Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SUMBER HUKUM KEHILANGAN FUNGSI

HUKUM DI MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup selalu dengan keinginan-keinginan untuk mencapai
tujuan yang dikehendakinya. Ada kalanya cara memperoleh keinginan-
keinginan tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan
hukum yang ada, dimana seringkali kita dengar bahwa manusia dalam
memperoleh sesuatu yang dikehendaki atau diinginkannya mengunakan
segala cara.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pelanggaran-pelanggaran
hukum. Agar tidak terjadi pelanggaran-pelangaran hukum tersebut maka kita
memerlukan suatu sistem hukum yang berlaku pada suatu Negara, sehingga
dapat sebagai pedoman aturan sekaligus memberi sanksi bagi siapa saja yang
melanggarnya.
Sehingga "Sistem Hukum" disini dapat didefinisikan pula sebagai suatu
susunan hukum yang terdiri dari aturan-aturan hukum yang tersusun
sedemikian pula sehingga orang dapat menemukannya bila ia
membutuhkannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada atau
dihadapi dalam masyarakat kita. Sistem hukum berlaku dalam masyarakat
karena disahkan oleh pemerintahan masyarakat itu1.
Sistem hukum yang sah dan berlaku di suatu waktu tertentu dan di
Negara tertentu dinamakan hukum positif "Lius Costitunum". Sistem hukum
dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berkembang2.
Dalam mempelajari hukum atau sistem hukum maka di suatu Negara
kita perlu melakukan sistem hukum di masyarakat agar terdapat kesamaan
persepsi dalam menjalankan atau dalam memahami sistem hukum tersebut.

1
Imawanto Imawanto, Edi Yanto, and Fahrurrozi Fahrurrozi, “Pengaruh Politik Dalam
Pembentukan Hukum Di Indonesia,” Media Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum 12, no. 1 (2021): 163.
2
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh sumber hukum ?

2. Bagaimana kehilangan fungsi hukum dalam masyarakat ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengaruh sumber hukum.

2. Untuk mengetahui kehilangan fungsi hukum dalam masyarakat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Sumber Hukum


Sumber hukum pada hakikatnya adalah tempat kita dapat
menemukan dan menggali hukumnya. Sumber hukum menurut
Zevenbergen dapat dibagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber
hukum formil. Sumber hukum materiil merupakan tempat dari mana
materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor
yang membantu pembentukan hukum misalnya: hubungan sosial,
hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan
keagamaan, kesusilaan), perkembangan internasional, keadaan geografis.
Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan itu formal berlaku .
Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa dan kalau
dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata 3.
Sumber hukum di Indonesia meliputi:
1. Undang-Undang
Undang-undang ialah suatu peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan dibuat serta
dipelihara oleh Penguasa Negara. Menurut Buys 4, Undang-
undang itu mempunyai dua pengertian yakni:
• Undang-undang dalam arti formal adalah setiap peraturan
yang dibuat oleh pengundang-undangan dan isinya
mengikat umum.
• Undang-undang dalam arti materiil adalah setiap peraturan

3
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013).
4
A.B Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2004).
yang dibuat bukan oleh badan pengundang-undangan tapi
isinya mengikat umum.
Syarat-syarat berlakunya suatu Undang-undang yang telah
diundangkan ialah diundangkan dalam lembaran negara oleh
Menteri sekretaris Negara. Bagi setiap Undang-Undang yang telah
diundangkan dalam lembaran negara, berlaku azas "Fictie Hukum"
yang artinya setiap orang dianggap telah mengetahui adanya suatu
Undang-undang yang telah diundangkan. Mulai berlakunya suatu
Undang-undang yang telah diundangkan adalah menurut tanggal
yang ditentukan dalam Undang-undang itu sendiri, biasanya
disebutkan dalam salah pasalnya bahwa Undang-undang ini mulai
berlaku saat diundangkan5.
2. Pancasila
Apabila dikaitkan dengan sumber hukum di atas, maka
Pancasila termasuk sumber hukum yang bersifat materiil
sedangkan yang bersifat formil seperti peraturan perundang-
undangan, perjanjian antarnegara, yurisprudensi dan kebiasaan.
Pancasila sebagai sumber hukum materiil ditentukan oleh muatan
atau bobot materi yang terkandung dalam Pancasila. Setidaknya
terdapat tiga kualitas materi Pancasila yaitu: pertama, muatan
Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia. Kedua,
muatan Pancasila sebagai identitas hukum nasional. Ketiga,
Pancasila tidak menentukan perintah, larangan dan sanksi
melainkan hanya menentukan asas-asas fundamental bagi
pembentukan hukum (meta-juris). Ketiga kualitas materi inilah
yang menentukan Pancasila sebagai sumber hukum materiil
sebagaimana telah dijelaskan Sudikno Mertokusumo di atas 6.

