Anda di halaman 1dari 27

Kisi-kisi Kompre Hukum Terapan

1. Kompetensi dasar bagi mahasiswa jurusan syari’ah adalah harus mampu


menjelaskankonsepsi-konsepsi dasar dari hukum. Oleh sebab itu, Saudara
jelaskan secara komprehensif hal-hal beriktu ini: Apakah yg dimaksud
dengan norma. Jelaskanlah masing-masing norma sosial, seperti: norma
susila, norma kesopanan, norma agama, dan mengapa norma hukum masih
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
A. PENGERTIAN HUKUM

Dalam bahasa Inggris, hukum disebut law, bahasa Latinnya ius, bahasa
Belandanya recht, dalam bahasa Perancis disebut droit. Perbedaannya antara
berbagai bahasa di dunia ini hanyalah dalam penyebutannya saja berdasarkan
pada dialek dan bahasa di negara-negara tersebut. Adapun artinya tidak
mengalami perbedaan yang signifikan bahkan cenderung memiliki kesamaan
arti, yakni merupakan sekumpulan preskripsi mengenai apa yang seharusnya
dilakukan dalam mencari keadilan. pendapat para ahli tentang pengertian
hukum. Menurut John Austin dalam bukunya (Aturan yang ditetapkan untuk
mengarahkan makhluk yang cerdas guna memiliki kekuasaan atas dirinya).
Adapun menurut Soedikno Mertokusumo hukum adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,
keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi. Sedangkan
menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah
yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat juga meliputi
lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam
masyarakat.
B. FUNGSI HUKUM

Unsur hukum adalah sesuatu prasyarat agar sesuatu itu dapat disebut sebagai
hukum apabila dapat memenuhi sejumlah unsur-unsurnya, yakni hukum itu
dibuat oleh institusi dalam negara yang dimandatkan oleh konstitusi dasar
sebuah negara (Undang-undang Dasar) dengan prosedur dan teknis yang telah
disepakati bersama di dalam UUD. Adapun fungsi hukum paling tidak terdapat
lima hal (Panca Fungsi), seperti dinyatakan oleh Sjahran Basah, yaitu:

1. Pertama, sebagai fungsi direktif, yakni sebagai pengaruh dalam


pembangunan untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai
dengan tujuan kehidupan bernegara.

2. Kedua, fungsi integratif sebagai pembina kesatuan bangsa.

3. Ketiga, fungsi stabilitatif sebagai pemelihara termasuk menjaga keselarasan,


keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.

4. Keempat, fungsi perfektif sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak


administrasi negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

5. Kelima, korektif sebagai pengoreksi atas sikap tindak-baik administrasi


negara maupun warga, apabila terjadi pertentangan hak dan kewajiban untuk
mendapatkan keadilan.

C. Subjek dan Objek Hukum

Dalam hukum dikenal pula subjek dan objek hukum sebagai bentuk
pengkualifikasian tentang siapa-siapa saja yang dapat dikenai
pertanggungjawaban hukum dalam suatu tindakan hukum. Subjek hukum
adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat
memiliki) hak dan kewajiban. Dalam hukum yang dapat dikategorikan sebagai
subjek hukum adalah manusia (natuurlijk persoon) dan Badan Hukum (rechts
persoon).Subjek hukum manusia (natuurlijk persoon) adalah setiap orang yang
mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada
prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir hingga
meninggaldunia. Ada pengecualian menurut Pasal 2 KUHPerdata bahwa bayi
yang masih ada di dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan menjadi
subjek hukum jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal kewarisan.
Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia maka menurut
hukum ia dianggap tidak pernah ada sehingga ia bukan termasuk subjek hukum.

Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukumkarena
tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum (personae miserabile) yaitu:

1. Anak yang masih di bawah umur, belum dewasa, dan belum menikah.

2. Orang yang berada dalam pengampuan (curatele), yaitu orang yang sakit
ingatan, pemabuk, pemboros.

Adapun objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek
hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Objek hukum
berupa benda atau barang ataupun hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.
Objek hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu benda berwujud dan tidak
berwujud serta Benda bergerak dan tidak bergerak.

D. SUMBER-SUMBER HUKUM
Dalam hukum dikenal pula sumber-sumber hukum (source of law) yang
merupakan rujukan asal-usul materi hukum yang akan dijadikan sebagai dasar
bagi penciptaan norma-norma hukum tertulis dalam bentuk peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian, sumber hukum juga berarti tempat dari
mana asal-muasal suatu nilai atau norma tertentu berasal.Berdasarkan ketentuan
Pasal 1 Tap MPR No. III/ MPR/ 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan. Mendefinisikan makna sumber hukum adalah
sebagai berikut:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan


peraturan perudang-undangan.

