Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

NAMA : AFRIYUS
NIM : 042351925
MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

1. Dalam praktik peradilan terdapat beberapa aliran hukum yang mempunyai pengaruh luas
bagi pengelolaan hukum dan proses peradilan. Aliran hukum yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Aliran legisme
2. Aliran freie rechtslehre atau freie rechtsbewegung atau freie rechtsschule
3. Aliran rechtsvinding (penemuan hukum)
1. Aliran legisme
Cara pandang aliran legisme adalah bahwa semua hukum terdapat dalam undang-undang.
Maksudnya diluar undang-undang tidak ada hukum. Dengan demikian, hakim dalam
melaksanakan tugasnya hanya melakukan pelaksanaan undang-undang belaka
(wetstiopasing), dengan cara yuridische sylogisme, yakni suatu deduksi logis dari
perumusan yang umum (preposisi mayor) kepada suatu keadaan yang khusus (preposisi
minor), sehingga sampai kepada suatu kesimpulan (konklusi).
Sebagai contoh :
a. Siapa saja karena salahannya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun (preposisi mayor)
b. Si Ahmad karena salahnya menyebabkan matinya orang (preposisi minor)
c. Si Ahmad dihukum penjara selama-lamanya lima tahun (konklusi)
Aliran ini berkeyakinan bahwa semua persoalan sosial akan dapat diselesaikan dengan
undang-undang. Oleh karena itu, mengenai hukum yang primer adalah pengetahuan
tentang undang-undang, sedangkan mempelajari yurisprudensi adalah sekunder.
2. Aliran freie rechtslehre atau freie rechtsbewegung atau freie rechtschule
Pandangan Aliran freie rechtslehre/rechtsbewegung/rechtsschule berbeda cara pandang
dengan aliran legisme. Aliran ini beranggapan, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya,
seorang hakim bebas untuk melakukan sesuatu menurut undang-undang atau tidak. Hal ini
dikarenakan pekerjaan hakim adalah menciptakan hukum. Aliran ini beranggapan bahwa
hakim benar-benar sebagai pencipta hukum (judge made law), karena keputusan yang
berdasarkan keyakinannya merupakan hukum. Oleh karena itu, memahami yurisprudensi
merupakan hal primer di dalam mempelajari hukum, sedangkan undang-undang merupakan
hal yang sekunder.
Tujuan dari pada freie rechtslehre menurut R. Soeroso adalah sebagai berikut :
. Memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara member kebebasan kepada hakim tanpa
terikat pada undang-undang, tetapi menghayati tata kehidupan sehari-hari.
. Membuktikan bahwa dalam undang-undang terdapat kekurangan-kekurangan dan
kekurangan itu perlu dilengkapi.
. Mengharapkan agar hakim memutuskan perkara didasarkan kepada rechts ide
(cita keadilan)
3. Aliran rechtsvinding (penemuan hukum)
Sedangkan aliran rechtsvinding adalah suatu aliran yang berada di antara aliran legisme dan
aliran freie rechtslehre/rechtsbewegung/rechtsschule. Aliran ini berpendapat bahwa hakim
terikat pada undang-undang, tetapi tidak seketat sebagaimana pendapat aliran legisme,
sebab hakim juga mempunyai kebebasan. Dalam hal ini, kebebasan hakim tidaklah seperti
pendapat freie rechtsbewegung, sehingga hakim di dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai kebebasan yang terikat. (gebonden vrijheid), atau keterikatan yang bebas (vrije
gebondenheid). Jadi tugas hakim merupakan melakukan rechtsvinding, yakni
menyelaraskan undang-undang yang mempunyai arti luas. Kebebasan yang terikat dan
keterikatan yang bebas terbukti dari adanya beberapa kewenangan hakim, seperti penafsiran
undang-undang, menentukan komposisi yang terdiri dari analogi dan membuat
pengkhususan dari suatu asas undang-undang yang mempunyai arti luas.
Menurut aliran rechtsvinding bahwa yurisprudensi sangat penting untuk dipelajari di
samping undang-undang, karena di dalam yurisprudensi terdapat makna hukum yang
konkret diperlukan dalam hidup bermasyarakat yang tidak ditemui dalam kaedah yang
terdapat dalam undang-undang. Dengan demikian memahami hukum dalam perundang-
undangan saja, tanpa mempelajari yurisprudensi tidaklah lengkap, Namun demikian, hakim
tidaklah mutlak terikat dengan yurisprudensi seperti di negara Anglo Saxon, yakni bahwa
hakim secara mutlak mengikuti yurisprudensi.
Dengan demikian bahwa aliran yang berlaku di Indonesia adalah aliran rechtsvinding,
bahwa hakim dalam memutuskan suatu perkara berpegang pada undang-undang dan hukum
lainnya yang berlaku di dalam masyarakat secara kebebasan yang terikat (gebonden
vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije gebondenheid). Tindakan hakim tersebut
berdasarkan pada pasal 20,22 AB dan Pasal 16 ayat (1) dan pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman.
Penjelasan dari pasal tersebut adalah :
1. Pasal 20 AB mengatakan bahwa :
Hakim harus mengadili berdasakan undang-undang
2. Pasal 22 AB mengatakan bahwa :
Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan undang-undangnya bungkam,
tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena menolak untuk mengadili.
3. Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi :
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
4. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi :
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat.

