NEGARA
MAKALAH
DISUSUN OLEH
NAMA : JERRY NROMAN SYAHPUTRA
NIM : 22102031
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara
Istilah negara diterjemahkan dari kata asing „staat‟ (bahasa
Belanda dan Jerman), „State’ (bahasa Inggris), „Etat‟ (bahasa Prancis)
yang dialihkan dari bahasa Latin „Status‟ atau „Statum‟. Kata ini
merupakan istilah yang abstrak yang menunjukan tegak dan tetap.
Selanjutnya, F. Isyawara mengemukakan, kata ini “secara etimologi
tidak ada hubungannya dengan pengertian negara, kata „Status‟
kemudian dipergunakan sampai saat ini untuk menunjukan organisasi
politik teritorial dari bangsa-bangsa.
Sedangkan Negara dalam istilah bahasa Arab disebut ﺩﻮﻟﺔ
jamaknya ﺩﻮﻝartinya kerajaan, negara, kuasa. Idris Al- Marbawi
mengartikan daulah dengan ﻣﻤﻟﻜﺔyang berarti pemerintahan dan
kerajaan. Zakaria Syafe‟i, Negara Dalam Perspektif Islam Fiqih Syiasah,
(Jakarta: Hartomo Media Pustaka, 2012), h.7
Rijk/Reich (Kerajaan)
Disini mincul kesadaran hak milik dan hak atas tanah
Staat
Kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat
Diktatur natie
Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pilihan
rakyat yang kemudian berkuasa secara mutlak.
2. Secara Sekunder
Terjadinya negara secara sekunder adalah membahas
terjadinya negara baru yang dihubungkan dengan negara lain yang
telah ada sebelumnya, berkaitan dengan hal tersebut maka
pengakuan negara lain dalam teori sekunder merupakan unsur
penting berdirinya suatu negara baru.5
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Yang menekankan negara sebagai inti dari politik (politics),
memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga kenegaraan
serta bentuk formalnya. Definisi-definisi ini bersifat tradisional
dan agak sempit ruang lingkupnya. Pendekatan ini dinamakan
Pendekatan Institusional (Institutional approach). Berikut ini ada
beberapa definisi:
Roger F. Soltau misalnya, dalam bukunya Introduction to
Politics mengatakan: “Ilmu politik mempelajari negara, tujuan-
tujuan negara... dan lembaga- lemabaga yang akan melaksanakan
tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganya serta
hubungan antar negara (Political scince is the study of the state,
its aim and purposes... the institutions by which these are going to
be realized, its relations with is individual members, and oter
state).”
J. Barents, dalam Ilmu Politika: “Ilmu politik adalah ilmu
54
D. Bentuk Negara
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara
sosiologis dan secara geografis mengenai negara. Peninjauan secara
55
Sistem Presidensial
• Presiden Sukarno (18 Agustus 1945 – 14 November
1945)
Sistem Parlementer
1. Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 – 12 Maret 1946)
2. Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 – 2 Oktober 1956)
3. Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947)
4. Kabi net Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 – 11 November
1947)
5. Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 – 29
Januari 1948)
6. Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949)
7. Kabinet Darurat (19 Desember 1948 – 13 Juli 1949)
8. Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 – 14 Desember 1949)
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Sistem Parlementer
1. Kabinet RIS (PM Mohammad Hatta: 20 Des 1949 – 6
Sept 1950)
2. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 20 Maret 1951)
3. Kabinet Sukiman Wirjosandjojo (27 April 1951 – 3
April 1952)
4. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
5. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953 – 12
Agustus 1955)
6. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 –24
Maret 1956)
7. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956 – 14
Maret 1957)
8. Kabinet Djuanda Kartawidjaja (9 April 1957 – 10 Juli
1959)
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
62
Sistem Presidensial
• Presiden Sukarno (5 Juli 1959 – 12 Maret 1967)
d. Masa Orde Baru (1967-1998)
Sistem Presidensial
• Presiden Suharto (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998)
e. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Sistem Presidensial
Presiden B.J. Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Presiden Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli
2001)
Presiden Megawati Soekarnoputri (23 Juli 2001 – 20 Oktober
2004)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – 20
Oktober 2014)
Presiden Joko Widodo (20 Oktober 2014 – sekarang)
63
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara yang dimaksud adalah negara hukum yang didalamnya
terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan
negara (ecclesia). negara hukum ialah negara yang berdiri diatas hukum
yang menjamin keadilan kepada warga negaranya
Asal mula terjadinya negara dibagi menjadi dua yaitu Secara
Primer atau Asal mula terjadinya negara berdasarkan pendekatan
teoritis dan Secara Sekunder atau Asal mula terjadinya negara
berdasarkan fakta.
Bentuk negara identik dengan bentuk pemerintahan Para sarjana
ilmu negara yang mengindentikkan bentuk negara dengan bentuk
pemerintahan ialah Karanenburg mengenai masalah itu ialah bahwa
perbedaan-perbedaan mengenai bentuk-bentuk negara atau mengenai
bentuk pemerintahan disebabkan karena perbedaan dalam peristilahan
saja.
Adapun sistem pemerintahan yaitu, sistem parlementer, sistem
presidensil, sistem pemerintahan campuran dan sistem pemerintahan
collegial.
Sistem pemerintahan yang diterapkan dan dijalankan di Indonesia
yang perlu diketahui untuk menambah pengetahuan tentang
implementasi sistem pemerintahan pada suatu negara khususnya negara
Indonesia. Identifikasi sistem pemerintahan dapat dilakukan
menggunakan karakteristik-karakteristik yang sudah ada dalam sistem
pemerintahan.
64
DAFTAR PUSTAKA