2. Sumber hukum terdiri dari tertulis dan tidak tertulis.

3. Sumber hukum dasar nasional: Pancasila sebagaimana tertulis dalam


Pembukaan UUD 1945.

Sumber hukum dalam hukum dikenal dalam arti sejarah, dalam arti
sosiologis, dalam arti dan dalam arti formal yang diuraikan sebagai berikut

1. Sumber hukum dalam arti sejarah adalah sumber dari mana pembentukan
undang-undang memperoleh bahan untuk membentuk undang-undang
dilihat dari aspek sejarah. Contohnya Code Civil Perancis merupakan
sumber hukum bagi Burgelijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata) Belanda. Karena Perancis Pernah menduduki Belanda dan
memberlakukan Code Civil di Belanda yang bersumber dari Code Civil
Perancis.

2. Sumber hukum dalam arti Sosiologis, adalah faktor-faktor yang


menentukan isi hukum positif, misalnya keadaan-keadaan ekonomi,
politik, pandangan agama, dan sebagainya yang memengaruhi
pembentukan undang-undang pada saat pembuatan peraturan.

3. Sumber hukum dalam arti Filosofis, yakni pandangan hidup yang


menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat ke dalam suatu
rancangan/drafperaturan perundang-undangan. Bagi bangsa Indonesia
misalnya dasar filosofisnya adalah Pancasila. Sehingga tidak sah produk
peraturan perundang-undangan jika bertentangan dengan dasar negara
Pancasila.

4. Sumber hukum dalam arti Formal, yaitu format (wujud) dari mana kita
dapat melihat isi hukum yang berlaku atau suatu bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Sumber hukum
formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar
ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.Sumber hukum
formal itu dapat berupa: undang-undang, kebiasaan, traktat atau konvensi
(perjanjian antarnegara), yurisprudensi (putusan hakim dalam kasus-
kasus sebelumnya), pendapat ahli hukum atau doktrin, dan perjanjian
(ikatan antara dua pihak dalam suatu urusan tertentu).

E. Asas asas Hukum

Yaitu underlying philosophy (filosofi yang mendasari). Ketiga, essentials


(sesuatu yang sangat penting). Berikut ini sejumlah definisi asas dalam konteks
pengertian asas itu sendiri maupun asas dalam tradisi pemikiran perspektif ilmu
hukum.

1. Asas hukum adalah suatu sumber atau sebab yang menjadi pangkal tolak
sesuatu; hal yang inherent dalam segala sesuatu yang menentukan
hakikatnya; sifat esensial Menurut Satjipto Rahardjo menyebutkan asas
hukum ini merupakan jantungnya ilmu hukum. Kita menyebutkan
demikian karena pertama, ia merupakan landasan yang paling luas bagi
lahirnya suatu peraturan hukum.

2. Asas hukum adalah sebagai sarana yang membuat hukum hidup, tumbuh,
dan berkembang serta menunjukkan bahwa hukum tidak hanya sekedar
kumpulan-kumpulan peraturan belaka. Asas hukum itu mengandung nilai
nilai dan tuntutan etik karena asas hukum merupakan jembatan antara
peraturan-peraturan hukum (positif) dengan cita-cita sosial dan
pandangan etik masyarakat.

Berikut ini akan dijelaskan sejumlah contoh asas-asas hukum yang kerap
kali menjadi panduan dan pedoman dalam penegakan hukum.

1. Asas Legalitas (Nullum Delictum)Asas ini menyatakan bahwa tidak akan


dihukum seseorang jika tidak ada peraturan sebelumnya yang
menyatakan bahwa perbuatan tersebut sebagai pelanggaran atau
kejahatan hukum.

2. Asas Setiap Orang Dianggap Mengetahui Hukum (Eidereen Wordt


Geacht De Wette Kennen) Asas ini menjelaskan bahwa apabila suatu
undang-undang telah dilembarnegarakan (diundangkan) maka undang-
undang itu dianggap telah diketahui oleh warga masyarakat sehingga
tidak ada alasan bagi yang melanggarnya bahwa undang-undang itu
belum diketahui berlakunya

3. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori Asas ini menyatakan bahwa
hukum yang tinggi lebih diutamakan pelaksanaannya daripada hukum
yang rendah. Misalnya, Undang-undang lebih diutamakan daripada
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) atau Peraturan
Pemerintah (PP), Keputusan Presiden, begitu seterusnya.