2. Kelebihan Dan Kelemahan Aliran atau Mahzab Hukum Alam dalam kaitan dengan
pembentukan hukum adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan mahzab hukum alam adalah mengembangkan dan membangkitkan kembali
orang untuk berfilsafat hukum dalam mencari keadilan, mengembangkan perlindungan
terhadap HAM dan hukum internasional.
2. Kelemahan mahzab hukum alam adalah anggapan bahwa hukum berlaku universal dan
abadi itu sebenarnya tidak ada karena hukum selalu disesuaikan dengan kebutuhan
manusia dan seiring perkembangan zaman.
Dengan penjelasan di atas dapat juga di jelaskan defenisi Hukum alam adalah hukum yang
ditemukan pada alam dimana hukum itu sesuai dan bersinergi dengan alam. Hukum Alam
sendiri sebenarnya bukan merupakan jenis hukum, tetapi itu merupakan penamaan seragam
untuk banyak ide yang dikelompokan dalam satu nama, yaitu hukum alam. Ini berarti dalam
hukum alam sendiri terdapat beberapa teori hukum yang memiliki persamaan dan perbedaan.
Dalam teori hukum alam terdapat ke khasan yaitu tidak dipisahkannya secara tegas antara
hukum dan moral. Penganut aliran ini memandang hukum dan moral sebagai pencerminan
dan pengaturan secara internal dan eksternal kehidupan manusia dan hubungan sesama
manusia.
Beberapa Sumber Dari Mazhab Hukum Alam Adalah Sebagai Berikut :
1. Hukum alam bersumber dari tuhan (Irrasionalisme)
Kelompok ini berpendapat bahwa sumber hukum alam adalah kitab suci, manusia dikuasai
oleh hukum alam dan adat kebiasaan. Hukum alam adalah hukum yang lahir bersamaan
dengan terciptanya manusia dan tidak berubah sepanjang zaman (kodrat) hukum alam
adalah hukum yang tertinggi. Menurut Thomas Aquinas ada dua pengetahuan yang
berjalan bersamaan yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal dan
pengetahuan iman yang berpangkal pada wahyu ilahi. Untuk ketentuan hukum, ia
mendefinisikannya sebagai ketentuan akal untuk kebaikan umum yang dibuat oleh orang
yang mengurus masyarakat.
Ada empat macam hukum yang diberikan oleh Thomas Aquinas, yaitu :
1. Lex Aeterna (Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera
manusia), Maksudnya ini merupakan hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang tidak dapat
diterima oleh pikiran secara rasional, melainkan hanya dapat diresapi dan diyakini
secara Irasional sebagai bentuk Keyakinan pada hukum-hukum tuhan.
2. Lex Divina (Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap panca indera manusia).
3. Lex Naturalis (Hukum alam merupakan penjelamaan lex aeterna ke dalam rasio
manusia), Maksudnya manusia dapat menangkap adanya ketentuan Hukum Tuhan
dengan mengamati ciptaannya berupa alam kehidupan dan lain sebagainya.
4. Lex Positivis (Hukum Alam yang diterapkan ke dalam kehidupan manusia di dunia)
yaitu hukum alam dituangkan kedalam bentuk wujud yang lebih kongkret (nyata)
dalam kehidupan manusia seperti membentuk undang-undang.
2. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia (Rasionalisme)
Kelompok ini berpendapat bahwa hukum yang universal dan abadi itu berasal dari rasio
manusia. Hukum alam muncul dari pikiran manusia tentang apa yang baik, benar atau
buruk diserahkan kepada moral alam.
A. Menurut Hugo De Groot (Grotius)
1. Hukum alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia yang tidak mungkin
dapat di ubah oleh Tuhan sekalipun karena hukum alam diperoleh manusia dari
akalnya tetapi tuhanlah yang memberikan kekuatan mengikatnya.
2. Hukum yang dibuat manusia harus dibatasi dengan tiang hukum alam, yakni :
