ANGGOTA KELOMPOK:
MUH. IHZA IMANUDDIN B. MANAF
(B021171522)
FATHURRAHMAN ANANDA (B021171330)
MUHAMMAD NAJIB. BASRI (B021171326)
A. HUKUM ALAM
1. Positivisme Sociologic
Comte sebagai bapak Sosiologi modern melihat bahwa di antara semua
ilmu masih dibutuhkan adanya ilmu baru mengenai manusia dan masyarakat
manusia. Itulah yang dikenal sebagai sosiologi atau sering disebutnya filsafat
posotif.
Inti ajaran Comte adalah terdapat kepastian adanya hukum-hukum
perkembangan yang menguasai roh manusia dan segala gejala hidup bersama,
itulah secara mutlak
Menurut Comte, manusia merupakan makhluk sosial yang berkembang
mengikuti hukum-hukum sosial dalam sejarah. Comte melihat bahwa positivisme
sebgai tahap perkembangan yang terakhir. Namun, pada akhir hidupnya, Comte
berubah pendapat bahwa sosiologi dunia membutuhkan perlengkapan, yaitu
agama universal. Bagi Comte agama yang akan mengantarkan umat manusia
ke dalam suatu solidaritas internasional antas bangsa.
2. Esensi Positivistis Yuridis
Esensi positivisme hukum menurut Hart (1986: 253) adalah :
a.) That laws are commands of human beings
b.) That there is no necessary connection between law and morals or
law as it is and law as it ought to be.
c.) That the analysis or study of meanings of legal concepts is an
important study to be distinguished from ( though in no way) historical inquires,
sociological inquires and the critical appraisal of law in terms or morals, social
aims, function.
d.) That a legal system is a closed logical system in which correct
decisions can be deduced from predetermined legal rules by logical means alone.
e.) That Moral judgments cannot be established, as statement of fact
can by rational argument, evidence or proof (non cognitivism in ethics).
3. Ajaran John Austin
Penganut aliran positivis yang terpenting adalah John Austin (1790-
1859). Inti ajaran John Austin dapat penulis ikhtisarkan dalam beberapa butir
berikut.
a.) Hukum adalah perintah pihak yang berdaulat atau dalam bahasa
aslinya law was the command of sovereign. Bagi Austin No Law, No Saver, and
no sovereign, no law
b.) Ilmu hukum selalu berkaitan dengan hukum positif atau dengan
ketentuan-kententuan lain yang secara tegas dapat disebut demikian, yaitu yang
diterima tanpa memperhatikan kebaikan atau keburukannya.
c.) Konsep tentang kedaulatan negara (doctrine of soveireignty)
mewarnai hampir keseluruhan dari ajaran Austin.
C. ALIRAN UTILISTIS
1. Esensi Aliran Hukum yang Utilistis
Penganut Utilistis ini adalah Jeremy Bentham, John Stuart Mill, dan
Rudolf von Jhering. Namun demikian, terdapat perbedaan pandangan diantara
keduanya. Jeremy Bentham dikenal sebagai Bapak Utilitarianisme Individual,
sedangkan Rudolf von Jhering adalah Bapak Utilitarisme Sosiologis.
Menurut Prof.T.O. Ihromi (1984: 29), objek kajian antropologis tentang hukum,
adalah :
Paul Bohannan berpandangan bahwa seluruh kaedah hukum berasal dari kaidah
hukum lain yang sudah ada sebelumnya, tidak ada kaidah hukum yang langsung
lahir sebagai kaidah hukum. Bagi Bohannan, hukum sebaiknya dipikirkan sebagai
seperangkat kewajiban-kewajiban yang mengikat yang dipandang sebagai hak oleh
suatu pihak dan diterima sebagai kewajiban oleh pihak lain, dan yang telah
dilegitimasi kembali (double legitimacy) dalam pranata-pranata hukum agar masyarakat
dapat terus berfungsi dengan cara teratur berdasarkan aturan-aturan yang
dipertahankan melalui cara tersebut. Menurut Bohannan, hukum adalah kebiasaan
yang menjalani pelembagaan kembali (reinstutionalization) untuk memenuhi tujuan
yang lebih terarah dalam kerangka yanga pa disebut hukum
Bagi Pospisil, (Ihromi, 1984: 66-67), pemikiran hukum dari aspek antropologis harus
memperhatikan lima butir :
1. Kajian ini tidak membatasi pandangannya pada kebudayaan-kebudayaan tertentu.
2. Masyarakat dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang utuh yang bagian-bagiannya saling
berkaitan. Hukum harus dipelajari sebagai bagian yang integral dari kebudayaan, dan
tidak dianggap sebagai pranata yang otonom.
3. Ketentuan-ketentuan sosial maupun hal-hal yang superorganis, serta peranan individu,
semuanya sama-sama diperhatikan.
4. Masyarakat tidak dipandang berada dalam keseimbangan yang mengalami gangguan
jika terjaid penyimpangan, melainkan dipandang sebagai dinamis, sehingga pernanan
sosial dari hukum tidak terbatas pada mempertahankan keadaan status quo. Meminjam
kata-kata (Stone, 1950: 444), antropologi hukum bukanlah penganut
“ketidakmampuan legislatif”.
5. Kajian antropologis itu termasuk ilmu mengenai hukum, jadi bersifat empiris.
Konsekuensinya adalah teori yang dikemukakannya hars didukung oleh semua fakata
yang relevan atau paling sedikit oleh “wakil” yang representatif dari fakta yang relevan.
G. ALIRAN SOSIOLOGIS
positivisme sosiologisme
Max Weber adalah seorang sosiolog dan pakar ekonomi jerman. Menurut
Weber, analisis hukum dan pranata-pranata hukum di dalamnya mencakup pula
konteks historistik, politik, dan realitas sosial.
Weber memandang hukum dalam konteks dan hubungannya dengan
sanksi. Hukum baru dapat disebut hukum jika ada jaminan eksternal bahwa
aturan itu dapat dipaksakan melalui paksaan fisik ataupun psikologis.
Max Weber juga membahas perkembangan masyarakat dan hukum
dengan membaginya menjadi tiga tahap dari form of domination-nya:
1. Tahap tradisional.
2. Tahap karismatik.
3. Tahap rational legal.
3. Esensi ajaran Emile Durkheim
Salah satu topik yang menjadi objek bahasan Schuyt adalah konsep-
konsep dan asas-asas hukum, antara lain ajaran tentang kesalahan, eigendom,
pertanggungjawaban, dan The rule of law, yang semuanya jika dikaji dari sudut
pandang sosiologis akan timbul pertanyaan terhadap analisis konteks sosialnya.
Konsep the rule of law yang hakikatnya mengakui semua orang mempunyai
kedudukan yang sama di muka hukum.
tidak dapat disangkal bahwa konsep the rule of law kini merupakan
konsep yang positif, tetapi karena melihat sejarahnya, asas tersebut tidak dapat
kita selaku doktrin belaka, karena tidak realistis lagi. Mengapa? Sebab kalau saat
ini semua orang diperlakukan sama, maka timbul konsekuensi bahwa orang-
orang kaya tetap kaya dan orang-orang miskin tetap miskin.
7. Esensi ajaran Roscoe Pound