Anda di halaman 1dari 21

SUMBER DAN KLASIFIKASI HUKUM

Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Hukum

Disusun oleh :

AM (xxxxxxxxxx)

Arya Farhan Giffari (11190480000068)

Muhamad Rendy Alfiansyah (11190480000070)

Selly Lutfiah Putri (11190480000078)

Dosen Pengampu :

Prof. Abdullah Sulaiman

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Jl. Tarumanegara No.17B Pisangan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten

15419

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ialah Negara hukum,dengan itu Indonesia memiliki kekuatan untuk


mengendalikan tindakan masyarakat mencapai nilai-nilai yang positif. Hukum di Indonesia
mengatur banyak aspek kehidupan,mulai dari sosial, politik, ekonomi, budaya maupun agama.
Namun keberadaan hukum ditengah-tengah masyarakat makin lama makin tak menunjukkan
ketegasan serta mulai diabaikan oleh masyarakat. Dengan bermaksud ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai hukum ,tentu harus mengetahui sebagian aspek yang dikaji didalam ilmu
hukum, contohnya adalah sumber hukum dan klasifikasi hukum. Realisasi yang kami
wujudkan adalah dengan pembuatan makalah mengenai sumber hukum dan klasifikasi hukum.

          Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum yang melatarbelakangi atau
yang menjadi tujuan utama penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman mengenai sumber hukum dan klasifikasi hukum yang selama ini menjadi tolak
ukur kita dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga dapat mngetahui arti tentang hukum
dan penerapan hukum itu sendiri untuk kini dan di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Pengertian Sumber Hukum         
2. Macam-macam Sumber Hukum
3. Macam-macam Klasifikasi Hukum

1.3 Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui sumber sumber hukum


2. Pembaca diharapkan mengetahui klasifikasi hukum

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sumber Hukum.

 yang dimaksud dengan sumber hukum ialah segala atau apa saja yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni atura-aturan yang
kalau di langgar mengakibat kan sanksi yang tegas dan nyata.
Menurut Mudakir Iskandar yang dimaksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan aturan yang mempunyai sifat mengatur dan memaksa, dan bagi pelanggarnya
dikenakan sanksi.

Sumber hukum menurut van Apeldoorn:

1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam
sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi:
a. Sumber hukum yang merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara
historis: dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hkum yang merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi
hokum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua:

a. Sumber isi hukum, disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.


Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
– pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
– pandangan hukum kodrat, menurut pandangan ini isi hokum berasal dari akal manusia

– pandangan mazhab hostoris, menurut pandangan isi hokum berasal dari kesadaran hukum.

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat,
mengapa kita tunduk pada hukum

Menurut Prof Dr. Sudikno SH, sumber hukum itu sendiri digunakan dalam beberapa arti seperti
berikut :

1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum misalnya kehendak
Tuhan, akal manusia, jiwa, bangsa dan sebagainya.
2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberibahan-bahan kepada hukum yang berlaku
sekarang, misalnya HukumPerancis, Hukum Romawi.
3. Sebagai sumber berlakunya, yang member kekuatan, berlaku secara formal kepada peraturan
4. Sebagai sumber darimana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, Undang-undang.
5. Sebagai sumber terjadinya hukum sumber yang menimbulkan hukum.
Sedangkan menurut analisis kami, sumber-sumber hukum segala sesuatu yang berupa
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan mengikat sehingga dalam bergaul disuatu masyarakat
ada batasan-batasannya dan apabila dilanggar maka ada sanksinya.

2. Macam-macam Sumber Hukum

Sumber hukum dibagi dua macam, pertama sumber hukum materiel dan sumber hokum
formil.

 Sumber hukum dalam arti matriel yaitu faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum.
Karena kompleks nya mempelajari sumber-sumber hokum ini maka usaha itu baru akan
mencapai hasil, apabila sumber-sumber hukum itu ditinjau dari berbagai-bagai sudut cabang
ilmu hukum maupun disiplin lainnya seperti sosiologi hukum, filsafat hukum, sejarah, agama,
psykhologi dan ilmu pemerintahan.
 Sedangkan dikatan sumber dalam artian formal artinya adalah sumber hukum yang ditinjau
dari segi undang-undang, kebiasaan, yurisprodensi, putusan hakim, traktat, dan pendapat ahli
hukum (doktrin).

a. Sumber Hukum Materiel

 Sumber hukum menurut ahli sejarah 

1. Dalam arti sumber pengenalan hukum yakni semua tulisan, dokumen dan sebagainya. Dari
sumber tersebut kita dapat mengenal suatu bangsa pada suatu waktu.
2. Dengan melihat dan mempergunakan dokumen-dokumen, surat-surat dan keterangan yang lain
yang membuat undang-undang dan yang memungkinkan dia mengetahui hukum yang berlaku
masa sekarang.

 Sumber hukum menurut ahli filsafat 

Sumber hukum menurut ahli filsafat terbagi menjadi dua arti :

1. Ukuran yang harus dipakai untuk menjadi hukum agar dapat mengetahui apakah suatu hukum
merupakan hukum yang adil.
2. Dengan melihat kekuatan mengingat dalam hukum faktor yang mengikat hingga orang
menaati hukum.

 Sumber hukum menurut ahli ekonomi

Sumber hukum menurut ahli ekonomi ialah apa yang tampak di dalam lapangan
pengihidupan, misalnya sebelum pemerintah membuat peraturan yang bertujuan membatasi
persaingan di lapangan dagang maka ahli ekonomi harus mengetahui apa yang dirasakan pasti
dan tidak dirasa pasti mengenai persaingan itu.

 Sumber hukum menurut ahli sosiologi

Sumber hukum menurut ahli sosiologi adalah fakto-faktor yang menentukan isi hukum
positif, misalnya keadaan-keadaan ekonomi, pandangan agama. 

 Sumber hukum menurut ahli agama

Sumber hukum menurut ahli agama (Ulama,Pendeta,Teologi) tentu berbeda banyak


orang bagi golongan ahli agama yang menjadi dasar hukum yang paling haqiqi ialah kitab
suci. Dari pandangan ahli tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa apa yang di maksud
dengan sumber hukum dalam arti kata materil ialah segala apa yang merupakan perasaan
hukum, keyakinan hukum, dan pendapat umum (public opinion) yang ada pada masyarakat.

b. Sumber Hukum Formal di Indonesia

Adapun yang menjadi sumber-sumber hukum dalam arti formal menurut ilmu
pengetahuan hukum secara umum antar lain sebagai berikut: undang-undang, kebiasaan,
keputusan hakim, dan trakatat

a. Undang-undang
Undang-undang adalah suatu peraturan yang dibuat oleh badan legislatif dan eksekutif.
Undang-undang ini dibagi 2 macam yaitu Undang-undang dalam arti materiel, dan undang-
undang dalam arti formal.

Undang-undang dalam arti materiel adalah setiap Undang-undang atau putusan


pemerintah yang karena isinya mengikat langsung terhadap masyarakat. Sedangkan Undang-
undang dalam arti formil ialah Undang-undang atau keputusan pemerintah yang merupakan
Undang-undang yang karena bentuk dan cara pembuatannya.

Menurut Mudakir iskandar dalam bukunya “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia” dikatakan baik Undang-undang dalam arti materiel maupun formil tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang uang lebih tinggi. Ada ketentuan yuridis yang
menggariskan bahwa :

 UU yang lebih tinggi mengalahkan UU yang lebih rendah.


 UU yang baru mengalahkan yang lama.
 UU yang khusus mengalahkan UU yang umum.

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

 Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU karena cara
pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)
 Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap
penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan


perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1
angka 3)

b. Kebiasaan (Custom)

Kebiasaan adalah perbuataan manusia yang di lakukan secara sadar dan berulang-
ulang dan dianggap sebagai norma yang ditaati bersama sehingga bila seseorang bertingkah
laku tidak menurut norma kebiasaan maka dianggap bertentangan dengan hukum dan
sebaliknya apabila perbuatan itu sesuai dengan kebiasaan berarti sesuai dengan hukum.
Kesadaran masyarakat dalam menggunakan dan menaati norma yang lahir dari lingkungan
masyarakat itu sendiri, merupakan kesadaran yang tanpa harus dilakukan pemaksaan.

