Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POLITIK HUKUM

TENTANG

POLITIK PEMBENTUKAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

Disusun Oleh : Kelompok 8

Syahnaz Haifa Melina : 1813030101

Noni Sulistia : 1813030087

Opil Saputra : 1813030103

Dosen Pembimbing :

Leo Dwi Cahyono, S.HI., M.H

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang


senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan,
tanpa adanya pertolongan Allah pemakalah tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat dan salam pemakalah hadiahkan kepada nabi besar yaitu nabi muhammad SAW
yangmembawa umat manusia ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang dirasakan pada
saat ini.
Pemakalah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Politik Hukum, teman-teman dan orang tua yang telah membimbing pemakalah dalam
mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini sebegaimana mestinya. Makalah yang berjudul
“Politik Hukum Pembentukan Perundang-Undangan Indonesia” ini di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Politik Hukum.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini belum memenuhi kriteria sebagai makalah
yang sempurna, oleh sebab itu pemakalah mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam
penulisan serta penyusunan makalah ini. Pemakalah mengharapkan saran dan kritik agar
dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pemakalah ini merupakan sebuah pembelajaran
untuk memperdalam pengetahuan.

Sijunjung, 19 April 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Corak Politik Perundang-undangan......................................................................2
B. Tingkat Perkembangan Masyarakat......................................................................3
C. Pengaruh Global....................................................................................................4
D. Intervensi Asing dalam Pembentukan Undang-Undang.......................................
E. Karakteristik Politik Hukum Nasional...................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................8


A. Simpulan..................................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan perundang-undangan merupakan bagian atau subsistem dari sistem hukum.
Oleh karena itu, membahas mengenai politik peraturan perundang-undangan pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan dari membahas politik hukum. Istilah politik hukum atau politik
perundang-undangan didasarkan pada prinsip bahwa hukum dan/atau peraturan perundang-
undangan pada dasarnya merupakan rancangan atau hasil desain lembaga politik
Guna menciptakan hukum yang dapat melindungi rakyat, perlakuan adil, hukum yang
mengayomi setiap warga bangsa agar hak-haknya terjamin tentu harus ada peraturan yang
dijadikan pedoman dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, sebagai aturan pokok
yang berlaku untuk menyusun peraturan dari proses awal pembentukannya sampai dengan
peraturan tersebut diberlakukan kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya aturan yang
baku maka setiap penyusunannya peraturan dapat dilaksanakan dengan cara dan metode yang
pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk
peraturan perundangunangan, dengan demikian peraturan dimaksud dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik.
Proses pembentukan peraturan perundang undangan di Indonesia telah diatur dalam
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-
undangan.

B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah terkait materi ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana corak politik perundang-undangan?
2. Bagaimana tingkat perkembangan masyarakat?
3. Bagaimana pengaruh global?
4. Bagaimana intervensi asing dalam pembentukan undang-undang?
5. Bagaimana karakteristik politik hukum nasional?
C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui corak politik perundang-undangan.
2. Mengetahui tingkat perkembangan masyarakat.
3. Mengetahui pengaruh global.
4. Mengetahui intervensi asing dalam pembentukan undang-undang.
5. Mengetahui karakteristik politik hukum nasional.

D.Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa secara umum menmbah pengetahuan
2. Bagi masyaratkat bisa menambah pengetahuan.
3. Bagi diri sendiri sebagai seorang mahasiswa hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Corak Politik Perundang-Undangan


