“FAKTOR-FAKTOR
YANG MENENTUKAN PERKEMBANGAN HUKUM”
SURYADARMA
2023
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERKEMBANGAN HUKUM
Dengan demikian kita perlu membatasi diri untuk mengulas beberapa di antara mereka yang
nampaknya termasuk yang paling penting, yakni faktor-faktor politik, ekonomis, religi-ideologis dan
kultur budaya.
I. Faktor-faktor Politik
Pada saat membicarakan terciptanya hukum dan evolusi tatanan-tatanan hukum primitif ke yang
sudah maju, kita telah banyak sekali menyebut faktor-faktor politik.
A. Adanya Penguasa
Kenyataan bahwa tidak mungkin kita jumpai hukum tanpa adanya suatu bentuk penguasa,
merupakan faktor politik pertama dan utama. Di beberapa persekutuan primitif tidak
ditemukan bentuk penguasa. Jadi, di sana tidak pula kita jumpai suatu tatanan norma yang
dapat kita juluki hukum.
2
B. Penguasa Duniawi dan Gerejawi
C. Tradisi Imperial
Di Eropa Timur kita dapat berbicara tentang sebuah tradisi imperial, yakni apa yang
ditemukan pada gereja kristen Bizantium, yang setelah jatuhnya Negara Romawi Timur pada
tahun 1453 diambil alih oleh raja-raja Moskow. Tradisi imperial ini berbeda dengan yang ada
di barat satu dan lain karena di Bizantium itu sendiri tidak pernah dialami suatu pembatasan
antara kekuasaan-kekuasaan duniawi dan gerejawi.
Peristiwa apakah kekuasaan raja ini berkeping-keping atau tersentralisasi merupakan pula hal
yang sangat penting bagi perkembangan hukum. Perkembangan hukum Mesir nampaknya
ditentukan oleh menyelang-nyelingnya periode-periode kekuasaan berkeping-keping dan yang
tersentralisasi. Berkeping-kepingnya kekuasaan raja-raja, seperti halnya pada era penguasaan
tanah oleh kaum bangsawan (leenstelsel) pada umumnya menyebabkan pula hukum ikut
terbagi-bagi.
E. Bentuk-bentuk Kekuasaan
Percampuran antara aturan-aturan hidup awal agama dan masyarakat pada satu sisi, dan
kekuasaan-kekuasaan kerohanian dan keduniawian pada sisi lain menjelaskan mengapa
agama juga dipandang sebagai faktor penting dalam evolusi hukum.
Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi agama-agama, melainkan juga bagi ideologi-
ideologi keduniawian yang mengandalkan kebenaran absolut sebagai pandangan hidup
mereka.
A. Aksara
Faktor kultural pertama yang penting adalah aksara. Kita telah terlebih dahulu
menggarisbawahi bahwa terciptanya seni tulis-menulis pada galibnya menentukan
peralihan dari prasejarah hukum dan sejarah hukum yang sebenarnya.
Hukum pada hakikatnya hanya dapat hidup mandiri dan bertumbuh kembang menjadi
ilmu pengetahuan bilamana orang-orang yang dapat membaca dan menulis tersedia dalam
jumlah yang cukup memadai.
B. Soal Resepsi
Yang dimaksudkan dengan resepsi di sini ialah pengambilalihan oleh sebuah kelompok
masyarakat hasil-hasil perolehan budaya kelompok lain, yang pada umunya berada pada
tingkat yang lebih tinggi daripada apa yang dicapai oleh kelompok yang disebut pertama.
Resepsi ini pada hakikatnya adalah sebuah gejala kultur yang tidak saja terbatas pada
bidang hukum. Setiap benda budaya, apakah itu sebuah alat kerja, karya seni, bahasa,
gagasan, ilmu pengetahuan atau apa saja yang dapat dibayangkan, bisa merupakan objek
kultur.
Sebagai aliran-aliran kultur yang relevan bagi perkembangan hukum dapat disebutkan di
sini:
2. Pada bagian awal Abad Pertengahan, yakni apa yang dikenal dengan “Renaisans
Karolingis”;
D. Renaisans
Renaisans adalah sebuah aliran kultural yang telah menggunakan pengaruhnya atas semua
bidang kegiatan manusia, baik terhadap seni, ilmu pengetahuan, literatur, politik maupun
4
apa saja sehingga nyaris tak mungkin merumuskannya dengan tepat dan benar secara
sepintas lalu.
E. Era Pencerahan
Pencerahan (Aufklarung, Enlightenment, Siecle des Lumieres) ini adalah aliran kejiwaan
yang mendominasi seluruh abad XVIII. Berdasarkan metoda pengamatan percobaan
(proefondervindelijk) telah di capai suatu kemajuan besar di dalam ilmu-ilmu
pengetahuan alam (Newton, lavoisie, dll.), yang menurut perkiraan orang bahwa melalui
observasi dan jalan pikiran dapat ditemukan “hukum-hukum alam”.
F. Mazhab Romantik
Kendatipun tidak tepat untuk menyatakan bahwa perkembangan hukum dalam abad XIX
semata-mata dianggap disebabkan oleh pengaruh romantik tersebut, namun betapapun
juga aliran kejiwaan ini untuk sebagian berada di ujung hulu pemikiran-pemikiran
tertentu yang sangat penting bagi perkembangan dunia.
G. Positivisme
Positivisme adalah sebuah aliran kejiwaan yang sejak bagian ke-2 abad XIX sampai
sekarang telah menjalankan pengaruhnya yang besar. Asas-asasnya telah dirumuskan oleh
seorang ahli filsafat Perancis August Comte (1798-1857); namun hal-hal tersebut pada
hakikatnya adalah ekspresi suatu periode kultur Eropa yang ditandai dan diwarnai oleh
perkembangan pesat ilmu-ilmu eksakta berikut penerapan-penerapannya di dalam teknik
dan industri.
Ciri-ciri khas umum suatu sikap positivistis sampai kini dan di sini masih terasa
pengaruhnya, dan ide bahwa manusia mengenal suatu evolusi melalui stadium
pendangan-pandangan teologis yang sarat dengan unsur-unsur irasional, menjurus ke arah
sikap yang diilhami oleh pemikiran positif nampaknya bagi banyak orang masih tetap
merupakan skema yang meyakinkan untuk menunjukkan berlangsungnya kultur.
H. Marxisme-Leninisme
Ajaran ini diformulasi dalam abad XIX oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels
(1820-1895), dalam karya-karya seperti “Das Kapital” (Jilid I, 1867; Jilid II, 1893; Jilid
III, 1894) dan Communistisch manifest” (1848).