Anda di halaman 1dari 17

Materi Kuliah

Kumpulan Materi Kuliah

Jumat, 19 Februari 2016


Makalah PKn Tentang Negara : Pengertian Negara, Tujuan dan Fungsi Negara
serta Bentuk-bentuk Negara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Membicarakan tentang
negara adalah hal yang sangat penting mengingat setiap warga negara pasti pernah berurusan
dengan negara, mulai dari urusan kelahiran, kematian, pembuatan KTP, Kartu Keluarga,
pernikahan dan yang lainnya.

Maka dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang arti dan makna negara negara,
sifat negara, unsur-unsur pembentuk negara, tujuan dan fungsi negara,serta teori terbentuknya
negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-
masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Apakah pengertian Negara menurut para Ahli?
b. Apakah sifat Negara itu?
c. Apa unsur-unsur terbentuknya Negara?
d. Apakah tujuan dan fungsi Negara itu?
e. Bentuk-bentuk Negara?
f. Bagaimana teori terbentuknya Negara?
g. Bagaimana hubungan Agama dan Negara?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian dari Negara.
b. Untuk mengetahui sifat Negara.
c. Untuk mengetahui unsur-unsur Negara.
d. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Negara.
e. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Negara.
f. Untuk mengetahui teori terbentuknya Negara.
g. Untuk mengetahui hubungan Agama dan Negara.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan kita tentang pengertian suatu Negara.
b. Menambah pengetahuan kita tentang sifat Negara.
c. Kita menjadi tahu tentang unsur-unsur Negara.
d. Kita menjadi tahu bagaimana tujuan dan fungsi Negara.
e. Kita menjadi tahu bentuk-bentuk Negara.
f. Kita dapat mengetahui bagaimana teori terbentuknya Negara.
g. Kita dapat mengetahui hubungan antara Agama dan Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Menurut Para Ahli
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara dalam
suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan,
kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian
yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu
organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang
berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi
lainnya.1[1]

Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara secara
beragam. Aristoteles (384-522 SM) merumuskan negara dalam bulu politica yang disebut negara
polis, yang saat itu masih dipahami dalam suatu wilayah terkecil.
Dalam pengertian negara disebut negara hukum yang didalamnya terdapat suatu warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu Aristoteles mengartikan
keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi terwujudnya
cita-cita seluruh warga negaranya.

Berikut ini pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa tokoh antara lain :
a. Roger H,
Mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat argency atau wewenang louthority yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atau nama masyarakat (Soltau, 1961)

b. Harold J,
Lasky menerangkan bahwa negara merupakan suatu masyarakat yang diantar generasikan
karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara syah lebih agung dari pada
individu atau kelompok. Masyarakat merupakan suatu negara manakala cara hidup yang harus
ditaati baik oleh individu atau kelompok – kelompok ditentukan oleh wewenang yang bersifat
memaksa dan mengikat (Lasky, 1947)

c. Max Weber,
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (Weber, 1958).2[2]

d. Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah
suatu pemerintahan yang sama.

e. Prof. Mr. Soenarko

1[1] http://www.wikipedia.com

2[2] Budiyanto, (2000). Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU. Jakarta : Erlangga
Negara adalah suatu organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu di mana
kekuasaan Negara berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.

f. Prof. Miriam Budiarjo


Negara adalah organisasi yang dalam satu wilayah dapat melaksanakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-
tujuan dari kehidupan bersama itu.

Berikut pengertian Negara menurut tokoh islam :


a. Hasan al-Banna dan Abul A'la al-Maududi
Negara yaitu suatu pemerintahan harus bersifat Ilahiyah atau semua bertumpu pada
ketetapan Tuhan.

b. Abul A'la al-Maududi


Negara yaitu suatu pemerintahan harus bersifat Ilahiyah atau semua bertumpu pada
ketetapan Tuhan.Abul A’la al-Maududi menambahkan sifat Teo-Demokrasi yaitu hakekat
kekuasan dalam istilah politiknya disebut kedaulatan, sepenuhnya berada di tangan Tuhan,
sehingga segala hukum dan aturan yang ditetapkan harus berdasarkan apa-apa yang telah
digariskan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya. Kemudian, karena pemerintahan ini juga mengandung
unsur demokrasi, maka pemerintahan ini harus dibentuk secara demokratis berdasarkan
kehandak rakyat dan bekerja sejalan dengan kekuasaan yang telah dilegalisasikan oleh rakyat.

