PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum dan Pendapat Ahli
Mengenai apakah hukum itu, menjadi pertanyaan pertama setiap orang yang mulai
mempelajari tentang hukum. Sebenarnya sangat sulit untuk memberikan definisi tentang
hukum.
Karena menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorndalam bukunya berjudul “Inleiding tot
de studie van het Nederlandse Recht” adalah tidak mungkin memberikan suatu definisi
tentang apakah yang disebut hukum itu. Hampir semua sarjana hukum memberikan
pembatasan mengenai hukum yang berlainan.
Beberapa ahli seperti Aristoteles, Grotius, Hobbes, Philip S. James, dan Van
Vollenhoven memberikan definisi hukum yang berbeda-beda.
Misalnya menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang
dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
Menurut Ultrecht, hukum adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan yang mengatur
masyarakat, sehingga harus dipatuhi.
Macam-macam norma:
1. Norma agama;
2. Norma kesusilaan;
3. Norma kesopanan;
4. Norma hukum.
Macam-macam kaidah:
1. Kaidah Agama Mengatur Hub. Antara Manusia dengan Tuhan Yang menjadi
Kepercayaannya, bisa berupa Larangan dan Anjuran Bagi Pemeluknya.
2. Kaidah Kesusilaan bersumber Dari Hati Mengatur Hub.Manusia dalam Hidup sosial
agar Manusia itu Bersusila Sesuai dengan Tingkah laku yg di inginkan Masyarakat.
3. Kaidah Kesopanan Mengatur Hub. Manusia dengan Manusia agar tingkah laku
manusia itu teratur dalam hub. Social di Masyarakat.
4. Kaidah Hukum Berasal Dari Hukum Positif yg ada di suatu negara. Hokum ini
bersifat Memaksa bagi Semua Individu yang tercakup dalam negara, dan hukum di
kenalkan pada umum melalui sosialisasi terhadap Hukum itu.
Dan menurut Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum yang menandai tidak saja
merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat. Melainkan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses yang mewujudkan
kaidah-kaidah itu dalam masyarakat.
Hukum sebagai kaidah atau aturan yang mengatur kehidupan masyarakat memiliki beberapa
pengertian yang bersumber dari para ahli. Ada juga beberapa sarjana dari Indonesia yang
memberikan rumusan tentang hukum itu. Diantaranya adalah:
Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum”, bahwa hukum adalah
kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum. Tujuan
hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan
dan ketertiban terpelihara.
Dalam bukunya “Pokok-pokok Hukum Perniagaan” mengatakan bahwa hukum adalah semua
aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan
hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian.
Jika melanggar aturan-aturan itu, akan merugikan diri sendiri atau harta, umpamanya orang
akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.
Teori-teori tentang tujuan hukum:
1. Teori etika/ etis, yaitu tujuan hukum semata-mata untuk mencapai keadilan.
2. Teori utilitas, yaitu hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan/ faedah orang terbanyak
dalam masyarakat.
3. Teori campuran, teori ini merupakan gabungan antara teori etis dengan teoriutilitas,
yaitu tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan semata, tetapi juga untuk kemanfaatan
orang banyak.
4. Teori terakhir, yaitu tujuan hukum itu semestinya ditekankan kepada fungsi hukum
yang menurutnya hanya untuk menjamin kepastian hukum.
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang telah diberikan para Sarjana Hukum
Indonesia, dapat diambil kesimpulan, bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu:
Selain itu juga memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa saja yang
tidak mau patuh mentaatinya.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan diterima oleh
seluruh anggota masyarakat. Maka peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.
Dengan demikian, tujuan hukum itu adalah menegakkan keadilan, membuat pedoman, dan
bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada keadilan.
Selain itu, dapat pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili dan
menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran hukum terhadap dirinya.
Namun setiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan perantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
C. Sumber-sumber Hukum
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa. Yaitu aturan yang kalau dilanggar akan
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan segi formal.
1. Sumber-sumber hukum material dapat ditinjau dari berbagai sudut, misalnya dari
sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.
2. Sumber-sumber hukum formal, antara lain adalah:
Undang-undang (statute)
Kebiasaan (costum)
Traktat (treaty)
Pendapat sarjana hukum (doktrin).
1. Penemuan Hukum
Akibat perkembangan masyarakat, maka perkembangan hukum berjalan seiring sejalan.
Hakim merupakan salah satu faktor pembentukan hukum. Badan Legislatif menetapkan
peraturan yang berlaku sebagai peraturan umum, sedangkan pertimbangan dalam pelaksanaan
hal-hal konkret diserahkan kepada hakim, sebagai pemegang kekuasaan Yudikatif.
1. Konstruksi hukum. Misalnya pada pasal 1576 tentang jual beli “Koop Break Geen
Huur”.
2. Penafsiran hukum. Ada beberapa metode penafsiran, yaitu:
o Penafsiran tata bahasa, yaitu penafsiran yang berdasarkan ketentuan UU
yang berpedoman pada perkataan.
o Penafsiran sahih, yaitu penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu
sebagaimana yang telah diberikan oleh pembentuk UU.
o Penafsiran historis, yaitu penafsiran yang berdasarkan sejarah hukum dan
UU-nya.
o Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran menilik susunan yang berhubungan
dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu, maupun dengan UU
yang lainnya.
o Penafsiran Nasional, yaitu penafsiran menilik sesuai tidaknya dengan sistem
hukum yang berlaku.
o Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan
undang-undan itu.
o Penafsiran ekstensif, yaitu memberi tafsiran dengan memperluas arti kata-
kata dalam peraturan itu.
o Penafsiran restriktif, yaitu penafsiran dengan membatasi (mempersempit)
arti kata-kata dalam peraturan itu.
o Penafsiran analogis, yaitu memberi tafsiran pada suatu peraturan
hukumdengan memberi ibarat pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas
hukumnya.
o Penafsiran a contrario, yaitu suatu cara menafsirkan undang-undang yang
didasarkan pada perlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal
yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.
a. Hukum undang-undang;
b. Hukum adat;
c. Hukum traktat;
d. Hukum jurisprudensi.
2. Menurut bentuknya
a. Hukum tertulis;
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan).
a. Hukum nasional;
b. Hukum internasional;
c. Hukum asing;
d. Hukum gereja.
a. Hukum material;
b. Hukum formal.
6. Menurut sifatnya
7. Menurut wujudnya
a. Hukum obyektif;
b. Hukum subyektif.
8. Menurut isinya
a. Hukum privat;
b. Hukum publik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat materi mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum diatas. Isi makalah ini dapat
disimpulkan bahwa pengertian hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan manusia. Sehingga
keamanan dan ketertiban tetap terpelihara.
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa. Yaitu aturan yang kalau dilanggar akan
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Mazhab ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi penemuan hukum, yang memiliki
pengertian yang dijelaskan oleh para ahli hukum. Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa
sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah tegas.
Maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta kehidupan yang
aman dan damai.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T. Drs. SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta 1989.
Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 74-88.
Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 137-153 dan 154-160.
http://www.scribd.com/doc/51362445/42097773-Makalah-Hukum, Diakses pada
tanggal 16 Juli 2020.
http://www.scribd.com/doc/21201842/Pengertian-Hukum-Menurut-Pakar, Diakses
pada tanggal 16 Juli 2020.