Politik Hukum merupakan induk dari politik perundang-undangan sehingga arah
ataupun corak dari politik hukum di Indonesia juga akan mempengaruhi arah dan
corak politik perundang-undangan Indonesia.
Politik Perundang-undangan merupakan arah kebijakan pemerintah atau negara
mengenai arah pengaturan (substansi) hukum yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan (hukum tertulis) untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dalam Politik Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dikenal adanya
pendekatan Dikotomis, merupakan pendekatan yang merujuk pada pembagian atas
dua kelompok yang saling bertentangan, yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel
bebas (konfigurasi politik) maupun variabel terpengaruh (karakter produk hukum).
Variabel Politik terbagi atas dua konfigurasi yaitu :
1. Konfigurasi Politik Demokratis
Merupakan susunan sistem politik yang membuka kesempatan bagi partisipasi
rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan kebijaksanaan umum. Partisipasi
ini ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjadinya kebebasan politik.
Intinya konfigurasi ini membuka kesempatan bagi masyarakat untuk ikut serta
secara aktif menentukan kebijakan negara.
2. Konfigurasi Politik Otoriter
Adalah konfigurasi yang menempatkan pemerintah pada posisi yang sangat
dominan dengan sifat otoriter dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
sehingga potensi dan aspirasi masyarakat bisa diartikan dengan lebih proporsional.
Intinya konfigurasi ini memungkinkan negara berperan sangat aktif dalam
pembuatan kebijaksanaan.

Hasil dari konfigurasi di atas akan menghasilkan karakter dan juga corak dari
produk hukum sebagai bagian dari hasil politik perundang-undangan, yaitu antara
lain :
1. Produk Hukum Responsif/Populistik
Adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi
harapan masyarakat. Karakternya menggambarkan pemenuhan atas tuntutan-
tuntutan baik individu maupun berbagai kelompok sosial di dala masyarakat
sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan di masyarakat. Proses
pembuatan hukum responsif ini mengundang secara terbuka partisipasi dan
aspirasi masyarakat, dan lembaga-lembaga peradilan, hukum diberi fungsi
sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat, sedangkan rumusannya
biasanya cukup rinci sehingga tidak terbuka untuk dapat diinterpretasikan
berdasarkan kehendak dan visi pemerintah sendiri.
2. Produk Hukum Konservatif/Ortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik dari pemegang kekuasaan, sehingga pembuatannya
tidak mengundang partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-
sungguh. Produk ini lebih tertutup terhadap tuntuntan-tuntutan kelompok-
kelompok maupun individu-individu dalam masyarkat. Dalam pembuatannya,
peranan dan partisipasi masyarakat relatif kecil.

Dari penjelasan di atas menunjukkan konfigurasi politik suatu negara akan


melahirkan karakter produk hukum tertentu di suatu negara. Di negara yang
konfigurasi politiknya demokratis, maka produk hukum atau dalam hal ini
perundang-undangannya akan berkarakter responsif/populistik.
Sedangkan negara yang konfigurasi politiknya otoriter, maka produk hukumnya
akan berkarakter ortodoks/konservatif.
Namun, pada kenyataannya, hal tersebut tidak lah bersifat mutlak karena tidak ada
satu negara pun yang karakter produk hukumnya mutlak responsif ataupun mutlak
konservatif. Ada kalanya terjadi tindakan-tindakan yang bersifat otoriter di negara
demokratis, begitupun sebaliknya

B. Tingkat Perkembangan Masyarakat


Dalam politik perundang-undangan, masyarakat menjadi bagian penting sesuai
dengan tujuannya yaitu agar bisa menata kehidupan negara.
Dalam produk hukum yang responsiv, masyarakat memiliki tingkat perkembangan
dan peranan yang besar karena ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan atau
produk hukum.
C. Pengaruh Global
Politik perundang-undangan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara
lain :
1. Ideologi suatu negara.
2. Sistem Pemerintahan.
3. Format dan konfigurasi politik dalam kurun waktu tertentu.
4. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
5. Budaya Hukum masyarakat.
6. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Lingkungan strategis regional dan global.
Selain faktor dari dalam negara itu sendiri, pengaruh dari lingkungan di sekitar
negara terkait baik secara regional ataupun global (menyeluruh) dilihat dari arah
kebijakan dan konfigurasi yang dipakai di negara tersebut juga menjadi faktor
yang mempengaruhi politik perundang-undangan.