4. Asas Lex Specialist Derogat Legi GeneraleAsas ini menyatakan bahwa


hukum yang khusus lebih diutamakan daripada hukum yang umum.
Artinya, suatu ketentuan yang bersifat mengatur secara umum dapat
dikesampingkan oleh ketentuan yang lebih khusus mengatur hal yang
sama.

5. Asas Lex Posteriori Derogat Legi PrioriAsas ini menyatakan bahwa


peraturan yang baru didahulukan daripada peraturan yang lama. Artinya,
undang-undang baru diutamakan pelaksanaannya daripada undang-
undang lama yang mengatur hal yang sama, apabila dalam undang-
undang baru tersebut tidak mengatur pencabutan undang-undang lama.

6. Asas Summum Ius Summa Iniuria Asas ini menyatakan bahwa kepastian
hukum yang tertinggi, adalah keadilan yang tertinggi.

F. Pengertian Norma dan Pembagiannya

Pengertian norma bisa diartikan sebagai petunjuk atau pedoman tingkah laku
yang harus dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, berdasarkan suatu alasan tertentu.Norma berasal dari bahasa Belanda yaitu
'norm' yang berarti patokan, pedoman, atau pokok kaidah. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), norma adalah aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Di mana sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai.

 Jenis- jenis Norma


A. Norma Agama. Norma agama berisikan ajaran, perintah, dan larangan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Perintah merupakan sesuatu yang wajib
untuk dikerjakan, sedangkan larangan adalah sebaliknya. Sanksi bagi
yang melanggar norma agama adalah dosa dengan balasannya di akhirat
kelak. Contoh norma agama di antaranya larangan berbuat zina, larangan
membunuh dan menyakiti sesama manusia, serta perintah berbakti
kepada orangtua.

B. Norma Kesusilaan. Norma kesusilaan bersumber dari hati nurani tiap


individu. Norma tersebut dapat mendorong manusia untuk melakukan
perbuatan baik dan mencegah melakukan perbuatan buruk. Sebagai
sanksinya, individu yang melanggar norma kesusilaan akan dikucilkan
dan dicemooh masyarakat. Selain itu, orang yang melanggar juga akan
timbul rasa penyesalan dalam dirinya. Contoh norma susila adalah
larangan membunuh sesama manusia, larangan mencuri barang orang
lain, dan anjuran bersikap jujur.

C. Norma Agama Norma agama berisikan ajaran, perintah, dan larangan


dari Tuhan Yang Maha Esa. Perintah merupakan sesuatu yang wajib
untuk dikerjakan, sedangkan larangan adalah sebaliknya. Sanksi bagi
yang melanggar norma agama adalah dosa dengan balasannya di akhirat
kelak. Contoh norma agama di antaranya larangan berbuat zina, larangan
membunuh dan menyakiti sesama manusia, serta perintah berbakti
kepada orangtua.

D. Norma Kesusilaan. Norma kesusilaan bersumber dari hati nurani tiap


individu. Norma tersebut dapat mendorong manusia untuk melakukan
perbuatan baik dan mencegah melakukan perbuatan buruk. Sebagai
sanksinya, individu yang melanggar norma kesusilaan akan dikucilkan
dan dicemooh masyarakat. Selain itu, orang yang melanggar juga akan
timbul rasa penyesalan dalam dirinya. Contoh norma susila adalah
larangan membunuh sesama manusia, larangan mencuri barang orang
lain, dan anjuran bersikap jujur.

E. Norma Kesopanan. Norma ini bersumber dari pergaulan manusia. Semua


didasari pada kebiasaan, adat istiadat, kepatutan, dan kepantasan yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Sanksi bagi yang melanggar
biasanya berupa celaan atau ejekan dari orang lain. Selain itu, pelaku pun
akan merasa malu karena telah melanggar aturan yang berlaku di
masyarakat. Contoh norma kesopanan adalah menghormati yang lebih
tua, berpamitan dengan orangtua sebelum berangkat sekolah, dan
larangan meludah sembarangan.

F. Norma Hukum. Norma ini merupakan ketentuan yang dibuat oleh


pemerintah yang berwenang. Sifatnya memaksa untuk melindungi
kepentingan masyarakat luas. Sanksi bagi yang melanggar norma hukum
sangat tegas, bisa berupa denda ataupun kurungan penjara. Contoh dari
norma hukum ialah larangan mencuri, larangan korupsi, dan larangan
membunuh.

