Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA UNDANG-UNDANG, HUKUM DAN HAKIM

A. Aliran Legisme
Paham legisme menjujung tinggi azas legalitas dan atau mengedepankan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam suatu wilayah tertentu sebagai sumber hukum
yang paling utama di dalam prosese penegakan hukum.Aliran ini menganggap bahwa
semua hukum terdapat dalam UU. Tokoh aliran paham legisme yaitu Hans Kelsen dan
Nawiasky. Hakim didalam melaksanakan tugasnya terikat pada UU, sehingga
pekerjaannya hanya melakukan pelaksaan UU (wetstoepassing), dengan jalan
pembentukan silogisme hukum, atau juridischesylogisme, yaitu suatu deduksi logis dari
suatu perumusan yang luas, pada keadaan khusus sehingga pada suatu kesimpulan. Jadi,
menentukan preposisi mayor pada keadaan preposisi minor, sehingga sampai pada
conclusio, dengan contoh sebagai berikut :
a. Siapa membeli harus membayar (Mayor)
b. Si ‘A’ membeli ( Minor)
c. Si ‘A’ harus membayar (conclusion)
Menurut aliran ini, mengenai hukum yang primer adalah pengetahuan tentang
UU, sedangkan mempelajari yurisprudensi adalah masalah sekunder. Aliran legisme
berkeyakinan bahwa semua persoalan sosial akan segera terselesaikan apabila telah
dikeluarkan undang-undang yang mengaturnya. Undang-undang dianggapnya sebagai
obat yang mujarab, obat yang manjur. Undang-undang adalah segala-galanya, sekalipun
pada kenyataannya tidak demikian. Pengaruh aliran ini masih berlangsung dibeberapa
negara yang telah maju sekalipun. Aliran Legisme mempunyai kurang dan lebihnya .
Kelebihannya adalah adanya sebuah kepastian hukum yang dirumuskan karena
ada sebuah kodifikasi, lalu kekurangannya adalah Undang-undang sering ketinggalan
zaman, sehingga banyak kejahatan yang tidak termasuk Undang-undang dan hilangnya
rasa keadilan . Dengan kata lain aliran ini mengartikan bahwa “ Hukum untuk manusia,
bukan manusia untuk hukum “.
Kelebihan Aliran Legisme
1. Kepastian hukum yang akan diperoleh bagi setiap individu akan lebih terjamin dan
memperoleh kepastian hukum yang lebih baik.
2. Jaminan yang akan diperoleh bagi setiap individu untuk memperoleh hak perorangan
terhadap kesewenang-wenangan yang akan dilakukan oleh penguasa.
Kelemahan Aliran Legisme
1. Para hakim akan mempelajari, menganalisa, dengan mengunakan deduksi logis.
2. Banyak peraturan perundang-undangan yang relatif terbatas atau minimnya undang-
undang yang digunakan untuk menghukum.
3. Tidak mengakui hukum yang tidak tertulis padahal hukum yang tidak tertulis dapat
melengkapi uu malahan hukum tidak tertulis (kebiasaan) dapat menyampingkan uu
di kuatkan oleh pengadilan.
4. Hakim terlalu terikat oleh uu,padahal sikap uu terbatas.
5. Hakim tidak boleh melakukan penafsiran.
6. Tidak adanya sumber hukum lain kecuali yang bersumber dan berdasarkan pada
aturan perundang-undangan
7. Kalaupun ada hukum kebiasaan hanya jika diakui oleh peraturan perundang-
undangan
8. Kekuatan yang bersifat mengikat undang-undang semata atas kehendak nagara atau
pemerintah.