2.2 Sifat Negara


Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifistasi dari kedaulatan yang
dimilikinya,yaitu.
1. Sifat memaksa
Artinya negara memiliki kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara sah yaitu
dengan memberlakukan sanksi pada pelanggar hukum dengan tujuan agar peraturan perundang-
undangan yang telah dibuat dan berlaku dalam negara tersebut ditaati oleh anggota masyarakat
sehingga ketertiban ,keamanan, dan kedamaian dapat tercapai.
2. Monopoli
Artinya Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat. Sifat monopoli negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh negara untuk
berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan bersama.
3. Sifat mencakup semua
Artinya bahwa peraturan perundangan yang ada di negara berlaku untuk semua penghuni
atau warga negara tanpa terkecuali.

2.3 Unsur-unsur Terbentuknya Negara


1. Masyarakat
Masyarakat merupakan unsur terpenting dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau
rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan dalam
pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu
kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan
(sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup
kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara.

2. Wilayah
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping pentingnya
unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang
bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau
sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara.
Apabila mengeluarkan peraturan perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi
orang-orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu
negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat
(imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan.

Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk menjadi
suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble). Pada sisi lain Otto Bauer
menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah suatu negara.

3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan
atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam
wilayah negara.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Negara yang baru merdeka memerlukan pengakuan dari negara lain karena
menyangkut keberadaan suatu negara. Apabila negara merdeka tidak diakui oleh negara lain
maka negara tersebut akan sulit untuk menjalin hubungan dengan negara lain. Pengakuan dari
negara yang lain ada yang bersifat de facto dan ada yang bersifat de jure.
Pengakuan de facto, artinya pengakuan tentang kenyataan adanya suatu negara merdeka.
Pengakuan seperti ini belum bersifat resmi.
Sebaliknya, pengakuan de jure, artinya pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh
negara lain sehingga terjadi hubungan ekonomi, sosial, budaya, dan diplomatik.

2.4 Fungsi dan Tujuan Negara


Fungsi atau tugas negara adalah untuk mengatur kehidupan yang ada dalam negara untuk
mencapai tujuan negara. Fungsi negara, antara lain menjaga ketertiban masyarakat,
mengusahakan kesejahteraan rakyat, membentuk pertahanan, dan menegakkan keadilan.
Tujuan negara Indonesia telah jelas tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945
alinea ke-4 yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Tujuan Negara yang lain antara lain :
a. Menyelenggarakan ketertiban hukum
b. Memperluas kekuasaan
c. Mencari kesejahteraan hukum

Beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan sebuah negara :


a. Plato
Tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia sebagai perseorangan (Individu) atau
sebagai makhluk sosial.
b. Ibnu Arabi
Tujuan negara adalah agar manusia dapat menjalankan kehidupan baik jauh dari sengketa atau
perselisihan
c. Ibnu Khaldun
Tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada
kepentingan akhirat.

2.5 Bentuk-bentuk negara


Negara terbagi kedalam dua bentuk yaitu negara kesatuan(Uniterianisme) dan negara
serikat(Federasi).

a. Negara kesatuan
Bentuk suatu negara yang merdeka yang berdaulat dengan satu pemerintah pusat yang
berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini
terbagi ke dalam dua macam yaitu :
Sentral dan Otonomi, sistem yang langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat model
pemerintahan orde baru di bawah pimpinan presiden Soeharto. Didesentralisan adalah kepada
daerah diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan di wilayahnya sendiri,
sistem itu dikenal sebagai Otonomi daerah atau swantara.
Contoh Negara kesatuan : Indonesia,Brunei,Papua Nugini,Timor Timur,Thailand,Laos,
Kamboja,Vietnam,Jepang, dan Philipina.

b. Negara serikat
Negara serikat atau pederasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa
negara bagian dari sebuah negara serikat. Pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk
negara dapat di golongkan ke-3 kelompok yaitu monarki, Oligarti dan Demokrasi.Contoh Negara
Serikat : Amerika Serikat, Malaysia, Australia, Brasil, Jerman dan Swiss.

a. Monarki, model pemerintahan yang dipakai oleh Raja atau Ratu.Contoh Negara : Arab
Saudi, Brunei, Swaziland, Bahrain, Jordania, Kuwait, Oman, Qatar

b. Oligarti, pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan
atau kelompok tertentu.Contoh Negara : Indonesia saat ini.
c. Demokrasi, bentuk pemerintahan yang bersandar kepada kedaulatan rakyat atau
mendasarkan kekuasaaannya pada pilihan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum
(Pemilu).Contoh Negara : Amerika Serikat, India, Indonesia.