Semua prinsip ku punya dan kau punya, milik orang lain harus dijaga, prinsip
kesetiaan pada janji, prinsip ganti rugi dan prinsip perlunya hukuman karena
pelanggaran atas hukum alam. Dengan demikian hukum akan ditaati karena hukum
akan memberikan keadilan sesuai dengan porsinya.
B. Menurut Samuel Von Pufendorf
Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal
pikiran yang murni. Dalam hal ini unsur naluriah manusia lebih berperan. Akibatnya
ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, timbul pertentangan kepentingan atau
dengan yang lainnya. Agar tidak terjadi pertentangan terus-menerus dibuatlah
perjanjian secara sukarela diantara rakyat. Baru setelah itu, diadakan perjanjian
berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja.
3. Hukum alam yang bersumber dari panca indera manusia (Empirisme)
Kelompok ini berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak
diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia,
yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu
yang sesuai dengan pengalaman manusia. Paham ini diperoleh oleh Francis Bacon yang
hidup antara tahun 1561 – 1626, Thomas Hobbes (1588 – 1679) : John Locke (1632 –
1704) dan David Hume (1711 – 1776).
- John Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran
atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan
Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari
pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk
mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber
utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman. Ragam pengalaman Manusia
Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni
pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal
sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap
aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra
manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran
terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan
sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk
pengetahuan melalui proses selanjutnya. Proses manusia mendapatkan pengetahuan
Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman
batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple
ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris.
Ada empat jenis pandangan sederhana yaitu :
1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna
diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi.
Misalnya, rasatertarik, rasaheran, dan waktu.
Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau
pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan
sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-
pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan
kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-
hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.
- Thomas Hobbes berpendapat bahwa :
a. Prinsip pokok Hukum Alam adalah hak alami untuk menjaga diri.
b. Hukum alam merupakan hak alami sebagai tuntunan subjektif yang didasarkan oleh
sifat manusia, sehingga memberikan jalan untuk revolusi individualisme di
kemudian hari dengan nama ”hak-hak yang tak dapat dicabut kembali”.
Sumber/ Refrensi :
https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-hukum/mazhab-hukum-alam

Buku Materi Pokok ISIP 4130/4sks/Modul 8 halaman 8.53, 8.61 dan 8.62 Penerbit Universitas
Terbuka

https://e-kampushukum.blogspot.com/2016/05/aliran-penemuan-hukum-rechtsvinding.html

https://mattakula.wordpress.com/2010/06/04/aliran-aliran-hukum-dan-aliran-hukum-yang-
berlaku-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai