PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam penemuan hukum terdapat bebrapa aliran. Sebelum tahun
1800 sebagaian besar hukum adalah kebiasan. Di muka hukm kebiasaan
itu beraneka ragam dan kurang menjamin kepastian hukum. Keadaan ini
menimbulkan gagasan untuk menyatukan hukum dan menuangkan dalam
sebuah kitab undang-undang. Maka timbullah gerakan kodifikasi.
Timbulnya gerakan kodifikasi ini di sertai timbulnya aliran legisme. Aliran
legisme adalah bahwa semua hukum terdapat pada undang-undang.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu hukum ?.
C. Tujuan
1. Mengetahui aliran-aliran dalam ilmu hukum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Aliran Legisme
1
Drs. Sudarsono, SH., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 1991), 104
2
Dr. Soedjono dirdjosisworo, SH.PIH., 159-160
2
sekuler. (purnadi purbacaraka, Soejorno Soekanto, perundang-undangan dan
yurisprudensi, 179).
3
Ibid., 144
3
Mereka pernah beranggapan, bahwa seluruh kaidah-kaidah hukum baik
yang mengikat penduduk ataupun alat-alat penguasa, dapat diletakkan dalam
undang-undang. Undang-undanglah yang dianggap supreme.4
4
Prof. Dr. Achmad sanusi, SH, op.cit. passim, 87-89
5
Prof. Mr. Dr.LJ. van apeldoorn, op.cit, 130-131
4
Selanjutnya disebut bahwa teori legisme memiliki beberapa kelemahan
yang dapat dilihat didalam aturan-aturan hukum persetujuan, hukum kebiasaan
dan hukum adat. Keseluruha tersebut (kecuali undang-undang) hidup
melengkapkan undang-undang, ia mengikat karna persetujuan karena adat itu,
karena memang tertanam sebagai kesadaran hukum yang berkepentingan dan atau
sebagai besar masyarakat. Adakalanya putusan pengadilan (putusan hakim)
menguatkan hukum kebiasaan sehingga undang-undang dikesampingkan.6
6
Drs. Sudarsono, SH., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 1991), 144-115
7
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH., Op.Cip, 160
5
perkembangan judge made law yang demikian itu (di Inggris dinamakan The
Force Binding Of Presedent).8
8
Ibid., 147-160
6
Menurut pandangan tersebut tugas hakim adalah semata-mata pekerjaan
intelek, hakm adalah otomat susban, hakim sama sekali tidak membentuk hukum,
bahkan hanya membuka tabir pikiran-pikiran yang terletak dalam undang-undang.
Itulah yang disebutkan tugas geometris jurich. Ya, dalam tugas itu mungkin sekali
hakim tidak akan terlepas daripada putusan-putusannya yang tidak memenuhi
perasaan keadilan. Tapi ia tidak dapat dipersalahkan, sebab baginya berlaku asas
lex dura, sed tamen scripta (hukum itu keras, tetapi memang dalah demikian).
9
Ibid., 160
10
Prof. Dr. Ahmad sanusi, SH., Op.Cit., 90-92
7
Mereka yang tidak dapat menerima dasar-dasar pikiran legisme dan
begriffsjurisprudenz antara lain H. Kantorowicz, E. Ehrlich, O. Bulow, E. Stempe,
E. Fuch, menyatakan bahwa undang-undang tidak lengkap, ia bukanlah sumber
satu-satunya sumber hukum. Sedang hakim dan para pejabat lainnya mempunyai
kebebasan yang seluas-luasnya dalam menemukan hukum itu. Demi untuk
mencapai hukum yang seadil-adilnya, menurut para pengikut aliran ini yaitu
aliran Interessenjurisprudenz/Frei Rechtschulehakim malahan boleh menyimpang
dari peraturan undang-undang.
11
Ibid., 93-94
8
Aliran Soziologische Rechtsschuie
Pokok pikiran dari aliran ini ialah terutama hendak menahan dan menolak
kemungkinan sewenang-wenang dari hakim, berhubunga denga adanya freies
ermessen menurut aliran frei rechtsschule tadi. Mereka pada dasarnya tidak setuju
adanya kebebasan (Vrijbrief) bagi para pejabat hukum untuk menyampingkan
undang-undang sesuai dengan perasaannya. Undang-undang tetap harus
dihormati. Sebaliknya memang benar hakim mempunyai kebebasan dalam
menyatakan hukum, akan tetapi kebebasan tersebut terbatas dalam rangka
undang-undang. Menurut mereka, hakim hendaknya mendasarkan putusan-
putusannya pada peraturan undang-undang tapi tidak kurang pentingnya, supaya
putusan-putusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan terhada asas-asas
keadilan, kesadaran dan perasaan hukum yang sedang hidup dalam masyarakat.
Sebagai pengikut aliran ini dapat kami sebutkan juga antara lain : A.
Auburtin, G.Gurvitch dan J. Valkhof. Kami dapatlah menyimpulkan kiranya,
bahwa menurut aliran ini akhirnya yang primair bagi hukum ialah penyesuaiannya
dengan kesadaran kemasyarakatan, dalam hal ini kita menghadapi
pendemokrasikan atau penyosialisasian dari hukum.12
12
Ibid., 94-95
9
Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System V/H Recht)
Tapai ini tidakalah berarti bahwa dengan bekerja secara mantik semata-
mata, untuk tiap-tiap hala dapat dicarikan putusan hukumannya. Sebab disamping
pekerjaan intelek, putusan itu selalu didasarkan pada penilaian yang menciptakan
sesuatu yang baru. Betul bahwa sistim hukum itu bersifat logis, akan tetapi karena
sifatnya sendiri, dia tidak tertutup, tidak beku, sebab ia memerlukan putusan-
putusan atau penetapan-penetapan yang selalu akan menambah luasnya sistim
tersebut. Hukum adalah suatu himpunan kaidah kaidah, hanya bukan dari kaidah-
kaidah yang memperoleh kewajibannya dari peristiwa-peristiwa sejarah dan
masyarakat. Ia adalah kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan, dan sebaliknya ia
pun justru tergantung pada kenyataan pelaksanaan itu.
Maka dari sebab itu, hukum adalah sekaligus himpunan kaidah-kaidah dan
himpunan tidakan-tindakan dari badan perundang-undangan, hakim, administrasi
dan setiap orang yang berkepentingan. Ia adalah sebagai sollensi atau soisollen.13
13
Drs. Sudarsono, SH., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1999),120-121
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut dkami penulis dapat menarik kesimpulan
yakni : bahwa di dalam tipe-tipe aliran itu terdapat sesuatu yang yang
dapat di benarkan serta dapat diambil manfaat. Serta aliran terbukalah
yang meletakkan persoalan undang-undang hakim, dan hukum ini
secara lebih tepat sebagaimna yang telah di jelaskan oleh Prof.
Achmad Sanusi diatas. Berdasarkan pandangan ini, maka hukum
perdata merupakan bagian dari hukum nasional. Oleh kaena itu asas
hukum perdata harus sesuai dan seirama dengan asas hukum nasional.
Dalam menjalankan aktivitas kehidupan kita sehari-hari,
sebagai seorang warga negara yang baik hendaklah kita mematuhi dan
mentaati hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis dalam
masyarakat.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya
mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan baik dalam ejaan, pilihan
kata, sistematika penulisan bahasa yang kurang dipahami. Untuk itu
kami mohon maaf sebesar-besarnya, dikarenakan kami masih dalam
proses pembelajaran. Maka dari itu kami selaku penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga
makalah berikutnya lebih sempurna dari makalah sebelumnya.
11
Daftar Pustaka
12