 Fungsi Norma dalam Masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya nilai dan norma merupakan aspek


yang harus senantiasa dijaga. Keduanya menjadi batasan yang mengatur
kehidupan bersosial antar individu dalam satu kelompok masyarakat. Nilai dan
norma terbentuk atas dasar kehidupan dan kebudayaan dalam satu kelompok
masyarakat bahkan negara. Nilai dan norma berperan sangat penting bagi
kehidupan manusia. Terutama dalam hal mengatur kehidupan antar individu,
kehidupan bermasyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara. Namun meski
keduanya berbeda secara kontekstual, akan tetapi apakah hubungan nilai dan
norma serta peranannya dalam kehidupan bermasyarakat

3.Jelaskanlah pengertian hukum, dan terangkan pula masing-masing unsurnya.

A. Pengertian dan Unsur-unsur Hukum

Hukum adalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan,
dan mencegah terjadinya kekacauan. Setiap negara mempunyai aturan-
aturan hukum tersendiri yang berbeda dengan negara lain, termasuk
Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara hukum, sesuai
dengan bunyi pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Itu artinya, setiap warga negara
wajib untuk mematuhi hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia.

 Tujuan Hukum

1. Melindungi hak asasi setiap manusia.

2. Menciptakan kesejahteraan, ketenteraman, kenyamanan dalam kehidupan

3. Menciptakan rasa keadilan bagi seluruh masyarakat tanpa mengenal


kasta.

4. Menjadi petunjuk dalam pergaulan bagi setiap anggota masyarakat.

5. Menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam


pergaulan masyarakat.
6. Kedamaian hidup manusia berupa ketertiban ekstern antar-pribadi dan
ketenangan intern pribadi; Sebagai sarana penegak dalam proses
pembangunan.

7. Menyelenggarakan keadilan, ketertiban, kebenaran, kententeraman, serta


perdamaian sebagai syarat untuk mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan.

8. Mewujudkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Unsur-Unsur Hukum

1. Mengatur Tingkah Laku Masyarakat Sebuah produk hukum harus


mengandung unsur peraturan yang berfungsi mengatur interaksi dan
hubungan antaranggota masyarakat di tempat hukum tersebut berlaku

2. Dibuat Badan Resmi yang Berwajib Tidak setiap orang atau lembaga
memiliki hak dan kewenangan untuk membuat produk hukum. Hanya
badan resmi yang berwenang dan ditentukan berdasarkan kesepakatan.

3. Peraturan Bersifat Memaksa Sifat hukum yang memaksa ini


membedakan hukum dengan norma lain yang berlaku di dalam
masyarakat. Sifat memaksa ini ditandai dengan adanya sanksi bagi siapa
pun yang melanggar hukum yang berlaku.

4. Sanksi Bersifat Tegas Unsur terakhir dalam produk hukum adalah adanya
sanksi yang tegas. Sanksi ini diatur di dalam perundang-undangan atau
produk hukum lainnya yang telah disepakati bersama. Sanksi bisa berupa
penjara, denda, bahkan hukuman mati.

 Jenis-Jenis Hukum
1. Hukum Publik Pengertian Hukum Publik adalah peraturan hukum yang
mengatur tentang hubungan hukum antara warga Negara dengan Negara
yang menyangkut kepentingan umum. Hukum publik merupakan hukum
yang mengatur masyarakat Ada pun yang termasuk hukum publik ialah
hukum pidana. Dalam hukum pidana tersebut mengatur hubungan antara
individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan jika diperlukan
masyarakat.

2. Hukum Privat Hukum privat merupakan hubungan yang mengatur


hubungan antara sesama manusia, antara satu orang dengan orang yang
lainnya dengan menitikberatkan kepentingan perorangan. Sementara
yang termasuk dalam hukum privat ialah hukum perdata. Hukum Perdata
adalah rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur satu dengan
lainnya.

4. Jelaskanlah faktor-faktor yg mempengaruhi berlakunya hukum secara effektif.

A. Faktor yang mempengaruhi berlakunya Hukum secara Efektif

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektifitas dan berfungsinya


hukum dalam masyarakat, yaitu:

1. Kaidah hukum aatau peraturan itu sendiri Dalam teori ilmu hukum, dapat
dibedakan antara tiga hal mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah,
yakni sebagai berikut:

a. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya


didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk
atas`dasar yang telah ditetapkan.
b. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut
efektif. Artinya, kaidah itu dapat dipaksakan berlakunya oleh
penguasa walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori
kekuasaan), atau kaidah ini berlaku karena adanya pengakuan
masyarakat.

c. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, apabila sesuai dengan cita


hukum sebagai nilai positif tertinggi.