D. Intervensi Asing Dalam Pembentukan Undang-Undang


Intervensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai campur tangan
dalam perselisihan antara dua pihak. Intervensi atau campur tangan pihak asing dalam
pembentukan undang-undang sudah jelas merupakan pihak di luar dari kedaulatan
Republik Indonesia. Di Indonesia, tercatat beberapa kasus intervensi asing dalam
pembuatan undang-undang Indonesia. Sekitar ada 76 Undang-undang yang
diintervensi pihak asing. Inti intervensinya adalah upaya meliberalisasi sektor-sektor
vital di Indonesia, contohnya : UU tentang Migas, Kelistrikan, Perbankan dan
Keuangan, Pertanian serta sumber daya air.
Hal ini tentu berpengaruh kepada politik perundang-undangan di Indonesia, dimana
arah kebijakan mengenai arah substansi hukumnnya tidak akan berpihak ke
masyarakat Indonesia yang dimana tujuan kebijakan itu tidak tercapai.

E. Karakteristik Politik Hukum Nasional

Karekteristik adalah kebijakan atau arah yang akan dituju oleh politik hukum nasional
dalam masalah pembangunan hukum nasional, sebagai bentuk dari kristalisasi
kehendak-kehendak rakyat.
1. Pluralitas
Pluralitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai kemajemukan.
Pluralisme dalam hukum secara umum didefinisikan sebagai situasi dimana
terdapat dua atau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu kehidupan sosial.
Pluralisme hukum harus diakui sebagai sebuah realitas masyarakat.
Kemajemukan merupakan ciri khas dari Indonesia, banyak pulau, suku, bahasa,
dan budaya Indonesia sehingga tidak heran hal ini tidak dapat dihindarkan untuk
terpengaruhnya arah politik hukum nasional.

Pemikiran pluralisme hukum dimunculkan sebagai tanggapan terhadap adanya


paham sentralisasi hukum. Pluralisme hukum dan sentralisasi hukum merupakan
dua kutub yang secara tegas saling berhadapan.
Sulistyowati Irianto, hukum negara maupun hukum kebiasaan atau agama, akan
saling berinteraksi dan menciptakan keseimbagan sosial yang diharapkan.
Kemudian hukum negara lebih dominan, sebenarnya itu hanya sebatas
wewenangnya untuk memberikan batas apakah hukum adat masyarakat tertentu
dapat diberlakukan kepada masyarakat lain.
Pluralisme hukum sudah tampak pada TAP-TAP MPR sebelum TAP MPR No.
IV/MPR/1999, namun hanya diterapkan dalam konteks terbatas.
Penerapan unifikasi hukum terbatas dengan sendirinya terhapus dengan adanya
UU Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa Aceh, UndangUundang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang
Otonomi Khusus Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kendati
tidak berskla nasional, kedua produk hukum tersebut telah mengubah pula hampir
secara keseluruhan tatanan hukum dan politik di aceh. Demikian juga dengan
UUNomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua. Dimana
terdapat keistimewaan yang dimiliki oleh kedua daerah tersebut dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerahnya.
Keppres 11 tahun 2003 eksistensi peradilan agama di aceh secara kelembagaan
masih ada hanya berubah menjadi Mahkamah Syar’iyah dengan kewajiban
yurisdiksi yang diperluas, yaitu menyangkut juga masalah pidana. Peradilan
Negeri tetap ada hanya diperuntukkan untuk mengadili perkara perdata dan pidana
yang melibatkan warga non-muslim dengan menggunakan KUHPerdata dan
KUHP. Sedangkana perkara pidana di Mahkamah Syar’iyah akan menggunakan
materi hukum pidana Islam.
2. Kodifikasi
Kodifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai himpunan
berbagai peraturan menjadi undang-undang; penggolongan hukum dan undang-
undang berdasarkan asas-asas tertentu dalam buku undang-undang yang baku.
Kodifikasi adalah pembukuan bahan-bahan hukum secara lengkap dan tuntas
dalam buku atau codex, Kodifikasi dan unifikasi adalah bagian inheren dari cita-
cita kaum liberal yang pengauhnya dalam perkembangan politkhuku kolonial pada
abad XIX. Kodifikasi diyakini akan memberikan kepastian hak kepada individu-
individu anggota masyarakat. Sedangkan unifikasi diyakini akan mematerialisasi
ide-ide yang bermaksud memperlakukan seluruh penduduk negeri dalam
kehidupan masyarakat modern diukur menurut ketunggalan teritori dan tidak
menurut perbedaan golongan yang disebabkan oleh keturunan atau afiliasi etnik.
Tidak diskriminatif dan memandang setiap orang berkedudukan sama dihadapan
dewi keadilan. kodifikasi terbuka adalah dimungkinkan diluar kitab-kitab undang-
undang terdapat aturan yang berdiri sendiri. Dengan menganut prinsip kodifikasi
terbuka, akan memberi kemungkinan untuk menampung perkembangan-
perkembangan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, dengan aturan-aturan
hukum diluar kodifikasi. Dan kodifikasi hanya dilakukan pada bagian-bagian yang
tergolong hukum netral dan tidak termasuk hukum yang berkenaan dengan
kesadaran budaya atau kepercayaan agama.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam Politik Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dikenal adanya
pendekatan Dikotomis, merupakan pendekatan yang merujuk pada pembagian atas dua
kelompok yang saling bertentangan, yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas
(konfigurasi politik) maupun variabel terpengaruh (karakter produk hukum).
Dalam politik perundang-undangan, masyarakat menjadi bagian penting sesuai
dengan tujuannya yaitu agar bisa menata kehidupan negara. Dalam produk hukum yang
responsiv, masyarakat memiliki tingkat perkembangan dan peranan yang besar karena
ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan atau produk hukum.
Intervensi atau campur tangan pihak asing dalam pembentukan undang-undang sudah
jelas merupakan pihak di luar dari kedaulatan Republik Indonesia. Di Indonesia, tercatat
beberapa kasus intervensi asing dalam pembuatan undang-undang Indonesia.
Pluralisme dalam hukum secara umum didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat
dua atau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu kehidupan sosial. Pluralisme
hukum harus diakui sebagai sebuah realitas masyarakat. Kemajemukan merupakan ciri
khas dari Indonesia, banyak pulau, suku, bahasa, dan budaya Indonesia sehingga tidak
heran hal ini tidak dapat dihindarkan untuk terpengaruhnya arah politik hukum nasional.
Kodifikasi adalah pembukuan bahan-bahan hukum secara lengkap dan tuntas dalam
buku atau codex, Kodifikasi dan unifikasi adalah bagian inheren dari cita-cita kaum
liberal yang pengauhnya dalam perkembangan politkhuku kolonial pada abad XIX.
Kodifikasi diyakini akan memberikan kepastian hak kepada individu-individu anggota
masyarakat.

B. Saran
Kami sadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dalam segi penulisan maupun susunan kalimatnya. Maka dari itu, sangatlah dibutuhkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Agar penulisan makalah dilain
kesempatan bisa jauh lebih baik lagi. Pesan kami janganpernah berhenti untuk belajar,
karena kunci kesuksesan adalah dengan cara belajar dan terus berusaha.
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Politik Perundang-undangan. (http://ditjenpp.kemenkuham.go.id )

Indrayana, Denny. Politik Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Manik, Edison. Politik Hukum Perundang-undangan dan Arah Kebijakan Peraturan


Perundang-undangan.

Tempo. “Asing Intervensi 76 Undang-undang” (http://nasional.tempo.co/asing-intervensi-76-


undang-undang, diakses 20 April 2021.

Universitas Islam Indonesia. Politik Hukum Dalam Negara Demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai