya.

Lestari dan Adianti menyebutkan bahwa jujur merupakan bentuk dari


penyampaian secara dengan benar dan berupaya untuk mendapatkan sesuatu
dengan cara yang benar, bentuk dari kejujuran akademik adalah berbicara apa
adanya, terbuka, konsisten dengan apa yang dikatakan dan juga apa yang
dilakukan, berani karena benar, serta dapat dipercaya, teori terseut dijelaskan oleh
Jamani, Arkanudin, dan Syamiati .

Selain itu Zubaidi menyebutkan bahwa kejujuran merupakan kemampuan


dalam menyampaikan kebenaran yaitu dapat mengakui kesalahan, dapat dipercaya
dan bertindak secara hormat Sedangkan Muhammad Mustari menjelaskan
pengertian jujur yaitu suatu perilaku manusia yang didasarkan atau dilandasi pada
usaha sehingga menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap dirinya ataupun orang lain.

Ahli yang lain juga menyebutkan bahwa jujur adalah suatu nilai dan
prinsip yang harus ditanamakan pada diri seseorang dari pendidikan dasar atau
sejak dini. Dari berbagai pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa jujur
merupakan salah satu karakter atau sikap yang harus ditanamkan pada peserta
didik khussunya pada awal kelas rendah agar mereka dapat tumbuh menjadi
pribadi yang dapat dipercaya baik dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
terhadap diri sendiri maupun orang lain baik dirumah di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Kejujuran dalam menyampaikan sebuah pesan merupakan
prinsip dasar dalam berkomunikasi, jika prinsip tersebut tidak dapat tegak dengan
baik maka akan berakibat fatal bagi manusia. Diantara bentuk kejujuran dalam
berkomunikasi yaitu :

1. Tidak berbohong
Berbohong merupakan kegiatan memanipulasi informasi sehingga informasi
tersebut tidak sampai sebagaimana mestinya, sehingga kegiatan berbohong
tersebut akan menimbulkan presepsi yang tidak benar.
2. Tidak memutar balikan fakta
Memutar balikan fakta merupakan fitnah yang dapat membuat keruh suasana
dan dapat menimbulkan ketidak harmonisaan hubungan sehingga hal tersebut
dapat menimbulkan orang baik akan menjadi pengkhianat dan orang pengkhianat
menjadi orang yang baik.

3. Syarat-syarat akademisi dan aktualisasinya


Syarat Menjadi Dosen di Indonesia
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Secara sederhana, dosen merupakan tenaga pendidik di satuan perguruan
tinggi yang mengajar dan mendidik mahasiswa. Semua pengajar di kampus atau
perguruan tinggi kemudian disebut sebagai dosen.
Menjadi pengajar tentunya memberikan kesempatan untuk menekuni profesi
yang memberi pahala di akhirat, sebab mengajar adalah sebuah kebaikan. Ada
pahala tanpa henti didapatkan dari kegiatan mengajar tersebut.
Selain itu, gaji seorang dosen juga sudah sangat baik di Indonesia. Setidaknya,
dosen muda masa sekarang tidak kesulitan mendapatkan gaji UMP (Upah
Minimum Provinsi). Tidak heran banyak yang tertarik menjadi dosen. Adapun
syarat menjadi dosen adalah:

1. Merupakan Lulusan S2
2. Memiliki Bidang Ilmu yang Linier
3. Paham dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi
4. Sehat Jasmani dan Rohani
5. Lulus Proses Rekrutmen Dosen
a. Seleksi CPNS Dosen
b. Seleksi Lowongan Dosen
c. Mengirimkan Lamaran ke Perguruan Tinggi Tujuan

4. Adab dan etika akademisi


 Adab yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mengajar menurut Imam
Nawawi di antaranya :

1. Niat mengajar dengan ikhlas untuk memperoleh rida Allah.


Seorang guru tidak menjadikan imbalan maupu kedudukan sebagai
tujuan utama dalam mengajari muridnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi
Saw. yang artinya : “Sesunggunhya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan
sesungguhnya sertiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya.” (H.R.
Bukhari), “Barangsiapa yang keridhaan Allah swt dari ilmu yang dipunyainya,
sedangkan ia tidak mengajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan
dunia, maka diapun tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat” (H.R
Abu Dawud)

2. Memiliki akhlak yang baik.


Guru seyogyanya memiliki sifat terpuji, seperti: zuhud, pemurah,
dermawan, satun, sabar, warak, khusyu’, berwibawa, rendah hati, tunduk,
tidak banyak bergurau; menjauhkan dirinya dari sifat dengki, riya’, sombong,
dan suka meremehkan orang lain, meskipun tingkatan yang ia ajari berada di
bawahnya (usia/strata sosial).