Agar hukum itu berfungsi, maka setiap kaidah hukum harus memenuhi
ketiga unsur kaidah di atas. Sebab apabila kaidah hukum itu hanya berlaku yuridis,
ada kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati; kalau hanya berlaku secara
sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah itu menjadi aturan pemaksa;
apabila hanya berlaku secara filosofis, kemung-kinannya kaidah itu hanya
merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).

2. Penegak Hukum atau orang yang bertugas menerapkan hukum mempunyai


ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena mencakup baik secara langsung
maupun tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum. Namun
pada tulisan ini yang dimaksud sebagai penegak hukum dibatasi hanya pada
mereka yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan
hukum, yang tidak hanya men-cakup “law enfocement”, akan tetapi juga
“peace maintenance”, kalangan tersebut mencakup mereka yang bertugas di
bidang Kehakiman, Kejaksaan, Kepengacaraan, dan Lembaga
Pemasyarakatan.

3. Sarana/ Fasilitas. Sarana atau fasilitas sangat penting untuk mengefektifkan


suatu aturan tertentu. Sarana dimaksud adalah terutama sarana fisik yang
berfungsi sebagai faktor pen-dukung. Misalnya, apabila tidak ada kertas dan
karbon atau mesin tik atau komputer, bagaimana petugas dapat membuat
berita acara mengenai suatu kejahatan. Bagaimana polisi dapat bekerja
dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan atau alat-alat
komunikasi yang proporsional. Jika peralatan tersebut sudah ada, maka
faktor pemeliharaannya juga perlu dipe-hatikan. Karena pada kenyataannya
sering terjadi suatu peraturan sudah difungsikan padahal fasilitasnya belum
tersedia lengkap. Akibatnya peraturan yang semula bertujuan untuk
memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya kemacetan.

4. Warga Masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan suatu peraturan


dapat berjalan efektif adalah warga masyarakat. Maksudnya adalah adanya
kesadaran masyarakat untuk mematuhi suatu peraturan perundang-
undangan, derajat kepatuhan. Secara seder-hana dapat dikatakan bahwa
derjat kepatuhan masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu
indikator ber-fungsinya hukum dalam masyarakat. Sebagai contoh: derajat
kepatuhan terhadap peraturan rambu lalu lintas adalah tinggi, maka
peraturan lalu lintas pasti akan berfungsi yaitu mengatur waktu
penyeberangan pada persimpangan jalan. Oleh karena itu, bila radiharapkan
berhati-hati atau pelan-pelan. Namun, bila terjadi sebaliknya, yaitu semakin
melajukan kendaraan yang dikemudikan

5. Jelaskanlah apakah yg dimaksud dengan hukum pidana dan apa tujuan hukum
pidana itu.

A. Pengertian dan Tujuan Hukum Pidana

Hukum Pidana diartikan sebagai suatu ketentuan hukum/undang-undang


yang menentukan perbuatan yang dilarang/pantang untuk dilakukan dan
ancaman sanksi terhadap pelanggaran larangan tersebut. Soedarto: Hukum
pidana memuat aturan-aturan hukum yang mengikatkan kepada perbuatan-
perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.
Hazewinkel-Suringa Hukum pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang
mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap
pelanggarannya diancam dengan pidana

Prof. Moeljatno mengartikan bahwa hukum pidana adalah bagian dari


keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-
dasar dan aturan untuk Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.

Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan orang


perseorangan atau hak asasi manusia dan masyarakat. Tujuan hukum pidana di
Indonesia harus sesuai dengan falsafah Pancasila yang mampu membawa
kepentingan yang adil bagi seluruh warga negara. Dengan demikian hukum
pidana di Indonesia adalah mengayomi seluruh rakyat Indonesia. kehadiran
hukum pidana di tengah masyarakat dimaksudkan untuk memberikan rasa aman
kepada individu maupun kelompok dalam masyarakat dalam melaksanakan
aktifitas kesehariannya. Rasa aman yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
keadaan tenang, tanpa ada kekhawatiran akan ancaman ataupun perbuatan yang
dapat merugikan antar individu dalam masyarakat. Kerugian sebagaimana
dimaksud tidak hanya terkait kerugian sebagaimana yang kita pahami dalam
istilah keperdataan, namun juga mencakup kerugian terhadap jiwa dan raga.
Raga dalam hal ini mencakup tubuh yang juga terkait dengan nyawa seseorang,
jiwa dalam hal ini mencakup perasaan atau keadaan psikis.

 Pengertian dan Tujuan Hukum Perdata


Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
individu dengan badan hukum. Prof. Sudikno Mertokusumo Hukum perdata
yakni keseluruhan mempelajari tentang hubungan antara orang yang satu
dengan orang lainnya. Baik meliputi hubungan keluarga dan pergaulan
masyarakat. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan Hukum perdata diartikan sebagai
hukum yang mengatur kepentingan warga negara perseorangan dan perorangan
lainnya.

Tujuan Hukum perdata adalah memberikan perlindungan hukum untuk


mencegah tindakan main hakim sendiri dan untuk menciptakan suasana yang
tertib.Atau dengan kata lain tujuan hukum perdata adalah untuk mencapai
suasan yang tertib hukum dimana seseorang mempertahankan haknya melalui
lembaga peradilan sehingga tidak terjadi tindakan sewenang-wenang.

 Pengertiah Hukum Tata Negara

Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan mengenai
struktur kenegaraan dan mengenai substansi norma kenegaraan. Dengan kata
lain, Hukum Tata Negara merupakan cabang Ilmu Hukum yang membahas
mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antar struktur
kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan warga
negara.

Di Inggris pada umumnya memakai istilah “Constitutional Law”, alasan


penggunaan istilah tersebut adalah dalam Hukum Tata Negara unsur konstitusi
yang lebih menonjol.

Di Perancis orang mempergunakan istilah “Droit Constitutionnel” yang


dilawankan dengan “Droit Administrative”, dimana titik tolaknya adalah untuk
membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara.
Sedangkan di Jerman mempergunakan istilah Verfassungsrecht: Hukum
Tata Negara dan Verwassungsrecht: Hukum Administrasi negara.Hukum
negara dalam kepustakaan Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara.

Menurut J. R. Stellinga Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur


wewenang dan kewajiban alat-alat perlengkapan negara, mengatur hak dan
kewajiban warga negara.

Menurut Paul Scholten Menurut Paul Scholten, Hukum Tata Negara itu
tidak lain adalah het recht dat regelt de staatsorganisatie, atau hukum yang
mengatur tata organisasi negara. Dengan rumusan demikian, Scholten hanya
menekankan perbedaan antara organisasi negara dari organisasi non-organisasi,
seperti gereja dan lain-lain.

Menurut Van der Pot Hukum Tata Negara merupakan aturan dari yang
menentukan berat badan yang diperlukan, kewenangan masing-masing
lembaga, hubungan antar lembaga dengan satu sama lain, dan hubungan antara
tubuh individu dalam suatu Negara.

 Ruang Lingkup Kajian Hukum Tata Negara.

Obyek Hukum Tata Negara adalah negara, dalam arti konkret negara
tertentu atau negara yang terikat oleh kurun waktu dan tempat.Ruang lingkup
kajian Hukum Tata Negara adalah mengenai organisasi negara yang mencakup
mengenai lembaga – lembaga negara, hubungan satu dengan yang lain, dan
kekuasaannya. Selain itu, juga mencakup mengenai warga negara termasuk Hak
Asasi Manusia (HAM), dan wilayah negara. Dalam kaitan dengan ruang
lingkup kajian Hukum Tata Negara, Logemann dalam bukunya “Het Staatsrecht
van Indonesie”, seperti dikutip Usep Ranawidjaja, mengatakan bahwa Hukum
Tata Negara adalah hukum mengenai organisasi (tata susunan) negara yang
mencakup dua bidang pokok, yaitu: hukum mengenai kepribadian hukum dari
jabatan – jabatan; dan hukum mengenai lingkungan kekuasaan negara yaitu
lingkungan manusia tertentu, lingkungan wilayah tertentu, dan lingkungan
waktu tertentu.

 Sumber HTN Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Sumber hukum materiil, yaitu Pancasila- sumber yang menentukan isi


kaidah hukum tata negara, termasuk di dalamnya dasar dan pandangan
hidup bernegara serta kekuatan-kekuatan politik pada saat kaidah-
kaidah dirumuskan.

2. Sumber hukum formil, terdiri dari: Sebagaimana telah dikemukakan


sebelumnya, bahwa sumber hukum dalam arti formal adalah sumber
hukum yang dikenal dari bentuknya, di mana karena bentuknya
menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati. Sumber
hukum formal HTN Indonesia yang tertulis adalah UUD 1945 (baik
pembukaan maupun pasal-pasalnya), serta berbagai peraturan
perundangan lain yang mengatur/memuat ketentuan-ketentuan
ketatanegaraan, konvensi ketatanegaraan, perjanjian internasional,
yurisprudensi, dan doktrin UUD 1945 (baik Pembukaan maupun
Pasal-Pasalnya) dan peratura perundang-undangan lain yang
mengatur/memuat ketentuan- ketentuan ketatanegaraan, yang terdiri
dari:

1) UUD 1945 (baik Pembukaan maupun Pasal-Pasalnya).