Terjadinya hukum kebiasaan adanya norma yang diakui dari masyarakat, secara
konstan. Masyarakat adat biasanya mentaati hukum yang tidak tertulis (kebiasaan) atau hukum
adat daripada hukum tertulis dalam arti undang-undang, hal ini disebabkan hukum kebiasaan
itu timbulnya dari mereka sendiri. Kelebihan yang lain hukum adat ini tanpa harus Aadanya
penegak hukum sebagaimana hukum tertulis, tetapi eksistensinya tidak kalah dengan hukum
yang tertulis, bahkan masyarakat adat pada umumnya lebih mentaati hukum adat daripada
hukum tertulis yang dihasilkan oleh lembaga legislatif. Karena pelaku pelanggaran terhadap
hukum adat akan mendapatkan sanksi moral yang sepanjang masa. Sedangkan sanksi dari
hukum tertulis mempunyai kurun waktu cepat atau hanya sesaat saja.

c. Keputusan Hakim (Yurisprodentie) 

Keputusan hakim yang bisa menjadi sumber hukum adalah keputusan yang memenuhi
syarat sebagai yurisprodensi. Menurut doktrin semua keputusan hakim bisa menjadi sumber
hukum, namun, keputusan hakim yang berdasarkan hukum adat tidak bisa dijadikan sumber
hukum untuk daerah lain. Hal ini berarti yurisprodensi berdasarkan hukum adat tidak bisa
dijadikan sumber hukum.

Hakim mempunyai kekuasaan yang mutlak dalam mengadili dan memeriksa terdakwa,
oleh karena itu, hakim wajib memutuskan semua perkara walaupun belum ada hukum yang
mengaturnya, hal ini di terangkan dalam pasal 22 AB (Algemen Bipalingen van
wetgevingvoor indonesia) yang disahkan dengan staatblad 1847 No.32 yang bunyi pasalnya
sebagai berikut: “Hakim yang menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan
bahwa peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau
tidak lengkap, maka ia dapat dituntut agar dikenakan sanksi”

Dikatakan juga dalam Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang pokok-pokok


kekuasaan kehakiman yang diterangkan dalam pasal 14 ayat 1 ialah “pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih tidak ada
hukum atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili”.

Kalau dilihat dari ketentuan tersebut seseorang hakim mempunyai beban yang sangat
berat yaitu walaupun tidak ada hukum yang mengaturnya tetapi harus bisa memutuskan
perkara, oleh karena itu keputusan hakim merupakan sumber hukum, keputusan hakim
(yurisprodensi) yang bisa di jadikan sumber hukum harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 Keputusan hakim bersifat umum


 Keputusan itu harus diulang-ulang dan dijadikan pedoman  hakim yang lain
 Keputusan itu mempunyai sifat universal

d.  Traktat (Treaty)

Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh para pihak. Dalam perjanjian
mengandung asas pacta sunt servanda artinya perjanjian mengikat para pihak yang
mengadakan perjanjian dan wajib untuk mentaati. Traktat bisa dilakukan antara dua negara
atau beberapa Negara. Bagi negara yang mengadakan perjanjian yang telah disepakati
bersama. Tetapi ada juga traktat yang mengikat beberapa pihak. Traktat yang demikian
dinamakan traktat terbuka (traktat koletif), dengan traktat ini yang wajib mentaati bukan hanya
pihak pembuat perjanjian saja, tetapi ada pihak-pihak lain yang juga mempunyai kewajiban
untuk mentaatinya.

e. Pendapat Ahli Hukum (doktrin)

Doktrin ada yang mengartikan pendapat ahli hukum, berarti semua pendapat ahli
hukum bisa di jadikan sumber hukum, dan tidak jarang para penegak hukum menggunakan
pendapat ahi hukum dalam mengartikan berbagai permasalahan hukum. Pendapat ahli hukum
yang dapat dijadikan sumber hukum harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Didasari dengan ilmu hukum 


 Bersifat universal 
 Berdiri diatas keadilan dan kebenaran.

3. Sumber Hukum Dalam Bisnis 

Terdapat berbagai sumber hukum bisnis sebagai dasar hukum yang lazim digunakan dalam aktivis
bisnis, antara lain berupa : 

 KUH Perdata, KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang :

 Keagenan dan Distributor (Makelar dan Komisioner)


 Sursat berhaga (Wesel,Cek, dan Aksep)
 Asuransi
 Pengangkutan laut 

 KUH Dagang yang sudah banyak berubah. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang
pada prinsipnya masih berlaku, tetapi sudah banyak berubah adalah mengenai :
 Pembukuan Dagang
 Asuransi
 KUH Dagang yang sudah di ganti dengan perundang-undangan yang baru. Yakni ketentuan-
ketentuan tertentu yang mengatur tentang berbagai asprk dari hukum bisnis, berupa :

 Persoalan Terbatas 
 Pembukuan Perseroan 
 Reklame dan penuntutan kembali dalam kepaitan 

1. Kesimpulan 

Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan
memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya.

Sumber Hukum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum fomil dan sumber hukum materil.
1. Sumber Hukum Fomil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
itu berlaku secara formal.
2. Sumber Hukum Materil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya
hubungan sosial, hubungan kekuatan polotik, situasi sosial ekonomi, tradisi (kriminologi, lalu
lintas), perkembangan internasional, keadaan gegografis,.

Sumber hukum formil yang langsung diakui undang-undang yaitu :

1. Undang – undang
2. Perjanjian antar negara 
3. Kebiasan 
4. Sumber hukum formil yang tidak langsung atas pengakuan undang – undang yaitu ;

 Doktrin
 Yurisprodensi

Sumber hukum materil antara lain :

1. Sumber hukum menurut ahli sejarah 


2. Sumber hukum menurut ahli filsafat 
3. Sumber hukum menurut ahli ekonomi 
4. Sumber hukum menurut ahli sosiologi 
5. ‘Sumber hukum menurut ahli agama

Klasifikasi Hukum

Pembagian Hukum Menurut Isinya


Pembagian hukum berdasarkan isinya dapat dibagi menjadi beberapa jenis hukum diantaranya
adalah sebagai berikut ini:

Hukum sipil (Hukum privat)


Hukum privat atau yang lebih akrab disebut dengan hukum sipil mengatur hubungan antara
satu orang dengan orang lainnya yang menitikberatka kepentingan perorangan atau individu.
Salah satu hukum yang termasuk kedalam jenis hukum sipil adalah hukum perdata yang
notabennya mengatur tentang hubungan antar perorangan. Hukum privat juga mencakup
beberapa aspek diantara adalah sebagai berikut:

1. Hukum keluarga : Hukum yang mengatur tentang hubungan perkawinan dan


hubungan hukum harta benda kekayaan antara suami dengan istri. Selain itu hukum ini juga
mencakup hubungan antara orang tua dengan anak, pengampuan, dan perwalian.
2. Hukum perorangan : Hukum yang mengatur dan memuat tatanan peraturan tentang
prinsip manusia menjadi subjek hukum dan berhubungan langsung dengna hak hak manusia.
3. Hukum harta kekayaan : Yakni hukum yang mengatur perkara yang berhubungan
dengan harta benda termasuk uang.
4. Hukum waris : Hukum yang mengatur benda dan harta kekayaan seorang individu
yang telah meninggal.
5. Hukum dagang : Hukum ini mengatur hubungan baik antara produsen dengan
konsumen maupun produsen dengan distributor dalam hal jual beli jasa maupun barang.

Hukum publik

Hukum publik adalah sebuah hukum yang mengatur dan memuat hubngan antara warga
negara dengan suatu negara itu sendiri. Singkatnya hukum ini menjembatan sebuah negara
dengan warga negaranya. Adapun jenis jenis hukum publik adalah sebagai berikut:

1. Hukum tata negara : Hukum yang mengatur susunan dan bentuk pemerintahan di suatu
negara tertentu serta hubungan yang dijalin dengan komponen perlengkapan negara seperti
warga negara dengan pemerintahan.
2. Hukum tata usaha negara dan hukum tata pemerintahan : hukum ini mengatur cara
cara dan hubungan kekuasaan yang terjalin antara alat dan perlengkapan negara.
3. Hukum internasional : Hukum ini meiputii hukum publik di lingkup internasional dan
hukum perdata.
4. Hukum pidana : Hukum pidana adalah hukum yang didalamnya mengatur perbuatan
perbuatan apa saja yang dilarang yang jika dilanggar akan diberikan pidana. Didalam hukum
ini juga mengatur bagaimana cara cara untuk mengajukan perkara ke pengadilan.

Dalam hukum pidana sendiri pada dasarnya menitikberatkan kepada perlindungan negara dan
perlindungan umum. Adapun isi hukum pidana adalah:
Peraturan peraturan dan tatanan hukum yang didalamnya melarang perbuatan tertentu.
(contoh: menipu, mencuri, mengancam, membunuh, dan lain sebagainya).
Peraturan yang bersifat wajib dan mengharuskan untuk melakukan perbuatan tertentu (Contoh:
Melapor pada pihak berwajib ketika terdapat tindak kejahatan).

Hukum berdasakan daya kerjanya

            Menurut daya kerjanya , hukum terbagi menjadi hukum memaksa (dwingendrecht) dan
hukum yang mengatur ( aandvullendrecht ). Yang dimaksud dengan hukum memaksa adalah
peraturan – peraturan yang tidak boleh disimpangi dengan jalan perjanjian . Hukum yang
memaksa memikat tiada syarat , artinya tidak peduli apakah para pihak menghendaki tuntduk
padanya atau tidak. Sedangkan hukum yng mengatur hanya hendak mengatur dan tidak
mengikat dengan tiada bersyarat .

            Hukum Publik biasanya bisa dikatakan sebagai hukum memaksa sedangkan hukum
Perdata biasanya disa disebut hukum mengatur . selanjutnya Uplianus mengatakan :

“Publicus ius est, quod ad statum rei romanae spectat, private quod ad singuloru   utitiate;
sunt enim quaedam publice, utilia, quaedam privatim”

Artinya  yaitu ukum Publik adalah hukum yang berhubungan dengan kesejahtraan Negara
(Romawi); Hukum perdata adalah hukum yang mengurus kepentingan perorangan-perongan
khusus; karena ada hal yang merupakan kepentingan umum, ada pula hal yang merupakan
kepentingan perdata .

            Jadi berdasarkan pendat Uplianus tersebut memng terdapat kepentingan-kepentingan


umum dan ada kepentingan-kepentingan khusus dalam suatu isi hukum . Dengan kata lain isi
peraturan –peraturan hukum bergantung kepada kepentingan yang diatur oleh
hukum.kepentingan yang diatur oleh hukm onolah yang menjadi daya kerja hukum tersebut .
Hukumyang mengatur kepentingan umum biasanya adalah hukum memaksa sedangkan hukum
yang mengatur kepentingan khusus adalah hukum yang mengatur dan menambah .

            Hukum Publik disebut sebagai hukum mengatur karena ia mengatur kepntingan umum.
Oleh karena itu seorang tak diperbolehkan untuk mengecualikan hukumpublik demi kepntinga
perdata (khusus) . sebaliknya hukum perdata adalah hukum yang mengatur , karena ia
mengatur kepentingan perdata .pembentuk undang-undang biasanya memberikan kebebasan
kepada setiap orang untuk mengatur kepentingan sebagai yang dikehendakinya. Walaupun
demikian , dalam hukum perdata banyak terdapat peraturan-peraturan yang sfatnya memaksa .
hal ini ditimbulkan oleh sebab-sebab sebagai berikut:

1.    Ketentuan yang ditetapakan dengan tujuan menghindarkan setipap orang melakukan


pelanggaran-pelanggaran dari suatu prinsip umum hukum perdata .

2.    Ketentuan yang ditretapkan untuk mencegah penyalahgunaan posisi seorang yang


memiliki kedudukan ekonomi lebih kuat agar pihak yang lain yang berkedudukan ekonomi
lebih rendah tidak dipaksa untuk mengikuti kemauan pihak lain yang lebih kuat

3.    Ketentuan yang juga menyangkut kepentingan-kepentingan umum , sehingga memiliki


sifat campuran ,  yaitu hukum perdata dan hukum publik .

4.    Ketentuan yang mengatur syarat sahnya perbuatan hukum , conthnya peraturan


tentang  kewenangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum dan tentang bentuk
perbuatan-perbuatan hukum dan bentuk-bentuk perbuatan hukum tersebut . ketentuan ini
bersifat memaksa karena tidak dapat diserahkan kepada orang-orang yang bertindak sendiri
untuk menentukan syarat-syarat untuk sah atau tidaknya perbuatan-perbuatan hukum mereka .

Selanjutnya untuk mengetahui apakah suatu undang-undang itu bersifat memaksa , maka dapat
menggunakan ketentuan dalam Pasal 14 Undang-undang Algemeine van Bepaligen yang
menyatakan  :

                “Taka ada tindakan atau perjanjian yang dapat melmpuhkan kekeuatan Undang-
undang yang bersangkutan dengan tertib hukum atau susila yang baik “

            Menurut ketentuan tersebut , segala peraturan yang mengenai tertib atau susila yang
baik adalah memaksa .
            Peraturan mengenai tertib umum adalah peraturan-peranturan dengan man langsung
tersangkut kepentingan umum , jadi baik peraturan-peranturan hukum public maupun
peraturan-peraturan yang bersifat campran hukumperdata dan public. Peranturan mengenai
susila yang baik adalah peraturan-peraturan yang mnegenal kesusilaan yang berlaku dalam
masarakat pada waktu sekarang (positieve moral ) artinya peraturan yang umumnya diakuidan
diikuti sebagia peraturan kesusilaan dalam masyarakat pada waktu tersebut.berdasarkan
penjabaran di atas bahwa hukum yang memaksa adalah hukum yang tidak dapat disimpangi
dengan jalan perjanjian yang pada umumnya hukum yang mengatur kepentinga umum.
Sedangkan hukum yang mengatur adalah hukum yang dapat disimpangi melalui perjanjian
yang mengatur kepentingan pribadi. Dengan kata lain setiap orang diperkenankan untuk
mengecualikan sesuatu ketentuan undang-undang yang bersifat mengatur dengan jalan
membuat suatu perikatan .

            Mengenai pendapat yang tentang hukum yanmg memaksa adalah sama dengan hukum
public dan hukum yang mengatur adalah sama dengan hukum perdata , sepenuhnya tidak
benar. Dikarenakan hukum hukum perdata , terdapat pengecualiaan yang menyebabkan
sifatnya menjadi memaksa . Hal ini tidak menyebabkan aturan tersebut dapat diklarifikasi
sebagai hukum public hakekatnya tetap hukum perdata tetapi dengan sifat memaksa

            Khusus untuk hukum perdata yang bersifat memksa tersebut, berarti terhadapnya tidak
dapat dikecualikan dengfa jalan perjanjian . setiap orang harus mematuhi dengan tiada
bersyarat. Bagaimana dengan UU 40/2007? Undang-undang ini termasuk ke dalam hukum
perdata . berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU 40 /2007, yang termasuk dengan perseorangan
terbatas adalah

“ Badan hukum yang termasuk Persekutuan Modal , didirikan berdasakan perjanjian,


melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenui
persyratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksaannya”.Dilihat
dari kata perjanjian tersebut ., maka pada hakekatnya perseorangan terbatas merupakan dalam
suatu lembaga yang masuk dalam ranah hukum perdata.