2.6 Teori Terbentuknya Negara


Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,
kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.

1. Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)


Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau menganggap kekuasaan
pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu secara
resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia (Raja
Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di
Ethiopia”. Aurelius Augustinus adalah seorang pemikir yang menekankan pada pelaksanaan
negara yang harus sesuai dengan ketentuan tuhan. Dalam Magnis-Suseno (1987: 192-193)
disebutkan bahwa negara diciptakan atas dasar kecintaan kepada tuhan, dan tidak perlu ada
negara dengan ketentuan dari manusia. Gagasan Au-gustinus disimpulkan oleh Magnis-Suseno
sebagai berikut, “Negara tidak berhak untuk memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan
kehendak Allah” (Magnis-Suseno, 1987: 193).Contoh Negara yang menganut teori kedaulatan
tuhan adalah negara Vatikan, negara Saudi Arabia.

2. Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)


Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)menganggap sebagai suatu axioma yang tidak
dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok
dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara.
Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara adalah
memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek dalam buku
Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang
tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”. Negaralah yang menciptakan
hukum, jadi rakyat harus tunduk kepada negara. Tokoh-tokohnya adalah Jean Bodin dan George
Jellinek.Contoh Negara yang menganut teori kedaulatan Negara adalah Jerman masa Adolf
HitlerItalia masa Benito Mussolini

3. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)


Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara
berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats
Idee.Contoh Negara yang menganut teori kedaulatan hukum adalah Belanda [penegasan
Krabbe].

4. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit),


Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara didasarkan
pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan
“kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai
kekuasaan dalam suatu negara.
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu rakyat,
wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de facto maupun
de jure).3[3] John Lock sebagai pencetus kedaulatan rakyat sangat mengidam-idamkan
terwujudkan kedaulatan rakyat. Dia menggambarkan bahwa terbentuknya sebuah negara
berdasarkan kontrak sosial yang terbagi atas dua bagian yaitu factum unionis (perjanjian antar
rakyat) dan factum subjectionis (perjanjian antara rakyat dengan pemerintah).
2.7 Hubungan Agama dengan Negara
2.7.1 Pengertian agama
Agama menurut etimologi berasal dari kata bahasa sanskerta dalam kitap upadeca
tentang ajaran-ajaran agama hindu disebutkan bahwa perkataan agama berasal dari bahasa
sanskerta yang tersusun dari kata “A” berarti tidak dan “gama” berarti pergi dalam bentuk
harfiah yang terpadu perkataan agama berarti tidak pergi tetap ditempat, langgeng, abadi,
diwariskan secara terus menerus dari generasi ke generasi.
Pada umumnya perkataan agama diartikan tidak kacau yang secara analitis di uraikan
dengan cara di memisahkan kata demi kata yaitu “A” berarti tidak dan “gama” berarti kacau
maksudnya orang yang memeluk suatu agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan
sungguh-sungguh hidupnya tidak akan kacau.4[4]
Agama selalu diterima dan dialami secara subjektif. Oleh karena itu orang sering
mendifinisikan agama sesuai dengan pengalamannya dan penghayatannya pada agama yang di
anutnya. Menurut “Mukti Ali”, mantan menteri agama Indonesia menyatakan bahwa agama
adalah percaya akan adanya tuhan yang esa. Dan hukum-hukum yang di wahyukan kepada
kepercayaan utusan-utusannya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat
Sedangkan menurut ”James Martineau” agama adalah kepercayaan kepada tuhan yang
selalu hidup. Yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan
mempunyai hubungan moral dengan umat manusia

Friedrich Schleiermacer, menegaskan bahwa agama tidak dapat di lacak dari


pengetahuan rasional, juga tidak dari tindakan moral, akan tetapi agama berasal dari perasaan
ketergantungan mutlak kepada yang tak terhingga (feeling of absolute dependence).5[5]

Di samping itu, agama merupakan pedoman hidup atau arahan dalam menentukan
kehidupan, sebagaimana dalam hadist.
“kutinggalkan untuk kamu dua perkara tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama
kamu masih berpegang kepada keduanya yaitu kitabullah dan sunnah rasul”6[6]

Secara sosiologis menurut “johnstone”