3. Jangan menolak untuk mengajari murid karena niatnya salah.


Guru memiliki kewajiban untuk meluruskan niat muridnya, jika
didapati sang murid memiliki niat yang salah.

4. Saat mengajar diharapkan guru dalam keadaan suci dan menghadap kiblat.
Hal ini sebagaimana ungkapan Imam Nawawi yang artinya, “Apabila
tempat mengajarnya berupa Masjid atau tempat yang suci maka disarankan
untuk sholat dua rokaat dahulu sebelum mengajar karena hukumnya makruh
jika duduk dimasjid sebelum sholat dua rokaat.”

5. Bersikap lemah lembut saat mengajar muridnya dan menyambutnya.


Guru berbuat baik kepada murid sesuai dengan keadaannya. Sabar
ketika murid melakukan kesalahan dan memaafkannya. Nabi Muhammad
Saw. bersabda yang artinya, “Bersikaplah lemah-lembut kepada orang yang
kamu ajari dan guru yang mengajari kamu.”

6. Mengajarinya dengan kasih sayang,


Ia menyayangi muridnya seperti halnya ia menyayangi anaknya
sendiri. Guru menyukai kebaikan pada murid seperti halnya ia menyukai
kebaikan untuk dirinya sendiri; begitupun ia membenci keburukan yang ada
pada murid sama halnya ia membenci keburukan untuk dirinya sendiri. Hal ini
sebagaimana sabda Nabi Saw. yang artinya “Tidaklah sempurna iman
seseorang dari kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)

7. Fokus terhadap materi yang sedang diajarkan.


Imam Nawawi mengatakan yang artinya, “Termasuk adab seorang
guru yang mestinya menjaga kedua tangannya ketika mengajar dari bermain-
main dan menjaga kedua matanya dari memandang kemana-mana tanpa
keperluan.” Yang dimaksud di sini guru benar-benar fokus dalam mengajar
agar para murid bisa memahami materi yang dipelajari.
8. Mengetahui seberapa jauh kemampuan muridnya.
Dalam mengajar, guru perlu memperhatikan daya tangkap dan daya
ingat murid hal ini perlu diperhatikan agar murid tidak kesulitan dalam
memahami karena materi terlalu berat atau materi yang tidak dibutuhkan oleh
murid.

9. Memeriksa siapa saja murid yang tidak hadir.


Hal ini termasuk salah satu bentuk perhatian guru kepada muridnya,
Imam Nawawi mengatakan yang artinya: “ Hendaknya memeriksa dan
bertanya siapa saja yang tidak hadir diantara para murid.”

10. Mendahulukan yang datang dahulu.


Hal ini bisa ditoleransi jika yang datang dahulu membolehkan,
contohnya seperti jika ada tugas untuk menghafalkan hadis di depan guru
(biasanya disebut dengan setoran) maka yang didahulukan adalah murid yang
datang paling awal dan dilanjutkan setelahnya.

 Etika Akademik
Masyarakat akademik dicirikan salah satunya oleh ketertarikannya
terhadap etika akademik yang berlaku secara universal, seperti kejujuran,
keterbukaan, obyektivitas, kemauan untuk belajar dan berkembang serta saling
menghormati dan tidak berlaku diskriminatif.
Masyarakat kampus merupakan salah satu bagian penting dari
masyarakat akademis. Oleh sebab itu seluruh komponen civitas akademika
semestinya memahami dengan benar dan merasa terkait dengan Etika
Akademik tersebut. Keterkaitan terhadap etika akademik harus tercermin pada
setiap aspek kegiatan akademik, seperti perkuliahan, penelitian, penulisan dan
publikasi, penggunaan gelar akademis dan sebagainya. Dengan demikian
dipandang perlu untuk menjelaskan bagaimana Etika Akademik merupakan
tersebut diterapkan secara spesifik dalam berbagai kegiatan akademik maupun
kegiatan kampus lainnya. Tindakan yang melangggar etika akademik maupun
kegiatan kampus lainnya. Tindakan yang melanggar Etika Akademik
merupakan tindakan tidak etis atau pelanggaran akademik.

Aktivitas yang termasuk dalam kategori tindakan tidak etis dan atau
pelanggaran akademik merupakan perbuatan terlarang, antara lain adalah
(1) penyontekan/kecurangan dalam ujian /cheating,
(2) plagiat,
(3) perjokian,
(4) pemalsuan,
(5) penyuapan,
(6) tindakan diskriminatif, dan sejenisnya.

 Penyontekan/kecurangan dalam ujian (cheating)


Penyontekan yaitu kegiatan sadar (sengaja) atau tidka sadar yang
dilakukan seorang peserta ujian yang dapat mencakup (1) mencontoh hasil
kerja milik peserta ujian lain, dan (2) menggunakan atau mencoba
menggunakan bahan-bahan, informasi atau alat bantuan studi lainnya yang
tidak diijinkan dalam ujian atau tanpa ijin dari dosen yang berkepentingan.
 Plagiat
Bentuk tindakan plagiat antara lain mengambil gagasan/pendapat/hasil
temuan orang lain baik sebagian atau seluruhnya tanpa seijin atau tanpa
menyebutkan sumber acuannya secara jujur.
 Perjokian
Tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, menggantikan
kedudukan atau melakukan tugas atau kegiatan untuk kepentingan orang lain,
atas permintaan orang lain atau kehendak sendiri dalam kegiatan akademik.
 Pemalsuan
Bentuk tindakan pemalsuan antara lain melakukan kegiatan dengan
sengaja atau tanpa ijin yang berwenang mengganti, meniru atau
mengubah/memalsukan sesuatu untuk mendapatkan pengakuan sebagai
sesuatu yang asli, misalnya mengganti, meniru atau mengubah/memalsukan
nama, tanda tangan, nilai atau tugas-tugas, praktikum, transkrip akademik,
ijasah, stempel, kartu tanda mahasiswa, gelar akademik, dan keterangan atau
laporan dalam lingkup kegiatan akademik maupun non akademik, serta
memberikan keterangan atau kesaksian palsu.
 Tindakan Suap Menyuap
Memberikan ataupun menerima imbalan uang, barang atau bentuk
lainnya yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan tertentu secara tidak
sah baik bagi penerima maupun pemberi. Tindakan lain yang termasuk dalam
kategori ini adalah usaha untuk mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi
orang lain baik dengan cara membujuk, memberi hadiah atau berupa ancaman
dengan maksud mempengaruhi penilaian terhadap prestasi akademik.
 Tindakan Diskriminatif
Membedakan perlakuan terhadap seseorang yang berkepentingan
dalam kegiatan akademik yang didasarkan pada pertimbagan faktor gender,
agama, suku, ras, status social, dan fisik seseorang sehingga menimbulkan
kerugian pada orang tersebut.

 Sanksi Pelanggaran Etika Akademik


Semua komponen civitas akademika yang terbukti melanggar etika
akademik akan dikenakan sanksi secara bertingkat sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran akademik. Secara umum sanksi akademik dapat berupa
salah satu atau lebih dari beberapa sanksi berikut:

1) Peringatan keras secara lisan dan/atau tertulis

2) Pengurangan nilai ujian bagi matakuliah atau kegiatan akademik yang


bersangkutan

3) Dinyatakan tidak lulus ujian (digugurkan) matakuliah atau kegiatan


akademik bersangkutan

4) Digugurkan seluruh matakuliah yang ditempuh pada semester yang


bersangkutan

5) Skorsing (dicabut status kemahasiswaannya untuk sementara) dari Fakultas


Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Brawijaya
6) Pemecatan atau dikeluarkan (dicabut status kemahasiswaannya) dari Fakultas
Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Brawijaya

7) Dicabut gelar akademik yang telah diperoleh dari Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Brawijaya

Setiap bentuk pelanggaran akan didokumentasikan dan diikuti dengan


penandatanganan surat pernyataan bermeterai. Pelanggaran berulang akan
dikenakan sanksi yang lebih berat.

Beberapa pelanggaran terhadap etika akademik juga diatur dalam kitab


undang-undang hokum pidana (KUHP). Pihak yang berwajib dapat melakukan
penuntutan hukum terhadap pelaku pelanggaran etika akademik yang
mengandung unsur pidana.

 Tata Tertib

Di Ruang Administrasi/Kantor Bagi mahasiswa yang mengurus administrasi


diharuskan:

a. Berpakaian sopan dan rapi (tidak memakai kaos oblong dan /atau sandal)

b. Membawa KTM yang berlaku

c. Tidak merokok, makan dan minum di dalam ruang administrasi/kantor.

Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib di atas tidak akan dilayani urusan
administrasinya.

 Perkuliahan

Mahasiswa diperbolehkan mengikuti kuliah jika:

a. Berpakaian sopan dan rapi (tidak memakai kaos oblong dan/atau sandal).

b. Tidak merokok, makan dan minum.

c. Tidak melakukan pembicaraan yang mengganggu perkuliahan (termasuk


menggunakan
Handphone, pager, dsb).

d. Tidak membuat kegaduhan.

e. Tidak mengotori ruang kuliah (corat-coret, membuang sampah, dsb)

f. Namnya tercantum dalam presensi yang sudah resmi.

Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib diatas tidak diperkenankan mengikuti
kuliah.

 Mengikuti Ujian

Selama mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) maupun ujian Ujian Akhir
Semester (UAS), mahasiswa:

a. Diharuskan hadir 10 (sepuluh) menit sebelum, dan paling lambat 30 menit


setelah ujian mulai dilaksanakan.

b. Dilarang saling meminjam perlengkapan ujian seperti tip ex, kalkulator,


penggaris dsb.

c. Dilarang membawa tas, buku dan catatan lainnya ke ruang ujian, kecuali ujian
yang bersifat open book

d. Diharuskan membawa KRS dan KTM yang masih berlaku.

e. Dilarang keluar ruang ujian selama ujian berlangsung, kecuali ada ijin dari
pengawas

f. Dilarang bertanya pada sesame peserta ujian apabila menghadapi soal ujian
yang kurang jelas/salah.

g. Dilarang melakukan kecurangan salam ujian (cheating)

h. Diharuskan mematuhi seluruh tata tertib perkuliahan sebagaimana aturan di atas


dan tata tertib lain yang ditetapkan oleh Fakultas/Universitas.

 Bagi mahsiswa yang melanggar tata tertib di atas, dikenakan sanksi berupa:

a. Tidak diperkenankan mengikuti ujian, untuk pelanggaran point a.


b. Dikeluarkan dari ruang ujian, untuk pelanggaran point b dan c

c. Menunjukkan surat surat ijin mengikuti ujian dari panitia ujian, untuk
pelanggaran point d

d. Dilarang meneruskan ujian, untuk pelanggaran point e dan f

e. Sanksi lain dapat dikenakan pada pelanggaran akademik sebagaimana diatur


dalam sub Sanksi Etika Akademik.

 Ujian Akhir Studi Dan Yudisium Selama mengikuti Ujian Akhir Studi dan
Yudisium, mahasiswa:

a. Wajib mengenakan pakaian resmi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas


Brawijaya

b. Diharuskan mematuhi seluruh tata tertib perkuliahan sebagaimana aturan di


atas.

Bagi mahasiswa yang melanggar tata tertib di atas tidak diperkenankan mengikuti
Ujian Akhir Studi dan Yudisium

5. Reaktulisasi adab dalam kajian ilmu hukum kontemporer


merosotnya adab yang ditandai dengan mengemukanya berita konflik antara
siswa dan guru. Fenomena tentang Siswa yang berani menantang seorang guru atau
seorang wali siswa yang sampai menyeret seorang guru ke ranah hukum atau tawuran
antar siswa merupakan fakta yang mengenaskan. Oleh karenanya, kahadiran Sekolah
Al-Inayah yang mengangkat konsep Adab sebelum Ilmu di tengah-tengah dahaga
akan adab layak untuk diteliti. Ada dua rumusan; Pertama, bagaiaman konsep adab
sebelum ilmu. Dan baaiamana penerapan adab sebelum ilmu di Sekolah dasar Al
Inayah. Untuk menjawab rumusan tersebut, Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Data diperoleh dari naskah wawancara, Dokumen sekolah, catatan
lapangan, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis secara deskriptif analitis dengan tiga tahapan analisis; Reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kesimpulannya adalah bahwa yang
dimaksud dengan adab sebulum ilmu adalah mendahulukan ilmu yang dibutuhkan
oleh setiap siswa. Ada enam ilmu yang ditanakan sesuai dengan jenjang kelas siswa.
Iman, Alquran, Adab, Bahasa, Matematika dan life skill. Penanaman adab sebelum
ilmu di sekolah Al-Inayah menggunakan metode yang bervariasi; keteladanan guru
dan orang tua siswa, berkisah tentang para Nabi, para sahabat Nabi, ulama dan tokoh-
tokoh pejuang bangsa, Menonoton film-film yang sesuai dengan adab yang sedang
diajarkan, pemberian apresiasi atas kedisiplinan mereka dalam menjaga adab dan
memberikan teguran dengan kalimat tidak langsung jika mereka lalai.

BAB III

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Etika merupakan suatu konsepsi dalam baik atau buruk nya seseorang. Dengan
etika kita bisa menilai perilaku seseorang. Etika dalam profesi hukum memiliki
peran yang sangat penting.

Profesi yang bergerak di dalam bidang hukum antara lain hakim, jaksa, polisi,
advokat, notaris dan berbagai unsur instansi yang diberi kewenangan berdasarkan
undang – undang. Dalam menjalankan fungsi keprofesionalannya dilengkapi
dengan rambu – rambu dalam arti luas, yaitu rambu – rambu hukum (hukum
perundangan) dalam arti luas, dan rambu – rambu etik dan moral profesi (kode
etik profesi), sehingga tanggung jawab profesi dalam pelaksanaan profesi meliputi
tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral.

Untuk mengembangkan profesi hukum harus bekerja secara professional dan


fungsional, harus memiliki tingkat ketelitian, ketekunan, dan pengabdian yang
tinggi karena mereka bertanggung jawab pada diri sendiri dan juga sesama
anggota masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Aprita, Serlika. 2019. Etika Profesi Hukum. Bandung: Refika Aditama

Ardiani, Ni Komang Ayu, Ni Made Sunarsih danI Gusti Ayu Asri Pramest. 2020. Persepsi
Mahasiswa Akuntansi, Akuntan Pendidik Dan Akuntan Publik Terhadap Prinsip-Prinsip
Etika Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Jurnal Kharisma VOL. 2 No. 1. e-ISSN
2716-2710

Arifin, Bambang Syamsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ariyanti, Ni Made Hanny dan Widanaputra. 2018. Pengaruh Idealisme, Relativisme Dan
Etika Pada Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Perilaku Etis Akuntan. E- Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.24. No. 3.

Donsu, J.D.T. 2017. Pisikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ernawan, Erni R. 2016. Etika Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Febriansyah, Satria, Dwi Risma Deviyanti, Ledy Setiawati. 2016. Analisis perbedaan
perilaku etis pelaku akuntansi berdasarkan karakteristik individu dalam etika penyusunan
laporan keuangan. JIAM – Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman Vol. 1 (1).

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi
8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ismanto, Joko dan Pipin Fitriasari. 2019. Pengaruh Idealisme, Relativisme, Tingkat
Pengetahuan Akuntansi Dan Love Of Money Terhadap Persepsi Mahasiswa Tentang Krisis
Etika Akuntan. Jurnal Akuntansi Profesi Vol. 10 No. 2 p-ISSN : 2338 6177, e-ISSN : 2686-
2468

Lestari, Baiq Winda dan Ditya Permatasari. 2020. Pengetahuan Etika Akuntansi, Religiusitas
Dan Love Of Money Sebagai Determinan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. EL
MUHASABA: Jurnal Akuntansi (e-Journal) Vol. 11, No. 2, P ISSN : 2086-1249 ; E ISSN
2442 – 8922

Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antar Personal. Jakarta: PT. Prenadamedia Group

Mustofa, Ahmad, Kurnia Ekasari dan Kartika Dewi. 2020. Perilaku Tidak Etis Akuntan:
Melihat dari Persepsi Mahasiswa Akuntansi Politeknik Negeri Malang. AKUNSIKA: Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 1 No. 2.
Mutiarasari, Ketut Ria dan I Putu Julianto. 2020. Pengaruh Orientasi Etis, Gender, Dan
Pengetahuan Kode Etik Akuntan Terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai
Perilaku Tidak Etis Akuntan. VJRA, Vol.9, No.2, p-ISSN:2337- 537X : e-ISSN:2686-1941

Nisa, Yassinta Ainun. 2020. Pengaruh Love Of Money, Machiavellian, Idealisme Dan
Religiusitas Pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Prisma (Platform Riset Mahasiswa
Akuntansi) Volume 01 Nomor 03. 64-73.

Anda mungkin juga menyukai