Bagaimana dengan aturan mengenai preempriteve right dalam UU 40/2007 bisa dilihat
dari pasal 57 ayat (1) huruf a UU 40/2007, maka bahwa preemptive right merupakan
kepentingan perdata , kepentingan yang bebas diatur oleh banyak pihak yang membuatnya .
walaupun demikian ketentuan mengenai preemptive right merupakan kebiasaan dari perbuatan
hak atas saham .maka kesimpulannya maka ketentuan mengenai preemptive right memiliki
sifat memaksa (dwingendrecht)

Pembagian Hukum Berdasarkan Sumbernya


Menurut sumbernya, hukum sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis yakni:

1. Undang undang (wettenrech): Undang undang merupakan sumber hukum yang


terantum dalam sebuah peraturan perundang-undangan.
2. Kebiasaan (gewoonte-en adatrech) : Sumber hukum ini berasal dan terletak dalam
sebuah peraturan peraturan adat istiadat yang notabennya sudah menjadi peraturan kebiasaan
yang terdapat di suatu daerah.
3. Traktat (tractaten recht) : Hukum traktat merupakan hukum yang telah ditetapkan
negara negara dalam sebuah perjanjian antar negara baik yang bersifat bilateral maupun
mulilateral. Umumnya perjanjian ini sedikit banyak akan menyangkut hubungan internasional,
politik, ekonomi dan sebagainya.
4. yurisprudentie recht (Yurisprudensi) : Hukum yurisprudensi merupakan hukum yang
dapat terbentuk karena sebuah putusan hakim. Putusan hakim inilah yang nantinya akan
dijadikan referensi dan rujukan oleh hakm selanjutnya untuk dapat memutuskan suatu perkara.
5. Hukum Ilmu (wetenscaps recht) : Sumber hukum yang satu ini pada dasarnya
berbentuk ilmu hukum yang didalamnya memuat pandangan pakar dan para ahli terkenal yang
sangat berpengaruh dala dunia hukum.

Pebagian Hukum Berdasarkan Bentuknya

Menurut bentuknya, pembagian hukum dapat dibagi menjadi beberapa kategori yakni:

Hukum tertulis
Hukum tertulis adalah segala hukum yang telah tercantum dalam peraturan perundang-
undangan. Singkatnya hukum tertulis memiliki bentuk fisik yang nyata yang umumnya ditulis
dalam sebuah konstitusi. Terdapat dua jenis hukum tertulis.

1. Yang pertama adalah hukum tertulis yang dikodifikasi seperti halnya Burgerlijk


Wetboek, Hukum perdata, Pasal KUHP. Kodifikasi sendiri adalah skema pembukuan bahan
dan sumber hukum sejenis yang disusun secara sistematis dan lengkap didalam sebuah kitab
undang undang.
2. Yang kedua adalah hukum tertulis berlum terkodifikasi. Contoh hukum ini misalnya
seperti hukum per-koperasian.

Hukum tidak tertulis


Hukum tidak tertulis artinya adalah segala hukum yang masih berlaku, dan hidup didalam
keyakinan suatu kelompok masyarakat namun tidak dituliskan dan tidak memiliki bentuk fisik.
Umumnya huku ini berbentuk seperti norma norma yang berlaku dalam masyarakat, adat
istiadat masyarakat dan lain sebagainya.

Pembagian Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya


Pembagian hukum menurut tempat berlakunya dapat dibagi menjadi beberapa jenis yakni:

1. Hukum Nasional : Hukum ini adalah hukum yang berlaku hanya dalam satu negara
saja maka disebut sebagai hukum nasional.
2. Hukum Internasional : Berbeda dengan hukum nasional, hukum internasional
merupakan hukum yang memiliki cakupan dan mengatur hubungan antar negara dalam
lingkup internasional.
3. Hukum Asing : Pada dasarnya hukum asing merupakan tatanan hukum yang berlaku
dalam satu negara lain.

Pembagian Hukum Menurut Waktu Berlakunya

Pembagian hukum berdasarkan waktu berlakunya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
diantaranya adalah:

1. Hukum Positif (Ius Constitutum) : Hukum positif merupakan hukum yang berlaku di
masa sekarang untuk satu asyarakat tertentu yang terletak di suatu daerah.
2. Hukum yang dicita citakan (Ius COnstituendum) : Hukum ini merupakan hukum yang
diharapkan bisa berlaku di masa mendatang.
3. Hukum Alam (Ius Naturale) : Hukum alam merupakan hukum yang berlaku di semua
tempat dan semua waktu di semua bangsa dan negara. Berbeda dengan hukum hukum
sebelumnya, Jenis hukum ini tidak memiliki batasan atau dengan kata lain berlaku untuk
selamanya (abadi)

Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara Mempertahankannya


Pembagian hukum menurut cara mempertahankannya adalah sebagai berikut:

Hukum materiil (materi) : Hukum ini memuat peraturan peraturan tertentu yang menyangkut
kepentingan dan hubungan yang terwujud dalam perintah perintah dan larangan larangan.
Contoh:

 Hukum pidana.
 Hukum perdata.
 Hukum dagang.