B. Aliran Begriffsjurisprudenz
Pada pertengahan abad 19 lahirlah aliran yang dipelori oleh Rudolf von Jhering
(1818-1890) yang menekankan pada sistematik hukum yaitu Aliran Begriffjurisprudenz.
Setiap putusan baru dari hakim harus sesuai dengan system hukum. Berdasarkan
ketentuan yang dibentuk oleh system hukum, maka setiap ketentuan undang-undang yang
lain, sehingga kententuan undang-undang itu merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Menurut aliran ini yang ideal adalah apabila system yang ada itu berbentuk suatu piramida
dengan pada puncaknya asas yang utama, dari situlah dapat dibuat pengertian-pengertian
baru (Begriff).
Khas bagi aliran ini adalah hukum yang dilihat sebagai suatu system
tertutupmengatur segala-galanya yang mengatur semua perbuatan social. Pendekatan
hukum secara ilmiah dengan sarana pengertian-pengertian yang diperhalus ini merupakan
dorongan timbulnya postivisme hukum, tetapi juga memberi argument-argument yang
berasal dari ilmuhukum, dan dengan demikian objektif, sebagai dasar putusan-putusan.
Pasal-pasal yang tidak sesuai dengan system dikembangkan secara ilmiah dan diterapkan.
Aliran ini memulai memperbaiki kelemahan yang ada pada ajaran legisme. Aliran
ini mengajarkan bahwa sekalipun benar undang-undang itu tidak lengkap, namun undang-
undang masih dapat menutupi kekurangan-kekurangannya sendiri, karena undang-undang
memiliki daya meluas.
Aliran ini memandang hukum sebagai satu sistem tertutup, di mana pengertian
hukum tidaklah sebagai sarana melainkan sebagai tujuan, sehingga teori hukum menjadi
teori tentang pengertian (Begriffsjurisprudenz). Aliran ini lebih memberikan kebebasan
kepada hakim daripada legisme. Hakim tidak perlu terikat pada bunyi undang-undang,
tetapi dapat mengambil argumentasinya dari peraturan hukum yang tersirat dalam undang-
undang. Dengan demikian, peradilan lebih bersandar pada ilmu hukum. Maka kegiatan
hakim terdiri dari sistematisasi, penghalusan hukum dan pengolahan hukum dalam sistem
itu melalui penjabaran logis peraturan undang-undang menjadi berbagai asas hukum.
Kelebihan Aliran Begriffsjurisprudenz
1. Menghargai logika dan rasio hakim
2. Hakim diperbolehkan interprestasi dan kontruksi
Kelemahan Aliran Begriffsjurisprudenz
1. Selalu mendewa-dewakan logika dan rasio sehingga menyampingkan perasaan dan
keadilan
2. Keadilan dan manfaat kemasyarakatan tidak dijadikan bahan pertimbangan
3. Hukum dapat dirobah oleh dogma
C. Aliran Interessenjurisprudenz atau Freireschule
Sebagai kritikan terhadap aliran Begriffsjurisprudenz, muncul aliran
Interessenjurisprudenz (Freirechtsshule). Menurut aliran ini, undang-undang jelas tidak
lengkap. Tokoh-tokoh aliran ini adalah O. Bulow, E. Stampe dan E. Fughs. Undang-
undang bukan satu-satunya sumber hukum, sedangkan hakim dan pejabat lainnya
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk melakukan “penemuan hukum” dengan
memperluas dan membentuk peraturan melalui putusannya. Untuk mencapai keadilan
yang setinggi-tingginya, hakim bahkan boleh menyimpang dari undang-undang demi
kemanfaatan masyarakat. Hanya saja, adanya kebebasan hakim dalam membuat
keputusan dan peraturan, memungkinkan terjadi kesewenang-wenangan hakim dalam
membuat keputusan. Itulah salah satu kelemahan yang dialamatkan pada aliran ini.
Ini adalah contoh aliran Freiredits Schule: Fauzi menjadi hakim (amin), terus ada
kasus tentang seseorang yang mencuri uang dengan menggunakan internet
(Crack/hacker). lalu didalam kodifikasi tidak diatur pencurian dengan menggunakan
internet, tetapi karena Fauzi menggunakan aliran bebas sebagai pencipta hukum, maka
Fauzi memutus bahwa itu termasuk tindakan pidana pencurian walaupun lewat dunia
internet. Sehingga keputusan Fauzi ini disebut Aliran bebas dan menjadi Sumber
Yurisprudensi.
Kelebihan Aliran Freiredits Schule
1. Hukumnya selalu mengikuti perkembangan zaman sehingga dirasakan lah keadilan.
2. Hakim diberi kebebasan menilai dan menimbang kepentingan-kepentingan
masyarakat.
Kelemahan Aliran Freiredits Schule
1. Tidak ada sebuah kepastian hukum karena tidak ada kodifikasi secara lengkap.
2. Sangat memerlukan hakim yang memiliki rasa keadilan yang tulus tidak mau terbujuk
oleh KKN (Korupsi , Kolusi dan Nepotisme).
3. Hakim terlalu berkuasa.
4. Terjadinya kesewenangan-wenangan hukum.
D. Aliran Hukum Sociologischerechtschule
Reaksi terhadap aliran Freiredits Schule, aliran ini memunculkan aliran
Soziologische Rechts Shule yang pada pokoknya hendak menahan kemungkinan
munculnya kesewenang-wenangan hakim. Tokoh-tokoh aliran ini Arthur Honderson,
J. Valkhor, A Auburtin dan G. Gurvitch. Aliran ini tidak setuju jika hakim diberi
kebebasan dalam membuat peraturan, akan tetapi tetap mengakui bahwa hakim tidak
hanya sekedar “terompet undang-undang”, melainkan di samping berdasarkan pada
undang-undang, hakim juga harus memperhatikan kenyataan-kenyataan masyarakat,
perasaan dan kebutuhan hukum warga masyarakat serta kesadaran hukum warga
masyarakat. Aliran ini menolak adanya kebebasan dari hakim sebagaimana yang
diinginkan freirechtsshcule.
Aliran ini menuntut adanya hakim yang memiliki wawasan ilmu dan pengetahuan
yang cukup luas, bukan sekedar menguasai peraturan-peraturan hukum yang tertuang
dalam berbagai perundang-undangan, melainkan juga menguasai ilmu ekonomi,
sosiologi, politik, antropologi, dan lain-lain. Untuk memperoleh hakim yang berkualitas
seperti itu, banyak ditentukan pula oleh “proses rekrutmen” calon hakim. Sebaiknya yang
diterima sebagai calon hakim adalah lulusan-lulusan terbaik dari fakultas-fakultas hukum
serta yang memiliki mentalitas yang cukup baik. Selain itu, peningkatan kualitas bagi para
hakim sendiri juga harus senantiasa dilakukan, baik dengan penataran atau kursus-kursus,
maupun dengan sering-sering mengikutkan para hakim dalam pertemuan-pertemuan
ilmiah seperti seminar, simposium, dan sebagainya.
Pokok pikiran dari aliran ini ialah terutama hendak menahan dan menolak
kemungkinan kesewenang-wenangan dari hakim, berhubungan dengan adanya “freies
Ermessen” dari aliran hukum bebas di atas. Mereka pada dasarnya tidak setuju dengan
kebebasan bagi para pejabat hukum untuk menyampingkan undang-undang sesuai dengan
perasaannya. Undang-undang harus tetap dihormati, tetapi sebaliknya memang benar
hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, akan tetapi kebebasan tersebut
terbatas dalam rangka undang-undang.
Aliran Sociologische Rechtsschule pada dasarnya tidak setuju dengan adanya
kebebasan bagi para pejabat hukum untuik menyampingkan undang-undang sesuai
dengan perasaannya. Oleh karena itu, aliran ini hendak menahan dan menolak
kemungkinan sewenang-wenang dari hakim, sehubungan dengan adanya
freiesermessen dalam aliran rechtsschule. Undang-undang tetap harus dihormati, memang
benar hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, tetapi kebebaan tersebut
terbatas dalam kerangka undang-undang. Pandangan mereka hakim hendaknya
mendasarkan putusan-putusannya pada pertauran undang-undang, tapi tidak kurang
pentingnya supaya putusan-putusan itu dapat dipertanggungjawabkan terhadap asas-asas
keadilan, kesadaran, dan perasaan hukum yang sedang hidup dalam masyarakat. Dan
hanya yang seperti itulah yang dapat disebut hukum yang sebenarnya. Pengikut aliran ini
adalah A. Aurburtin,G. Gurvitch dan J. Valkhof.
Pada akhirnya aliran ini menghimbau suatu masyarakat bagi pejabat-pejabat
hukum dipertinggi berkenaan dengan pengetahuan tentang ekonomi, sosiologi, dan lain-
lainnya, supaya kebebasan dari hakim ditetapkan batas-batasnya (seperti tentang hukuman
maksimal/minimal, keadaan belum dewasa, jangka kadaluwaras dan lain-lain) dan supaya
putusan-putusan hakim dapat diuji oleh public opinion (pemeriksaan putusan terbuka,
tindakan apel, kasasi, dan alin-lain).
Prof. Dr. Achmad Sanusi,S.H. (1984:95) berpendapat bahwa aliran ini yang
primair bagi hukum itu ialah penyesuaiannya dengan keadaan masyarakat, dalam hal ini
kita menghadapi pendemokrasian atau penyolisasian dari hukum.
Menurut penganut aliran ini, hakim hendaknya mendasarkan putusan-putusannya
pada peraturan undang-undang, supaya putusan-putusan tersebut dapat dipertanggung
jawabkan terhadap asas-asas keadilan, kesadaran dan perasaan hukum yang sedang hidup
dalam masyarakat. Aliran Sociologische Rechtsschule pada dasarnya tidak setuju dengan
adanya kebebasan bagi para pejabat hukum untuik menyampingkan undang-undang
sesuai dengan perasaannya. Oleh karena itu, aliran ini hendak menahan dan menolak
kemungkinan sewenang-wenang dari hakim, sehubungan dengan adanya
freiesermessen dalam aliran rechtsschule. Undang-undang tetap harus dihormati, memang
benar hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, tetapi kebebaan tersebut
terbatas dalam kerangka undang-undang.
Kelebihan Aliran Sociologische Rechts Schule
1. Hakim mendasarkan putusan-putusannya pada peraturan undang-undang supaya
putusan-putusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan terhadap asas-asas keadilan,
kesadaran dan perasaan hukum yang sedang hidup dalam masyarakat.
2. Undang-undang harus tetap dihormati , sebaliknya memang benar hakim mempunyai
kebebasan dalam menyatakan hukum, akan tetapi kebebasan tersebut terbatas dalam
rangka undang-undang.
3. Aliran ini tidak setuju adanya kebebasan bagi para pejabat hukum untuk
mengenyampingkan undang-undang sesuai dengan perasaannya.
Kekurangan Aliran Soziologische Rechts Schule
1. Dibutuhkannya hakim yang bijaksana agar putusan-putusannya dapat
dipertanggungjawabkan.

E. Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Rechts)

Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Recht) merupakan satu
sistem yang berarti semua aturan saling berkaitan aturan-aturan dapat di susun. Tokoh
Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Rechts) adalah Paul Scholten.
Sistem hukum membutuhkan putusan-putusan atau penetapan-penetapan yang senantiasa
menambah luasnya system hukum tersebut. Karena sistem hukum bersifat terbuka.
Aliran sistem hukum terbuka meletakkan persoalan Undang-undang Hakim-
Hukum secara lebih tepat. Karena pandangan dan pendapat dari semua aliran-aliran
terdahulu adalah berat sebelah; kadang-kadang cerderung mengutamakan dogma,
kepastian hukum, dengan mendudukkan Hakim sebagai otomat-susuban saja, dan kadang-
kadang sebaliknya terlalu mementingkan peranan Hakim atau kenyataan-kenyataan
sosial.
Paul Scholten (dalam Achmad Sanusi, 1984: 96) berpandangan bahwa: Hukum itu
merupakan suatu sistim, yang semua peraturan-peraturannya saling berhubungan, yang
satu ditetapkan oleh yang lain, dapat disusun secara mantik dan untuk yang bersifat khusus
dapat dicarikan aturan-aturan umumnya, sehingga sampailah pada azas-azasnya. Sistem
hukum itu bersifat logis, akan tetapi karena sifatnya sendiri, hukum tidak tertutup, tidak
beku, sebab ia memerlukan putusan-putusan atau penetapan-penetapan yang akan
menambah luasnya sistem hukum. Oleh karenanya, lebih tepat apabila hukum dikatakan
sistem terbuka.
Pandangan Paul Scholten diatas, mengisyaratkan kepada kita bahwa sistem hukum
itu sebenarnya dinamis, bukan saja karena pembentukan baru secara sadar oleh badan
perundang-undangan, tetapi juga karena pelaksanaannya di dalam masyarakat tidak boleh
berpandangan bahwa badan perundang-undangan pekerjaannya membentuk hukum dan
hakim hanya mempertahankannya semata-mata, atau bahwa badan perundang-undangan
merupakan kebebasan yang lebih primair, sedangkan hakim adalah kebebasan terikat.
Badan perundang-undangan dalam membentuk hukum yang baru senantiasa
terikat untuk menemukan kontunuitas dengan yang lama, sedangkan hakim dalam
mempertahankan hukum itu, turut menambah sesuatu yang baru seraya mendapatkan
hubungan (aansluiting) pada yang telah ada. Pelaksanaan itu selalu di sertai dengan
penilaian, baik sambil membuat kontruksi-kontruksi hukum ataupun penafsiran. Badan
perundang-undangan dalam membentuk hukum Yang baru terikat untuk menemukan
kontinuitas dengan yang lama. Sedangkan hakim dalam mempertahankan hukum itu turut
menambahkan sesuatu yang baru seraya mendapatkan hubungan yang telah ada.
Kelebihan Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Recht)
1. Meletakkan persoalan Undang-undang, Hakim dan Hukum secara lebih tepat.
2. Sistem hukum itu bersifat logis, akan tetapi karena sifatnya sendiri, hukum tidak
tertutup, tidak beku, sebab ia memerlukan putusan-putusan atau penetapan-penetapan
yang akan menambah luasnya sistem hukum.
Kelemahan Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Recht)
1. Sistem hukum membutuhkan putusan-putusan atau penetapan-penetapan yang
senantiasa menambah luasnya system hukum tersebut

Aliran Hukum Yang Cocok Dipakai Di Indonesia


Jadi, menurut kelompok kami dari lima aliran tersebut yang paling cocok dipakai
di Indonesia adalah Aliran Interessenjurisprudenz atau Freiredits Schule, karena hakim
dalam memutuskan suatu perkara berpegang pada undang-undang dan sumber hukum
lainnya yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan hakim tersebut berdasarkan pada pasal
20, 22 AB dan pasal 16 ayat (1) dan pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman.
Pasal 20 AB mengatakan bahwa “Hakim harus mengadili berdasakan undang-undang.”
Pasal 22 AB mengatakan bahwa “Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan
undang-undangnya bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena
menolak untuk mengadili.”
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi “Pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan
dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.”
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi “Hakim wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat.”

Aliran Hukum Yang Sesuai Dengan Al-Quran


Menurut kelompok kami, aliran hukum yang sesuai dengan Al-Quran adalah aliran
Soziologisme Rechts Schule karena menurut aliran ini, hakim hendaknya mendasarkan
putusan-putusannya pada peraturan undang-undang, supaya putusan-putusan tersebut
dapat dipertanggung jawabkan terhadap asas-asas keadilan, kesadaran dan perasaan
hukum yang sedang hidup dalam masyarakat. Aliran Sociologische Rechtsschule pada
dasarnya tidak setuju dengan adanya kebebasan bagi para pejabat hukum untuik
menyampingkan undang-undang sesuai dengan perasaannya. Oleh karena itu, aliran ini
hendak menahan dan menolak kemungkinan sewenang-wenang dari hakim, sehubungan
dengan adanya freiesermessen dalam aliran rechtsschule
Jadi intinya aliran Soziologisme Rechts Schule memuat isi bahwa hakim
hendaknya mendasarkan putusan-putusannya pada peraturan perundang-undangan supaya
putusan-putusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan terhadap asas-asas keadilan.

Q.S An-nisa ayat 43

‫ار ٰى‬ َ ‫س َك‬ُ ‫ص ََلة َ َوأ َ ْنت ُ ْم‬َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت َ ْق َربُوا ال‬
‫سبِي ٍل‬ َ ‫عابِ ِري‬ َ ‫َحت َّ ٰى ت َ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َو ََل ُجنُبًا ِإ ََّل‬
‫سفَ ٍر أ َ ْو‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰى أ َ ْو‬ َ ‫َحت َّ ٰى ت َ ْغت َ ِسلُوا ۚ َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
‫سا َء فَلَ ْم ت َ ِجدُوا‬ َ ِ‫َجا َء أ َ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو ََل َم ْست ُ ُم الن‬
ۗ ‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم‬ ْ َ‫ط ِيبًا ف‬
َ ‫ام‬ َ ‫ص ِعيدًا‬ َ ‫َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
‫ورا‬ ً ُ‫غف‬ َ ‫عفُ ًّوا‬ َ َ‫َّللا َكان‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Q.S Al-Baqarah ayat 219


Q.S Al-Maidah aya 90-91

‫اب‬ ُ ‫ص‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْالخ َْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬
‫اجتَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ْم‬ْ َ‫ان ف‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ع َم ِل ال‬
َ ‫س ِم ْن‬ ٌ ‫َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِر ْج‬
َ‫ت ُ ْف ِل ُحون‬

90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

َ ‫ان أ َ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْالعَدَ َاوة َ َو ْالبَ ْغ‬


‫ضا َء‬ ُ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫ِإنَّ َما يُ ِريدُ ال‬
‫ع ِن‬ َّ ‫ع ْن ِذ ْك ِر‬
َ ‫ّللاِ َو‬ َ ‫صدَّ ُك ْم‬ ُ َ‫فِي ْالخ َْم ِر َو ْال َم ْيس ِِر َوي‬
َ‫ص ََل ِة ۖ فَ َه ْل أ َ ْنت ُ ْم ُم ْنت َ ُهون‬
َّ ‫ال‬
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Anda mungkin juga menyukai