3 [3] Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta,2003

4[4]K. Sukardji, Agama-agama yang berkembang di dunia dan pemeluknya (Bandung:Angkasa,1993)

hlm 26

5[5] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama sebuah pengantar (Bandung: PT. MIizan Pustaka, 2004) hal. 20-22

6[6] Waqiatul Azra, Buku ajar civic education (Pamekasan, STAIN Pamekasan Press,2006) hal 48
“Religion can be defined as a system of beliefs and practices by which a group of people
interprets and responds to what they feel is sacred and usually supernatural swell” lebih lanjut
johnstune menyatakan that by employing this definition weare, for purposes of sociological
investigation at least, adopting the position, of the hardnosed relativist and agnostiec (saya kira
dengan jujur kita harus mengakui masih sangat sulit mencari orang atau pakar-pakar yang
mengkaji atau bergulat dengan agama tertentu di Indonesia, tetapi sekaligus merupakan relativis
dan agnostik.7[7]

2.7.2 Hubungan Agama dengan Negara


Dikalangan kaum muslimin, terdapat kesepakatan bahwa eksistensi Negara adalah suatu
keniscayaan bagi berlangsungnya kehidupan bermasyarakat negara dengan otoritasnya mengatur
hubungan yang diperlukan antara masyarakat, sedangkan agama mempunyai otoritas unuk
megatur hubungan manusia dengan tuhannya.
Hubungan antara agama dan negara menimbulkan perdebatan yang terus berkelanjutan
dikalangan para ahli. Pada hakekatnya Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama
sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai mahluk individu dan makhluk sosial oleh
karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara pula sehingga negara
sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia
lain untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian negara mempunyai sebab akibat langsung
dengan manusia karena manusia adalah pendiri negara itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas konsep hubungan negara dan agama sangat ditentukan oleh
dasar ontologis manusia masing masing keyakinan manusia sangat mempengaruhi konsep
hubungan agama dan negara dalam kehidupan manusia berikut di uraikan beberapa perbedaan
konsep hubungan agama dan negara menurut beberapa aliran atau paham antara lain sebagai
berikut:

a. Hubunghan agama dan negara menurut paham teokrasi.


Dalam paham teokrasi hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, negara menyatu dengan agama karena pemerintahan menurut paham ini
dijalankan berdasarkan firman- firman Tuhan segala tata kehidupan masyarakat bangasa dan
negara dilakukan atas titah Tuhan dengan demikian urusan kenegaraan atau politik dalam paham
teokrasi juga diyakinkan sebagai manifestasi Tuhan.
Sistem pemerintahan ini ada 2 yaitu teokrasi langsung dan tidak langsung. Sistem
pemerintahan teokrasi langsung adalah raja atau kepala negara memerintah sebagai jelmaan
Tuhan adanya negara didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan oleh karena itu yang
memerintah Tuhan pula.sedangkan sistem pemerintahan teokrasi tidak langsung yang
memerintah bukan tuhan sendiri melainkan raja atau kepala negara yang memiliki otoritas atas
nama Tuhan. Raja atau kepala negara memerintah atas kehendak Tuhan dengan demikian dapat
dikatakan bahwa negara menyatu dengan agama .agama dengan negara tidak dapat dipisahkan.

b. Hubungan agama dan negara menurut paham sekuler

7[7] Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara (Jakarta: Kompas Meida Nusantara,2002)

hal 33
Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara.Dalam negara
sekuler tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama. Dalam paham ini agama
adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain atau urusan dunia, sedangkan urusan
agama adalah hubungan manusia dengan tuhan dua hal ini menurut paham sekuler tidak dapat
dipersatukan meskipun memisahkan antara agama dan Negara.Lazimnya Negara sekuler
mmbebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apa saja yang mereka yakini tapi negara
tidak ikut campur tangan dalam urusan agama.

c. Hubungan agama dan negara menurut paham komunisme


Paham komunisme ini memendang hakekat hubungan agama dan negara berdasarkan
filosofi dialektis dan materialisme histories paham ini menimbulkan paham Atheis (tak bertuhan)
yang dipelopori Karl marx menurutnya manusia ditentukan oleh dirinya agama dalam hal ini
dianggap suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.
Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian menghasilkan masyarakat negara
sedangkan agama dipandang sebagai realisasi fantastis mahluk manusia dan agama adalah
keluhan mahluk tertindas. Oleh karena itu agama harus ditekan dan dilarang nilai yang tertinggi
dalam negara adalah materi karena manusia sendiri pada hakikatnya adalah materi.

d. Hubungan agama dan negara menurut islam


Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang paripurna yang
mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu agama tidak dapat dipisahkan
dari negara dan urusan negara adalah urusan agama serta sebaliknya aliran kedua mengatakan
bahwa islam tidak ada hubungannya dengan negara karena islam tidak mengatur kehidupan
bernegara atau pemerintahan menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak mempunyai misi untuk
mendirikan negara.
Aliran ketiga berpendapat bahwa islam tidak mencakup segala-galanya tapi mencakup
seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat termasuk bernegara.

Sementara itu “Hussein Mohammad” menyebutkan bahwa dalam islam ada dua model
hubungan agama dan negara.
- Hubungan integralistik dapat diartikan sebagai hubungan totalitas dimana agama merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipasahkan keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu.
- Hubungan simbiosis mutualistik bahwa antara agama dan negara terdapat hubungan yang
saling membutuhkan sebab tanpa agama akan terjadi kekacauan dan amoral dalam negara.
Ibnu taimiyah (tokoh sunni salafi) berpendapat bahwa agama dan negara benar benar
berkelindahan tanpa tanpa kekuasaan negara yang bersifat memaksa agama berada dalam bahaya
sementara itu tanpa disiplin hukum wahyu pasti menjadi sebuah organisasi yang tiranik.
Selanjutnya al-Ghazali dalam bukunya “Aliqtishad fi Ali’tiqat” mengatakan bahwa
agama dan negara adalah dua anak kembar agama adalah dasar dan penguasa/kekuasaaan negara
adalah penjaga segala sesuatu yang tidak memiliki dasar akan hancur dan sesuatu yang tidak
memeiliki penjaga akan sia-sia.
Mengingat kompleksitas politis dan historis negara bangsa Indonesia sejauh menyangkut
kehidupan agama dan umat beragama dan juga political and social repercussions yang bias
muncul pada masa sekarang ini dalam masa masa transisi mendatang maka jelas masih sangat
sulit mencari format yang tepat dan accep table bagi banyak pihak dalam “reposisi”hubungan
agama dan negara.
Akan tetapi agaknya satu hal sangat jelas bahwa akan sulit dibayangkan jika reposisi itu
dimaksudkan untuk menyisihkan begitu saja peran pemerintah dalam mengatur kehidupan warga
negara termasuk dalam kehidupan beragama,khususnya dalam aspek administrasi keagamaan
bukan aspek teologis masing masing agama dan akan lebih sulit lagi jika reposisi itu
dimaksudkan untuk memisahkan agama dan negara melalui pemisahan kedap air(Waterlight
separation)dengan kata lain mengubah Indonesia menjadi negara sekuler setidaknya sebagian
besar umat islam belum siap untuk menerima perubahan itu.
2.7.3 Contoh hubungan Agama dan Negara
NU dan politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri
dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil
dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU
dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai
salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5
Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP.
Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu
untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang
terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid.
Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

BAB III
PENUTUP

2.8 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui
adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
2.sifat negara yaitu memaksa, monopoli dan sifat memcakup semua
3.Unsur-unsur terbentuknya negara yaitu rakyat,wilayah,pemerintah dan pengakuandari negara
lain.
4.Tujuan Negara yang lain antara lain :
a. Menyelenggarakan ketertiban hukum
b. Memperluas kekuasaan
c. Mencari kesejahteraan hukum
5.Bentuk-bentuk negara Yaitu serikat dan kesatuan.
6. Teori Terbentuknya Negara
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan
negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.
7. Hubungan antara Agama dan Negara
. Hubungan agama dan negara menurut islam
Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang paripurna yang
mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu agama tidak dapat dipisahkan
dari negara dan urusan negara adalah urusan agama serta sebaliknya aliran kedua mengatakan
bahwa islam tidak ada hubungannya dengan negara karena islam tidak mengatur kehidupan
bernegara atau pemerintahan menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak mempunyai misi untuk
mendirikan negara.

2.9 Kritik dan saran


Dengan makalah tersebut diharapkan,bagi pembaca atau pendengar dapat memahami arti
penting Negara,mencakup seluruh aspek baik unsur,tujuan,dan fungsi Negara, serta keterkaitan
antara Negara dan agama, sehingga pembaca atau pendengar mampu memposisikan dirinya
sebagai salah satu unsur terbentuknya sebuah Negara.Misalnya : ikut memberikan haknya
dengan memberikan suara saat pemilu berlangsung, mengeluarkan aspirasi atau pendapat melalui
forum yang ada dan lain sebagainya.Bagi penulis di harapkan tidak hanya mampu menulis tetapi
dapat melaksanakan seperti apa yang ada di dalam makalah ini.Kami menyadari sepenuhnya
masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan atau
pembahasan.Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demiperbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.wikipedia.com
[2] Budiyanto, (2000). Dasar-dasar ilmu tata negara untuk SMU. Jakarta : Erlangga
[3] Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta,2003
[4] K. Sukardji, Agama-agama yang berkembang di dunia dan pemeluknya
(Bandung:Angkasa,1993) hlm 26
[5] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama sebuah pengantar (Bandung: PT. MIizan Pustaka, 2004)
hal. 20-22
[6] Waqiatul Azra, Buku ajar civic education (Pamekasan, STAIN Pamekasan Press,2006) hal 48
[7] Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara (Jakarta: Kompas Meida
Nusantara,2002) hal 33

Diposting oleh Wahyu Hikmawati di 20.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mau Berpenghasilan Online


Yllix
Daily Calendar
Mengenai Saya

Wahyu Hikmawati
Lihat profil lengkapku

Entri Populer
 Makalah PKn Tentang Negara : Pengertian Negara, Tujuan dan Fungsi Negara serta
Bentuk-bentuk Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara


merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau bebera...

 Makalah : Pendidikan Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional bagi suatu Bangsa

KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil ‘alamin , puji syukur kami panjatkan


kehadirat Allah subhanahu wata’ala, sebab berkat rahmat da...

Contoh Laporan Observasi tentang Perkembangan Anak-anak Usia 4 Tahun di


Lingkungan Maasyarakat

BAB I LANDASAN TEORI Perkembangan masa anak-anak awal merupakan hal


menarik untuk dipelajari. Perkembanagn awal ana-anak diba...

 Cara Mengetahui Munasabah dan Contoh Munasabah serta Manfaatnya Munasabah

Cara mengetahui munasabah dan Contohnya Cara mengetahui munasabah : 1. Harus


diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang ...

Dibalik Pemilihan Kepala Desa Ternyata Penuh Kecurangan

Dibalik Pemilihan Kepala Desa Kepala desa merupakan seorang pemimpin yang berada
di suatu desa untuk mengatur segala kegiatan, ke...

 Masyarakat Madani di Indonesia: Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat madani dipredi ks i sebagai


masyarakat yang berkembang sesuai dengan potens...

Pengertian Demokrasi : Makalah Pkn tentang Demokrasi Sejarah Perkembangan


Demokrasi

M AKALAH DEMOKRASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi


adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan s...

Makalah : Filsafat tentang teori kritisisme oleh Immanuel Kant

MAKALAH FILSAFAT TEORI KRITISISME IMMANUEL KANT BAB I


PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filsafat merupakan ilmu ya...

Makalah : Pkn tentang Hakikat Warga Negara Hak dan Kewajiban

WARGA NEGARA Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, maka makalah ini yang berjudul Hakekat War...

 Makalah : Ulumul Qur'an Mengenai Pengertian Munasabah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kami


menulis makalah ini, untuk memenuhi tugas makalah, dengan mata kuli...

Arsip Blog
 ▼ 2016 (15)
o ▼ Februari (7)

 Makalah : Ulumul Qur'an Mengenai Pengertian Munasa...


 Cara Mengetahui Munasabah dan Contoh Munasabah ser...
 Makalah PKn Tentang Negara : Pengertian Negara, Tu...
 Dibalik Pemilihan Kepala Desa Ternyata Penuh Kecur...
 Masyarakat Madani di Indonesia: Makalah Pendidikan...
 Makalah Pendidikan Kewarganegaraan : Pengertian Ko...
 Makalah : Pendidikan Kewarganegaraan tentang Ident...
o ► Januari (8)

yllix
Daftar Blog Saya
Total Tayangan 
Laman
Mari Belajar Ilmu Pengetahuan Umum
34,401 Sejarah dan perkembangan kerajaan Samudra Pasai yang
berada di Aceh
Wahyu Hikmawati. Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh konradlew. Diberdayakan oleh
Blogger.

Anda mungkin juga menyukai