2) Ketetapan MPR/MPRS.

3. UU dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU.


4. Peraturan Pemerintah.

5. Peraturan Presiden.

6. Peraturan Menteri.

7. Peraturan Daerah.

8. Konvensi Ketatanegaraan, (convention of the constitution) dapat


berupa kebiasaan, kelaziman atau praktik-praktik ketatanegaraan
meskipun tidak tertulis, tetapi dianggap baik dan berguna atau
mungkin mampu melengkapi dan menyempurnakan penyelenggaraan
negara. Jimly Asshiddiqie kemudian menganggap bahwa meskipun
konvensi tidak didasarkan pada aturan tertulis, hal itu tetap dinilai
penting secara konstitusional.

9. Traktat (Perjanjian Internasional)adalah kesepakatan atau perjanjian


yang diadakan oleh dua negara atau lebih (bilateral atau multilateral),
yang dalam praktiknya, dilakukan dalam tiga tahap, yaitu perundingan
(negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan
(ratification). Hasil perjanjian internasional yang dapat dijadikan
sebagai sumber hukum 1919formil hukum tata negara adalah
perjanjian yang telah diratifikasi kedalam bentuk undang-undang
(Pasal 10 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Pengesahan
Perjanjian Internasional).

 Pengerrtian Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil merupakan sumber daeri mana materi hukum


diambil. Sumber hukum ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau
materi hukum.20ontohnya, sumber hukum materiil seperti agama, kesusilaan,
kehendak Tuhan, akal budi, hubungan sosial, dan sebagainya.

 Pengertian Sumber Hukum FormiL

Sumber hukum formal yaitu sumber suatu peraturan memperoleh kekuatan


hukum. Sumber-sumber hukum formal membentuk pandangan-pandangan
hukum menjadi aturan-aturan hukum dan mengikat.Sumber hukum formal
meliputi beberapa hal, seperti:

a. Undang-undang Undang-undang meliputi semua bentuk peraturan


perundang-undangan (dalam pengertian materiil, bukan hanya dalam arti
formal).

b. Kebiasaan Perbuatan manusia atau lembaga yang dilakukan secara


berulang-ulang mengenai hal yang sama. Jika kebiasaan diterima
masyarakat luas dan merasa wajib, maka kebiasaan itu dipandang sebagai
hukum tidak tertulis.

c. Keputusan hakim (yurispudensi) Keputusan hakim terdahulu terhadap


suatu perkara yang tidak diatur dalam undang-undang dan dijadikan
pedoman oleh hakim lainnya.

d. Traktat Perjanjian antara dua negara atau lebih mengenai masalah-


masalah tertentu yang menjadi kepentingan negara yang
bersangkutan.Traktat akan mengikat semua orang di negara-negara yang
membuat traktat. Perjanjian yang dilakukan dua negara disebut bilateral.
Perjanjian lebih dari dua negara disebut traktat multilateral.
e. Doktrin atau pendapat ahli Pendapat para sarjana hukum terkemuka yang
memilih pengaruh dalam pengambilan keputusan bagi hakim. Doktrin
sering digunakan dalam proses yurispudensi.

6.Sebagai mahasiswa jurusan Syari’ Porgram Studi JS, Saudara harus mampu
menjelaskan hubungan antara Hukum Pidana dengan kriminologi. Dan Saudara
harus mampu menjelaskan teori-teori penyebab kejahatan di dalam krimonogi
ditinjau dari agama Islam.

A. Hubungan Hukum Pidana dengan Kriminologi

Hukum pidana memusatkan perhatiannya terhadap pembuktian suatu


kejahatan sedangkan kriminologi memusatkan perhatiannya pada factor-
faktor penyebab terjadinya kejahatan. Kriminologi ditujukan untuk
mengungkapkan motif pelaku kejahatan sedangkan hukum pidana ditujukan
kepada hubungan antara tindakan dan akibatnya (hukum kausalitas). Faktor
motif dapat ditelusuri dengan bukti-bukti yang memperkuat adanya niat
melakukan kejahatan.