Hukum formil : Hukum formil adalah hukum yang berorientasi pada proses, hukum ini
memuat peraturan peraturan tentang bagaimana cara cara pelaksanaan dan mempertahankan
hukum materiil. Serta mengatur bagaimana cara mengajukan suatu sengketa atau perkara ke
pengadilan.
Contoh:

 Hukum acara perdata.


 Hukum acara pidana.
 Hukum acara peradilan dan tata usaha negara.

Pembagian Hukum Menurut Wujudnya


Penggolongan hukum berdasarkan wujudnya adalah sebagai berikut:

Hukum objektif
Hukum objektif merupakan hukum yang terdapat di suatu negara dan berlaku untuk umum
(tidak mengenal orang dan golongan). Umumnya hukum objektif hanya menyebut dan
menjelaskan tentang peraturan hukum saja.

Hukum subjektif
Hukum subjektif sendiri sangat erat kaitannya dengan hak hak asasi manusia. Hukum ini
ditimbulkan oleh hukum objektif yang berlaku pada orang tertentu atau dapat lebih.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan
memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya. Sumber hukum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum formil
dan sumber hukum materil.

Penggolongan hukum  digolongkan menjadi beberapa  ,diantaranya adalah berdasarkan


sifatnya hukum memiliki dua sifat yaitu beersifat memaksa pada setiap individu yang menjadi
objek dari hukum itu dan bersifat mengatur karena  yang menjadi objek dari hukum itu sendiri
adalah berdasarkan kesepakatan antara  individu sebagai contoh  adalah hukum jual beli yang
tergantuk kesepakatan antara dua belah pihak.

Penggolongan hukum berdasarkan  bentuknya dibagi menjadi dua pula yang pertama adalah
hukum tertulis yaitu hukum yang sudah terkodifikasi dan dapat dilihat oleh siapapun  sehingga
hukum ini mudah di pahami oleh setiap orang yang  melihatnya sedangkan hukum tidak
tertulis adalah kebalikan dari hukum tertullis  sebagai contoh adalah  hukum adat suatu daerah
tertentu

2. Saran

“ Agar mahasiswa mampu mengetahui sumber-sumber hukum dan klasifikasi hukum yang ada
di Indonesia dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga
Negara. Dan untuk mempertahankan Hukum yang ada di Indonesia ”.

Demikian sedikit ulasan tentang sumber hukum dan klasifikasi hukum di Indonesia
semoga bermanfaat, dan berguna untuk ikut mencerdaskan anak bangsa. Taatilah hukum yang
berlaku, dan lihatlah sebuah kejadian dari berbagai sudut pandang, jangan sekali-kali mudah
memberikan statement bahwa seseorang salah atau benar

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Mudzakir:  “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”

 Sudikno : “mengenalhukum”, 1986.

Soemardi, Dedi,: “Sumber-Sumber Hukum Positif”

L.J. van Apeldoorn, 1990: “PengantarIlmuHukum”.

Rebublik Indonesia, Pokok-poko Kekuasaan Kehakiman, UU Nomor 14 Tahun 1970

Daftar pustaka

Abdullah, Rudi, Asrianti Dja'wa, La Ode Dedi Abdullah, and Endang T Pratiwi. (2018, June 9)
“Sistem Hukum Dan Klasifikasi Hukum.” OpenAbdullah, Rudi et al. “Sistem Hukum Dan
Klasifikasi Hukum”. INA-Rxiv, 10 May 2018. Web.

Paper DOI https://dx.doi.org/10.17605/OSF.IO/RVUYM.

Retrieved from https://osf.io/preprints/inarxiv/rvuym

Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2014

Anda mungkin juga menyukai