5
Dina Sunyowati, “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER HUKUM DALAM
HUKUM NASIONAL (Dalam Perspektif Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum
Nasional Di Indonesia),” Jurnal Hukum dan Peradilan 2, no. 1 (2013): 67.
6
Fais Yonas Bo’a, “Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum Nasional
(Pancasila as the Source of Law in the National Legal System),” Jurnal Konstitusi Vol. 15, N
(2018): 28–49.
Adanya sumber hukum sebagai tempat untuk menggali dan
menemukan hukum dalam suatu masyarakat dan negara,
mengakibatkan hukum memiliki tatanan tersendiri. Terkait hal ini,
khasanah hukum di era modern maupun kontemporer sangat
dipengaruhi oleh teori hukum Hans Kelsen mengenai grundnorm
(norma dasar) dan stufenbautheorie (tata urutan norma). Menurut
Kelsen, norma yang validitasnya tidak dapat diperoleh dari norma
lain yang lebih tinggi disebut sebagai norma dasar. Semua norma
yang validitasnya dapat ditelusuri ke satu norma dasar yang sama
membentuk suatu sistem norma, atau sebuah tatanan norma.
Norma dasar yang menjadi sumber utama ini merupakan pengikat
diantara semua norma yang berbeda-beda yang membentuk suatu
tatanan norma. Bahwa suatu norma termasuk ke dalam sistem
suatu norma, ke dalam tatanan normatif tertentu, dapat diuji hanya
dengan mengonfirmasikan bahwa norma tersebut memperoleh
validitasnya dari norma dasar yang membentuk tatanan norma
tersebut 7.
Fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum
mangandung arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai: 1)
Ideologi hukum Indonesia, 2) Kumpulan nilai-nilai yang harus
berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia, 3) Asas-asas
yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia, 4) Sebagai suatu pernyataan dari nilai
kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga dalam hukumnya.

B. Kehilangan Fungsi Hukum dalam Masyarakat


Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam,
bergantung dari berbagai faktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu
fungsi hukum dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda

7
Riana Mardina, “Literasi Digital Bagi Generasi Digital Natives,” Seminar Nasional
Perpustakaan & Pustakawan Inovatif Kreatif di Era Digital, no. May 2017 (2017): 340–352.
dengan yang terdapat dalam masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat,
hukum lebih berfungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat dan
jaminan pencapaian struktur sosial yang diharapkan oleh masyarakat.
Namun dalam masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih umum,
abstrak dan lebih berjarak dengan konteksnya. Hukum sebagai sarana
perubahan sosial yang dalam hubungannya dengan sektor hukum
merupakan salah satu kajian penting dari disiplin sosiologi hukum.
Hubungan antara perubahan sosial dan sektor hukum tersebut merupakan
hubungan interaksi, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial
terhadap sektor hukum sementara dipihak lain perubahan hukum juga
berpengaruh terhadap suatu perubahan sosial. Perubahan kekuasaan yang
dapat mempengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salahsatu fungsi
hukum, yakni hukum sebagai sarana perubahan sosial atau sarana
rekayasa masyarakat ( social engineering ). Fungsi hukum dalam
masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung pada berbagai faktor dan
keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum dalam masyarakat
yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam
masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat hukum lebih berfungsi untuk
menjamin keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur
sosial yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, dalam masyarakat yang
sudah maju hukum, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan lebih
berjarak dengan konteksnya 8.
Dalam suatu sistem bahwa antara hukum, kekuasaan dan politik
sangat erat kaitannya serta studi tentang hubungan antara komponen
hukum, kekuasaan dan politik juga merupakan bidang yang mendapat
bagian dari sosiaologi hukum. Fungsi hukum menurut masyarakat yaitu,
hukum merupakan sarana perubahan sosial. Dalam hal ini, hukum
hanyalah berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi saja sehingga dalam
kasus seperti ini bukan hukum yang mengubah masyarakat, melainkan
perkembangan masyarakat yang mengubah hukum. Sikap dan kehidupan
8
Didiek R. Mawardi, “Fungsi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat,” Masalah-Masalah
Hukum, 2015.
suatu masyarakat berasal dari berbagai stimulus sebagai berikut :
1. Berbagai perubahan secara evolutif terhadap norma-norma
dalam masyarakat.
2. Kebutuhan dadakan dari masyarakat karena adanya keadaan
khusus atau keadaan darurat khususnya dalam hubungan
distribusi sumber daya atau dalam hubungan dengan standar
baru tentang keadilan.
3. Atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat
melihat jauh ke depan yang kemudian sedikit demi sedikit
mempengaruhi pemandangan dan cara hidup masyarakat.
4. Ada ketidakadilan secara teknikal hukum yang meminta
diubahnya hukum tersebut.
5. Ada ketidak konsistenan dalam tubuh hukum yang juga
meminta perubahan terhadap hukum tersebut.
6. Ada perkembangan pengetahuan dan teknologi yang
memunculkan bentukan baru untuk membuktikan suatu fakta.
Kemudian dalam suatu masyarakat terdapat aspek positif dan
negatif dari suatu gaya pemerintahan yang superaktif. Negatifnya adalah
kecenderungan menjadi pemerintahan tirani dan totaliter. Sedangkan
positifnya adalah bahwa gaya pemerintahan yang superaktif tersebut
biasanya menyebabkan banyak dilakukannya perubahan hukum dan
perundang-undangan yang dapat mempercepat terjadinya perubahan dan
perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat seperti ini
bisa kearah positif, tetapi bisa juga kearah yang negatif.
Fungsi hukum dalam masyarakat juga memberikan gambaran
kepada kita bahwa apabila fungsi hukum dalam masyarakat tidak
berjalan sebagaimana yang seharusnya, akan menimbulkan pemerintahan
yang sewenang-wenang, yang pada akhirnya pemerintahan tidak lagi
dibatasi oleh hukum. Pemerintahan tersebut akan menjadikan dirinya
hukum itu sendiri. Seperti sistem pemerintahan diktator9.