Jadi Kriminologi berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan


pengertian mengenai gejala sosial di bidang kejahatan yang terjadi di dalam
masyarakat, atau dengan kata lain mengapa terdakwa sampai melakukan
perbuatan jahat itu. Hukum Pidana berusaha untuk menghubungkan
perbuatan jahat dengan hasil pembuktian bahwa ia melakukan perbuatan
tersebut untuk meletakkan criminal responsibility. Hukum pidana lebih
banyak menyangkut segi praktek, oleh karena baru di pergunakan setelah
timbulnya suatu perbuatan jahat. Hukum pidana dan kriminologi secara
tegas berhubungan langsung dengan pelaku kejahatan, hukuman dan
perlakuannya. Perbuatan jahat itu perlu diambil tindakan preventif maupun
represif dengan tujuan agar penjahat jera atau tidak mengulangi lagi
perbuatannya. Hukum pidana dan kriminologi atas beberapa pertimbangan
merupakan instrument dan sekaligus alat kekuasaan Negara dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya memiliki korelasi positif.

7.Sebagai mahasiswa Syari’ah Jurusan JS saudara harus memahami seutuhnya


tentang politikIslam. Apakah yg di maksud dengan partai politik, dan pula yg
dimaksud dengan partaipolitik Islam. Mengapa Partai politik islam belum menjadi
pemenang pemilu di Indonesia,sementara penduduknya mayoritas beragama Islam.
A. Pengeetian Partai Politik

Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik (2009)


mengartikan partai politik sebagai suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara.

Tujuan utama partai politik adalah untuk mendapatkan kekuasaan


politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional guna
melaksanakan programnya. Dalam program tersebut salah satunya
mengandung aspirasi yang berasal dari masyarakat

B. Partai Politik Islam

Partai politik adalah perkumpulan orang-orang yang seidiologi atau


tempat atau wadah penyaringan dan pembulatan, serta tempat
berkumpulnya orang-orang yang seide, cita-cita dan kepentingan. dengan
demikian, partai politik Islam dapat dipahami sebagai sebuah organisasi
publik yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam konteks yang
berbeda-beda. Dari sinilah kemudian muncul istilah partai Islam, atau
partai yang dilandaskan pada simbol-simbol Islam, penganut Islam
maupun substansi ajaran Islam.

8.Pemahaman tentang konsep-konsep ketatanegaraan merupakan keunggulan mhs


Prodi JS dibandingkan yg lain. Saudara terangkanlah apakah yg dimaksud dengan
Konstitusi, apa tujuan konstitusi itu, dan terangkanlah sejarah konstitusi di
Indonesia. Mengapa kata “ menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya” harus
dihilangkan pada sila pertama ygterdapat pada Piagam Jakarta, yang kemudian
menjadi Pembukaan UUD 1945..
A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu


Negara berupa kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk,
mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.
Keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintah
diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Di dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia konstitusi diartikan sama dengan Undang-Undang
Dasar.

B. Tujuan Konatitusi

Undang-undang dasar atau konstitusi bertujuan salah satunya


sebagai tempat berdiri kokoh bagi sebuah Negara. Karena tanpa UUD
Negara tidak mempunyai pedoman.23

C. Tujuan Konstitusi/UUD

a. Membatasi kekuasaan penguasa, sehingga tidak bertindak


sewenang – wenang tanpa membatasi kekuasaan penguasa.
b. Melindungi HAM, setiap penguasa berhak menghormati HAM
orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum di dalam
melaksanakan haknya.

c. Pedoman penyelenggaraan negara, dengan berpedoman pada


UUD maka negara akan berdiri dengan kokoh.

D. Fungsi Konstitusi

a. membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak bertindak sewenang –


wenang agar hak-hak bagi warga negara terlindungi dan
tersalurkan (konstitusionalisme).

b. sebagai piagam kelahiran suatu negara (a birth certificate of new


state)

c. .sebagai sumber hukum tertinggi.

d. sebagai alat yang membatasi kekuasaan.

e. sebagai identitas nasional dan lambang.

f. sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu


negara.

g. sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social


engineering atau social reform).

h. sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control).

i. fungsi simbolik sebagai pemersatu

J. Sejarah Konatitusi
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan
segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu
”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat


macam Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-


Undang Dasar 1945) Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai
undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa
proses.

b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi


Republik Indonesia Serikat) Perjalanan negara baru Republik
Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang
menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya
Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara
Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan
sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah
agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan
ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara
Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku
untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara
Republik Indonesia Serikat saja.

c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang


Dasar Sementara 1950) Periode federal dari Undang-undang Dasar
Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara,
karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat
tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik
Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik
Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat
untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi
negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-
undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia
bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja
komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat
Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan
berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus
1950.

d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali


Undang-Undang Dasar 1945) Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959
berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa
1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan
pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen.

Anda mungkin juga menyukai