9
M. Khozim, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, keempat. (Bandung: Nusa Media, 2011).
Sehingga rakyat beranggapan bahwa siapa yang memerinta dialah
yang berkuasa, dan siapa yang berkuasa maka dialah undangundang.
Contohnya jarang sekali seorang pejabat aktif masuk penjara, biasanya
setelah selesai dari jabatannya baru ditangkap. Menurut Hatta sebaiknya
walaupun dia seorang pejabat bila terbukti bersalah harus di turunkan
dari jabatannya, kemudian di ganti orang lain.
Bila penggantinya terjadi lagi distorsi harus diganti lagi. Sebab
generasi bangsa banyak yang punya potensi tetapi tidak diberikan
kesempatan oleh pemimpin terdahulu. Hal seperti ini yang mengancam
kesenjangan-kesenjangan sosial. Jadi untuk menjaga keseimbangan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu ada tindakan nyata agar
tidak terjadi disintegrasi.
Hukum merupakan sekumpulan peraturan yang mengikat
masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu, bila kita melanggar hukum
kita akan mendapat sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tanpa adanya
hukum, kehidupan masyarakat bisa kacau. Mengapa suatu masyarakat
bisa kacau jika kehilangan fungsi hukum?
Dalam ilmu hukum ada sebutan populer yakni “Ubi Socitas
Bunda Ius”. Sebutan tersebut memiliki arti di mana terdapat warga di
sana terdapat hukum.
Menurut Soeroso10 dikatakan bahwa hukum menjaga kebutuhan
hidup agar terwujud suatu keseimbangan psikis dan fisik dalam
kehidupan, terutama kehidupan kelompok sosial yang merasakan tekanan
atau ketidaktepatan ikatan sosial. Berarti hukum juga menjaga supaya
selalu terwujud keadilan dalam kehidupan sosial (masyarakat). Hal itu
dapat terjadi karena hukum menjadi pedoman bagi masyarakat untuk
berperilaku yang harus ditaati semua masyarakat tanpa memandang
status. Dengan tidak adanya hukum yang berlaku, kehidupan bisa kacau.
Tanpa adanya hukum, masyarakat tidak mempunyai pedoman
atau petunjuk bagaimana cara berperilaku. Karena tidak ada pedoman

10
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2001).
dalam berperilaku, masyarakat bisa berperilaku seenaknya dan
merugikan orang lain. Oleh karena itu, suatu masyarakat bisa menjadi
kacau bila tidak ada hukum karena masyarakat akan berperilaku sesuai
egonya masing-masing. Sebagai contoh dalam permainan olahraga. Bila
tidak ada peraturan yang berlaku, para pemain akan mulai memukul dan
menghalalkan segala cara demi pemenuhan ego para pemainnya. Bila
permainan hanya tentang ego, maka permainan akan menjadi kacau,
bukan?
Aparat penegak hukum telah berupaya untuk menegakkan hukum
di lingkungan masyarakat. Namun sayangnya, terkadang hal itu belum
berhasil karena masih adanya orang yang melanggar hukum, bahkan
beberapa di antaranya adalah aparat penegak hukum itu sendiri. Perlu
kerjasama yang baik antara masyarakat dan aparat penegak hukum demi
terciptanya masyarakat yang damai11.

11
Fungsi Hukum, D I Dalam, and Masyarakat Dan, “Fungsi Hukum Di Dalam Masyarakat
Dan Peranan Hukum Bisnis Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 9, no. 1 (2014):
106–116.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dalam tatanan hukum
nasional masih belum dapat diterapkan secara praksis. Pengaruh
reformasi ternyata membuat status Pancasila dalam tatanan hukum
mengalami ketergerusan. Hal ini dipengaruhi oleh tiga persoalan yaitu:
pertama, adanya sikap resistensi terhadap Orba yang telah menjadikan
Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan dan melindungi
pemerintahan otoriter. Kedua, menguatnya pluralisme hukum yaitu
menerapkan beragam sistem hukum yang mengakibatkan keberadaan
Pancasila menjadi semakin termarjinalkan. Ketiga, Pancasila hanya
sebagai simbolis dalam hukum sehingga menimbulkan disharmonisasi
antara peraturan perundangundangan seperti adanya UU dan Perda yang
bertentangan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Maka dari itu, untuk
dapat menerapkan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum
dalam sistem hukum nasional diupayakan dua cara yaitu: pertama,
menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran hukum agar tidak ada lagi
pluralisme hukum yang terbukti saling kontradiksi satu sama lain.
Terutama pula agar dalam berhukum, negara Indonesia memiliki suatu
sistem hukum yang utuh dan imparsial yang sesuai dengan karakter dan
kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia. Kedua, mendudukan
Pancasila sebagai puncak dalam hirarki peraturan perundangan-
undangan agar Pancasila memiliki daya mengikat terhadap segala
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, Pancasila tidak lagi
sekadar normatif-semantik sebagai sumber segala sumber hukum tetapi
benar-benar dapat diterapkan dalam sistem hukum nasional.
Disamping itu fungsi hukum dalam masyarakat yang belum maju
juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam masyarakat maju. Dalam
setiap masyarakat, hukum lebih berfungsi untuk menjamin keamanan
dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial yang
diharapkan oleh masyarakat. Hukum sebagai sarana perubahan sosial
yang dalam hubungannya dengan sektor hukum merupakan salah satu
kajian penting dari disiplin sosiologi hukum. Fungsi hukum dalam
masyarakat juga memberikan gambaran kepada kita bahwa apabila
fungsi hukum dalam masyarakat tidak berjalan sebagaimana yang
seharusnya, akan menimbulkan pemerintahan yang sewenang-wenang,
yang pada akhirnya pemerintahan tidak lagi dibatasi oleh hukum.
DAFTAR PUSTAKA

A.B Kusuma. Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.
Fais Yonas Bo’a. “Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum
Nasional (Pancasila as the Source of Law in the National Legal
System).” Jurnal Konstitusi Vol. 15, N (2018): 28–49.
Hukum, Fungsi, D I Dalam, and Masyarakat Dan. “Fungsi Hukum Di Dalam
Masyarakat Dan Peranan Hukum Bisnis Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara 9, no. 1 (2014): 106–116.
Imawanto, Imawanto, Edi Yanto, and Fahrurrozi Fahrurrozi. “Pengaruh
Politik Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia.” Media Keadilan:
Jurnal Ilmu Hukum 12, no. 1 (2021): 163.
Khozim, M. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial. Keempat. Bandung: Nusa
Media, 2011.
Mardina, Riana. “Literasi Digital Bagi Generasi Digital Natives.” Seminar
Nasional Perpustakaan & Pustakawan Inovatif Kreatif di Era Digital,
no. May 2017 (2017): 340–352.
R. Mawardi, Didiek. “Fungsi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat.”
Masalah-Masalah Hukum, 2015.
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014.
Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2001.
Sunyowati, Dina. “HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER
HUKUM DALAM HUKUM NASIONAL (Dalam Perspektif Hubungan
Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Di Indonesia).” Jurnal
Hukum dan Peradilan 2, no. 1 (2013): 67.
Zainal Asikin. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2013.

Anda mungkin juga menyukai